Anda di halaman 1dari 7

A.

Pembangunan Bidang Politik

Pakar politik Lucien W. Pye (Aspects of Political Development, pada Memajukan Demokrasi mencegah
disintegrasi, sebuah wacana Pembangunan Politik oleh Nicolaus Budi Harjanto) memberikan
dimensi/unsur dari pembangunan politik sebagai berikut :

Pembangunan politik sebagai : pertambahan persamaan (equality) antara individu dalam hubungannya
dengan system politik, pertambahan kemampuan (capacity) system politik dalam hubungannya dengan
lingkungan, dan pertambahan pembedaan (differentiation and specialization) lembaga dan struktur di
dalam system politik itu. Ketiga dimensi tersebut senantiasa ada pada “Dasar dan jantung proses
pembangunan”.

Menurut Pye, dimensi persamaan (equality) dalam pembangunan politik berkaitan dengan Masalah
partisipasi dan keterlibatan rakyat dalam Kegiatan-kegiatan politik, baik yang dimobilisir secara
demokratis maupun totaliter. Dalam unsur/dimensi ini dituntut adanya pelaksanaan hukum secara
universal, dimana semua orang harus taat kepada hokum yang sama, dan dituntut adanya kecakapan
dan prestasi serta bukan pertimbangan-pertimbangan status berdasarkan suatu system sosial yang
tradisional.

Dalam proses pembangunan, dimensi ini berkaitan erat dengan budaya politik, legitimasi dan
keterikatan pada system. Sedangkan dimensi kapasitas (capacity) dimaksudkan sebagai kemampuan
system politik yang dapat dilihat dari output yang dihasilkan dan besarnya pengaruh yang dapat
diberikan kepada sistem-sistem lainnya seperti system sosial dan ekonomi. Dimensi ini berhubungan
erat prestasi pemerintah yang memiliki wewenang resmi, yang mencerminkan besarnya ruang lingkup
dan tingkat prestasi politik dan pemerintahan, efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kebijakan
umum dan rasionalitas dalam administrasi serta orientasi kebijakan. Sedangkan dimensi diferensiasi dan
spesialisasi (differentiation and specialization), menunjukkan adanya lembaga-lembaga pemerintahan
dan struktur-strukturnya beserta fungsinya masing-masing, yang terdapat pada sistem politik. Dengan
diferensiasi berarti bertambah pula pengkhususan atau spesialisasi fungsi dari beberapa peranan politik
di dalam sistem. Di samping itu diferensiasi melibatkan pula Masalah integrasi proses-proses dan
struktur-struktur yang rumit (Spesialisasi yang didasarkan pada perasaan integrasi keseluruhan).

B. Pentingnya Pembangunan Politik

Benang merah dari pembangunan politik adalah kedaulatan di tangan rakyat. Di negara berkembang
seringkali muncul kelabilan politik. Labilnya politik tersebut dalam suatu negara salah satunya
diakibatkan dari ekstrimitas sipil/militer yang dapat menghambat pembangunan.
C. Tujuan Pembangunan Bidang Politik

Adapun beberapa tujuan dari pembangunan politik, yaitu :

Meningkatkan komitmen nasional agar mengutamakan kepentingan nasional

Menyusun program pembangunan nasional yang bebas dari kepentingan politik

Meyakinkan tidak adanya satu lembaga konstitusional yang terlalu dominan, melalui mekanisme “checks
and balances”

Mencegah timbulnya satu partai politik

Adanya oposisi yang membangun politik yang sehat

Meningkatkan kreativitas dan inovasi di bidang politik untuk mempercepat pembangunan nasional

Meningkatkan pendidikan politik melalui partai, bermuara pada pemilihan aspirasi politik yang sesuai
keinginan rakyat.

Pengertian Pembangunan

Pembangunan mungkin tidak ada kata yang tepat selain pengembangan yang digunakan untuk
menunjukan angka besar manusia di banyak kota di dunia saat ini (Kim 1973, hal 462). Pembangunan
secara tidak langsung menyatakan kemajuan, pertumbuhan, dan perubahan. Ini menyangkut tentang
peralihan budaya, negara-negara, dan masyarakat dari tingkat yang kurang maju ke tingkat social yang
jauh lebih maju. Sama dengan industrilialisasi, modernisasi, dan urbanisasi telah digunakan untuk
memperluas istilah pembangunan. Istilah pembangunan secara kasar merupakan sinonim dari
kemajuan. Dalam konteks ini, pembangunan berarti transformasi social dalam mengatur distribusi
potensi social kepada semua orang seperti pendidikan, layanan kesehatan, perumahan rakyat,
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan politik, dan dimensi lain dari peluang kehidupan
manusia. Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan
pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan
pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di
mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan
mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup
prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip
kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan
(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti
politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya
(Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial
dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai
aspek kehidupan masyarakat.

Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah
yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau
pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap
pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil
dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi
sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses
terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas
rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya
sering dikaitkan, antara lain dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping
adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke
materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari
kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial,
budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna
penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan
diversifikasi.

D. Tahap –tahap Perkembangan Politik

Organsky menjelaskan tahap-tahap perkembangan politik, yakni melaui empat tahap :


1. Tahap politik unifikasi primitif

Organsky menjelaskan tahap-tahap perkembangan politik, yakni, tahap politik unifikasi primitif, politik
industrialisasi, politik kesejahteraan nasional dan Politik Berkelimpahan. Bangsa-bangsa yang tumbuh
lebih dahulu di negara-negara Eropa dan Amerika Utara pada umumnya mengalami tahap pertumbuhan
ini selangkah demi selangkah. Sehingga dapat dikatakan bahwa Teori Organsky tentang tahap-tahap
pembangunan politik terjadi dihampir semua negara. Di Eropa barat dan Amerika Utara kentara sekali
bahwa tahap perkembangan negara di mulai dari tahap unifikasi primitif, Organsky menyebutkan
perkembangan yang terjadi di Eropa Barat mulai terjadi pada abad ke 16, juga dibelahan dunia lain, asal
mula negara ditandai dengan munculnya koloni-koloni Eropa. Tentunya dengan berbagai keunikan yang
berbeda-beda dari suatu negara.

2. Politik industrialisasi,

Pada tahap ini, negara mulai membangun dan berupaya memperkuat perekonomian dengan
industrialisasi, pola pembangunan lewat industrialisasi merupakan pilihan yang ideal yang harus
ditempuh, terutama oleh negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa Barat. Perkembangan ini
ditandai oleh proses industrialisasi di Inggris. Abad ke 18 merupakan titik kemajuan proses industrialisasi
di Inggris dimana ditemukan berbagai inovasi terutama inovasi teknologi yang mendorong ditemukan
mesin-mesin industri pabrik. Pilihan melakukan industrialisasi merupakan yang terbaik karena
keunggulan komparatif negara-negara barat terletak pada produk-produk industri dan teknologi. Politik
industrialisasi secara implisit masih terjadi di Indonesia, dimana proses industrialisasi dan pembangunan
infrastruktur pendukung industri terus dilakukan, terlebih Krisis yang melanda Indonesia tahun 1998
membuat Indonesia bertahan lebih lama di fase ini.

3. Politik kesejahteraan nasional

Politik kesejahteraan nasional merupakan politik bangsa-bangsa industri sepenuhnya, tahap ini menurut
Organsky adalah tahap dimana telah terjadi saling tergantungan antara rakyat dengan pemerintah yang
selanjutnya menjadi lengkap. Kekuasaan negara tergantung pada kemampuan rakyat biasa untuk
bekerja dan berjuang, dan rakyat bersama-sama dengan penguasa-penguasa industri, tergantung
kepada pemerntah nasional untuk melindungi mereka terhadap kemiskinan akibat depresi dan
kehancuran dari perang.
4. Politik Berkelimpahan .

Tahap terakhir menurut Organsky adalah Tahap Politik Berkelimpahan (politics of abundance) atau
Otomatisasi, Organsky menyebutkan tak satu pun negara didunia masuk dalam tahap ini tetapi Amerika
Serikat dan beberapa negara Eropa yang paling maju telah memasuki gerbang Tahap Politik
Berkelimpahan. Tahap ini ditandai oleh majunya teknologi, komputer dan kehidupan serba otomatis,
sehingga mesin-mesin industri berjalan dengan otomatis yang berdampak pada pengangguran karena
para buruh tersisih oleh kemampuan mesin.

Masyarakat pada tahap ini mempunyai ciri-ciri pemusatan kekuatan ekonomi, penggunaan mesin yang
sangat mahal dan efisiensi produksi pabrik, ciri ini sudah terjadi pada beberapa negara maju, dimana
telah tumbuh perusahaan-perusahaan besar yang memonopoli perekonomian yang merupakan
kekuatan ekonomi global atau dikenal dengan Perusahaan Multi Nasional yang beroperasi di banyak
negara di dunia.

E. Arah Kebijakan Politik Indonesia

Menurut Garis-garis Besar Haluan Negara 1999-2004 arah kebijakan pembangunan politik adalah:

1. Politik Dalam Negeri

Memperkuat keberadaan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bertumpu pada
ke-bhinekatunggalika-an.

Menyempurnakan Undang-Undang Dasar 1945 sejalan dengan perkembangan kebutuhan bangsa,


dinamika dan tuntutan reformasi, dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan bangsa, serta
sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Meningkatkan peran Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan lembaga-
lembaga tinggi negara lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang
mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.

Mengembangkan sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis dan terbuka,
mengembangkan kehidupan kepartaian yang menghormati keberagaman aspirasi politik, serta
mengembangkan sistem dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis dengan menyempurnakan
berbagai peraturan perundang-undangan di bidang politik.

Meningkatkan kemandirian partai politik terutama dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan
rakyat serta mengembangkan fungsi pengawasan secara efektif terhadap kinerja lembaga-lembaga
negara dan meningkatkan efektivitas, fungsi dan partisipasi organisasi kemasyarakatan, kelompok
profesi, dan lembaga swadaya masyarakat dalam kehidupan bernegara.

Meningkatkan pendidikan politik secara intensif dan komprehensif kepada masyarakat untuk
mengembangkan budaya politik yang demokratis, menghormati keberagaman aspirasi, dan menjunjung
tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Memasyarakatkan dan menerapkan prinsip persamaan dan anti-diskriminasi dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Menyelenggarakan pemilihan umum secara lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya
atas dasar prinsip demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan beradab yang
dilaksanakan oleh badan penyelenggara independen dan non-partisan selambat-lambatnya pada tahun
2004.

Membangun bangsa dan watak bangsa (nation and character building) menuju bangsa dan masyarakat
Indonesia yang maju, bersatu, rukun, damai, demokratis, dinamis, toleran, sejahtera, adil dan makmur.

Menindaklanjuti paradigma baru Tentara Nasional Indonesia dengan menegaskan secara konsisten
reposisi dan redefinisi Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara dengan mengoreksi peran politik
Tentara Nasional Indonesia dalam kehidupan bernegara.

2. Hubungan Luar Negeri (Politik Luar Negeri)

Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada kepentingan
nasional, menitikberatkan pada solidaritas antar negara berkembang, mendukung perjuangan
kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan
kemandirian bangsa dan kerja sama internasional bagi kesejahteraan rakyat.

Dalam melakukan perjanjian dan kerja sama internasional yang menyangkut kepentingan dan hajat
hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga perwakilan rakyat.

Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan diplomasi pro-aktif
dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di dunia internasional, memberikan
perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara dan kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan
setiap peluang positif bagi kepentingan nasional.
Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan pembangunan nasional,
melalui kerja sama ekonomi regional maupun internasional dalam rangka stabilitas, kerja sama, dan
pembangunan kawasan.

Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi perdagangan bebas,
terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC, dan WTO.

Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara sahabat serta memperlancar prosedur


diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagi penyelesaian perkara pidana.

Meningkatkan kerja sama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang berbatasan langsung dan
kerja sama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas, pembangunan, dan kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai