Anda di halaman 1dari 4

Kasus Tentang SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Liputan 6, 7 Maret 2019 : Hadapi Industri 4.0, Pemerintah Genjot Kompetensi SDM

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan implementasi industri 4.0


dinilai membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan lompatan jauh dalam memacu
pertumbuhan ekonomi.

Peluang ini muncul karena Indonesia memiliki modal besar, yakni jumlah ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) terutama ada bonus demografi hingga 2030.

"Bonus demografi ini menjadi momentum bagi Indonesia, karena negara lain seperti
Jepang, Singapura dan Korea sudah melewati kesempatan itu. Bahkan, Jerman yang sudah punya
4.0, tetapi dia kurang SDM-nya. Kalau bonus demografi sudah terlewati, negara itu terbebani
dengan social cost lebih tinggi," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis
(7/3/2019).

Ia menuturkan, apabila Indonesia menerapkan industri 4.0 dengan didukung SDM yang
kompeten, diyakini berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup
signifikan.

"Apalagi, SDM kita sangat menarik, karena anak-anak muda saat ini lebih fleksibel
dalam beradaptasi dengan teknologi baru," tutur dia.

Penggunaan teknologi itu tercermin dari penjualan ponsel pintar di pasar domestik yang
menembus hingga 60 juta unit per tahun.

"Kalau kita bandingkan dengan Australia, penduduk kita lebih dari 10 kali lipat. Artinya,
ekonomi kita berpotensi naik 10 kali lipat. Meskipun, saat ini income per kapita kita USD 3.800,
mereka sudah USD 51.000," ungkapnya.

Airlangga optimistis, melalui konsep industri 4.0, Indonesia sedang menuju pendapatan
per kapita sebesar USD 31.000 pada 2045. Sehingga ditargetkan mampu menempati peringkat
keempat sebagai negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia.
"Pertanyaannya, adakah yang sudah memperoleh income per kapita sebesar USD 31.000
hari ini di Indonesia? Jawabnya, ada. Kita pergi saja ke kawasan industri di Jababeka atau
Cikarang dan sekitarnya, itu dengan jumlah satu juta orang. Di sana itu adalah Detroit-nya
Indonesia,” paparnya.

Untuk itu, Airlangga menyampaikan, pihaknya ingin mereplikasi capaian positif tersebut
ke wilayah lain, terutama di luar Jawa.

Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang bertekad mewujudkan Indonesia sentris
dengan pembangunan dan pemerataan ekonomi yang inklusif.

Oleh karena itu, pada 2019, pemerintah fokus menjalankan berbagai program strategis
dalam upaya meningkatkan kompetensi SDM terutama di sektor industri.

Misalnya melalui pendidikan dan pelatihan vokasi. Kementerian Perindustrian telah


menjalankan pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dengan industri.

"Kami juga menerapkan pendidikan vokasi di SMK dan politeknik di lingkungan


Kemenperin dengan konsep dual system yang diadopsi dari Swiss dan Jerman. Selain itu, kami
memberikan pelatihan 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja), yang juga diikuti oleh
penyandang disabilitas," terangnya.

Program tersebut dalam rangka menyediakan satu juta tenaga kerja tersertifikasi hingga
2019. Airlangga meyakini, ketersediaan SDM kompeten akan mendongkrak daya saing industri
nasional.

Apalagi, mereka yang memahami dan menguasai teknologi digital sesuai kebutuhan di
era industri 4.0 saat ini.

BUAT DI DAFTAR PUSTAK : https://www.liputan6.com/bisnis/read/3911704/hadapi-industri-


40-pemerintah-genjot-kompetensi-sdm
kasus tentang TRAINING DAN ORIENTASI

Liputan 6 : 10 Maret 2018 : Pertamina Ubah Pelatihan Pekerja Pakai Aplikasi

PT Pertamina (Persero) menggandeng perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di


bidang pendidikan yaitu Ruangguru untuk menyediakan pelatihan bagi pekerja Pertamina.
Pelatihan ini dengan memanfaatkan teknologi berbasis aplikasi.

Direktur Sumber Daya Manusia PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina


akan mengubah sistem pelatihan untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM).

Sebelumnya menggunakan metode pertemuan langsung menjadi jarak jauh dengan pakai
teknologi informasi melalui aplikasi yang dipasang pada gawai atau gadget masing-masing
pekerja.

"Implementai kerja sama lebih real. Nanti sistem pembelajaran, di Pertamina dengan
mobile apps di mana saja dengan gadget," kata Nicke, saat menghadiri Learning Innovation
Summit 2018, di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Nicke menuturkan, manajemen Pertamina terbantu dengan memakai metode tersebut


karena tidak terbatas waktu dan tempat. Apalagi Pertamina memiliki 65 ribu karyawan. Pelatihan
karyawan dan pekerja mitra dapat dilakukan cepat.

"Kami bisa membantu. Karyawan sekitar 65 ribu belum lagi pekerja lain. Kalau kami
masih pendekatan lama dengan cara training enggak akan selesai 50 persen belum teraplikasi.
Dengan aplikasi ini kami harapkan bisa mempercepat pembelajaran di lingkungan Pertamina,"
ujar dia.

Dengan menggandeng Ruangguru sebagai penyedia aplikasi, pekerja Pertamina tidak


hanya belajar. Akan tetapi juga ada ujian melalui aplikasi dan sarana interaksi dengan para ahli
sehingga pekerja bisa berkonsultasi dengan baik.
"Nanti di Ruangguru ada komunikasi dua arah, konsultasi belajar dua arah dengan
ahlinya," ujar Nicke.

Nicke mengungkapkan, dana yang dikeluarkan pelatihan pekerja menggunakan aplikasi,


jauh lebih sedikit ketimbang pelatihan kerja langsung. Dengan begitu dapat menciptakan
efisiensi pada keuangan perusahaan.

"Bicara investasi, sekarang secara organisasi kami human capital menginvestasi orang
menggunakan teknologi. Ini akan jauh lebih efisien, justru dengan anggaran selama ini pasti
banyak," ujar dia.

BUAT DI DAFTAR PUSTAK : https://www.liputan6.com/bisnis/read/3373135/pertamina-


ubah-pelatihan-pekerja-pakai-aplikasi?source=search

Anda mungkin juga menyukai