Anda di halaman 1dari 16

ILMU PENGETAHUAN ALAM

(IPA)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Eldipama Kesambamula, S.Pd, M.Pd

Oleh:
Nama: Sardi Hasdian
NPM. 200411010

UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Kajian ini tepat pada waktunya.Kajian
yang berjudul “Kepentingan Pemerintah Pusat Dalam Pembangunan
Infrastruktur Perbatasan Sebagai Faktor Politik” disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Program Studi Administrasi Negara di Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Islam Kuantan Singingi.
Penulis menyadari bahwa kajian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan guna
menyempurnakan kajian selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga
kajian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Teluk Kuantan, 18 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul .....................................................................................
Kata Pengantar .....................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................


1.2 Perumusan Masalah ....................................................................
1.3 Batasan Masalah .........................................................................
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ...........................................


2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ..........................................
2.1.2 Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam .................................
2.1.3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam .............................
2.1.4 Proses Pembelajaran IPA di SD............................................
2. 2 Pembelajaran IPA ......................................................................
2.3 Bahan Ajar .................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................

3.1 Metode Penelitian.......................................................................


3.2 Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ..............
3.3 Variabel yang Diteliti .................................................................
3.4 Rencana Tindakan ......................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................

4.1 Kesimpulan..................................................................................
4.2 Keterbatasan Penelitian...............................................................
4.3Saran.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar
yang dipelajari di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada,
pembelajaran IPA mengajarkan tentang dasar-dasar dan pengembangan konsep
dari IPA sendiri.
Pembelajaran IPA ini membutuhkan keterampilan, kreatifitas dan
pemahaman dalam pelaksanaan belajarnya. Akan tetapi masih banyak siswa di
SDN Wunut kelas 4 kurang memperhatikan ketika guru menyampaikan materi
IPA. Siswa-siswa mulai bosan dengan metode pembelajaran yang monoton
seperti, mendengarkan langsung dari guru, membaca materi dari buku. Dengan
metode yang monoton seperti itu akan mengurangi minat siswa untuk belajar
IPA Padahal materi IPA ini akan berlanjut dan berkembang untuk tingkatan
selanjutnya Semakin berkembangnya teknologi, adobe flash adalah salah satu
software yang bisa di gunakan untuk merubah pola pembelajaran yang monoton
menjadi lebih menarik. Dengan membuat animasi-animasi untuk
memproyeksikan dari isi materi dan video real untuk menunjukkan keadaan
nyata dari animasi tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah yang


diambil adalah : “Bagaimana cara membuat aplikasi edukatif yang menarik,
interaktif, inovatif, dan mudah dipahami, sehingga dapat membantu siswa kelas
4 dalam belajar mata pelajaran IPA?”

1.3 Batasan Masalah

Penyusunan penelitian ini diperlukan batasan masalah untuk menghindari


adanya penyimpangan atau perluasan pokok masalah, untuk batasan masalah
yaitu:
1) Aplikasi ini bertema animasi edukasi atau pendidikan, sehingga materi
yang ada sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Untuk software
pendukungnya menggunakan adobe flash.
2) Untuk materi yang disampaikan hanya materi IPA kelas 4 SD saja.
3) Bab yang digunakan yaitu bab 1, bab 2, bab 3 dan bab 4.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat membuat aplikasi
edukatif yang menarik, interaktif, inovatif, dan mudah dipahami, sehingga dapat
membantu siswa kelas 4 dalam belajar mata pelajaran IPA.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :


1. Kegunaan bagi Guru
Aplikasi ini dapat meringankan guru dalam proses penyampaian materi
IPA, karena guru tidak perlu berkali-kali mengulang penjelasan terhadap materi
yang disampaikan.

2. Kegunaan bagi Siswa


Memudahkan siswa dalam menerima setiap materi IPA yang
disampaikan, membuat mereka senang dan tertarik untuk tetap belajar IPA.
Tidak ada rasa takut atau merasa kesulitan ketika mendapat pelajaran IPA.

3. Kegunaan bagi peneliti


Manfaat bagi peneliti yaitu dapat mengaplikasikan dan mengembangkan
ilmu yang didapat dari perkuliahan dan juga dapat bermanfaat bagi lingkungan
sekitar.

4. Kegunaan bagi masyarakat umum


Masyarakat dapat menghemat biaya sekolah karena tidak perlu membeli
buku pelajaran IPA cukup menggunakan aplikasi pembelajaran IPA ini untuk
dipelajari lagi di rumah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Pembelajaran IPA merupakan studi tentang manusia atau studi tentang


masalah-masalah bagaimana manusia mengembangkan satu kehidupan yang
lebih baik.Menurut Fitriyana IPA merupakan cabang ilmu yang fokus kajiannya
adalah alam dan proses-proses yang ada di dalamnya (Ina Fitriyana, 2010 : 11).
Pendidikan sains menekankan pada pemberian secara langsung dan kegiatan
praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
(2006:484) bahwa:IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang bersifat fakta – fakta, konsep – konsep, prinsip – prinsip saja,
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ke
dalam kehidupan sehari – hari.

2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

IPA merupakan salah satu cabang ilmu yang fokus pengkajiannya adalah
alam dan proses-proses yang ada di dalamnya. (Sitiatava, 2013 : 51-52) Hakikat
IPA adalah :

a. IPA adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta


menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat
empiris.
b. IPA sebagai proses atau metode dan produk. Dengan menggunakan
metode ilmiah yang sarat keterampilan proses, mengamati, mengajukan
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis, serta
mengevaluasi data dan menarik kesimpulan terhadap fenomena alam,
maka akan diperoleh produk IPA, misalnya fakta, konsep, prinsip dan
generalisasi yang kebenarannya bersifat tenttif.
c. IPA bisa dianggap sebagai aplikasi. Dengan penguasaan pengetahuan dan
produk, IPA dapat dipergunakan untuk menjelaskan, mengolah dan
memanfaatkan, memprediksi fenomena alam, serta mengembangkan
disiplin ilmu lainnya dan teknologi.
2.1.2 Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam
Implikasi dari pemahaman hakikat IPA dalam proses pembelajaran
(pembelajaran kreatif berbasis sains) mendukung diketahuinya karakteristik
pembelajaran berbasis sains. Menganai hal ini, Carin & Sound (Sitiatava, 2013 :
61-62) memberikan petunjuk sebagai berikut :

a. Siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam aktivitas yang didasari sains
yang mereflesikan metode ilmiah dan keterampilan proses yang
mengarah kepada discovery atau inkuiri terbimbing.
b. Siswa perlu didorong melakukan aktivitas yang melibatkan pencarian
jawaban bagi masalah dalam masyarakat ilmiah dan teknologi.
c. Siswa perlu dilatih learning by doing (belajar dengan berbuat sesuatu),
kemudian mereflesikannya. Ia harus secara aktif mengkontruksi konsep,
prinsip, dan generalisasi melalui proses ilmiah.
d. Siswa perlu dibantu untuk memahami keterbatasan /ketentatifan sains,
nilai-nilai dan sikap yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran
sains di masyarakat sehingga ia bisa membuat keputusan.

2.1.3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan SD meliputi aspek-aspek berikut ;
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda
-benda langit lainnya.

2.1.4 Proses Pembelajaran IPA di SD

Dalam standar kompetensi mata pelajaran di Sekolah Dasar dan


Madrasah Ibtidaiyah (Depdiknas, 2003: 3) dinyatakan bahwa IPA merupakan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan,
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki
sikap ilmiah. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Di dalam pelajaran IPA diarahkan
untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Sedangkan menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD (2006 :
484) bahwa: IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang bersifat fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ke dalam kehidupan
sehari-hari.

Menurut Standar Isi Kurikulum 2006 yang dirumuskan dalam PERMEN


No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran IPA SD/MI bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan


keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Proses pembelajaran untuk mengoptimalkan tujuan IPA adalah proses


pembelajaran yang didukung dengan alat-alat percobaan yang dapat mendukung
siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Seperti halnya siswa bisa
mendemonstrasikan melalui alat peraga sehingga pembelajaran lebih berpusat
pada siswa (Student Center) dan peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator.
Pendidikan sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar. Pendidikan sains menekankan pada pemberian
pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains
diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat”, sehingga bisa membantu siswa
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
2. 2 Pembelajaran IPA
Inti pendidikan berada pada prosesnya, yaitu proses pembelajaran
Pembelajaran merupakan salah satu unsur yang memiliki perubahan paradigma
dalam pendidikan. Awal mulanya, guru hanya menyampaikan pengetahuan
secara klasikal kepada peserta didik dan menjalankan instruksi yang sudah
dirancang sebagai kegiatan “mengajar”. Berdasarkan hal tersebut, tampak
bahwa komunikasi masih bersifat satu arah. Oleh karena itu, terjadi perubahan
paradigma menjadi “pembelajaran” yang memiliki arti bahwa terjadi
komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik dengan tetap menjaga
batasan antara guru dan peserta didik.
Depdiknas (2007: 4) menyatakan bahwa secara umum Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya,
bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya
yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk
memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan
ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode
ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ahmad
Susanto (2013: 170) mendefinisikan pembelajaran sains merupakan
pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang dapat
menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik terhadap konsep-konsep IPA.
Trianto (2014: 143) mengemukakan bahwa proses belajar mengajar IPA
lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap
ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap
kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, dan
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang
gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang
akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Metode ilmiah dalam
mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo
Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun
hipotesis, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen
untuk menguji prediksi, dan merumuskan hukum sederhana yang
diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Trianto, 2014: 151-
152).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA
merupakan pembelajaran yang menekankan pendekatan keterampilan proses
agar memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik untuk mencapai
kompetensinya, yang didasari dengan sikap ilmiah.
2.3 Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis (Depdiknas, 2010: 7).
Abdul Majid (2007: 173) mendefinisikan bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. Lestari (2013: 3) dalam Nahdiyatur Rosidah (2013:
3) menyatakan bahan ajar adalah sumber belajar yang sampai saat ini memliki
peranan penting untuk menunjang proses pembelajaran.

Bentuk bahan ajar paling tidak dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,
film.
4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk
interaktif (Abdul Majid, 2007: 174).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau


Classroom Action Research. Menurut Hopkins, penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha
seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam
sebuah proses perbaikan dan perubahan.34 Sedangkan Kemmis menjelaskan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang
dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk
pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktek
sosial atau pendidikan mereka, pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan
praktek pendidikan ini, dan situasi yang memungkinkan terlaksanakannya
kegiatan praktek ini.35
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) selain berfungsi sebagai upaya
perbaikan mutu dan kualitas proses pembelajaran juga berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi guru. Dengan menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guru dapat menambah wawasan
pengetahuannya, memecahkan permasalahan yang dihadapinya di kelas,
memilih metode dan model pembelajaran yang cocok dan menerapkannya di
kelas. Melakukan refleksi mencari kekurangan dan memperbaiki pada
kesempatan berikutnya.
Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti
menggunakan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin dipilih oleh penulis karena
apabila pada awal pelaksanaan terdapat kekurangan, maka peneliti bisa
mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai
tujuan yang diinginkan tercapai. Jika sampai pada siklus pertama dan siklus
kedua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya. Pada
model Kurt Lewin satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: (1)
Perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting).36

3.2 Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

3.2.1 Setting Penelitian


Setting penelitian meliputi:
a. Tempat penelitian : MINU Ngingas Waru

b. Waktu penelitian : Semester ganjil


34 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.11
35 Ibid, hal.12
36 Tim Penulis LAPIS-PGMI, Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: Aprinta, 2009), hal.5
c. Siklus penelitian : Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2
siklus untuk mengetahu peningkatan motivasi belajar siswa dengan
menggunakan metode eksperimen kelas V mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) materi tumbuhan hijau.

3.2.3 Karakteristik Subjek Penelitian

Peneliti mengambil subjek penelitian siswa kelas V MINU Ngingas Waru


Sidoarjo tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah 29 siswa.

3.3 Variabel yang Diteliti


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga variabel yaitu:
1. Variabel Input : Siswa kelas V semester I MINU Ngingas Waru
2. Variabel Proses : Penerapan metode eksperimen dalam materi tumbuhan
hijau
3. Variabel Output : Peningkatan motivasi belajar materi tumbuhan hijau

3.4 Rencana Tindakan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas


(PTK) dengan model Kurt Lewin. Pada setiap siklus meliputi empat komponen
yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan atau tindakan, (3) pengamatan, (4)
refleksi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data penelitian dan pembahasan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa :
1. Tidak terdapat perbedaaan dalam kemampuan mengidentifkasi masalah
siswa kelas VIII pada pembelajaran IPA yang menerapkan pendekatan
inkuiri terbimbing dan pendekatan PBL.
2. Besarnya kontribusi tiap indikator terhadap kemampuan mengidentifikasi
masalah.
Secara umum pada pembelajaran IPA yang menerapkan pendekatan inkuiri
terbimbing yaitu :
a. Kemampuan mengambil point-point, isu-isu penting yang berhubungan
dengan pokok masalah sebesar 58%
b. Kemampuan menyebutkan permasalahan yang muncul sebesar 25%
c. Kemampuan menemukan perbedaan dari fenomena yang disajikan
sebesar 35%
d. Kemampuan mengaitkan perbedaan yang ditemukan dengan pokok
permasalahan sebesar 37%
e. Kemampuan menentukan fakta pokok permasalahan sebesar 70%
f. Kemampuan menemukan tujuan (konsep materi) yang tersirat dari
fenomena yang disodorkan sebesar 53%
g. Kemampuan merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan
ataupernyataan disertai pemikiran ilmiah sebesar 56%
h. Kemampuan memformulasikan permasalahan ke dalam bahasa yang tepat
sebesar 44%.
Besarnya kontribusi tiap indikator terhadap kemampuan mengidentifikasi
masalah secara umum pada pembelajaran IPA yang menerapkan pendekatan
PBL yaitu :
a. Kemampuan mengambil point-point, isu-isu penting yangn berhubungan
dengan pokok masalah sebesar 64%
b. Kemampuan menyebutkan permasalahan yang muncul sebesar 70%
c. Kemampuan menemukan perbedaan dari fenomena yang disajikan
sebesar 66%
d. Kemampuan mengaitkan perbedaan yang ditemukan dengan pokok
permasalahan sebesar 69%
e. Kemampuan menentukan fakta pokok permasalahan sebesar 62%
f. Kemampuan menemukan tujuan (konsep materi) yang tersirat dari
fenomena yang disodorkan sebesar 48%
g. Kemampuan merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan atau
pernyataan disertai pemikiran ilmiah sebesar 47%
h. Kemampuan memformulasikan permasalahan ke dalam bahasa yang tepat
sebesar 49%
B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain :


1. Pembagian siswa dalam kelompok kooperatif kecil masih kurang
heterogen dan kurang tepat karena hanya berdasarkan nilai rapot siswa
pada mata pelajaran IPA semester ganjil.

2. Manajemen kelas yang masih kurang baik terutama dalam hal


menciptakan kondisi siswa tetap nyaman dan rileks dalam mengikuti
pembelajaran IPAkarena peneliti dan observer masih merupakan orang
asing bagi para siswa.

3. Pemberian reward dan pengorganisasian motivasi yang diberikan guru


kurang tepat sehingga siswa menjadi salah orientasi dalam
melaksanakankegiatan pembelajaran.

4. Perhatian terhadap pengorganisasian kondisi fisik siswa saat akan


melaksanakan pembelajaran perlu diperhatikan lagi.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, maka saran dari


peneliti adalah sebagai berikut:
1. Dapat dikembangkan penelitian sejenis yaitu tentang kemampuan
mengidentifikasi masalah pada pembelajaran yang menerapkan
pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan PBL untuk materi
pembelajaran IPA yang sesuai.

2. Bagi peneliti lain bisa mengembangkan penelitian ini untuk meneliti


perbedaan antara pembelajaran IPA yang menerapkan pendekatan inkuiri
terbimbing dan pendekatan PBL pada hasil belajar yang lain.

3. Pengembangan kemampuan penalaran dan keterampilan klinis siswa


dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan PBL pada materi-materi IPA tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Seri Profesional Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 16.0.
Jakarta: Wahana Komputer.

Akhmad Sudrajat. (2011).Pembelajaran berdasarkan masalah.


(http://guraru.com: 9 Januari 2012).

Algifari. (2000). Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi Edisi 2 . Yogyakarta.

Alif Alfian. (2007). Penerapan Strategi Problem Based Learning untuk


Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat dan
Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 5 Depok pada Materi
Bunyi. Skripsi.Yogyakarta: FMIPA UNY.

Anita Woolfolk. (2009). Educational Psychology Active Learning Edition.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anto Dajan. (1996). Pengantar Metode Statistik Jilid II. Jakarta: LP3ES.

Anwar Jasin. (1997). Bertanya. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


Arends. (2008). Learning To Teach Seventh Edition. New
York: McGraw Hill Companies.

Bambang Utomo. (2001). Terampil Berpikir Mengapa Tidak?. Jakarta: Milenia


Populer.

Candiasa, I Made. 2001. Analisis Butir Disertai Aplikasi dengan SPSS,


Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja.

Clark John. (2009). Terjemahan Physics Matter! Volume 4 Light. Bandung:


Pakar Raya.

Dewi Kurniasari. (2006). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika


Materi Bunyi yang Berorientasi pada Pendekatan Inkuiri
untuk Membangun Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas
VIII SMP Negeri I Mlati Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi.
Yogyakarta: FMIPA UNY.

Fardon John., Graham Jon. (2005). Science Library Discovering Science. New
York: Milley Kelly Published.
Gulo.W . Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Pt.Grasindo Hammerman
Elizabeth.( 2006). Becoming A Better Science Teacher 8
Steps to High Quality Instruction and Student Achievement.
California: Corwin Press.

Anda mungkin juga menyukai