net/publication/341832783
CITATIONS READS
0 9,200
1 author:
Syamsuddin Radjab
Universitas Islam Negeri Alauddin
24 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Syamsuddin Radjab on 02 June 2020.
1
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban serta
kewajaran”.
Pasal 25 :
Pasal 33:
2
a. anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan
usaha milik swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan
benturan kepentingan; dan/atau
b. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 89:
Pasal 16 ayat (1), (2) dan (3); Jo. Pasal 45 ayat (2) dan (3):
3
peraturan perundang- undangan di bidang ketenagakerjaan”.
Pasal 90 :
4
konstitusi yang mendasari pembentukan seluruh peraturan perundang-
undangan di bidang perekonomian.
1) Praktik ketenagakerjaan
Pasal 10:
5
warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi
tenaga kerja warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga kerja
asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih
teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
Pasal 15:
6
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d) menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal; dan
e) mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34 ayat 1:
a) peringatan tertulis;
Pasal 16:
7
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;
Pasal 17:
8
risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat
mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan
hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial.
Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola
dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan,
dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat
memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan
berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi,
serta pengakuan dan penghargaan terhadap masyarakat lokal dan
kelestarian lingkungan.
1) Tujuan UUPPLH
Pasal 3:
9
d) menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e) mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan
hidup;
f) menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi
masa depan;
g) menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i) mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j) mengantisipasi isu lingkungan global.
Pasal 13:
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan
Pasal 22:
10
1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
Pasal 40:
Pasal 44:
11
dan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 48:
Pasal 53:
Pasal 54:
12
2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tahapan: (a). penghentian sumber
pencemaran dan pembersihan unsur pencemar; (b).
remediasi; (c). rehabilitasi; (d). restorasi; dan/atau (e). cara lain yang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 55:
Pasal 59:
13
5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban
yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin.
6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 62:
Pasal 68:
14
10) Peran Masyarakat Dalam Lingkungan Hidup
Pasal 70:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau laporan.
Pasal 84:
15
3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan
tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
Dalam menghadapi kebutuhan dan tantangan global pada masa yang akan
datang, kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi dituntut untuk lebih mampu
mendukung kesinambungan pembangunan nasional dalam rangka
peningkatan kemakmuran, lingkungan yang sehat, jaminan hak masyarakat
adat dan kesejahteraan rakyat.
Beberapa Pasal dalam UU Migas ini yang terkait dengan CSR, diantaranya:
(3) Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
16
memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu:..j.
keselamatan dan kesehatan kerja;
k. pengelolaan lingkungan hidup;
p. pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak
masyarakat adat; dan q. pengutamaan penggunaan tenaga kerja
Indonesia.
Pasal 40 Ayat 5:
(5) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan
usaha Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ikut
bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan
masyarakat setempat.
Pasal 3:
17
lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan
internasional;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara,
serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar
kesejahteraan rakyat; dan
f. menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara.
Pasal 10:
Penetapan WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dilaksanakan:
Pasal 79:
18
a. menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik;
b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;
c. meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau
batubara;
d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
setempat; dan
e. mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.
4) Perlindungan HAM
Pasal 145
(1) Masyarakat yang terkena dampak negatif langsung dan kegiatan usaha
pertambangan berhak:
19
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, Negara berkewajiban mensejahterakan
seluruh warga negaranya dari kondisi kefakiran dan kemiskinan.
Pasal 36 Ayat 1:
Pasal 41:
20
(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. badan usaha;
b. organisasi kemasyarakatan;
c. perseorangan;
d. keluarga;
e. kelompok;
f. organisasi sosial;
g. yayasan;
h. lembaga swadaya masyarakat;
i. organisasi profesi; dan/atau
j. pelaku usaha.
(3) Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j berperan
serta dalam menyediakan dana pengembangan masyarakat sebagai
pewujudan dari tanggung jawab sosial terhadap penanganan fakir
miskin.
21
Panas Bumi saat ini belum dimanfaatkan secara optimal karena sebagian
besar berada pada daerah terpencil dan kawasan hutan yang belum
memiliki prasarana penunjang serta infrastruktur yang memadai.
Keberadaan panas bumi di kawasan hutan konservasi sama sekali belum
dapat dimanfaatkan sehingga pemanfaatan panas bumi perlu ditingkatkan
secara terencana dan terintegrasi guna mengurangi ketergantungan energi
fosil. Selain itu, pemanfaatan panas bumi diharapkan dapat menumbuhkan
pusat pertumbuhan ekonomi yang akan meningkatkan perekonomian
masyarakat.
22
Langsung dibagi kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya. Dalam rangka mempercepat pengembangan Panas Bumi
untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, Pemerintah selain diberi
kewenangan melakukan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi juga diberi
kewenangan untuk melakukan Eksploitasi, Pemanfaatan dan
pengembangan masayarakat serta kelestarian lingkungan sekitar.
Beberapa Pasal yang terkait dengan CSR dan UU ini dapat disebutkan
sebagai berikut:
Pasal 52 Ayat 1:
23
g. melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat setempat;
h. menyampaikan rencana jangka panjang Eksplorasi, Eksploitasi, dan
pemanfaatan kepada Menteri yang mencakup rencana kegiatan dan
rencana anggaran serta menyampaikan besarnya cadangan;
i. menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan dengan
memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya; dan
j. menyampaikan laporan tertulis pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Tidak Langsung kepada Menteri secara berkala atas:
(1) rencana kerja dan rencana anggaran; dan (2) realisasi
pelaksanaan rencana kerja dan rencana anggaran.
Pasal 63:
a. Eksplorasi;
b. Studi Kelayakan;
c. Eksploitasi dan pemanfaatan;
d. keuangan;
e. pengolahan data Panas Bumi;
f. keselamatan dan kesehatan kerja;
g. pengelolaan lindungan lingkungan dan reklamasi;
h. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan
rancang bangun dalam negeri;
i. pengembangan tenaga kerja Indonesia;
j. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
k. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi Panas Bumi;
l. penerapan kaidah keteknikan yang baik dan benar; dan
24
m. kegiatan lain di bidang pengusahaan Panas Bumi sepanjang
menyangkut kepentingan umum.
2) Pemberdayaan Masyarakat
Pasal 65 Ayat 2:
Pasal 106
25
(1) Pemegang IUP dan IUPK wajib menyusun program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar WIUP dan WIUPK.
Pasal 107
Pemegang IUP dan IUPK setiap tahun wajib menyampaikan rencana dan
biaya pelaksanaan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
26
sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran biaya tahunan kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
untuk mendapat persetujuan.
Pasal 108
Setiap pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
menyampaikan laporan realisasi program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat setiap 6 (enam) bulan kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 109
Hal ini berarti bahwa setiap perseroan yang telah berbadan hukum yang sah
oleh undang undang mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Namun dalam hal ini bukan merupakan kewajiban dari perseroan kecuali
yang diatur dalam pasal 3.
27
Pasal 3 menyatakan:
Dari kedua pasal diatas tampak adanya perbedaan tanggung jawab sosial
dan lingkungan, dimana dibedakan tanggung jawab sosial yang bersifat
filantropi dan tanggung jawab yang bersifat mandatory. Selanjutnya juga
diatur mengenai penganggaran biaya tanggung jawab sosial dan lingkungan
yang dilakukan Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan
setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan
anggaran dasar Perseroan yang memuat rencana kegiatan dan anggaran
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan
(Pasal 4 ayat 1). Dalam pasal 4 ayat 2 terlihat bahwa tanggung jawab sosial
dan lingkungan yang dilakukan dapat ditujukan ke Internal stakeholders
perusahaan maupun eksternal stakeholder perusahaan.
28
Permen BUMN diatas merupakan tindaklanjut dari dua Undang-Undang;
yaitu UU No. 19/2003 Tentang BUMN dan Pasal 74 UU No. 40/2007
Tentang Perseroan Terbatas. Permen BUMN No. PER-08/MBU/2013
merupakan penyempurnaan permen 2007 yang mengatur tentang Program
Kemitraan BUMN dan Program Bina Lingkungan sehingga Pasal-Pasalnya
ada yang ditambahkan, dihapus dan/atau direvisi untuk memuat
perkembangan dan dinamika sosial masyarakat khususnya dalam pola
kemitraan dan bina lingkungan yang telah dikerjakan oleh perusahaan
BUMN.
29
administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa
giro dari dana
Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional;
dan (d) Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada.
Permensos ini merujuk pada UU No. 19/2003 Jo. UU No. 25/2007 Jo. UU
No. 40/2007 Jo. UU No. 11/2009 Jo. UU No. 13/2011 dan UU No. 23/2014.
Dalam Permensos ini diatur terkait dengan Tanggung Jawab Sosial Badan
Usaha (TJSBU) dalam upaya kesejahteraan sosial masyarakat agar
terpenuhi kebutuhan materil, spiritual dan sosial agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri dalam fungsi sosialnya.
Dalam Pasal 2 ditegaskan bahwa TJSBU sebagai upaya badan usaha untuk
melaksanakan investasi sosial dalam jangka panjang dengan tujuan: a).
penanganan masalah sosial; b). pengentasan penyandang masalah
kesejahteraan sosial; c). peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat; dan
d). terpeliharanya kelangsungan hidup badan usaha.
30
TJSBU dilaksanakan baik dalam lingkungan internal badan usaha maupun
diluar badan usaha dengan komitmen untuk memberikan kesempatan
kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial tanpa membedakan
suku, agama, warna kulit dan golongan; memperlakukan karyawan dan
keluarga penyandang masalah kesejahteraan sosial berdasarkan kesetaraan
tanpa diskriminasi; meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat
dilingkungan badan usaha; melaksanakan sistem perlindungan dan
jaminan sosial bagi karyawan dan menyediakan pelayanan sosial dasar bagi
karyawan dan keluarganya (Pasal 6).
Permensos juga mengatur forum TJSBU yang dibentuk oleh menteri sosial
baik ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten. forum ini diharapkan
membantu dan memfasilitasi pelaku usaha dalam melaksanakan tanggung
jawab sosial serta mengsinergikan dengan pelaku usaha lain dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial (Pasal 10). Forum TJSBU terdiri dari
unsur pemerintah, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial, perguruan
tinggi dan masyarakat dengan masa bakti secara periodic selama 5 (lima)
tahun (Pasal 15).
31
Dalam UU sebagaimana diatur diatas mengatur pelaksanaan TJSL/CSR
dengan pendekatan dan konteks yang berbeda-beda termasuk soal isu Hak
Asasi Manusia. Bahkan, UU pengaturan tentang Panas Bumi, UU
Penanaman Modal, UU Pertambangan Mineral dan Gas Bumi,
menyebutkan secara tegas penghormatan dan perlindungan HAM
disamping soal isu ketenagakerjaan, pengembangan masyarakat,
lingkungan dan pemulihan lingkungan dampak operasi. Walaupun tersebar
ke pelbagai perundang-undangan menunjukkan kesadaran pemerintah dan
perusahaan menjalankan kegiatan CSR sebagai tanggungjawab etis atau
tanggungjawab hukum. Yang menjadi soal adalah perusahaan plat merah
milik pemerintah karena ada dua program yang bisa double program baik
dalam penganggaran atau pelaporan yaitu program PKBL dan CSR
sehingga bisa tumpeng tindih dan saling klaim. Disini saya melihat memang
program CSR perlu disinkronisasi dan diselaraskan antar UU guna
membangun persepsi yang sama terkait Pasal dan klausul sepanjang
pengaturan CSR.
32
dalam praktiknya tetap dilaksanakan. Ini yang saya maksudkan double
program dan pengganggaran kemungkin bisa terjadi dan dapat
disalahgunakan.
Note:
see in the book, CSR and Human Rights: Concepts, Relationships and
Practices in Indonesia. By Syamsuddin Radjab
33