Anda di halaman 1dari 3

Hypertension:The Silent Killer and The

Iceberg Phenomenon
Tekanan darah merupakan salah satu dari 5 tanda-tanda vital. Jika
terdapat perubahan dari batas sistolik dan diastolik normal, maka
menandakan adanya gangguan hemodinamik yang bisa dipertimbangkan
adanya gangguan pada organ perifer atau sistemik. Hipertensi merupakan
penyakit tidak menular dengan peringkat pertama tertinggi di Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan
prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260
juta adalah 34,1% dibandingkan 27,8% pada Riskesdas tahun
2013. 1 Diperkirakan pada tahun 2025, prevalensi hipertensi akan
meningkat hingga 60% populasi dewasa di seluruh negara. Selain itu,
hipertensi juga merupakan salah satu penyakit dengan fenomena “gunung
es”, dimana masih banyak pasien yang tidak terdiagnosa atau salah
diagnose dibandingkan dengan jumlah pasien yang terdiagnosa sebagai
puncak gunung es. Untuk mengetahui besarnya lapisan yang tersembunyi,
dibutuhkan untuk mencaritahu penyebab ketidakpatuhan pasien terhadap
pengobatan hipertensi. 2

Fenomena Gunung Es Penyakit Hipertensi


Berdasarkan penelitian Vaidya et al (2007), disebutkan bahwa
mayoritas besar populasi pasien hipertensi tidak menyadari tingginya
tekanan darah mereka dan di saat yang bersamaan, sebagian besar dari
populasi tersebut tidak mendapat perawatan yang sesuai. Sebuah
penelitian di Italia menunjukkan 78.8% pasien sadar mengenai
hipertensinya namun hanya 19.1% yang terkontrol. Persentase ini
membuktikan jika tidak seluruh pasien yang terdeteksi hipertensi akan
mendapat perawatan adekuat. 3

Dari hasil penelitian Vaidya et al (2007), pada 1000 sampel dengan


populasi normotensi sebanyak 65,6% dan hipertensi sebanyak 34,4%. Dari
populasi sampel hipertensi, sampel yang terdiagnosa dan terkontrol
sebanyak 34,01%, terdiagnosa dan tidak terkontrol sebanyak 24,13% dan
yang tidak terdiagnosa sebanyak 41,86% (Gambar 1). Sesuai persentase
tersebut, gunung es yang tidak terdeteksi dan tidak terdiagnosa masih
lebih banyak dibandingkan yang terdiagnosa dan terkontrol.

Gambar 1. Fenomena Gunung Es Kasus Hipertensi


Penyebab Penyakit Hipertensi Menjadi Fenomena
Gunung Es
Penyebab hipertensi tidak terdiagnosis meningkat akibat buta huruf,
status pernikahan tunggal, tidak bekerja, dan status sosio-ekonomi
mengindikasikan jika kemiskinan dan keterbatasan sosial merupakan
faktor penyebab penting. 3 Ketidakpatuhan akan pengobatan juga menjadi
alasan utama pasien hipertensi tidak terkontrol dengan baik. Berdasarkan
WHO, sebanyak 75% pasien hipertensi mengalami tekanan darah yang
tidak terkontrol dengan baik akibat ketidakpatuhan pengobatan. 2

Beberapa pasien juga memandang negatif penyakit hipertensi,


seperti menganggap akan sembuh sendiri dan jika ke dokter akan
memakan biaya. Selain itu, hipertensi adalah penyakit keturunan yang
tidak perlu diobati. Alasan inilah yang menyebabkan pasien tidak sadar
terhadap hipertensi dan menambah besarnya porsi gunung es yang tidak
terdeteksi.  2

The Silent Killer


Hipertensi merupakan ancaman global kesehatan masyarakat jangka
panjang karena sering asimptomatik dan faktor risiko tersering untuk
penyakit kardiovaskular, serebrovascular dan ginjal. Karena
asimptomatik, tubuh akan beradaptasi terhadap tekanan darah tinggi
sehingga komplikasi akan bermanifestasi tanpa gejala khusus. Inilah
mengapa hipertensi disebut sebagai silent killer. Ketidakpatuhan
pengobatan akan memperburuk penyakit, peningkatan morbiditas,
meningkatkan mortalitas dan rawat inap. 2

Ada berbagai penyebab yang dipengaruhi kondisi sosiokultural


terhadap kepatuhan pengobatan hipertensi, yaitu pengetahuan terhadap
hipertensi, hubungan pasien-dokter, dukungan sekitar, adanya referensi
pengobatan tradisional, dan motivasi. Berdasarkan penelitian Marshall et
al, hipertensi disebabkan oleh stress dan dapat diobati dengan penghilang
stress. Sehingga mereka secara sengaja menghentikan atau mengurangi
pengobatan karena takut adiksi dan efek sampingnya. Jika pasien
terdiagnosa hipertensi resisten, maka perlu pengobatan yang variatif
dengan dosis berbeda, sehingga efek samping pun akan bervariasi. Hal ini
yang menjadi salah satu penyebab ketidakpatuhan pasien terhadap
pengobatan. Penyebab lain adalah sering lupa, terlalu sibuk, dan tingginya
biaya pengobatan. 2

Upaya Mengurangi Dampak Buruk Hipertensi


Salah satu upaya untuk mengurangi dampak silent killer  hipertensi
dan mengungkapkan besarnya gunung es yang tidak terdeteksi adalah
meningkatkan deteksi dini. Strategi preventif primer merupakan
manajemen terbaik tanpa mengesampingkan preventif sekunder dengan
diagnosis dan tata laksana dini. Dengan meningkatkan deteksi dini makan
akan meningkatkan kasus baru dan kasus lama untuk diobati. Sehingga
dibutuhkan strategi surveilans yang tidak hanya deteksi masalah namun
pastikan masalah tersebut tertangani. 3 Untuk mengetahui faktor risiko
terhadap penyakit tidak menular, WHO membuat STEPwise approach to
surveillance (STEPS) 4 yang kelayakannya sudah dipastikan melalui studi
di Indonesia. 3 Tujuan STEPS adalah sebagai panduan untuk membentuk
sistem surveilans faktor risiko di negara tertentu dan memfasilitasi
perkembangan profil populasi terhadap faktor risiko. Diharapkan dengan
menggunakan STEPS akan mengungkapkan besarnya gunung es yang
tidak terdeteksi . 4

Selain itu, pengobatan hipertensi tidak hanya terbatas pada


medikamentosa, diet, olahraga, kontrol ke dokter, mengurangi merokok
dan stres. Kepatuhan pengobatan hipertensi juga dipengaruhi oleh kondisi
sosio-kultur, organisasi kesehatan dan motivasi pasien. Untuk
meningkatkan kepatuhan pengobatan hipertensi, dibutuhkan pemahaman
terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai