Anda di halaman 1dari 10

MATERI INISIASI 3

ADBI4441 PRAKTIK BISNIS DI INDONESIA

PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DAN PENANAMAN


MODAL ASING (PMA)
Kegiatan Belajar 1
Arti Penting dan Kebijakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di
Indonesia

A. ARTI PENTING PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI


Tujuan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan Undang-Undang
nomor 25 Tahun 2007 ayat (2) tentang Penanaman Modal adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi rill dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri;
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penanaman modal atau investasi secara langsung di sektor riil memiliki peran
yang dominan dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Selain kegiatan ini
memberikan efek pengganda (multiplier) pada pertumbuhan pendapatan negara,
penanaman modal dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat di lokalitas
(daerah) dimana investasi tersebut ditanam.
Penanaman modal secara konseptual meliputi antara lain tiga kegiatan utama:
1. Investasi masyarakat,
2. Investasi swasta dalam rangka PMDN dan PMA dan
3. Belanja barang modal serta pengeluaran rutin oleh negara.

B. KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA


Undang-Undang Repubik Indonesia No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal
dalam Penjelasan Umumnya dinyatakan bahwa Salah satu tujuan pembentukan
pemerintahan Negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Berkaitan
dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan
perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan
teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dalam suatu system perekonomian yang berdaya saing.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila
faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi. Kebijakan
Pemerintah dalam mengatur Penanaman Modal, baik penanaman modal dalam negeri
maupun penanaman modal asing dituangkan dalam bentuk Undang-Undang.
Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Penanaman modal Dalam
Negeri No. 6 Tahun 1968 berkaitan dengan ketenaga kerjaan, diantaranya adalah:
1. Pemilik modal berhak sepenuhnya menentukan direksi perusahaan ybs (Pasal
18).
2. Perusahaan2 (Nasional/Asing) yang berkedudukan di Indonesia, wajib
menggunakan tenaga kerja WNI, kecuali ada suatu posisi yang belum bisa
dijabat oleh tenaga WNI (Pasal 19).
3. Perusahaan-perusahaan, baik nasional mapun asing, wajib menyelenggarakan
dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan bila dipandang
perlu oleh Pemerintah.
Ketentuan lain adalah adanya pengaturan tentang pembebasan dan keringanan
pajak, diantaranya adalah:
1. Modal-modal yang ditanam dalam usaha rehabilitasi, pembaharuan, perluasan
dan pembangunan baru di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, pertambangan, peternakan, perindustrian, pariwisata, perumahan
rakyat, dan bidang produktif lain, tidak diusut asal-usulnya dan tidak
dikenakan pajak dan dibebaskan dari pajak kekayaan serta tidak dikenakan bea
materai modal. (Pasal 9, 10, 11)
2. Penanaman modal baru pada bidang – bidang usaha di atas dibebaskan dari
pajak perseroan. Pemegang sahamnya juga dibebaskan dari pajak dividen.
Kedua pembebasan ini dalam jangka waktu dua tahun sejak perusahaan mulai
produksi.(Pasal 12 ayat 1). Keringanan pajak ini bisa berupa tarif selektif atau
penyusutan yang bermanfaat bagi perusahaan, dll.
3. Kalau akibat penanaman modal itu bisa menambah devisa negara atau
menghemat dalam jumlah yang material, diberikan tambahan pembebasan
pajak selama 1 tahun(Pasal 12 ayat 2)
4. Kalau penanaman modal itu di luar Jawa, diberikan tambahan pembebasan
pajak selama 1 tahun (Pasal 12 ayat 3)
5. Kalau penanaman modal itu membutuhkan modal yang besar, maka diberikan
tambahan pembebasan pajak selama 1 tahun (Pasal 12 ayat 4)
6. Kalau penanaman modal dilakukan di bidang prasarana, diberikan tambahan
pembebasan pajak selama 1 tahun (Pasal 12 ayat 5)
7. Impor barang-barang modal yang diperlukan untuk penanaman modal baru
atau rehabilitasi bidang-bidang usaha di atas diberikan keringanan bea masuk
(Pasal 15)
8. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan pembebasan / keringanan pajak dilakukan
oleh Menteri Keuangan (Pasal 17)
Revisi dari Undang-undang No. 6 Tahun 1968, diantaranya adalah:
1. Kelonggaran tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini berlaku untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya Undang-undang ini (Pasal 1 ayat 1)
2. Pasal 11 dihapuskan (Pasal 1 ayat 2)
3. Pasal 12 diubah seluruhnya menjadi:
a. Pembebasan bea meterai modal atas penempatan modal.
b. Pembebasan bea balik nama atas pendaftaran kapal untuk pertama kalinya
4. Pasal 15 dihapuskan (Pasal 2)
Kegiatan Belajar 2
Perkembangan PMDN di INDONESIA

A. PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI SEBELUM PERIODE


KRISIS EKONOMI
Perekonomian kita pernah mengalami masa-masa jayanya dengan laju
pertumbuhan
ekonomi rata-rata sekitar 7,5 persen. Pertumbuhan yang relatif tinggi ini didukung
oleh berbagai faktor, meliputi antara lain:
1. Dukungan kebijakan deregulasi perdagangan dan investasi,
2. Iklim usaha yang kondusif untuk mempercepat laju kenaikkan investasi dan
juga
3. Adanya kepercayaan dunia internasional pada para pelaku ekonomi domestik
dalam melakukan berbagai bentuk kerjasama usaha patungan.
Pada saat itu perhitungan serta kalkulasi proyek-proyek investasi baru dapat
dengan mudah dilakukan karena memang terdapat kepastian berusaha yang tinggi dan
tingkat resiko kegagalan dalam berusaha yang rendah. Demikian juga sistem perijinan
investasi masih ditangani secara sentralistis sehingga sekaligus mengurangi rantai
birokrasi yang berlebihan.
B. PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI PADA PERIODE
REFORMASI
Kita dihadapkan pada kenyataan pahit bagaimana mesin pertumbuhan
perekonomian nasional yang berbasiskan perluasan kapasitas terpasang industri
ternyata belum mampu untuk tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
Kekurang hati-hatian dalam mengelola perusahaan dalam kondisi lingkungan
eksternal perusahaan yang berubah cepat (turbulent change) merupakan salah satu
faktor utama dari kegagalan tersebut. Praktek bisnis yang tercela dan kasus-kasus
kecurangan dalam politik berbisnis yang berbau korupsi, kolusi dan nepotisme
mengakibatkan perusahaan-perusahaan tersebut sangat rentan menghadapi badai
krisis dan lingkungan yang bergejolak. Dukungan pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan masyarakat dapat memberikan iklim yang kondusif untuk terselengaranya
investasi pun menjadi tantangan perekonomian lainnya.
C. PERKEMBANGAN PMDN PADA PERIODE 1985-2008
Perkembangan PMDN sebelum krisis ekonomi yaitu dari tahun 1985-1997
menunjukan bahwa baik dari segi proyek maupun nilainya, proporsi PMDN jauh lebih
besar daripada perkembangan PMA di Indonesia. Perkembangan PMDN di Indonesia
periode 1985-2008 yaitu nilai PMDN sebesar Rp.949.542 miliar dengan rata-rata
pertahun sebesar Rp.41284,5 miliar. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan
PMDN pada masa era Orde Baru jauh lebih baik daripada pasca krisis ekonomi tahun
1997/1998, kondisi ini didukung oleh stabilitas ekonomi dan kepercayaan publik
terhadap perekonomian Indonesia.
Krisis berdampak secara nyata terhadap penurunan investasi dalam negeri di
Indonesia, khususnya pada tahun 1988 hal ini memang dikarenakan adanya krisis
ekonomi yang berdampak pula menjadi krisis multidimensi sehingga membawa
dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia serta pergerakan investasi dalam
negeri.
Pasca krisis ekonomi, perkembangan investasi dalam negeri Indonesia tidak
terlalu mengalami penurunan yang drastis karena pemerintah dapat memperbaiki
kondisi perekonomian pada tahun 1988. Sehingga perkembangan investasi dalam
negeri kembali membaik meskipun tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
Selama tahun 2008, realisasi investasi tumbuh sekitar 20,5 persen disbanding dengan
tahun 2007. Total realisasi investasi tahun 2008 mencapai Rp.154,19
D. PERKEMBANGAN PMDN PADA TAHUN 2011
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia menyatakan, perkembangan
investasi PMDN (penanaman modal dalam negeri) sampai triwulan III- 2011 naik
hingga 100% dari periode yang sama pada 2010 lalu. Sementara itu perkembangan
investasi PMA (penanaman modal asing) sampai triwulan III-2011 mencapai US$
14,34 miliar, jauh lebih tinggi dari investasi PMA sepanjang 2010 sebesar US$ 3,36
miliar.
E. STARTEGI INVESTASI UNTUK MENARIK MINAT INVESTOR
Memperhatikan asumsi dasar filosofi desentralisasi yang dikemukakan di atas
(azas good governance, people orientation dan participatory democracy), maka sudah
saatnya sistem perencanaan daerah dilengkapi dengan Master Plan Pengembangan
Daerah yang berwawasan strategik. Pola lama yang melihat dan memperlakukan
kebijaksanaan pembangunan daerah sebagai bagian integral dari sistem perencanaan
ekonomi nasional dengan bias sektoralnya perlu secara berangsur ditinggalkan, dan
kemudian digantikan dengan kemandirian Daerah Otonom untuk merencanakan
pengembangan daerahnya.
Strategi investasi yang dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di
daerah sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi oleh masing-masing daerah serta
kebutuhan pengembangan investasi dan infrastruktur yang akan dijalankan selama
suatu periode perencanaan. Namun demikian, dengan mengacu pada berbagai
pendekatan dan model teoritis dalam pengembangan daerah, strategi pengembangan
investasi di daerah dapat dipilih dari beberapa bentuk strategi investasi berikut ini:
1. Strategi pengembangan leading/key industry
2. Strategi growth center melalui kawasan industri terpadu
3. Strategi pengembangan ancillary industry
4. Strategi pengembangan kota
5. Strategi pengembangan kehidupan lokal(neighborhood)
6. Strategi pengembangan fasilitas umum skala besar
7. Strategi pengembangan agropolitan dan pertanian terpadu
8. Strategi pengembangan perlindungan lingkungan alam
Secara umum terdapat tiga bentuk strategi investasi yang paling banyak dipakai di
dunia, yaitu :
1. Strategi Pengembangan Leading/ Key Industry
2. Strategi Growth Center
3. Strategi Pengembangan Ancillary Industry
Kegiatan Belajar 3
Arti Penting dan Kebijakan PMA di Indonesia
A. ARTI PENTING PENANAMAN MODAL ASING
Untuk mengetahui arti pentingnya penanaman modal asing, alangkah baiknya
jikalau kita kembali mengingat dari tujuan penyelenggaraan penanaman modal itu
sendiri, yaitu :
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi rill dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri;
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penanaman modal asing di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan
penanaman modal dalam negeri. Dari sembilan sektor ekonomi ternyata sektor
industri manufaktur yang paling besar menyerap dana dan penanaman modal asing.
Secara teori, PMA berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau
pertumbuhan ekonomi pada khususnya di negara tuan rumah lewat beberapa jalur.
Pertama, lewat pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti juga penambahan
output atau produk domestic bruto (PDB), total ekspor (X) dan kesempatan kerja
(KK). Ini adalah suatu dampak langsung. Pertumbuhan ekspor berarti penambahan
cadangan devisa (CD) yang selanjutnya peningkatan kemampuan dari negara
penerima untuk membayar utang luar negeri (ULN) dan impor (M). PMA juga
menjadi sumber penting peralihan teknologi dan knowledge lainnya. Peran ini bisa
lewat dua jalur utama, yaitu :
1. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan
PMA. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan-perusahaan
domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari
perusahaan PMA ke perusahaan domestik.
2. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau subcontracting antara PMA dan
perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan menengah, seperti
kasus PT Astra Internasional dengan banyak subkontraktor skala kecil dan
menengah.
Mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam UU Penanaman Modal No. 25
Tahun 2007, maka yang disebut sebagai “Penanaman Modal Asing”, harus memenuhi
beberapa unsur berikut (Ps. 1(3)):
1. Merupakan kegiatan menanam modal
2. Untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
3. Dilakukan oleh penanam modal asing,
4. Menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
Adapun bentuk penanaman modal ini dapat dilakukan melalui beberapa cara,
diantaranya (Ps. 5(3)):
1. Mengambil bagian saham pada saat pendirian Perseroan Terbatas;
2. Membeli saham;
3. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

B. KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA


Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:a
a. Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman
modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional
b. Mempercepat peningkatan penanaman modal.
Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud di atas Pemerintah:
a. Memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional
b. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi
penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan berakhirnya
kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
Kebijakan dasar sebagaimana dimaksud di atas diwujudkan dalam bentuk
Rencana Umum Penanaman Modal.
Pengertian modal asing sendiri berdasarkan pasal 2 poin a dan b adalah :
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaann
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk
pembiayaan perusahaan diIndonesia.
b. Alat-alat untukperusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik
orang asing dan bahan-bahan,yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah
Indonesia, selama alat-alat tersebuttidak dibiayai dari kekayaan devisa
Indonesia.
Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang tidak lain untuk
mengatur jalannya penanaman modal asing di Indonesia agar tetap terkendali dan
tidak mengabaikan kepentingan perekonomian nasional. Ketentuan-ketentuan tersebut
diantaranya adalah:
1. Perusahaan yang dimaksud harus berbentuk Badan Hukum Indonesia yang
seluruhnya berada di Indonesia atau sebagian besar berada di Indonesia (Pasal
3)
2. Pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk menentukan direksi
perusahaan-perusahaan dimanamodalnya ditanam (Pasal 9)
3. Perusahaan-perusahaan modalasing wajib memenuhi kebutuhan akan tenaga
kerjanya dengan warganegara Indonesia kecuali tenaga-tenaga pimpinan dan
tenaga-tenaga ahli warganegara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat
diisi dengan tenaga kerja warganegara Indonesia (Pasal 10 dan 11)
4. Perusahaan asing wajib menyelenggarakan atau menyediakan fasilitas
pelatihan untuk tenaga kerja WNI dengan tujuan suatu saat tenaga kerja WNA
dapat digantikan oleh tenaga kerja WNI (Pasal 12)
5. Izin penanaman modal asing jangka waktu berlakunya maksimal 30 tahun
(Pasal 18). Kalo ini sudah berakhir, maka perusahaan asing ybs harus
melanjutkan usahanya di bidang yang lain atau mengadakan usaha gabungan
dengan perusahaan nasional. (Pasal 7 UU No.6/1968)
6. Investor diberikan hak transfer (Pasal 19) yaitu hak untuk mengkonversi nilai
suatu barang dengan mata uang asli dengan nilai tukar rupiah pada saat itu.
Untuk akun-akun seperti :
a. Laba Bersih
b. Biaya tenaga kerja asing
c. Penyusutan aktiva tetap
d. Lain-lain
7. Dalam penanaman modal dapat dilakukan kerjasama antara modal asing dan
dalam negeri (Pasal 23)
8. Perusahaan wajib menjalankan perusahaannya dengan azas-azas ekonomi
yang tidak merugikan kepentingan negara (Pasal 26)
9. Perusahaan – perusahaan yang seluruh modalnya adalah modal asing wajib
memberi kesempatan bagi modal dalam negeri untuk masuk setelah jangka
waktu tertentu dan menurut imbangan yang telah ditentukan pemerintah
(Pasal 27)
Kepada perusahaan-perusahaan modal asing diberikan kelonggaran-
kelonggaran perpajakan dan pungutan lainnya sebagai berikut:
a. Pembebasan dari:
1. Pajak perseroan atas keuntungan untuk jangka waktu tertentu yang tidak
melebihijangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari saat usaha tersebut mulai
berproduksi
2. Pajak dividen atas bagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham,
sejauh laba tersebutdiperoleh dalam jangka waktu yang tidak melebihi waktu 5
(lima) tahun dari saatusaha tersebut dimulai berproduksi.
3. Pajak perseroan atas keuntungan termaksud dalam pasal 19 sub a, yang
ditanam kembalidalam perusahaan bersangkutan di Indonesia, untuk jangka
waktu tertentu yangtidak melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari
saat penanaman kembali
4. Bea masuk pada waktu pemasukan barang-barang perlengkapan tetap ke
dalam wilayah Indonesia seperti mesin-mesin, alat-alat kerja atau pesawat-
pesawat yangdiperlukan untuk menjalankan perusahaan itu
5. Bea Meterai Modal atas penempatan modal yang berasal dari penanaman
modal asing.
b. Keringanan:
1. Atas pengenaan pajak perseroan dengan suatu tarip yang proporsionilsetinggi-
tingginya lima puluh perseratus untuk jangka waktu yang tidak melebihi5
(lima) tahun sesudah jangka waktu pembebasan sebagai yang dimaksud dalam
ada, angka 1 tersebut diatas;
2. Dengan cara memperhitungkan kerugian yang diderita selama jangka waktu
pembebasan yangdimaksud pada huruf a angka 1, dengan keuntungan yang
harus dikenakan pajaksetelah jangka waktu tersebut diatas;
3. Dengan mengizinkan penyusutan yang dipercepat atas alat-alat perlengkapan
tetap.
Kompensasi yang diberikan kepada Investor Modal Asing diatur oleh
pemerintah dalam UU PMA Pasal 21 dan Pasal 22. Selain itu investor modal asing
dilarang untuk menjalankan perusahaannya pada bidang-bidang tertentu (Pasal 6),
seperti :
1. Pelabuhan
2. Produksi, Transmisi, dan distribusi listrik
3. Telekomunikasi
4. Pelajaran
5. Penerbangan
6. Air minum
7. Kereta Api Umum
8. Pembangkitan Tenaga Atom
9. Mass Media
10. Bidang Pertahanan Negara. Mis: Produksi Senjata, Peledak, dsb
11. Perusahaan asing tidak boleh melakukan usaha gabungan dengan modal asing
(Pasal 23 UU No.6/1968)

Kegiatan Belajar 4
Perkembangan PMA di Indonesia
A. GAMBARAN UNUM PERKEMBANGAN PMA
1. Perkembangan PMA secara Global
Permintaan konsumen dari negara-negara maju sampai saat ini telah menjadi
sumber inisiatif terciptanya rekor arus FDI pada tahun 2005. Arus masuk meningkat
dari 441,7 milyar dollar AS pada tahun 2003 menjadi 573,2 milyar dollar AS pada
tahun 2005. Manfaat positif dari peningkatan FDI di berbagai negara berkembang
telah dirasakan manfaatnya baik oleh negara, pengusaha dan konsumen dari negara
penerima, diantaranya adalah :
1. Memberikan efek multiplier positif pada peningkatan pertumbuhan kegiatan
industri dan penyerapan tenaga kerja terampil dan tenaga ahli khusus.
2. Mempercepat proses transfer teknologi pada perusahaan mitra lokal dan
perusahaan lokal yang terkait.
3. Memberikan kesempatan peningkatan kegiatan terkait yang dilakukan oleh
perusahaan kecil dan menengah.
4. Mengurangi tingkat korupsi karena perusahaan MNC umumnya merupakan
perusahaan yang go publik.

2. Gambaran Umum Perkembangan PMA di Indonesia


Kinerja penanaman modal yang kurang baik sejak 1996 menyebabkan
lambannya proses pemulihan ekonomi negara kita beberapa tahun setelah krisis.
Tantangan dan kendala di atas lambat laun mulai dapat diatasi oleh Pemerintah pada
beberapa tahun terakhir ini. Upaya yang telah dilakukan Pemerintah ini membuahkan
hasil dalam peningkatan kehadiran PMA di Indonesia. Selama kurun waktu tiga tahun
terakhir misalnya, realisasi investasi asing di Indonesia secara kumulatif telah
mencapai nilai 18,0 miliar dollar AS, atau meningkat sekitar 50 % dibandingkan
periode tahun 2000-2003.
Minat investasi yang paling menonjol dan menunjukkan peningkatannya
adalah investasi langsung dalam rangka mendapatkan fasilitas penanaman modal
asing (FDI). Perkembangan investasi langsung yang dahsyat tersebut kemudian
memberikan berbagai manfaat dan dampak positif untuk perkembangan ekonomi
nasional dan lokal, devisa negara meningkat, lapangan kerja meningkat, transfer
teknologi dan lain-lain.
B. PERKEMBANGAN PMA DALAM ERA DESENTRALISASI DAN
OTONOMI DAERAH
Proses pencarian dan penetapan sumber-sumber keuangan pemerintahan
daerah hendaknya dapat dilakukan dengan memperhatikan keberlangsungan dan
eksistensi perusahaan-perusahaan yang telah bermukim lama di daerah. Kegiatan
investasi PMA yang dapat dikembangkan di daerah dan berpotensi menghasilkan
devisa dan efek pengganda terbesar dapat dicirikan diantaranya dengan hal sebagai
berikut :
1. Kegiatan industri pertanian berorientasikan ekspor
2. Kegiatan industri pengolahan dan industri pasokan yang menggunakan lebih
banyak tenaga kerja dan bahan baku lokal
3. Kegiatan industri berteknologi madya dan tinggi yang memanfaatkan para
pekerja trampil dan professional
Sedangkan kegiatan investasi PMA yang diperkirakan kurang memberikan
dampak dan pengaruhnya pada kemajuan pertumbuhan perekonomian daerah, karena
cenderung memberikan efek pengganda yang relatif kecil, diantaranya adalah :
1. Kegiatan industri berat berteknologi tinggi yang sebagian besar bahan baku
dan tenaga kerjanya diimpor
2. Kegiatan perdagangan dan usaha retail skala besar seperti kawasan mall,
hypermarket dan keagenan penjualan barang-barang impor
3. Kegiatan industri karoseri mobil
4. Kegiatan perbankan dan asuransi

C. STRATEGI MANAJERIAL YANG PERLU DIBANGUN


Untuk mendorong lebih lanjut peningkatan investasi penanaman modal di
Indonesia, perlu diciptakan iklim investasi dan usaha yang lebih menarik. Iklim
investasi yang positif dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya berkesinambungan
yang dilakukan oleh para birokrat dan para pelaku ekonomi di lokalitas-lokalitas
tempat investasi dalam hal-hal berikut ini :
1. Memberikan kepastian hukum atas peraturan-peraturan pada tingkat pusat dan
daerah
2. Memelihara keamanan dari potensi gangguan kriminalitas terhadap aset-aset
berharga perusahaan.
3. Memberikan kemudahan yang paling mendasar atas pelayanan bagi para
investor
4. Memberikan secara selektif rangkaian paket insentif investasi yang bersaing.
5. Menjaga kondisi iklim ketenagakerjaan yang menunjang kegiatan usaha secara
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai