Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hadrianus Hulu

NIM : 030532504
Mata Kuliah : Manajemen Pelatihan

1. Tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan layak disebut pelatihan yaitu;
a. Latihan harus membantu pegawai menambah kemampuannya.
b. Latihan harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja dari
pegawai, termasuk sikapnya terhadap pekerjaan dalam menerapkan informasi dan
pengetahuan terhadap pekerjaan sehari-hari.
c. Latihan harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu.
2. Langkah-langkah pelaksanaan analisis kebutuhan
 Langkah 1: Analisis Organisasi
Tentukan prioritas training bersama anggota tim Anda dan pastikan bahwa ada
keselarasan yang jelas antara tujuan training dan tujuan bisnis. Tuliskan hasil
bisnis yang diinginkan. Lihat juga kesiapan organisasi untuk training tersebut. Ini
melibatkan identifikasi dan penghapusan (atau setidaknya meminimalkan)
hambatan yang mungkin membuat training kurang efektif. Semakin banyak
pemimpin menunjukkan bahwa training itu penting bagi sebuah organisasi, akan
semakin baik hasil training tersebut.
 Langkah 2: Analisis Tugas
Analisis tugas adalah pemecahan pekerjaan secara sistematis ke bagian-bagian
komponennya. Tujuan dari analisis tugas kerja adalah untuk menghasilkan daftar
tugas yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tertentu, dan kemudian untuk
setiap tugas, untuk mengidentifikasi keterampilan dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas tersebut. Ini akan memberikan dasar yang
kokoh untuk disain training Anda. Informasi dari bagian analisis ini harus
digunakan untuk menentukan apa yang harus disertakan dalam training dan
menentukan standar kinerja.
Analisis tugas biasanya dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari pemateri
melalui wawancara, fokus kelompok, atau survei. Hasil akhir harus mencakup
penjelasan rinci tentang aktivitas manual, aktivitas mental, durasi tugas dan
frekuensi, peralatan yang diperlukan, dan keterampilan dan kompetensi yang
dibutuhkan untuk melakukan tugas yang diberikan. Sebagai bagian dari analisis
tugas, waspadalah terhadap perbedaan antara hal-hal yang dibutuhkan seseorang
untuk mengetahui informasi yang harus mereka akses. Hal ini dapat memberi
dampak besar pada disain pelatihan Anda: Mengajar orang bagaimana dan di
mana mencari informasi yang sesuai dengan pekerjaan dapat lebih efektif
daripada mengharuskan mereka menghafal informasi tertentu.
Terakhir, analisis persyaratan kerja tim bisa menjadi bagian yang sangat
membantu dalam analisis kebutuhan training. Tugas dan kompetensi yang terkait
dengan tim mungkin hilang dari bentuk analisis tugas lainnya. Analisis tugas tim
membantu menyoroti pola koordinasi di antara pekerjaan. Informasi yang
terungkap dalam analisis tugas tim dapat digunakan untuk menentukan tujuan
training dan menentukan karyawan mana yang harus mengikuti training bersama.
training yang efektif mencakup training kerja tim secara umum serta training
tentang bagaimana menyelesaikan tugas-tugas khusus bersama-sama.

 Langkah 3: Analisis Individu


Analisis ini mengidentifikasi siapa yang telah menguasai – dan siapa yang perlu
belajar – keterampilan dan kompetensi yang ditentukan dalam tahap analisis tugas
sebelumnya. Ini akan membantu Anda menargetkan training Anda di area
tersebut dengan kesenjangan terluas antara status quo dan hasil yang diinginkan.
Analisis individu dapat membantu Anda memahami karakteristik orang-orang
yang akan berpartisipasi dalam training. Misalnya, Anda mungkin menemukan
bahwa mereka terutama adalah pekerja muda. Dalam kasus ini, Anda mungkin
sengaja merancang training Anda untuk beresonansi dengan kaum millenial.
Ingatlah bahwa karyawan biasanya tidak begitu bagus di area identifikasi diri
dimana mereka membutuhkan training. Ada fenomena yang dipelajari dengan
baik di mana orang-orang yang melakukan sesuatu dengan buruk sering sangat
yakin akan kemampuan mereka. Inilah salah satu alasan mengapa training needs
analysis yang sistematis sangat penting.
TNA adalah langkah pertama dan mungkin yang paling penting untuk
memastikan sumber daya pelatihan organisasi Anda digunakan dengan paling
efektif. Para ahli sangat menganjurkan untuk melakukan TNA yang sistematis
dan menyeluruh. Ini akan membantu Anda memahami sepenuhnya konteks
organisasi, untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kompetensi yang
dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan untuk mengidentifikasi
karyawan dan tim mana yang paling membutuhkan training.
3. 7 tahapan penyusunan kebutuhan pelatihan
1. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
Kebutuhan pelatihan dapat muncul karena adanya tuntutan yang akan dihadapi di
masa depan atau juga dari masalah yang muncul saat ini karena ada yang tidak
beres. Analisis terlebih dahulu masalah pelatihan kemudian tentukan prioritas
apakah masalah tersebut mendesak ataukah penting.
2. Analisis Organisasi
Menganalisa tujuan organisasi, sumber daya yang ada, dan lingkungan organisasi
yang sesuai dengan kenyataan. Dalam menganalisis organisasi perlu diperhatikan
pertanyaan “ where is training and development needed and where is it likely to be
successful within an organization?”. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengadakan survei sikap pegawai terhadap kepuasan kerja, persepsi pegawai, dan
sikap pegawai dalam administrasi. Disamping itu, analisis organisasi dapat
menggunakan turnover , absensi, kartu pelatihan, daftar kemajuan pegawai, dan
data perencanaan pegawai.
3. Analisis pekerjaan dan tugas.
Analisis pekerjaan dan tugas merupakan dasar untuk mengembangkan program
job-training. Sebagaimana program pelatihan analisis job, dimaksudkan untuk
membantu pegawai meningkatkan pengetahuan, skill, dan sikap terhadap suatu
pekerjaan.
4. Analisis pegawai
Analisis pegawai difokuskan pada identifikasi khusus kebutuhan pelatihan bagi
pegawai yang bekerja pada job-nya. Kebutuhan pelatihan pegawai dapat dianalisis
secara individu maupun kelompok. Analisa kebutuhan individu dari pelatihan
dapat dilakukan dengan cara observasi oleh supervisor, evaluasi keterampilan,
kartu kontrol kualitas, dan tes keterampilan pegawai. Analisa kebutuhan
kelompok dapat dipresiksi dengan pertimbangan informal dan observasi oleh
supervisor maupun manager.
5. Menetapkan Tujuan dan Sasaran Pelatihan/ Pengembanga
Sasaran pelatihan adalah perilaku yang diharapkan dari para peserta. Sasaran
harus menspesifikasi kemampuan peserta untuk melakukan pekerjaan tertentu,
dengan tingkat kemampuan tertentu pada kondisi tertentu. Timothy dkk (dalam
Chomsin S. Widodo & Jasmadi, 2004) menyatakan tujuan rancangan yang dibuat
dipakai sebagai panduan dan acuan kegiatan dalam menjelaskan tentang hal-hal
yang hendak dicapai oleh sistem tersebut. Tujuan ini dibagi dalam tiga bagian
kawasan yaitu:
 Kognitif, berorientasi pada penambahan kemampuan peserta.
 Afektif, berhubungan dengan sikap (attitude), minat, sistem, nilai dan emosi.
 Psikomotorik, berorientasi pada keterampilan peserta sehingga terampil dalam
suatu kegiatan tertentu.

Sasaran dapat digunakan untuk mengidentifikasi outcomes dari sebuah proses


pembelajaran yang ingin dilakukan (mengidentifikasi kompetensi), memberikan
arah bagi pengembangan materi atau content pembelajaran (memberi batasan dan
urutan materi yang sesuai dengan outcomes yang ingin dicapai), dan untuk
menentukan bagaimana kegiatan pelatihan dapat berlangsung dengan efektif.

6. Menetapkan Kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya


Jika sebagaian besar trainee menunjukkan adanya penguasaan, maka dapat
disimpulkan proses pelatihan efektif. Untuk mengetahui adanya penguasaan yang
meningkat, sebelum pelatihan dilakukan ujian tentang taraf penguasaan trainee
(pre-test), dan dibandingkan dengan hasil ujian yang diberikan setelah pelatihan
diberikan, kemudian dihitung taraf kontribusinya.
7. Memilih Metode Pelatihan/Pengembangan
Pada saat memilih rancangan metode dan media yang digunakan harus
diperhatikan keterampilan trainer dan sumber daya yang perusahaan miliki.
Berikut metode yang dapat digunakan dalam program ini:
 Self Learning
 On the Job Training
 Lecture (ceramah atau kuliah)
 Task Assignment
 Project Assignment
 Job Rotation
 Coaching
 Counseling
 Confrence (Rapat)
 Seminar atau Workshop
 Case Study & Case Analysis
 Laboratory Traning
 Action Plan
 Mengadakan percobaan (try out) dan Revisi.
 Mengimplementasikan dan Mengevaluasi
.

Anda mungkin juga menyukai