A. PENGERTIAN
Pengertian Nifas
Section caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus. Indikasi section caesarea bisa indikasi absolut atau
relative. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin
terlaksana merupakan indikasi absolut untuk section abdominal. Diantaranya adalah
kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir.
Pada indikasi relative, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah
sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat section caesarea akan lebih aman bagi ibu,
anak atau pun keduanya. [CITATION Oxo10 \l 1057 ]
Pengertian Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of the membranes (PROM)
merupakan kejadian pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda persalinan. KPD
terjadi apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan 1 jam
atau 6 jam sebelum inpartu, dan terjadi sebelum pembukaan serviks 3cm pada
primigravida dan <5cm pada multigravida. [ CITATION Sus10 \l 1057 ]
Pengertian Nifas
[CITATION Yef15 \l 1057 ] Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah
partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Masa puerpenium (nifas)
adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi
seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan. Masa nifas atau peurpenium dibagi dalam 3 periode :
1. Peurpenium dini : kepulihan dimana ibu terlah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan
2. Peurpenium intermedial : kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
3. Remote peurpenium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu. Bulanan atau tahunan.
Perubahan-perubahan yang penting pada masa nifas
Adaptasi fisiologi
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum, yaitu :
1. Sistem reproduksi
a. Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari
kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam
fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simpisis
pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pasca
partum.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hemostasis pasca partum dicapai terutama
akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksigen yang dilepas
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1
sampai 2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur.
c. Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami
multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal
puerperium.
d. Lokia
2
Pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus
selama masa nifas disebut lokis. Lokia ini terdiri dari lokia rubra (1-4 hari)
jumlahnya sedang berwarna merah dan terutama darah, lokia serosa (4-8
hari) jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa), lokia
alba (8-14 hari) jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hamper tidak
berwarna.
e. Serviks
Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6
minggu post natal, serviks menutup
f. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
g. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
postnatal hari ke-5, periniim sudah mendapat kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
melahirkan.
h. Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika
laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan
mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap status hormonal serta
dimulainya laktasi.
i. Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasine (kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan) sfingter dan
edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang
3
besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.
2. Tanda-tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan meningkat
menjadi 380C sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan dehidrasi
maupun karena terjadinya perubahan hormonal, bila diatas 380C dan selama
dua hari dalam sepuluh dari pertama post partum perlu dipikirkan adanya
infeksi saluran kemih, endometriosis dam sebagainya. Pembengkakan buah
dada pada hari ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan
suhu atau tidak.
3. System kardiovaskuler
a. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensiortostatik, yang
diindikasikan ioleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera berdiri,
dapat timbul dalam 48 jam pertama.
b. Denyut nadi
Nadi umumnya 60-80 denyut permenit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin
ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas
umumnya denyut nadi lebih labih dibandingkan suhu. Pada minggu ke 8
sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi
sebelum hamil.
c. Komponen darah
Hemoglobin, hematocrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan semula
sebelum melahirkan
Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis dibagi menjadi 3 fase :
1. Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan hari
ketiga post partum, focus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan
4
ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat
keputusan.
2. Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandirian dari
ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, focus sudah kebayi mandiri
dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi,
mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
3. Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran
yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu
sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah dan
berinteraksi dengan bayi.
C. PATOFISIOLOGI
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C yang dapat
5
meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat dan lebih lanjut menyebabkan
pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa yang akan menyebabkan kontraks miometrium.
Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit atau
makrofag, yaitu sitokin, interleukin-1, faktor nekrosis tumor dan interleukin-6. Platelet
activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan
dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin.
Endotoksin yang masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel
desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan
dimulainya persalinan. Di sisi lain, kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi.
Enzim bakterial atau produk penjamu (host) yang disekresikan sebagai respon
untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan ruptur kulit ketuban. Banyak flora
servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease
dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tegangan kulit ketuban.
Elastase lokosit polimorfoneklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III
pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi
karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III
dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain termasuk katepsin B, katepsin N dan kolagenase yang
dihasilkan neutrofil dan makrofag nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel inflamasi
manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah pasminogen menjadi
plasmin, potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.
[ CITATION Bud10 \l 1057 ]
6
PATHWAY
GRAVIDA
SC
Estrogen
Kurang pengetahuan nifas meningkat
imobilisasi
Kerusakan
integritas jaringan
7
[ CITATION LJC16 \l 1057 ]
D. PENATALAKSANAAN
8
f. Nilai tanda-tanda infeksi
Observasi suhu, leukosit dan tanda-tanda infeksi intrauterin
2. Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm
a. Kehamilan >37 minggu
Induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan seksio sesaria.
b. Bila pada pasien terdapat tanda infeksi
Berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri :
Jika skor pelvik <5
Lakukan pematangan serviks kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan
seksio sesaria
Jika skor pelvik >5
Induksi persalinan, partus pervaginam
[ CITATION Sar16 \l 1057 ]
E. KOMPLIKASI
9
(b) Disertai korioamnionitis atau bisa terjadi sendiri
c. Gawat janin
Prolapsus tali pusat lebih sering terjadi pada kasus KPD (1,5%). KPD
preterm yang inpartu mempunyai 8,5% insiden gawat janin dibandingkan
1,5% pada persalinan preterm tanpa KPD. Kenaikan angka lahir mati pada
pasien KPD preterm yang tidak termonitor ditangani secara konservatif.
[ CITATION Vid14 \l 1033 ]
d. Hipoksia dan afiksia akibat oligohidramnion
Oligohidramion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal. Yaitu kurang dari 300cc. Oligohidramnion juga menyebabkan
terhentinya perkembangan paru-paru sehingga pada saat lahir paru-paru tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Tali pusat yang tertekan mengakibatkan
terjadinya afiksia atau hipoksia.
[ CITATION Ell16 \l 1057 ]
F. MANIFESTASI KLINIS
10
Masa nifas terjadi beberapa perubahan fisiologis yaitu :
a. Perubahan fisik
b. Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
c. Laktasi/pengeluaran air susu ibu
d. Perubahan system tubuh lainnya
e. Perubahan psikis
(Buku patologi dan fisiologi persalinan)
11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a) Identitas pasien
Berupa nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, agama, status, nomor RM, tanggal masuk, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab
Berupa nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin, alamat,
hubungan dengan pasien.
2. Pengkajian Ibu Post Partum
a) Keadaan Umum :
b) Kesadaran :
c) Tanda – tanda Vital:
d) Berat badan :
e) Tinggi Badan :
f) Head to toe
g) Abdomen :
a. Involusi uterus:
b. Fundus uterus:
c. Kontraksi :
d. Posisi :
e. Kandung kemih:
f. Diastasis rektus abdominalis :
g. Fungsi pencernaan:
h) Genetalia
i) Ekstremitas : tidak ada bengkak, tidak ada varises, tanda homan
negative
j) Eliminasi
1. BAK
2. Frekuensi BAK:
3. BAK saat ini (nyeri/tdk):
4. BAB
12
5. Frekuensi BAB:
6. BAB saat ini (konstipasi/tdk):
k) Istirahat dan kenyamanan
1. Pola tidur (kebiasaan, lama, frekuensi):
2. Keluhan ketidaknyamanan (ya/tdk, lokasi, sifat, intensitas):
l) Mobilisasi dan latihan
m) Nutrisi dan cairan
n) Keadaan mental
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) Tes HbsAg/ HIV
4. Terapi Obat
5. Data Fokus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia [CITATION Tim17 \l 1057 ] :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasiv
5. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI
C. INTERVENSI
Perencanaan yang disesuaikan dengan diagnosa, berdasarkan Standar intervensi
keperawatan indonesia [CITATION Tim181 \l 1057 ] dan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia [CITATION Tim18 \l 1057 ] :
13
(L. 08066) faktor pemberat,
pengaruh budaya,
pengaruh nyeri.
-monitor keberhasilan
terapi, efek samping
penggunaan analgetik
N:
-berikan teknik non
farmakologis Untuk mengontrol
-kontrol lingkungan tingkat nyeri
-fasilitasi istirahat dan
tidur
-pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
E:
-jelaskan penyebab,
periode, pemicu, dan Untuk menambah
strategi meredakan nyeri pengetahuan pasien
-anjurkan monitor nyeri terhadap sakit yang ia
secara mandiri rasakan
-anjurkan penggunaan
analgetik secara tepat
-ajarkan teknik
nonfarmakologis
C:
-kolaborasi dalam
pemberian analgetik
2. Setelah dilakukan O: Untuk mengetahui
intervensi - identifikasi adanya adanya gangguan
keperawatan 3x24 nyeri dan keluhan mobilitas
jam maka mobilitas N:
fisik meningkat - fasilitasi aktivitas Untuk memfasilitasi
dengan kriteria hasil : mobilisasi dengan dan melibatkan
a. Pergerakan alat bantu keluarga dalam
ekstremitas (misal,pagar tempat membantu
meningkat tidur ) meningkatkan
b. Rentang gerak - libatkan keluarga pergerakan pasien
14
(ROM) untuk membantu tanpa keluhan
meningkat pasien dalam
c. Nyeri meningkatkan
menurun pergerakan
d. Kecemasan E:
menurun - jelaskan tujuan dan Untuk menambah
e. Kelemahan prosedur mobilitas
pengetahuan dan
fisik menurun - ajarkan mobilisasi
(L.05042) sederhana latihan
15
- anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
C: Untuk mempercepat
- kolaborasi dengan penyembuhan pasien
dokter dalam
pemberian terapi
5. Setelah dilakukan O:
tindakan keperawatan - Monitor tingkat Membantu
selama 3x24 jam pengetahuan dan mengidentifikasi
diharapkan status pengalaman ibu kebutuhan pasien,
menyusui meningkat dalam menyusui untuk memberi
dengan kriteria hasil : N: tindakan yang tepat.
a) Pancaran ASI - Demonstrasikan dan
meningkat tinjau ulang teknik Membantu
b) Suplai ASI adekuat menyusui melancarakan produksi
meningkat - Demonstrasikan ASI
c) Payudara ibu teknik breast care
kosong setelah E:
meyusui - Berikan edukasi
meningkat mengenai diit yang Membantu ibu
melancarkan ASI memilih makanan
(L.03029) C: yang melancarkan ASI
Kolaborasi dengan ahli
gizi Pemberian diit
melancarkan ASI
D. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang
telah disusun.
E. EVALUASI
Penilaian terhadap perkembangan dan kondisi kesehatan pasien setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan. Evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan implementasi
keperawatan kepada pasien dapat dilihat bahwa masalah yang terjadi telah teratasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Capenito, L. J. (2016). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Harry dan William, R. F. (2010). lmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Manggiasih, V. A. (2014). Hubungan Umur dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Ditinjau
dari Paritas Ibu. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Prawiroharjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan, Edisi ke 4 Cetakan ke II. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Sari, S. P. (2016). Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan 38 Minggu di Rumah Sakit dr. Moch
Anshari Saleh Banjarmasin. Banjarmasin: Akademi Kebidanan Sari Mulia.
SLKI, T. P. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Susilowati, E., & Astuti, L. D. (Oktober 2010). Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban
Pecah Dini di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2009. Jurnal Kebidanan
Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1.
Wulandari, E. (2016). Analisis Faktor Risiko Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Diini pada Ibu
Melahirkan di RSUD Tugurejo Semarang. UNIMUS, 2-13.
Yefi Marlinda, d. N. (2015). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba
Medika.
17
18