Modul 2 Praktikum Mektan
Modul 2 Praktikum Mektan
volume menjadi tetap pada regangan yang besar. Jika kepadatan (atau angka pori)
diukur pada kedua contoh ini setelah mencapai keadaan "tetap" atau timate,
ditemukan bahwa nilainya sama. Keadaan ini disebut keadaan Litis (critical state).
Pada keadaan ini, deformasi dapat berlanjut terus pada tegangan deviator dan
volume yang tetap.
Gambar 9.17 menunjukkan hasil dari serangkaian uji kotak geser tak terdrainasi
pada contoh pasir yang sama dengan tegangan vertikal yang berbeda. Hasilnya
digambarkan dalam bentuk tegangan terhadap regangan dan juga terhadap
tegangan normal. Baik tegangan puncak maupun pada keadaan kritis diplot
terhadap tegangan normal. Pasir tidak berkohesi, jadi garis keruntuhannya
umumnya melalui asalnya. Dua nilai dari sudut gesekan o' dapat ditentukan, yaitu
nilai puncak (o') dan nilai keadaan kritis, yang biasanya dinyatakan dengan atau '.
Akhiran cv menunjukkan
ume yang tetap. Nilai o' yang biasa pada pasir adalah di antara 35o dan *, nilai
yang lebih rendah biasanya terkait dengan keadaan lepas dan nilai yang tinggi
terkait dengan keadaan padat.
9,5 KEKUATAN SISA LEMPUNG Kempton (1964) mengusulkan konsep
kekuatan sisa (residual strength) lempung pada waktu beliau meneliti kemantapan
jangka panjang pada
lereng yang dipotong dalam "stiff fissured clays” (lempung mengandung retak-
retak) di London. Kelongsoran pada lereng init. terjadi lama setelah
pemotongannya, kadang-kadang sampai puluhan tahun sesudahnya. Lempung
semacam ini sering terdapat di Eropa dan Amerika Utara, merupakan lempung
terkonsolidasi berlebihan yang mengandung retak-retak yang acak (tidak teratur).
Adanya retak-retak ini tentu berpengaruh pada kekuatan geser tanah tersebut.
Skempton mengusulkan bahwa retak-retak ini menyebabkan kekuatannya
berangsur-angsur turun dari nilai puncak menjadi nilai sisa. Kehilangan kekuatan
sedikit demi sedikit ini yang akhirnya menyebabkan kelongsoran.
Gambar 9.18 memperlihatkan konsep kekuatan sisa. Tanah diuji pun dengan
memakai sebuah alat (dulunya kotak geser), yang memungkinkan deformasi yang
besar pada bidang geser. Tiga contoh diuji pada tegangan normal yang berbeda-
beda, sehingga diperoleh grafik tegangan terhadap deformasi. Pada setiap
pengujian, terlihat bahwa kekuatan naik sampai puncak (maksimum) dan
kemudian menurun. Jika pengujian dilanjutka hingga deformasi besar, kekuatan
mencapai nilai yang tetap; in kekuatan sisa. Perilaku ini menyerupai perilaku pada
pasir, tu dasarnya terdapat perbedaan yang penting. Pada pasir, ko muncul karena
terjadinya keadaan tegangan dan deformasi yang seragam pada angka pori yang
sama. Pada lempung, umumnya keas terjadi. Pergeseran pada lempung terjadi
pada bidang keru sehingga keadaan tetap dan seragam tidak muncul. Lagi butiran
lempung yang gepeng menjadikan bidang kerun dengan kekuatan yang rendah.
Dua garis keruntuhan dapat digambar seperti yang ditunjukkan Gambar 9.18,
serupa dengan yang untuk pasir pada Gambar 9.17. Namun dalam hal ini, garis
yang lebih rendah menunjukkan kekuatan sisa dan bukan kekuatan pada keadaan
kritis. Pada kekuatan sisa ini nilai d' nol dan nilai o' rendah. Nilai o', (yaitu nilai
sudut gesekan sisa) pada lempung dengan plastisitas tinggi umumnya sangat
rendah-berkisar antara 80 hingga 150.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pendapat Skempton tentang
pentingnya pengaruh retak-retak pada kekuatan lempung adalah benar. Namun,
konsep bahwa kekuatan lempung retak-retak akan turun sedikit demi sedikit
dengan berjalannya waktu sampai ke taraf kekuatan sisa ternyata tidak benar.
Penelitian dikemudian hari menunjukkan faktorfaktor penting berikut ini ;
1. Kekuatan sisa yang diukur dengan menggunakan uji kotak geser lebih
tinggi daripada kekuatan sisa yang sebenarnya (lihat keterangan bawah
pada pengukuran menggunakan alat geser cincin)
2. Pengukuran tekanan pori dengan teliti pada penggalian pemotongan
dalam lempung ini menunjukkan bahwa tekanan masih naik selama
puluhan tahun setelah lereng dipotong dianggap menjadi penyebab utama
dari tertundanya kelongson
3. Nilai kuat geser maksimum yang digunakan oleh Skempyton berasal dari
pengujian pada contoh tanah kecil. Jika pengujian dilakukan contoh tanah
yang besar, maka nilai dan jauh lebih rendah dan mendekati nilai yang
ditentukan dengan analisis balik pad di lapangan.
Konsep kekuatan sisa masih penting karena menentukan kekuatan tanah pada
bidang dimana pergerakan sudah pernah terjadi. Skempton (1985) menyatakan
bahwa “Oleh karena itu, kekuatan sisa umumnya tidak relevan pada kelongsoran
yang terjadi pertama kali pada suatu lereng. Akan tetapi, kekuatan sisa masih
penting pada keadaan dimana sudah terjadi kelongsoran karena kekuatan pada
bidang geser adalah kekuatan sisa-sisa."
9.5.1 Pengukuran kekuatan Sisa Walaupun kotak geser langsung digunakan pada
penelitian-penelitian dahulu untuk mengukur kekuatan geser sisa, sekarang ini cara-cara
tersebut tidak lagi dianggap menghasilkan nilai kekuatan sisa yang dapat dipercaya. Nilai
yang tepat hanya dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat yang disebut alat
geser cincin. Bishop dan rekan-rekannya (1971) menciptakan alat geser cincin pertama.
Konsepnya diperlihatkan pada Gambar 9.19.
Alat ini berupa kotak geser yang melingkar dan membentuk lingkaran yang tertutup
sehingga merupakan cincin. Contoh tanah juga berbentuk cincin (annulus). Oleh karena
itu, jarak pergeseran menjadi tak terbatas. Fengujian dapat dilakukan pada tegangan
normal yang berbeda-beda seperti pada kotak geser biasa. Bagian atas dari cincin
ditahan tetap dan momen penahan diukur, sementara bagian bawah diputar pada
kecepatan tetap dengan menggunakan motor. Dari ukuran contoh dan momen
penahan, tegangan geser pada bidang keruntuhan dapat dihitung. Peralatan
Bishop, dkk. (1971) adalah alat yang sempurna untuk mendapa sisa yang tepat.
Akan tetapi, penyusunan peralatan tersebut sa dan memerlukan waktu yang lama.
Bromhead (1979) menemuk peralatan yang lebih sederhana yang memberikan
hasil yang ham dengan peralatan Bishop
Ternyata dari penelitian didapatkan bahwa kekuatan sisa adalah : dasar tanah itu
sendiri, dan tidak bergantung pada cara persiapan tanah a dalam alat uji geser
cincin. Hasil yang sama diperoleh tanpa dipengaruhi apakah tanah tersebut asli
atau dibentuk ulang dalam keadaan lunak atau
keras.
σ ₁−σ ₃ σ ₁−σ ₃
x == dan ℽ =
2 2
Tapak tegangan dapat digambar dengan menggunakan tegangan total atau
tegangan efektif.
tan ∅
c'= d = d sec∅ (9.12)
tanβ
Gambar 9.20(b) menunjukkan tapak tegangan total dan tegangan efektif dalam uji
triaksial konsolidasi tak terdrainasi. Dalam keadaan ini tapak tegangan efektif
berbeda dari tapak tegangan total. Perbedaan ini adalah sebesar nilai tekanan air
pori yang dihasilkan akibat penggeseran selama pengujian. Jika tekanan air pori
yang dihasilkan positif, maka kedua tegangan utama menurun dan lingkaran Mohr
dan tapak tegangan bergeser ke kiri, seperti ditunjukkan pada gambar. Jika
tekanan air pou yang dihasilkan negatif, maka tapak tegangan akan bergeser ke se
kanan tapak tegangan total.
tanah yang disebabkan oleh perubahan tegangan total dalam keadaan tak
terdrainasi. Perubahan tegangan total ini mungkin hanya pada tegangan
pengekang, tetapi mungkin juga perubahan pada tegangan geser. Persamaan yang
digunakan untuk menghubungkan perubahan tekanan air pori dengan perubahan
tegangan total (Skempton, 1954) adalah:
Seperti telah kita lihat, jika tanah jenuh air maka tekanan air pori akan meningkat
dengan nilai yang sama dengan kenaikan tegangan pengekang total, dan B = 1.
Apabila tanah kurang dari 100% jenuh, maka nilai B menurun dengan cepat
seiring dengan meningkatnya volume udara dalam tanah. Jika derajat kejenuhan
menurun hingga 80%, nilai B akan kurang dari 0,2 pada banyak jenis lempung.
Parameter A berhubungan dengan perubahan tegangan geser. Jika nilai σ ₃ tetap
dan tanah jenuh, maka Persamaan 9.9 menjadi:
Nilai A bergantung pada kekakuan atau kepadatan tanah. Tanah yang sangat lunak
cenderung mengalami penurunan volume apabila kena pergeseran, sehingga pada
keadaan tak terdrainasi tekanan air pori akan mengalami kenaikan selama
pergeseran. Dalam hal lain, tanah yang sangat padat cenderung mengalami
dilatansi (peningkatan volume) apabila kena
pergeseran sehingga pada keadaan tak terdrainasi tegangan ai cenderung menurun
selama pergeseran. Oleh karena itu, nilai berkisar dari bawah nol hingga sekitar
satu. Pada jenis tanah yan lunak, dan tanah dengan kepekaan yang tinggi, A
mungkin lebih be 1. Pada tanah endapan, nilai A umumnya berkisar antara 0
untuk terkonsolidasi berlebihan, hingga sekitar 1 untuk tanah terkonso normal.
Gambar 9.21 menunjukkan hubungan parameter A dan B, den sifat tanah.
Perilaku Lempung yang Dibentuk Ulang Darilaku lempung yang dibentuk ulang
dalam uji triaksial konsolidasi rok terdrainasi diperlihatkan pada Gambar 9.22.
Lempung ini dicampur dengan air sehingga merupakan lumpur. Kemudian
lempung ini dijadikan contoh tanah terkonsolidasi normal dengan memakai
tegangan konsolidasi dalam alat triaksial sebesar titik A sampai titik K pada
Gambar 9.21(b). Hasil uji triaksial dari contoh terkonsolidasi pada tegangan
ditunjukkan dalam Gambar 9.22(a). Gambar ini menunjukkan grafik tegangan
deviator dan tegangan air pori terhadap regangan. Kurva dengan bentuk yang
sama diperoleh dari semua contoh terkonsolidasi normal. Tegangan air pori
meningkat dengan nilai yang hampir sama dengan tegangan deviator; ini berarti
parameter tekanan air pori A pada keruntuhan mendekati satu, sesuai dengan
Gambar 9.21. Garis keruntuhan Mohr-Coulomb yang ditunjukkan dalam Gambar
9.22(b) melalui titik asal sehingga nilai c' adalah nol. Ini biasa pada lempung
terkonsolidasi normal.
Perilaku Lempung yang Dibentuk Ulang Darilaku lempung yang dibentuk ulang
dalam uji triaksial konsolidasi rok terdrainasi diperlihatkan pada Gambar 9.22.
Lempung ini dicampur dengan air sehingga merupakan lumpur. Kemudian
lempung ini dijadikan contoh tanah terkonsolidasi normal dengan memakai
tegangan konsolidasi dalam alat triaksial sebesar titik A sampai titik K pada
Gambar 9.21(b). Hasil uji triaksial dari contoh terkonsolidasi pada tegangan
ditunjukkan dalam Gambar 9.22(a). Gambar ini menunjukkan grafik tegangan
deviator dan tegangan air pori terhadap regangan. Kurva dengan bentuk yang
sama diperoleh dari semua contoh terkonsolidasi normal. Tegangan air pori
meningkat dengan nilai yang hampir sama dengan tegangan deviator; ini berarti
parameter tekanan air pori A pada keruntuhan mendekati satu, sesuai dengan
Gambar 9.21. Garis keruntuhan Mohr-Coulomb yang ditunjukkan dalam Gambar
9.22(b) melalui titik asal sehingga nilai c' adalah nol. Ini biasa pada lempung
terkonsolidasi normal.
Tapak tegangan dari contoh terkonsolidasi berlebihan ini, yang Corlihat dalam
Gambar 9.22(c), cukup berbeda dari contoh terkonsolidasi normal. Perbedaannya
menjadi lebih besar seiring dengan meningkatnya OCR. Untuk contoh
terkonsolidasi berlebihan, parameter A mendekati nilai nol, sesuai dengan Gambar
9.21. Tanah terkonsolidasi berlebihan juga memengaruhi garis keruntuhan Mohr-
Coulomb. Bagian awal garis bergerak sedikit ke atas sehingga memberikan nilai d'
yang kecil. Titik M pada Gambar 9.22(c) adalah titik peralihan dari perilaku
konsolidasi berlebihan menjadi perilaku konsolidasi normal.
Gambar 9.23 menunjukkan kurva tegangan deviator dan tekanan air Pori
terhadap regangan pada contoh dengan tegangan konsolidasi sama dengan
tegangan setempat (21 kPa), juga pada tegangan yang lebih rendah
kPa) dan tegangan yang lebih tinggi (150 kPa). Perilakunya hampir dengan contoh
tanah yang dibentuk ulang dalam Gambar 9.22. tegangan konsolidasi yang tinggi,
tanah berperilaku sebagai tanah consolidasi normal. Tekanan air pori meningkat
dengan nilai yang sama gan tegangan deviator. Demikian pula pada tegangan
yang sangat tanah berperilaku sebagai lempung terkonsolidasi berlebihan, gan
kenaikan tekanan air pori yang sangat kecil.
Ternyata ada perbedaan perilaku pada nilai tegangan setempat. Tapak
ngan dalam Gambar 9.24 menunjukkan perilaku terkonsolidasi normal hanya pada
tegangan konsolidasi di atas 60 kPa. Contoh ini diambil dari kedalaman dimana
tegangan efektif adalah sebesar 21 kPa, jauh di bawah 60 kPa. Ini berarti rasio
terkonsolidasi berlebihan (OCR) adalah sekitar 3. Ini terjadi karena proses
pengerasan yang dialami tanah endapan setelah pengendapan. Seperti sudah
dijelaskan (Bab 8.3.3 dari Bab 8), sering terdapat lempung yang secara geologis
"terkonsolidasi normal”, namun tidak bersifat sebagai lempung terkonsolidasi
normal menurut perilaku kekuatan geser atau konsolidasi.
sebagai σˬ−σΉ
Grafik tegangan deviator dan tekanan air pori terhadap regangan pada
Gambar9.25(a) menunjukkan bahwa nilai puncak tegangan deviator tidak
pengaruhi oleh apakah tegangan awalnya isotropis atau anisotropis, tetapi nilai
tarik jauh lebih rendah daripada nilai uji tekan. Alasannya jelas dari tapak
tegangan pada Gambar 9.25(b). Ini menunjukkan bahwa on air pori yang
dihasilkan pada uji tarik berbeda dengan uji tekan hingga mengakibatkan
tegangan efektif yang lebih rendah. Keruntuhan semua contoh terjadi dekat pada
satu garis keruntuhan Mohr-Coulomb yang dibuat dalam Gambar 9.24 dari hasil
uji triaksial tekan.