Case Report Peb Murni
Case Report Peb Murni
PREEKLAMPSIA BERAT
Oleh:
Murni
NPM: 1210070100040
Pembimbing:
dr. Yufi Permana, Sp.OG
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga saya telah dapat menyelesaikan
penyusunan case report session yang berjudul “Preeklampsia Berat”. Penulisan
case ini diharapkan berguna sebagai khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang kesehatan yang memberikan gambaran tentang berbagai penyakit dalam
case ini dan dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai sarana
pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik di lingkungan pendidikan
kesehatan.
Penulis
Case Report Session
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
BAB I: PENDAHULUAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Preeklampsia sebagai kelainan 2 tahap ........................................5
Gambar 2.2 Implantasi plasenta normal dan pada preeklampsia .....................8
Case Report Session
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penanda keparahan penyakit HDK ..................................................17
Tabel 2.2 Dosis PEB.........................................................................................22
Tabel 2.3 Indikasi untuk pelahiran PEB awitan dini .......................................25
Case Report Session
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Case report session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Solok dan diharapkan agar dapat
menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca,
khususnya kalangan medis, tentang preeklampsia.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2. 1 Definisi
2.2 Epidemiologi
metabolik pada perempuan. Insiden eklampsia adalah 1-3 dari 1000 pasien
preeklampsia.5
- riwayat preeklampsia
- kehamilan multiple
- hipertensi kronis
- DMT1 atau DMT2
- Penyakit ginjal
- Penyakit autoimun
- Nulipara
- Obesitas (IMT >30kg/m2)
- Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
- Usia ≥35 tahun
- Riwayat khusus pasien ( interval kehamilan > 10 tahun)6,7
2.4 Etiopatogenesis
Tahap I
Plasentasi yang kurang
baik (awal)
Tahap II
Stress oksidatif pada
plasenta (lanjut)
Respons inflamasi,
aktivasi endotel sistemik
Case Report Session
Sindrom Preeklampsia
2.5 Patofisiologi
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas
ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot
tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan
dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran
darah pada daerah utero plasenta. Sehingga aliran darah ke janin cukup banyak
dan perfusi jaringan meningkat, dan dapat menjamin pertumbuhan janin dengan
baik. Proses ini disebut “remodeling arteri spiralis”.
arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis
tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri
spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah
hipoksia dan iskemia plasenta. Dampaknya akan menimbulkan perubahan yang
dapat menjelaskan patogenesis hipertensidalam kehamilan.
5. Teori Genetik
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti bahwa
pada ibu yang mengalami pereeklampsia, maka 26% anak perempuannya akan
Case Report Session
a. Volume Plasma
b. Hipertensi
Case Report Session
c. Fungsi Ginjal
Proteinuria
d. Elektrolit
g. Viskositas Darah
h. Hematokrit
i. Edema
Case Report Session
j. Hematologik
k. Hepar
l. Neurologik
- Akibat spasme A. retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus.
- Perdarahan intracranial.
m. Kardiovaskular
n. Paru
Case Report Session
Penderita PEB beresiko menderita edema paru, hal ini disebabkan oleh
payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapiler paru, dan
menurunnya diuresis.10
o. Janin
p. Mata
2.7 Klasifikasi
PEB dibagi menjadi PEB tanpa impending eklampsia dan PEB dengan
impending eklampsia. Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya
memberi gejala-gejala atau tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai
tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeklampsia yang disertai tanda-tanda
prodorma ini disebut dengan impending eklampsia atau imminent eklampsia.
Case Report Session
2.8 Pencegahan12
Terminologi umum ‘pencegahan’ dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
primer, sekunder, tersier. Pencegahan primer artinya menghindari terjadinya
penyakit. Pencegahan sekunder dalam konteks preeklampsia berarti memutus
proses terjadinya penyakit yang sedang berlangsung sebelum timbul gejala atau
kedaruratan klinis karena penyakit tersebut. Pencegahan tersier berarti pencegahan
dari komplikasi yang disebabkan oleh proses penyakit, sehingga pencegahan ini
juga merupakan tata laksana.
1. Pencegahan primer
a. Perlu dilakukan skrining risiko terjadinya preeklampsia untuk setiap
wanita hamil sejak awal kehamilannya.
b. Pemeriksaan skrining preeklampsia selain menggunakan riwayat medis
pasien seperti penggunaan biomarker dan USG Doppler Velocimetry
masih belum dapat direkomendasikan secara rutin, sampai metode
skrining tersebut terbukti meningkatkan luaran kehamilan.
2. Pencegahan sekunder
a. Istirahat di rumah tidak di rekomendasikan untuk pencegahan primer
preeklampsia.
b. Tirah baring tidak direkomendasikan untuk memperbaiki luaran pada
wanita hamil dengan hipertensi (dengan atau tanpa proteinuria).
c. Pembatasan garam untuk mencegah preeklampsia dan komplikasinya
selama kehamilan tidak direkomendasikan.
d. Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari) direkomendasikan untuk
prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi.
e. Apirin dosis rendah sebagai prevensi preeklampsia sebaiknya mulai
digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Case Report Session
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan dasar tatalaksana untuk setiap kehamilan yang disertai komplikasi
preeklampsia adalah:
1. Rawat Inap
2. Rawat Jalan
Ibu
Umur kehamilan ≥37 minggu.
Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia.
Kegagalan terapi perawatan konservatif.
Diduga terjadi solusio plasenta.
Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan.
Janin
Adanya tanda fetal distress.
Adanya tanda-tanda IUGR.
NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal.
Case Report Session
Terjadi oligohidramnion.
Laboratorium
Adanya tanda-tanda sindrom HELLP, khususnya penurunan trombosit
secara cepat.
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. MY
No. RM : 149020
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 5 Juli 1994
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Selayo
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Status : Menikah
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Nadi : 80x/menit
Napas : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
4. Status Lokalis
Thorak :
- Paru
Inspeksi : normothorak, simetris kiri dan kanan pada saat statis dan
dinamis, tidak ada retraksi dinding dada saat bernafas, tidak
ada venektasi, tidak ada sikatrik.
Palpasi : fremitus taktil kanan dan kiri sama, expansi dinding dada
kiri dan kanan sama, tidak tertinggal.
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis terabapada LMCS RIC V
TFU : 34 cm
L4: konvergen
TBJ : 3410 gr
His : (-)
Genitalia :
Ketuban (+)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (23 Mei 2017)
- Darah Rutin:
Hb : 10,9 g/dl
Ht : 32,6 %
Leukosit : 10.870 /uL
Trombosit : 173.000 /uL
- Kimia Klinik:
ALT : 20 U/L
AST : 40 U/L
Ureum : 20 mg/dl
Creatinin : 0,64 mg/dl
- Hemostasis
Case Report Session
PT : 13,6 detik
APTT : 36,9 detik
- Urinalisa :
Fisis : warna kuning, kekeruhan (+)
Protein : +2
- Serologi:
HbSAg : non reaktif
Ag HIV : non reaktif
6. Diagnosis Kerja
G2P1A0H1 gravid aterm 38-39 minggu + PEB dalam regimen MgSO4
dosis maintanance
Janin hidup tunggal intra uterine presentasi kepala
7. Tatalaksana
Di PONEK KB
20.15 WIB
S/ :
Nyeri kepala hebat (-)
Pandangan agak kabur (-)
O/ KU : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperative
Tek. Darah : 180/110 mmHg
Nadi : 82x/i
Napas : 20x/i
Suhu : 36,5
R/: SC
Di Ruang OK
Laporan SC :
23 Mei 2017 Jam 21.15 WIB
- Pasien tidur telentang dalam anestesi spinal
- Dilakukan tindakan septik dan aseptik
- Dipasang duk steril
- Dilakukan insisi secara fanenstyl
- Insisi dilanjutkan lapis demi lapis sampai menembus peritoneum
- Setelah peritoneum terbuka tampak uterus gravid uterus diinsisi secara
semilunar pada SBR
- Lahir bayi laki-laki dengan
BB : 3070 gram PB : 47 cm A/S : 7/8
- Plasenta dilahirkan dengan sedikit tarikan ringan, lengkap 1 buah, ukuran
17x15x2 cm.
- Perdarahan selama tindakan ±200 cc.
P/:
Follow up
O:/
Abdomen :
Perkusi : Timpani
Genitalia :
A: / P2A0H2 post SCTPP a.i PEB dalam regimen MgSO4 dosis maintanance
P:/ Sikap :
• Mobilisasi bertahap
• Breast care
• Vulva higine
Th/ :
• Vitamin C 3 x 50 mg
• Nifedipin 3 x 10 mg
O:/
Abdomen
Perkusi : Timpani
Genitalia :
P:/ Sikap :
Case Report Session
• Mobilisasi bertahap
• Breast care
• Vulva higine
Th/ :
• Vitamin C 3 x 50 mg
• Nifedipin 3 x 10 mg
BAB IV
Pasien datang dengan keluhan utama keluar lendir campur darah sejak ±2
jam SMRS dan disertai nyeri pinggang menjalar ke ari-ari makin lama makin
sering dan kuat. Keluar darah dan air-air yang banyak dari kemaluan disangkal
oleh pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien, dan
didapatkan tekanan darah tinggi yaitu 190/110 mmHg. Pada anamnesa, tekanan
darah tinggi tersebut didiagnosa sejak kehamilan minggu ke 28. Pasien tidak
memiliki riwayat preeclampsia sebelumnya.
Dalam kasus, pasien diberikan terapi IVFD RL drip MgSO4 dosis initial
dan kemudian dilanjutkan dengan dosis maintenance. Dan mendapatkan
antihipertensi nifedipin 10 mg. Sehingga, ditegakkan diagnose G2P1A0H1 gravid
aterm 38-39 minggu + PEB dalam regimen MgSO4 dosis maintenance.
waktu yang lebih lama mengingat pembukaan pada pasien ini baru satu jari
longgar.
BAB V
KESIMPULAN
Case Report Session
DAFTAR PUSTAKA
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dache TS, Hoffman
BL, et al. 2014. Williams Obstetrics. 23th ed Vol 2. McGraw-Hill
Companies & EGC.
3. Task Force on Hypertension in Pregnancy, American Collage of
Obstetricians and Gynecologist. Hypertension in Pregnancy. Washington:
ACOG. 2013.
4. Canadian Hypertensive Disorders of Pregnancy Working Group,
Diagnosis, Evaluation, and management of the Hypertensive Disorders of
Pregnancy: Executive Summary. Journal of Obstetrics Gynecology
Canada. 2014.
5. Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
6. Deeker GA. Risk Factor for Preeclampsia. Clinical Obstetrics and
Gynecology. 1999. 42: 422-35.
7. Churcill D, Beevers DG. Defenitions and Classification Systems of the
Hypertensive Disorders in Pregnancy. BMJ, Books. London. 1999.
8. Churcill D, Beevers DG. Defenitions and Classification Systems of the
Hypertensive Disorders in Pregnancy. BMJ, Books. London. 1999.
9. Riedman C, Walker I. Preeclampsia The Fact. Oxford University Press.
New York. 1992: 128-43.
10. Sibai BM. Diagnosis, Prevention, and Management of Eclampsia,
Obstetrics & Gynecology. 2005: 105: 405-10.
11. Working Group Report On High Blood Pressure In Pregnancy. NIH
Publication. 1991.
12. Dekker G, SIbai BM. Primary, secondary and tertiary prevention of
preeclampsia. Lancet 2001.