Anda di halaman 1dari 12

KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN (PIDATO)

A. Keterampilan Berbahasa Lisan

Kompetensi berbahasa lisan yang perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa antara lain;
berdiskusi, presentasi, berpidato, berceramah, memberi penyuluhan, dan lain-lain. Seperti
telah kita ketahui, bahwa keterampilan berdiskusipun banyak macamnya diantaranya;
diskusi kelompok, diskusi panel, seminar, doalog, debat, muktamar, sarasehan, simposium,
kongres, rapat kerja, dan sebagainya. Demikian pula keterampilan dan kemampuan
berpidato, juga banyak macam dan jenisnya seperti yang akan dibicarakan dan dibahas
dalam materi berikut ini.

1. Pengertian Pidato
Pidato adalah Pengungkapan gagasan atau pikiran yang ditujukan kepada orang
banyak dengan teknik tertentu sehingga isi pidato yang disampaikan menjadi jelas dan
manarik. Menurut KBBI (2005:681) berpidato adalah pengungkapan buah pikiran dalam
bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk
diucapkan di depan khalayak (KBBI, 2005: 681). Pidato umumnya ditujukan kepada orang
atau sekumpulan orang untuk menyatakan gagasan atau pemikiran, ucapan selamat,
menyambut tamu, memperingati hari-hari besar dan sebagainya (Karomani, 2011:12).

Menyampaikan pidato atau berpidato adalah berbicara di hadapan orang banyak (di
depan audiens/ umum) dalam rangka menyampaikan suatu masalah untuk mencapai suatu
tujuan tertentu, misalnya untuk memberikan penjelasan, mem-pengaruhi audiens,
bermusyawarah, mengajak pendengar, memberikan rujukan dan sebagainya.
(Tarigan,1997:73). Di sisi lain, berpidato juga merupakan suatu kegiatan menyampaikan
gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-
aspek non-kebahasaan (ekspresi wajah, kontak pandang, gerak tangan dan lain-lain) yang
dapat mendukung efisiensi dan efektifitas pengungkapan gagasan kepada orang banyak
dalam suatu acara tertentu.

2. Tujuan Berpidato

Secara umum berpidato di hadapan audiens memiliki empat tujuan yaitu :


a. Menyampaikan informasi (informative) yaitu pidato yang bertujuan memberikan laporan
atau pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk pendengar.
Contohnya pidato penyuluhan akan bahasa Narkoba
b. Meyakinkan dan mempengaruhi sikap pendengar (persuasive) yaitu pidato yang berisi
tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak pendengar untuk melakukan
suatu hal.
Contohnya pidato calon legislatif.
c. Menghibur pendengar (rekreatif)yaitu pidato yang bertujuan untuk menghibur atau
menyenangkan pendengar.
Contohnya pidato di posko bencana, pidato dalam acara bakti sosial, dll.
d. Menekankan aspek-aspek pendidikan (educative) yaitu pidato yang berupaya
menekankan pada aspek-aspek pendidikan.
Contohnya pidato/ ceramah keagamaan.(Ochs and Winner dalamTarigan, 2008:16)
Selanjutnya bagaimanakah berpidato yang baik itu ? Seseorang yang berpidato
dengan baik akan meyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran,
informasi, gagasan atau pesan yang disampaikannya. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
agar dapat berpidato dengan baik antara lain;
a. Harus mempunyai tekad dan keyakinan bahwa pembicara mampu meyakinkan orang lain.
Dengan memiliki tekad ini maka akan tumbuh keberanian dan sikap percaya diri sehingga
pembicara tidak akan ragu-ragu mengucapkan pidatonya.
b. Harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga pembicara dapat menguasai materi
dengan baik.
c. Harus memiliki pembendaharaan kata yang cukup, sehingga pembicara mampu
mengungkapkan pidato dengan lancar dan meyakinkan.
d. Harus memiliki kebiasaan atau latihan yang intensif. Persiapan yang matang dan latihan
yang intensif akan sangat membantu kelancaran berpidato. (Maidar dalam Karomani,
2011:12).

3. Jenis-Jenis dan Metode Pidato

Berdasarkan referensi yang pernah penulis pelajarai, bahwa ditinjau dari sifat isinya,
pidato dapat dibedakan menjadi :
a. Pidato pembukaan, yaitu pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa acara atau MC
(master of ceremony) dalam sebuah acara, seperti acara pernikahan, ulang tahun.
b. Pidato pengarahan,yaitu pidato yang dilakukan oleh seseorang pada suatu per-temuan
resmi yang berfungsi untuk memberi pengarahan dalam melakukan sesuatu, seperti pidato
seorang Dekan dalam persiapan KKN mahasiswa.
c. Pidato sambutan, yaitu pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa
tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara
bergantian, seperti pidato pejabat dalam acara peresmian gedung.
d. Pidato peresmian, yaitu pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk
meresmikan sesuatu, seperti pidato peresmian gedung baru oleh rektor.
e. Pidato laporan, yaitu pidato yang berisi laporan suatu tugas atau kegiatan yang telah
selesai dilaksanakan, seperti pidato laporan ketua kelompok KKN mengenai kegiatan-
kegiatan KKN yang dilakukan di desa.
f. Pidato pertanggungjawaban, yaitu pidato yang berisi suatu laporan pertanggung-jawaban,
seperti pidato pertanggungjawaban ketua koperasi pada rapat akhir tahun dan sebagainya.
Sedangkan ditinjau dari metodenya berpidato dapat dibedakan menjadi empa macam
yaitu :
a. Metode Menghafal
Yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghafalnya kata per kata. Metode ini
kebalikan dari metode impromtu. Pembicara mempersiapkan pidato yang akan disampaikan
secara lengkap sebelum menyampaikan pidato, kemudian dihafal kata demi kata. Metode ini
dapat melatih pembicara untuk melatih pemahaman sebelum menghafal teks pidato yang
akan disampaikan. Selain itu, metode ini akan membuat pembicara lebih fokus dengan teks
yang telah dihafal dan audiens yang dihadapi.
b. Metode Impromptu (serta-merta)
Yaitu membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman
dan wawasan. Metode ini dilakukan berdasarkan kebutuhan sesaat. Pembicara sebelum
berbicara tidak melakukan persiapan sama sekali, melainkan secara serta merta berbicara
berdasarkan kemampuannya dan pengetahuannya yang dikaitkan dengan situasi dan
kepentingan saat itu.
c. Metode Naskah
Yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan
umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi. Pembicara menyampaikan pidato dengan
membacakan naskah yang telah ditulis, baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
d. Metode Ekstemporan (menggunakan kerangka pembicaraan)
Yaitu metode tanpa persiapan naskah yang lengkap. Pembicara masih mempunyai
kesempatan untuk membuat persiapan khusus berupa kerangka pembicaraan / catatan
penting. Metode ini sangat dianjurkan sebagai jalan tengah. Uraian yang akan dibawakan
pada metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan yang penting, yang
sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu. Catatan-catatan ini hanya digunakan untuk
mengingat urutan-urutan idenya. (Mulgrave, 1954:25).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa metode berpidato ada 4 macam, yaitu
metode menghafal, metode impromptu (serta merta), metode naskah, dan metode
ekstemporan (kerangka pembicaraan).

4. Langkah-langkah berpidato

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan oleh seorang pembicara dalam
berpidato adalah sebagai berikut.

a. Menentukan topik dan tujuan pidato.


Topik merupakan persoalan yang akan dikemukakan dan dibahas, sedangkan tujuan
pembicaraan berhubungan dengan tanggapan yang diharapkan dari para pendengar (audiens)
tentang persoalan yang disampaikan.
b. Menganalisis Pendengar dan Situasi.
Dengan menganalisis situasi akan didapatkan jalan keluar untuk menyiapkan cara-cara
bagaimana pembicara harus menyesuaikan diri dalam menyampaikan uraiannya dan
memberi jalan untuk menentukan suatu sikap yang harus diambil dalam menghadapi para
pendengar. Menganalisis pendengar dapat dilakukan dengan cara mengaitkan pokok
pembicaraannya dengan persoalan hidup pendengar
c. Memilih Topik dan Menyempitkan Topik
Pemilihan topik hendaknya disesuaikan dengan sifat pertemuan, situasi dan pendengar yang
akan hadir dalam pertemuan. Permasalahan yang akan disajikan dan dibahas harus sesuai
dengan waktu yang disediakan. Permasalahan perlu dibatasi dan disempitkan, agar uraian
dan pembahasan lebih terfokus.
d. Mengumpulkan Materi Pidato
Materi pidato harus berhubungan dengan persoalan atau topik yang akan dibahas. Dalam hal
ini, lebih banyak dan lebih lengkap bahan yang diperoleh akan memperlancar pembicara
dalam menyusun suatu naskah.
e. Menyusun dan Mengembangkan Kerangka Pidato
Kerangka pidato dibuat secara rinci dan tersusun baik. Dalam kerangka tersebut persoalan
yang akan dibahas dibagi menjadi beberapa bagian / sub-sub topik. Tiap bagian dibagi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang menjelaskan bagian sebelumnya.
f. Menguraikan Secara Mendetail
Dalam penyusunan naskah hendaknya dipergunakan kata-kata yang tepat, penggunaan
kalimat yang efektif, pemakaian istilah-istilah, dan gaya bahasa yang dikehendaki sehingga
dapat memperjelas uraian.
g. Melatih dengan Suara Nyaring
Dengan melakukan latihan, seorang pembicara akan dapat membiasakan diri dan
menemukan cara dan gaya yang tepat. Kemahiran berbicara (berpidato) tidak akan datang
dengan sendirnya, tetapi harus dipelajari dan latihan yang intensif (Gorys Keraf, 1994: 318).

5. . Sususnan Teks Pidato yang Baik

Berbicara mengenai susunan teks pidato yang baik menurut H.G. Tarigan (1986:7)
bahwa suatu naskah pidato tersusun secara sempurna dan baik meskipun panjang, selalu
mengandung tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Pendahuluan berfungsi
untuk menarik minat pendengar, mengarahkan perhatian pendengar, menceritakan ide pokok
secara singkat, atau tema pembicaraan, dan menjelaskan suatu hal yang akan disampaikan.
Fungsi bagian isi sebagai jembatan yang menghubungkan antara pendahuluan dan penutup.
Pada bagian isi gagasan yang diajukan dalam pendahuluan dijelaskan secara rinci,
sedangkan fungsi penutup adalah sebagai simpulan, penekanan bagian-bagian tertentu,
klimaks, melengkapi, dan merangsang pendengar untuk mengerjakan sesuatu tentang hal
yang dijelaskan atau disampaikan.
Seperti telah kita ketahui, bahwa pidato adalah wacana yang disampaikan atau
diucapkan di depan khalak ramai. Dalam hal ini paling sedikit ada tiga aspek yang harus
diperhatikan mengenai isi atau bahan pidato tersebut. Aspek pertama, engenai karakter atau
sifat isi pidato tersebut. Apakah isi itu manarik, actual, bermanfaat, dan sesuai dengan
kemampuan pendengar. Aspek kedua, mengenai organisasi bahan pidato. Apakah susunan
isi pidato itu cukup logis, tersusun atas pendahuluan, isi, dan penutup. Apakah ilustrasinya
cukup konkret dan membantu pemahaman pendengar. Aspek ketiga, berkaitan dengan
bahasa naskah pidato. Apakah bahan pidato disajikan dengan ejaan yang benar, pilihan dan
struktur kata yang tepat, struktur kalimat yang benar, ragam bahasa yang tepat, dan
pemakaianbahasa yang komunikatif, susunan pidato yang lengkap biasanya terdiri atas ;
a. Pembukaan
Dalam pidato biasanya pada bagian pembukaan disampaikan kata-kata ataupun ucapan
berupa salam pembukaan. Misalnya; asa-lamualaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh,
salam sejahtera,dan sebagainya. Untuk acara yang bersifat keagamaan biasanya didahului
dengan pembacaan beberapa ayat suci.
b. Pendahuluan
Pendahuluan pidato biasanya berupa ucapan terima kasih, dan sedikit penjelasan
mengenai pokok masalah yang akan disampaikan dalam pidatonya. Pada pendahuluan ini
perlu diperhatikan pula bagaimana suasana saat itu, apakah yang hadir selain bapak-bapak,
apakah ada kaum ibu, dan juga orang-orang yang patut kita perhatikan. Atau bahkan kita
berpidato pada situasi yang resmi, formal, atau bahkan ilmiah? Oleh karena itu, pada bagian
ini pembicara sebaiknya tanggap dengan situasi dan kondisi pada saat kita berpidato, serta
mengetahui keadaan para audiens atau pendengar yang hadir
c. Isi Pokok
Isi pokok pidato merupakan uraian yang menjelaskan secara rinci semua materi dan
persoalan yang dibahas. Urutannya harus teratur dan jelas dari awal sampai akhir. Topik
pidato perlu dibahas atau diuraikan secara jelas dan mendetail, dengan disertai bukti-bukti,
contoh, ataupun ilustarsi. Dengan begitu materi yang disajikan oleh pembicara dapat
diterima, dipahami dan dapat dimengerti oleh audiens.
d. Simpulan / penutup
Ini adalah bagian akhir dari sebuah pidato, yang merupakan kesimpulan dari
keseluruhan uraian sebelumnya. Dalam naskah pidato faktor kesimpulan ini sangat penting,
karena dengan menyimpulkan segala sesuatu yang telah dibicarakan, ditambah dengan
penjelasan dan anjuran, para hadirin dapat menghayati maksud dan tujuan semua yang
dibicarakan oleh pembicara, karena yang terakhir dikatakan biasanya lebih mudah dan lebih
lama diingat.

B. Faktor-Faktor Penunjang Keefektifan Berpidato


Untuk menjadi pembicara (orator) yang baik, seorang pembicara harus memberikan
kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, pembicara harus memperlihatkan
keberanian dalam berbicara. Selain itu pembicara harus berbicara dengan tepat dan jelas.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berpidato
yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasa-an.(Arsjad dan Mukti, 1988:17).
1. Faktor Kebahasaan
Berikut ini adalah faktor kebahasaan yang dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti
(1988:17). Faktor-faktor dimaksud sangat menentukan keberhasilan dalam berpidato.
a. Ketepatan Ucapan.
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian
pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama untuk
setiap kalimat. Ketepatan dalam pengucapan, kata, frase, klausa, dan kalimat harus
diperhatikan, agar gagasan dan ide yang disampaikan dalam pidato menjadi jelas.
b. Penempatan Tekanan, Sendi, Nada, Durasi yang Sesuai
Kesesuaian tekanan, sendi, nada, dan durasi akan menjadi daya tarik tersendiri dalam
berbicara, bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang
dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, sendi, nada,dan durasi yang
sesuai dapat menjadikan topik pembicaraan menjadi menarik. Sebaliknya jika
penempatannya datar saja, maka dapat dipastikan akan menimbulkan kejenuhan dan
keefektifan berbicara menjadi berkurang.
c. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Maksudnya mudah dimengerti
pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih termotivasi dan akan lebih paham,
jika kata-kata yang digunakan kata-kata yang sudah dikenal dan cukup familier dengan
pendengar.
d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Pembicara sebaiknya menggunakan kalimat efektif untuk memudahkan pendengar
menangkap pembicaraannya. Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya
terhadap keefektifan penyampaian sehingga menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan,
atau menimbulkan akibat.

2. Faktor Non-kebahasaan
Berikut ini adalah faktor nonkebahasaan yang dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti
(1988:17).
a. Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
Pembicara yang tidak tenang, kaku akan memberi kesan pertama yang kurang
menarik. Padahal, kesan pertama ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan
perhatian pihak audiens/ pendengar.
b. Pandangan pada Lawan Bicara
Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan berbicara,
pandangan pembicara harus diarahkan kepada semua pendengar.
c. Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain
Pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat
orang lain, bersedia menerima kritik, dan bersedia mengganti penda-patnya jika memang
pendapat tersebut keliru.
d. Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat,
Gerak-gerik dan mimik juga merupakan faktor yang penting dalam berbicara.
Dengan gerak-gerik dan mimik yang tepat akan menghidupkan komunikasi sehingga tidak
kaku.
e. Kenyaringan Suara
Kenyaringan suaraharus disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, agar
semua pendengar dapat mendengar suara pembicara dengan jelas.
f. Kelancaran dalam Berbicara,
Berbicara dengan lancar akan memudahkan pendengar dalam menangkap apa yang
disampaikan oleh pembicara. Dalam berbicara perlu dihindari penyelipan bunyi a, e, o yang
dapat mengganggu pendengar dalam memahami pesan yang disampaikan pembicara.
g. Penalaran
Ide dari hal yang dibicarakan harus logis dan berkesinambungan. Kalimat-kalimat
yang digunakan dapat ditangkap oleh nalar dan tidak melompat jauh dari topik yang
dibicarakan.
h. Penguasaan topik
Dalam berpidato diperlukan kesiapan yang matang. Penguasaan topik akan sangat
membantu pembicara menjadi lebih percaya diri dalam menyampaikan pidato.
Dari uraian tersebut dapat kita pahami, bahwa untuk menjadi pembicara (orator)
yang baik, dalam arti mampu, dan terampil, maka seorang pembicara harus memperhatikan
dan menguasai faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan dalam berpidato, seperti telah
penulis jelaskan di atas.
D. Etika dalam Berpidato
Selain Teknik dan metode berpidato, Hal yang penting untuk kita ketahui sebelum
berpidato idalah “etika berpidato”. Dalam berpidato, tentu kita harus dapat beradaptasi dan
membedakan siapa yang menjadi pendengar/ audiens. Berikut beberapa etika dalam
berpidato yang harus kita perhatikan :
1. Etika berpidato di depan umum yang meliputi :
a. Mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih, dan
Sopan. Tampil dengan bersahaja, sopan dan rendah hati.
b. Menyisipkan beberapa humor segar dalam pidato (khusus non-formal)
c. Gunakan kata-kata yang sopan, halus, dan sederhana.
d.   Sebagai kata penutup jangan lupa mengucapkan maaf bila terdapat tutur kata
yang kurang berkenan dan lain-lain.
2. Etika Berpidato di Depan Pejabat
  Adapun etika berpidato di depan pejabat sebaiknya adalah :
a. Menghilangkan rasa rendah diri.
b. Jangan tampil seolah-olah menggurui, sikap lebih tahu, dll.
c. Jangan terlalu memberikan penghormatan yang berlebihan pada audiens.
3. Etika berpidato di depan pemuka agama
Bagaimana etika berpidato di depan Pemuka Agama ? berpidato atau ber-bicara di
depan para Pemuka Agama idealnya sebagai berikut :
a. Jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung umat beragama;
b. Jangan ada nada merendahkan atau memuji agama/ kelompok tertentu ;
c. Perbanyak istilah-istilah keagamaan/ relegius.
d. Etika Berpidato di Depan Para Wanita.
Bila pembicara seorang laki-laki, hati-hati jangan sampai menyinggung harkat dan
martabat wanita; gunakan istilah-istilah yang tepat seperti ibu-ibu atau saudari sekalian;
hindari kata-kata kasar, kurang senonoh, dan kurang sopan;
e. Etika Berpidato di Depan Pemuda/ Mahasiswa.
Berpidato pada forum ini harus mengutamakan penalaran yang berkaitan dengan dunia
anak-anak muda; Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menentang; Jangan
mengkritik, menyinggung perasaan, dan menyalahkan anak-anak muda
f. Etika berpidato di depan masyarakat desa.
Meskipun kita berbicara di depan masyarakat umum, jangan sekali-kali berbohong atau
congkak, sombong; dan sebagainya. Gunakan kata-kata yang sopan dan sederhana, dan jika
perlu sisipkan kata atau istilah dalam bahasa setempat yang bersifat humor.

4. PENUTUP

Teks pidato adalah wacana yang disiapkan secara tertulis untuk disajikan secara
lisan di depan khalayak ramai. Banyak faktor yang menentukan seorang siswa dalam
menulis atau menyusun teks pidato. Diantaranya; (1) gagasan, (2) pengorganisasian, (3)
pemakaian kata, (4) aroma, (5) pemakaian kalimat, (6) pemakaian pungtuasi, (7) pemakaian
ejaan, dan (8) tulisan. Kedelapan faktor tersebut harus diperhatikan oleh seorang siswa
apabila akan menulis naskah pidato yang baik. Naskah pidato yang dipersiapkan secara baik
akan sangat membantu kelancaran pelaksanaan pidato.

Dalam berpidato ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu metode teks,
menghafal, ekstemporan, dan impromptu. Metode naskah atau teks banyak digunakan oleh
orang yang belum mahir berpidato. Selain itu juga banyak digunakan oleh ahli pidato yang
ingin menyampaikan suatu gagasan yang memerlukan uraian panjang dan kompleks.
Berpidato dengan teks adalah salah satu metode berpidato yang banyak digunakan saat ini,
karena banyak memiliki keuntungan.

Metode tersebut juga tepat digunakan oleh siswa atau seseorang yang masih dalam
tahap belajar berpidato, karena ; (1) akan memudahkan orang yang masih dalam tahap
belajar berpidato, (2) membuat uraian pidato lebih logis dan sistematis, (3) tidak ada ide
atau gagasan yang tumpang tindih dan terhindar dari pengulangan, (4) mengatasi rasa
kurang percaya diri pada pembicara, (5) menjadi acuan bagi uraian masalah yang panjang
dan kompleks. Penggunaan metode tersebut tentunya dimulai dengan suatu perencanaan
yang matang, yaitu dengan menyiapkan terlebih dahulu teks yang akan disampaikan dalam
pidato.

Perlu disadari, bahwa keberhasilan berpidato selain ditentukan oleh faktor


kebahasaan dan non-kebahasaan, juga ditentukan oleh adanya kesiapan yang baik seperti
menyusun naskah pidato. Susunan teks pidato yang baik terdiri dari pembukaan, isi, dan
penutup. Teks pidato disusun sedemikian rupa, sehingga mudah dipahami dan dapat
diterima oleh pendengar. Teks pidato hendaknya disusun dengan organisasi yang logis dan
sistematis, sehingga mudah untuk disampaikan. Teks yang baik juga juga harus disajikan
secara baik pula dengan memperhatikan faktor kebahasaan dan non-kebahasaan agar pidato
yang dibawakan dapat berhasil dengan baik.

Dengan memahami dan memperhatikan factor-faktor tersebut dan tatacara


penyusunan naskah pidato yang baik, diharapkan masyarakat pada umumnya dan pelajar
pada khususnya akan mampu berpidato dengan baik dan benar. Sehingga pada gilirannya
akan tampil para pemimpin, tokoh masyarakat, agama, politik, pendidik, dan sebagainya
yang mahir berpidato sebagai cerminan keterampilan berbicara.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M.G. dan Mukti U. 1989. Pembinaan Kemampuan Berbicara dalam


Berbahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Daniel Parera, Jos. 1984. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.

Keraf, Gorys. 1983. Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Lado, Robert. 1978. Language Teaching Sciencetific Approach. Bomba-New


Delhi : Tata Mc-Graw-Hill Publising Co. Ltd.

Suahryanto. 1979. Pengajaran Wicara di SMA. Semarang : IKIP Semarang.

Tarigan, H.G. 1988. Berbicara sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung :


Angkasa.

Tarigan, H.G. 1985. Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung :


Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai