Anda di halaman 1dari 51

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

TUGAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan Dalam Islam pada
jurusan Ekonomi Syariah

Dosen Pembina
Hafidhah, SE., M.Si, Ak. CA

Oleh:
Kelompok 1, Unit : 4
Muhammad Rizal Syahputra – 160602093
Luthfi Maulidiansyah – 160602229
Muhammad Alba jili – 160602070
Rouzi Amsyal – 160602214
Zulfahri – 160602116

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UIN AR-RANIRY
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Puji syukur penulis
panjatkan kepada-Nya, serta salawat dan salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad
SAW., sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan”.

Uraian setiap topik dalam tulisan ini kami sajikan dengan pembahasan yang
menerangkan tentang Bagaimana Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Sedangkan untuk
penelusuran yang lebih jauh dan mendalam pembaca dapat mengadakan kajian pada buku atau
referensi lainnya yang dianggap relevan dengan topik bahasan ini.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, mudah - mudahan makalah ini dapat sedikit
menambah wawasan dan berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Banda Aceh, 18 September 2018

(Kelompok 1)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.............................. 3
2.2 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak............................................................................. 7
2.3 Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak..................... 10
2.4 Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan.......................................... 17
2.5 Surat Ketetapan Pajak ............................................................................................. 26
2.6 Kelebihan Pembayaran Pajak.................................................................................. 28
2.7 Surat Tagih Pajak..................................................................................................... 29
2.8 Surat Paksa............................................................................................................... 29
2.9 Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali........................................................ 29
2.10Pembukaan, Pemeriksaan, dan Penyidikan.............................................................. 32
2.11Ketentuan Bagi Petugas Pajak................................................................................. 33
2.12Sanksi Pajak............................................................................................................. 34
2.13Sanksi Pidana........................................................................................................... 39
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 46
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 46
B. Saran........................................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 48

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan perudang-undangan perpajakan terus disempurnakan seiring dengan


perkembangan ekonomi, teknologi informasi, sosial dan politik. Perubahan perundang-
undangan perpajakan, khususnya undang-undang tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan dimaksudkan untuk lebih meberikan keadilan, meningkatkan pelayanan kepada
wajib pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan hukum, serta mengantisipasi kemajuan
dibidang teknologi informasi dan perubahan ketentuan material dibidang perpajakan.
Perubahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan,
meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan, dan meningkatkan kepatuhan wajib
pajak.

Sistem, mekanisme, dan tata cara pelaksaan hak dan kewajiban perpajakan yang
sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan undang-undang ini dengan tetap
menganut sistem self assessment. Perubahan tersebut khususnya berkaitan dengan
peningkatan keseimbangan hak dan kewajiban bagi masyarakat wajib pajak sehingga
masyarakat wajib pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya dengan lebih
baik.

Dalam pelaksanaan UU N0. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun
2000 disadari masih terdapat hal-hal yang belum tertampung sehinnga menuntut perlunya
pernyempurnaan sejalan dengan perkembangan sosial ekonomi dan kebijaksanaan
pemerintah. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan perpajakan tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan tersebut terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun 2007.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian-pengertian dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan.?
2. Bagaimana kewajiban dan hak wajib pajak.?

4
3. Mengetahui nomor pokok wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak.?
4. Bagaimana pembayaran, pemotongan/pemungutan, dan pelaporan pajak.?
5. Mengetahui surat ketetapan pajak.?
6. Apa saja kelebihan pembayaran pajak.?
7. Apa itu surat tagihan dan surat paksa pajak.?
8. Mengetahui keberatan, banding, dan peninjauan kembali.?
9. Bagaimana cara pembukuan, pemeriksaan, dan penyidikan pajak.?
10. Mengetahui ketentuan bagi petugas pajak dan sanksi pajak.?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Beberapa istilah atau pengertian umum dalam membicarakan perpajakan sesuai Pasal 1
UU No. 28 Tahun 2007 adalah sebagai berikut :

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar daerah pabean.
5. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

6
6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa
Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
11. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
12. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
15. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan
Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih
harus dibayar.

7
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak
karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah
dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari
pajak yang terutang.
24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak
terikat oleh suatu hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan,
tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa

8
sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan
oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di
bidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba
rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang
kebenaran penulisan dan penghitungannya.
31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak,
Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan

9
Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.
34. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh Wajib Pajak.
35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
36. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-
hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat
diajukan gugatan.
37. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan
peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak
terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.
38. Surat KeputusanPengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
untuk Wajib Pajak tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau
dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan,
atau putusan disampaikan secara langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau
dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau
putusan diterima secara langsung.
B. Kewajiban Dan Hak Wajib Pajak
1. Kewajiban Wajib Pajak

Kewajiban Wajib Pajak menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah :

a. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya

10
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif.
b. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat
kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
c. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan ke kantor Direktorat Jenderal
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
d. Mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
e. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunkan Surat Setoran
Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
f. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan
pajak.
g. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan, dan melakukan
pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaa bebas.
h. 1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,dokumen yang
menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang
pajak.
2. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang
perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
3. memberikan keterangan lain yang diperlukan apabila diperiksa.

11
2. Hak-Hak Wajib Pajak

Hak-hak Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah :

a. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa.


b. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu.
c. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal
Pajak.
d. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
e. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
f. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
3. Surat Ketatapan Pajak Nihil
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
5. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
g. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
h. Memperoleh pengurangan atau peghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam hal Wajib Pajak
menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar
menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
setelah berlakunya UU No. 28 Tahun 2007.

12
C. Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
1. Pengertian dan fungsi NPWP dan PKP
 NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
 Fungsinya, Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dan Untuk
menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
 Fungsi pengukuhan pengusaha kena pajak selain digunakan untuk mengetahui
identitas pengusaha kena pajak yang sebenarnya juga berguna untuk
melaksanakan hak dan kewajiban di bidang pajak pertambahan nilai dan pajak
penjualan atas barang mewahserta untuk pengawasan administrasi perpajakan.
 NPWP terdiri atas 15 digit, meliputi 9 digit pertama merupakan kode wajib
pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi perpajakan. Berikut
formatnya

2. Tempat pendaftaran NPWP dan pengukuhan PKP

Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
nomor pokok wajib pajak (NPWP). Tempat pendaftaran NPWP adalah:

1. Bagi wajib pajak orang pribadi, adalah pada Direktorat Jenderal pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak.
2. Bagi wajib pajak badan, adalah tempat kedudukan/kegiatan usaha wajib pajak.

Setiap wajib pajak bagi pengusaha yang dikenal pajak berdasarkan undang undang pajak
pertambahan nilai tahun1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak (PKP). Tempat pelaporan usaha dan pengukuhan
sebagai pengusaha kena pajak adalah:

13
1. Bagi pengusaha orang pribadi, adalah pada Direktorat Jenderal pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan.
2. Bagi pengusaha badan, adalah pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan.
3. Bagi pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha di
beberapa wilayah kantor Direktorat pajak, adalah baik di kantor Direktorat jenderal
pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
pengusaha maupun di kantor Direktorat jenderal pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
4. Bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu (yaitu wajib pajak orang pribadi
yang mempunyai tempat usaha tersebut di beberapa tempat, misalnya perdagangan
elektronik yang mempunyai toko dibeberapa pusat pembelanjaan), kewajiban
melaporkan usahanya di samping pada kantor Direktorat jenderal pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal wajib pajak juga pada kantor Direktorat
Jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib pajak
dilakukan.
5. Bagi pengusaha kena pajak tertentu, Direktorat jenderal pajak dapat menentukan
kantor Direktorat Jenderal pajak sebagai tempat pengukuhan pengusaha kena pajak
sebagai berikut.

Wajib Pajak Tertentu Dan Pengusaha Kena Pajak Tepat pendaftaran dan
Tertentu pelaporan usaha
 BUMD yang berkedudukan di wilayah DKI
Jakarta
 KPP perusahaan negara
 Wajib pajak BUMN, termasuk anak perusahaan
dan daerah
yang penyertaan modal induknya lebih dari
50%
 Wajib pjak penanaman modal asing yang tidak
 KPP penanaman modal
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha
asing I
dibidang industry nonlogam
 Wajib pjak penanaman modal asing yang tidak  KPP penanaman modal

14
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha
asing II
dibidang industry logam dan mesin
 Wajib pjak penanaman modal asing yang tidak
 KPP penanaman modal
masuk bursa dan melakukan kegiatan usaha
asing III
dibidang non industry
 Wajib pajak bentuk usaha tetap
 KPP badan dan orang
 Orang asing yang berkedudukan/bertempat
asing
tinggal di DKI Jakarta
 Wajib pajak yang penyertaan pendaftaran emisi
 KPP perusahaan masuk
sahamnya telah dinyatakan efektif oleh
bursa
BAPEPAM
 KPP yang wilayah
kerjanya meliputi
 Wajib pajak BUMD dan bentuk usaha tetap tempat kedudukan wajib
pajak BUMD dan
bentuk usaha tetap
 KPP yang wilayah
 Wajib pajak orang saing yang berkedudukan kerjanya meliputi
atau bertempat tinggal diluar DKI Jakarta tempat tinggal wjib
pajak orang asing
 Wajib pajak BUMN, BUMD, penanaman  KPP yang wilayah
modal asing,badan dan orang asing, dan kerjanya meliputi
perusahaan masuk bursa, terbatas pada pajak tempat
pnghasilan pemotongan,pajak penghaslan caban,perwakilan, atau
pemungutan, pajak pertambahan nilai dan pajak kegiatan usaha yang
penjualan atas barang mewah. dilakukan.
 KPP = Kantor Pelayanan Pajak

3. Tata Cara Pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP

15
Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung
atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan
dan Konsultasi Pajak (KP2KP) setempat dengan melampirkan :

1. Untuk WP Orang Pribadi Nonusahawan

Foto kopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau kepala
Desa bagi orang asing

2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan


a. Foto kopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau
kepala Desa bagi orang asing
b. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi
yang berwewenang minimal lurah atau kepala desa.
3. Untuk WP Badan
a. Foto kopi akta pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan
penunjukkan dari kantor pusat bagi BUT.
b. Foto kopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau
kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.
c. Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi
yang berwewenang minimal lurah atau kepala desa.
4. Untuk Bendaharawan sebagai pemungut/pemotong
a. Fotokopi KTP bendaharawan
b. Fotokopi surat kependudukan sebagai kebendaharawan.
5. Untuk joint operation sebagai wajib pajak pemotong/pemungut
a. Fotokopi perjanjian kerja sama sebagai joint operation
b. Fotokopi NPWP masing-masing anggota joint operation
c. Foto kopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah atau
kepala Desa bagi orang asing, dan salah seorang pengurus joint operation.

16
6. Wajib pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu atau wanita
kawin tidak pisah harta harus melampirkan fotokopi surat keterangan terdaftar.
7. Apabila permohonan ditandatangani orang lain harus dilengkapi dengan surat
kuasa khusus.
4. Pendaftaran NPWP dan PKP Melalui Elektronik

Pendaftaran NPWP dan PKP oleh WP dapat juga dilakukan secara elektronik yaitu
melalui internet di situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat www.pajak.go.id.WP
cukup memasukkan data-data pribadi (KTP/SIM/Pasport) untuk dapat memperoleh
NPWP.

Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan NPWP melalui internet :

1. Cari situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat www.pajak.go.id;


2. selanjutnya pilih menu e-reg (electronic regristration);
3. Pilih mwnu “buat account baru” dan isi kolom-kolom sesuai yang diminta;
4. Setelah itu muncul menu “formulir Regristrasi Wajib Pajak Orang Pribadi”, isilah
kolom sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dimiliki;
5. kemudian akan diperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sementara yang
berlaku 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftarandilakukan. Cetak SKT sementara
tersebut beserta Formulir Regristrasi Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai bukti
sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak.
6. Tanda tangani foormulir regristrasi, kemudian kirimkan/sampaikan langsung
bersama SKTsementara serta persyaratan lainnya ke KPP seperti tertera pada SKT
sementara. Setelah itu KPP tempat pelaporan akan menerbitkan kartu NPWP dan
SKT asli.
5. Wajib Pajak Pindah

Jika WP pindah omisili atau pindah tempat kegiatan usaha, WP wajib melaporkan diri
ke KPP lama maupun KPP baru dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Wajib pajak orang pribadi usahawan

17
Pindah tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas; adalah
surat keterangan tempat tinngal baru atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang baru dari instansi yang berwewenang (Lurah atau Kepala Desa).
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Nonusaha
Surat keterangan tempat tinggal baru dari lurah atau kepala desa, atau surat
keterangan dari pimpinan instansi perusahaannya.
3. Wajib pajak Badan
Pindah tempat kedudukan atau tempt kegiatan usaha adlah surat keterangan
tempat kedudukan atau tempat kegiatan yang baru dari lurah atau kepala desa.
6. Penghapusan NPWP

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh direktur jenderal pajak
apabila:

a. Diajukan permohonan penghapusan nomor pokok wajib pajak oleh wajib pajak
dan/atau ahli warisnya apabila wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
b. Wajib pajak badan dilikuidasi kerena penghentian atau penggabungan usaha
c. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia
d. Wajib pajak orang pribadi wanita menikah dan tidak melaksanakan kewajiban
pajak sendiri
e. Wajib pajak yang piutangnya akibat tidak memiliki kekayaan atau meninggal
tanpa warisan
f. Dianggap perlu oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menghapus Nomor pokok
wajib pajak dari wajib pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif
dan atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
7. Pencabutan Pengukuhan PKP

Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan oleh direktur jenderal pajak apabila:

1. Pengusaha kena pajak pindah alamat ke naungan KTP lain

18
2. Pengusaha kena pajak menyalahgunakan pengukuhan
3. Peredaran bruto pengusaha kena pajak tidak melebihi batasan pengusaha kecil
4. Kewajiban Ppn pengusaha kena pajak dipusatkan di tempat lain.

Pencabutan pengukuhan PKP harus diselesaikan dalam jangka waktu 6 bulan sejak
tanggal diterimanya permohonan secara lengkap.

8. Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP Serta Pengukuhan dan


Pencabutan NPPKP dengan sistem e-Registration

Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP serta Pengukuhan dan Pencabutan
NPPKP(Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) dengan sistem e-registration
Sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep-173/PJ./2004) adalah sebagai
berikut :

1. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk mendaftarkan diri dan


ataumelaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
melaluisistem e-registration akan mendapatkan formulir registrasi wajib pajak dan
suratketerangan terdaftar sementara dengan cara wajib pajak mencetak sendiri
melaluisistem e-registration
2. Surat Keterangan Terdaftar Sementara hanya berlaku selama 30 (tiga puluh) hari
sejakpendaftaran dilakukan, dan hanya berlaku untuk pembayaran, pemotongan
danpemungutan pajak oleh pihak lain serta tidak dapat dipergunakan untuk
melakukankegiatan di luar bidang perpajakan.
3. Formulir registrasi wajib pajak yang sudah ditandatangani beserta persyaratannya
disampaikan ke kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar paling lama
30 hari sejak permohonan
4. Apabila formulir registrasi wajib pajak sudah ditantatangani beserta
persyaratannya belum diterima oleh kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak
terdaftar dalam jangka waktu 30 hari sejak permohonan dilakukan, maka proses
pemohonan akan dibatalkan secara sistem.

19
5. Kantor pelayanan pajak menerbitkan kartu nomor pokok wajib pajak dan surat
keterangan terdaftar paling lama 1 hari sejak formulir registrasi wajib pajak yang
sudah ditandatangani beserta persyaratannya diterima secara lengkap.
6. Dalam hal wajib pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, kantor pelayanan pajak tempat
wajib pajak terdaftar menerbitkan secara bersamaan kartu nomor pokok wajib
pajak, surat keterangan terdaftar dan surat pengukuhan pengusaha kena pajak
paling lambat 3 hari kerja berikutnya setelah formulir registrasi wajib pajak
beserta persyaratannya diterima secara lengkap.
7. Berdasarkan proses approval melalui sistem e-Registration, kantor pelayanan
pajak tempat wajib pajak terdaftar akan mengirimkan kartu nomor pokok wajib
pajak dan suratvketerangan terdaftar, dan/atau surat pengukuhan pengusaha kena
pajak melalui pos ke alamat wajib pajak, atau berdasarkan notifikasi yang
dikirimkan melalui sistem e-Registration, wajib pajak atau kuasanya dapat
mengambil sendiri dokumen tersebut ke kantor pelayanan pajak.
8. Wajib pajak yang telah terdaftar dan belum menpunyai akses internet e-
Registration, dapat mengajukan permohonan untuk dapat mengakses sistem e-
Registration atas nomor pokok wajib pajak yang bersangkutan kepada kantor
pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar dengan membawa bukti pendaftaran
yang belaku.
D. Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, Dan Pelaporan

Wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan sistem self
asisment wajib melakukan sendiri perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak terutang.

1. Cara Pembayaran Pajak

Pembayaran pajak dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Membayar pajak sendiri yang terutang


 Pembayaran pajak setiap bulan (pph pasal 25), yaitu pembayaran pajak
secara berangsur selama satu tahun, dengan membayar pajak setiap bulan.
Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban wajib pajak.

20
 Pembayaran Pph Pasal 29 setelah akhir tahun, yaitu pelunasan pajak
penghasilan yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak pada akhir tahun
pajak apabila pajak terutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari total
pajak yang dibayar sendiri dan pajak yang dipotong atau dipungut pihak
lain sebagai kredit pajak.
b. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (Pph Pasal 4 (2), Pph pasal 15,
Pph pasal 21, 22, 23, serta Pph pasal 26). Pihak lain yang dimaksud adalah pemberi
penghasilan, pemberi kerja dan pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh
pemerintah
c. Melalui pembayaran pajak luar negri
d. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau yang ditunjuk pemerintah ( bendaharawan,
pemerintah )
e. Pembayaran pajak lainnya.
 Pembayaran Pajak Bumi Terutang (PBB), adalah pelunasan berdasarkan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
 Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), adalah
pelunasan pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan
 Pembayaran bia materai, pelunasan pajak atas dokumen dengan menempel
materai dikertas.

2. Tempat dan Sarana Pembayaran Pajak


a. Layanan pada loket/teller.
b. Layanan menggunakan sistem elektronik lainnya seperti Bank Devisa/pos/mata uang
asing dan lainnya.

Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran


Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.

3. Surat Setoran Pajak (SSP)

SSP adalah bukti penyetoran pajak yang dilakukan dengan formulir atau dengan cara ke
kas negara melalui tempat yang ditunjuk pemerintah.

21
Formulir SSP dibuat dalam rangkap 4, dengan peruntukkan:

a. Lembar ke-1 untuk arsip Wajib Pajak


b. Lembar ke-2 untuk KPPN
c. Lembar ke-3 untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantir Pelayanan Pajak.
d. Lembar ke-4 untuk arsip kantor penerima pembayaran.

Satu formulir SPP hanya dapat digunakan untuk pembayaran:

a. Satu jenis pajak


b. Satu tahun pajak
c. Satu Surat Ketetapan Pajak dan Surat Ketetapan PBB.

Jika diperlukan, SPP dapat dibuat dalam 5 rangkap. Pada lembar ke-5
diperuntukkan arsip Wajib Pajak atau pihak lain dengan ketentuan yang berlaku. Sistem
pembayaran pajak dilakukan secara elektronik, dengan membuat kode biling, dan
membayar kode biing. Isian pada kode biling sama dengan mengisi item-item yang ada di
SPP manual.

Pembayaran pajak dan penyetoran pajak dilakukan dalam mata uang


rupiah.Pembayaran pajak dalam mata uang dolar Amerika Serikat dilakukan ke kas
negara melalui Bank Persepsi Mata Uang Asing.Jika wajib pajak dengan kriteria tersebut
membayar pajak dalam mata uang rupiah maka harus dikonservasi dengan kurs yang
ditetapkanoleh keputusan Mentri Keuangan.

Pengangsuran atau penundaan pajak tersebut merupakan pembayaran pajak


akibat:

1. Surat Tagihan Pajak


2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan
3. Surat Keputusan Pembetulan dan Keberatan
4. Putusan Banding
5. PPh pasal 29

22
Adapun syarat pengajuan permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran
adalah:

a. Diajukan secara tertulis kepada Direktur Jendral Pajak


b. Diajukan maksimal 9 hari sebelum jatuh tempo pembayaran, kecuali Wajib Pajak
mengalami keadaan di luar kekuasaannya.
c. Disertai alasan dan jumlah pembayaran yang dimohonkan angsuran atau penundaan
keputusan diberikan maksimal 7 hari sejak permohonan diterima lengkap. Jika jangka
waktu terlewati maka permohonan dianggap terima.
4. Pemotongan/Pemungutan

Pembayaran pajak dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak, ada pembayaran bulanan yang
dilakukan dengan pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga (PPh Pasal 21,
22, 23, 26, PPN dan PPnBM).

a. PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak oleh pihak ketiga atas penghasilan yang
diterima sehubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan (seperti gaji
yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan tempat tersebut bekerja).
b. PPh pasal 22 adalah pemungutan pajak berhubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang, impor barang dan usaha dikegiatan bidang-bidang tersebut
c. PPh pasal 23 adalah pemotongan pajak sehubungan dengan penghasilan tertentu
seperti deviden, bunga, royalti, sewa dan jasa yang diterima oleh Wajib Pajak
badan dalam negri dan bentuk usaha tetap (BUT).
d. PPh pasal 26 adalah potongan pajak sehubungan dengan penghasilan yang
diterima oleh Wajib Pajak Luar Negri.
e. PPh Final Pasal 4 ayat (2) merupakan pajak yang sifat pemungutannya final, yaitu
pajak yang dapat dipotong, dipungut oleh pihak ketiga, bayar sendiri dan tidak
dapat dikreditkan pada akhir tahun. Seperti persewaan tanah dan bangunan, hadiah
undian, bunga obligasi, deposito dan lainnya.
f. PPh Pasal 15 adalah pemotongan pajak penghasilan menggunakan norma
perhitungan khusus, antara lain perusahaan pelayaran atau penerbangan nasional,
perusahaan asuransi luar negeri, perusahan dagang asing dan lainnya.

23
g. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas nilai tambah
suatu barang dan jasa.
h. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Ditjen Pajak untuk melakukan
pemotongan/pemungutan tidak melakukan ketentuan yang berlaku, maka dapat dikenakn
sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%.

5. Pelaporan

Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan hal-
hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan
adalah sebagai saran untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

 Pembayaran/pelunasan pajak yang dilakukan sendiri dan melalui pemotongan


atau pemungutan pihak lain dalam 1 tahun pajak.
 Penghasilan yang merupakan Objek Pajak dan bukan Objek Pajak
 Harta dan kewajiban
 Pembayaran dari pemotongan/pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain
dalam 1 massa pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bagi pengusaha kenak pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak pertambahan dan pajak penjualan atas
barang mewah yang terutang, dan untuk melaporkan:

 Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran


 Pembayaran atau pelunasan pajak yang dilaksanakan sendriri, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

SPT dapat dibedakan sebagai berikut:

a. SPT masa, yaitu untuk melaporkan pembayaran pajak bulanan. Terdiri atas:
1. SPT Masa PPh Pasal 21 dan 26
2. SPT Masa PPh Pasal 22

24
3. SPT Masa PPh Pasal 23 dan 26
4. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2
5. SPT Masa PPh Pasal 15
6. SPT Masa PPn dan PPnBM
7. SPT Masa PPn dan PPnBM
8. SPT Masa PPn dan PPnBM
9. SPT Masa PPn dan PPnBM bagi pemungut
b. SPT Tahunan, untuk pelaporan tahunan. Terdiri:
1. SPT tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771-Rupiah)
2. SPT tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang dizinkan pembukuan dalam bahasa
inggris dan mata uang dolar Amerika Serikat (1771-US)
3. SPT tahunan PPh Wajib Pajak yang mempunyai pengahasilan dari pekerjaan
bebas yag menyelenggaraan norma pengahasilan neto; dari satu atau lebih
pemberi pekerja; yang dikenakan PPh final dan dari penghasilan lain.
4. SPT tahunan PPh Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan dari satu atau lebih
pemberi pekerja, dalam negeri dan yang dikenakan PPh final.
5. SPT tahunan PPh Wajib Pajak yang tidak memiliki penghasilan dari suatu
pemberi pekerja dan tidak berpenghasilan lainnya kecuali bunga bank atau bunga
koperasi.

Batas waktu pembayaran dan pelaporan pajak untuk setiap jenis pajak:

N BatasWaktu Batas Waktu


Jenis SPT Masa
O Pembayaran Pelaporan

Tanggal 10 bulan 20 hari setelah


1 PPh Pasal 21/26
berikutnya akhir masa pajak

Tanggal 10 bulan 20 hari setelah


2 PPh Pasal 23/26
berikutnya akhir masa pajak

Tanggal 15 bulan 20 hari setelah


3 PPh Pasal 25
berikutnya akhir masa pajak

25
PPh Pasal 22, PPN, PPnBM 7 hari setelah
4 1 hari setelah dipungut
oleh Bea Cukai pembayaran

PPh Pasal 22- Bendaharawan Pada hari yang sama saat Tanggal 14 bulan
5
Pemerintah penyerahan barang berikutnya

Psling lambat
Sebelum delivery order tanggal 20 setelah
6 PPh Pasal 22-Pertamina
dibayar masa pajak
berakhir

PPh Pasal 22-Pemungut Tanggal 10 bulan 20 hari setelah


7
tertentu berikutnya akhir masa pajak

Tanggal 10 bulan 20 hari setelah


8 PPh Pasal 4 ayat 2
berikutnya akhir masa pajak

Akhir bulan beikutnya


Akhir masa pajak
9 PPN dan PPnBM-PKP sebelum penyampaian
berikutnya
SPT

PPN dan PPnBM- Tanggal 17 bulan 20 hari setelah


10
Bendaharawan berikutnya akhir masa pajak

PPN dan PPnBM-Pemungut Tanggal 15 bulan 20 hari setelah


11
Non Bendaharawan berikutnya akhir masa pajak

12  PPh Wajib Pajak  Tanggal 25 bulan  Paling lama


Orang Pribadi ketiga setelah 3 bulan
berakhirnya setelah
tahun atau bagian akhir tahun
tahun pajak pajak atau
bagian
 Tanggal 25 bulan
tahun pajak
keempat setelah
berakhirnya  Paling lama
tahun atau bagian 4 bulan
tahun pajak setelah

26
akhir tahun
 PPh wajib pajak pajak atau
Sadan bagian
tahun pajak

Keterangan: PKP = Pengusaha Kena Pajak

Wajib pajak dengan kriteria tertentu (Wajib Pajak pengusaha kecil) dapat:

 Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan


syarat seluruh pajak wajib dilunasi
 Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa selain yang disebut pada nomor 1
untuk beberapa masa pajak, dengan syarat pembayaran masa pajak sesuai batas
waktu untuk masa oajak yang bersangkutan.

Apabila wajib pajak tidak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam


jangka waktu yang ditetapkan, Wajib Pajak dapat memperpanjang penyampaian surat
Surat Pemberirahuan Tahunan Pajak Penghasilan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis. SPT dianggap tidak disampaikan apabila:

 Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani


 Surat Pemberitahuan tidak dilampiri keterangan dan dokumen yang ditetapkan
 Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis
 Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan
pemerikasaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

Bentuk dan Isi SPT. Cara yang digunakan untuk menyampaikan SPT diatur
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Secara umum, Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan sekurang-kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlah penghasilan,
jumlah penghasilan kena pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan atau kelebihan pajak, serta harta dan kewajiban di luar kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak.

27
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib
menyelenggarakan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi serta keterangan untuk menghitung besarnya penghasilan kena
pajak.

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sekurang-kurangnya memuat


jumlah Dasar Pengenaan Pajak, Jumlah Pajak Keluaran, Jumlah Pajak Masukan yang
dapat di kreditkan dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak.

Tata Cara Pengisian dan Penyampaian SPT.

 Wajib Pajak mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar,


lengkap jelas dan menandatanganinya
 Surat Pemberitahuan Wajib Pajak harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi
 Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa untuk
mengisi dan menandatangani surat pemberitahuan. Suarat kuasa harus
dilampirkan pada surat pemberitahuan.
 Surat Pemberitahuan Tahunan Penghasilan Wajib Pajak, yang menyelenggarkan
pembukuan harus melampirkan laporan keuangan serta keterangan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak.
 Dalam hal laporan keuangan audit oleh Akuntan Publik, dan tidak tidak
melampirkan surat pemberitahuan, surat pemberitahuan dianggap tidak lengkap
dan tidak jelas, sehingga surat pemberitahuan dianggap tidak disampaikan.

Pelaporan SPT secara Elektronik (e-filing).Penyampaian SPT tahunan dapat


dilakukan secara elektroni atau secara online dan realtime melalui internet pada website
DJP www.djponline.pajak.go.id atau ASP.Wajib pajak Anggota Sipil Negara (ASN),
anggota polri dan anggota TNI wajib menyampaikan SPT tahunan PPh tahun pajak 2015
secara online. Wajib Pajak orang pribadi yang menyampaikan SPT Tahunan 1770 SS dan
1770 S juga mengisi SPT secara online. Sebelum menyampaikan SPT tahunan 1770 dan
Wajib Pajak badan yang menyampaikan SPT tahu nan 1771 menyampaikan SPT dengan
upload e-SPT.

28
Sebelum menyampaikan SPT, Wajib Pajak harus punya EFIN (Electronic filing
identification number, dengan mengisi formulir permohonan aktivasi EFIN, dengan
menunjukkan KTP/PASPOR, NPWP atau keterangan terdaftar, serta menyampaikan
alamat e-mail yang terdaftar. Satu hari setelah aktivasi, KPP akan mengirim EFIN kepada
Wajib Pajak melalui e-mail.

Pembetulan SPT. Wajib pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan surat
pemberitahuan dengan menyampaikan pernyataan tertulis dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan, yang dapat mengakibatkan:

 Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil
 Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar
 Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil
 Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses pemeriksaan tetap
dilanjutkan.
E. Surat Ketetapan Pajak
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat ketetapan pajak kurang bayar diterbitkan oleh direktur jenderal pajak dalam
jangka waktu lima 5 (lima) tahun setelah sat terutangnya pajak atayu berakhirnya masa
pajak, bagian tahun pajak, atau tahum pajak, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang


terutang tidak atau kurang dibayar.
2. Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
di tetapkan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunnya sebaimana yang telah ditetapkan dalam surat teguran.
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain menegenai pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah ternyata tidak
seharusnnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnnya
dikenakan tariff.

29
4. Apabila kewajiban pembukuan dan pemeriksaan (sebagaimana di maksud
dalam pasal 28 atau pasal 29) tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui
besarnnya pajak yang terutang.
5. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan nomor pokok wajib pajak atau
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan tidak akan mungkin diterbitkan
sebelum didahului dengan penerbitan surat ketetapan pajak. Penerbitan surat ketetapan
pajak kurang bayar tambahan dilakukan dengan syarat adannya data baru termasuk data
yang semula belum terungkap yang menyebabakan penambahan pajak yang terutang
dalam surat ketetapan pajak sebelumnnya.

3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat ketetapan pajak nihil diterbitkan untuk :

1. Pajak penghasilan, apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Pajak pertambahan nilai, apabila jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak
yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
3. Pajak penjualan atas barang mewah, apabila jumlah pajak yang di bayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
pembayaran pajak.
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Surat ketetapan pajak lebih bayar diterbitkan untuk :

1. Pajak penghasilan, apabila jumlah kredit pajak (jumlah pajak yang di bayar) lebih
besar dari pada jumlah pajak yang terutang.
2. Pajak pertambahan nilai, apabila kredit umlah pajak lebih besar dari pada jumlah
pajak yang terutang.
3. Pajak penjualan atas barang mewah, apabila jumlah pajak yang di bayar lebih
besar dari pada jumlah pajak yang terutang.

30
F. Kelebihan Pembayaran Pajak

Wajib pajak berhak untuk meminta kembali kelebihan pembayaran pajak dengan
catatan wajib pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak. Kelebihan pembayaran pajak
sebagai akibat adannya surat keputusan keberatan, surat keputusan pembetulan, surat
keputusan pengurangan sanksi administrasi, surat keputusan penghapusan sanksi
administrasi dan lainnya.

Batas waktu untuk pengembalian kelebihan pembayaran pajak ditetapkan paling lama
satu bulan untuk :

1. Surat ketetapan pajak lebih bayar, dihitung sejak tanggal diterimannya


permohonan tertulis tentang pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
2. Surat ketetapan pajak lebih bayar, dihitung sejak tanggal penertiban.
3. Surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, dihitung sejak
tanggal penertiban
4. Surat keputusan keberatan, Surat keputusan pembetulan, dihitung sejak
tanggal penertiban.
5. Putusan banding dihitung sejak terimannya putusan banding oleh kator
direktorat jenderal pajak.
1. Kelebihan Pembayaran Pajak Bagi Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu.

Wajib pajak dengan kriteria tertentu adalah wajib pajak yang :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan.


2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak.
3. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan public
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Direktur jenderal pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dalam jangka
waktu 5 tahun setelah melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak dengan kriteria
tertentu yang telah memperoleh pengembalian pendahuluan Kelebihan pajak. Surat
ketetapan pajak tersebut dapat berupa surat ketetapan pajak kurang bayar, surat
ketetapan pajak nihil. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan

31
surat ketetapan pajak kurang bayar maka wajib pajak harus membayar jumlah
kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

2. Tata Cara Pembayaran Kelebihan Pajak.

Diantarannya sebagai berikut :

1. Pengembalian pembayaran pajak yang masih tersisa tersebut dilakukan dengan


menerbitkan surat perintah membayar kelebihan pajak.
2. Kelebihan pembayaran pajak dikembalikan oleh kepala kantor pelayanan pajak
atas nama direktur jenderal pajak.
3. Atas dasar SKPKPP tersebut, kantor pelayan pajak atas nama menteri keuangan
menerbitkan SPMKP per jenis pajak dan per masa taun pajak.
G. Surat Tagih Pajak (STP)

Ialah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga atau
denda.surat tagih pajak diterbitkan apabila :

1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.


2. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.
3. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
4. Pengusaha kena pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penertiban faktur pajak.
5. Pengusaha kena pajak gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak
masukan.
H. Surat Paksa

Surat Paksa merupakan salah satu sarana penagihan pajak.Surat paksa diterbitkan karena
jumlah pajak yang masih harus dibayar ternyata belum dibayar oleh penanggung pajak sesuai
dengan jangka waktu yang ditetapkan.

I. Keberatan, Banding, Dan Peninjauan Kembali


1. Keberatan

32
Apabila Wajib Pajak berpendapatbbahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan
atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya maka dapat mengajukan keberatan.
Keberatan tersebut diajukan atas suatu:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;


2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
5. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tata cara pengajuan keberatan adalah sebagai berikut:

1. Suatu kerberatan harus diajukan terhadap satu jenis pajak dan satu masa pajak
atau tahun pajak.
2. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan
mengemukakan jumlah pajak terytang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut,
atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan yang
menjadi dasar perhitungan.
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal dikirim
surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak
4. Wajib pajak yang masih mempunyai uang pajak, wajib melunasi pajak yang
masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui wajib pajak
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan
disampaikan.
5. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai surat
keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
6. Dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, direktrur
jenderal pajak harus member keputusan atas keberatan yang diajukan.
7. Apabila dalam jangka waktu tersebut, nomor 6 telah telampaui dan direktur
jenderal pajak tidaak member suatu keputusan, keberatan yang diajukan wajib
pajak dianggap dikabulkan.
2. Banding

33
Apabila wajib pajak masih belum puas dengan surat keputusan keberatan atas
keberatan yang diajukannya, wajib pajak masih dapat mengajukan banding kepada badan
peradilan pengajuan pajak.

Tata cara pengajuan permohonan banding adalah:

1. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alas
an yang jelas palimg lama 3 bulan sejak surat keputusan keberatan diterima dan
dilampiri dengan salinan surat keputusan keberatan.
2. Terhadap surat Tagihan pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan
kurang bayar tambahan, surat keputusan keberatan, surat keputusan pembetulan,
pitusan banding, serta putusan peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah, yang seharusnya dilunasi dalam jangka
waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan tapi belum dibayar pada saat pengajuan
keberatan, maka jangka waktu pelunasannya tertangguh sampai dengan satu bulan
sejak tanggal penerbitan putusan banding.
3. Terhadap surat tagihan pajak,surat ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan
pajak kurang bayar tambahan, surat keputusan keberatan, surat keputusan
pembetulan, putusan banding serta putusan peninjauan kembali, yang dialami
oleh wajib pajak usaha kecil dan wajib pajak di daerah tertentu, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang seharusnya
dilunasi dalam jangka waktu 2 bulan sejak tanggal diterbitkan tapi belum dibayar
pada saat pengajuan keberata, maka dalam jangka waktu pelunasannya tertangguh
sampai dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan putusan banding.
4. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan
pada nomor 3 tidak termasuk sebagai utang pajak.
5. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding
belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan putusan banding.
3. Peninjauan Kembali (PK)

Putusan peninjauan kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan


peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau Direktorat Jenderal Pajk
terhadap putusan banding atau putusan gugatan dari badan peradilan pajak.

34
Pengajuan permohonan peninjauan kembali dilakukan dalam jangka waktu paling
lambat 3 bulan terhitung sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak
putusan Hakim Pengadilan pidana memperoleh kekuatan hokum tetap atau ditemukannya
bukti tertulis baru atau sejak putusan banding dikirim Mahkamah Agung mengambil
keputusan dalam jangka waktu 6 bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima.

J. Pembukuan, Pemeriksaan, Dan Penyidikan


1. Pembukuan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap Tahun Pajak berakhir.

2. Pemeriksaan

Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji


kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan tujuan lain, antara lain:

1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak;


2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. Pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
4. Waji Pajak mengajukan keberatan;
5. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
7. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
10. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan;
dan/atau;
11. Penenuhan permintaan informasi dari Negara mitra Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda

35
3. Penyidikan

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang


dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti
tersebut membuat terang tindak pidana di bidang perpajakn yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh Pejabat
Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang
khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan.

K. Ketentuan Bagi Petugas Pajak

Ketentuan perpajakan yang berkaitan dengan pegawai pajak diatur sebagai berikut:

1. Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung atau
menetapkan pajak tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di luar
kewenangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dapat diadukan ke unit internal Departemen Keuangan yang
berwenang melakukan pemeriksaan dan investigasi, dan apabila terbukti
melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan
dan pengancaman kepada Wajib Pajak agar menguntungkan diri sendiri secara
melawan hukum diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
4. Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan
hukum dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk
memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri diancam dengan pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan perubahannya.

36
5. Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila
dalam melaksanakan tugasnya didasarkan pada itikad baik dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
L. Sanksi Pajak

Sanksi administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak
berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
diuraikan pada tabel berikut.

Berkaitan dengan Denda

No Pasal Masalah Sanksi

SPT tidak disampaikan dalam jangka


waktu yang ditetapkan:

a. SPT Masa PPN a. Rp. 500.000


1 7 ayat (1)
b. SPT Masa lainnya b. Rp. 100.000

c. SPT Tahunan PPh WP Badan c. Rp. 1.000.000

d. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi d. Rp. 100.000

150% dari jumlah


2 8 ayat (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik pajak yang kurang
dibayar

a. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP,


tidak membuat faktur pajak

b. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, 2% dari Dasar


3 14 ayat (4)
tidak mengisi faktur pajak secara lengkap Pengenaan Pajak

c. PKP melaporkan faktur pajak tidak


sesuai masa penerbitan faktur pajak

4 14 ayat (5) PKP gagal berproduksi telah diberikan 2% dari Dasar

37
pengembalian Pajak Masukan Pengenaan Pajak

50% dari jumlah


pajak berdasarkan
keputusan keberatan
Keberatan ditolak atau dikabulkan dikurangi dengan
5 25 ayat (9)
sebagian pajak yang telah
dibayar sebelum
mengajukan
keberatan

100% dari jumlah


pajak berdasarkan
Putusan Banding
Permohonan banding ditolak atau
6 27 ayat (5d) dikurangi pajak yang
dikabulkan sebagian
telah dibayar
sebelum mengajukan
keberatan

Berkaitan dengan Bunga

No Pasal Masalah Sanksi

2% per bulan dari


jumlah pajak yang
kurang dibayar,
1 8 ayat (2) Pembentulan SPT tahunan dalam 2 tahun dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran
s.d. tanggal
pembayaran

2 8 ayat (2a) Pembentulan SPT Masa dalam 2 tahun 2% per bulan dari
jumlah pajak yang

38
kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran
s.d. tanggal
pembayaran

2% per bulan dari


jumlah pajak
terutang, dihitung
3 9 ayat (2a) Keterlambatan pembayaran pajak masa mulai tanggal jatuh
tempo pembayaran
s.d. tanggal
pembayaran

2% per bulan dari


jumlah pajak
terutang, dihitung
mulai dari
4 9 ayat (2b) Keterlambatan pembayaran pajak tahunan
berakhirnya batas
waktu penyampaian
SPT Tahunan s.d.
tanggal pembayaran

SKPKB karena pajak yang terutang 2% per bulan dari


kurang atau tidak dibayar, dan penerbitan jumlah kurang
5 13 ayat (2)
NPWP dan pengukuhan PKP secara dibayar, maksimal 24
jabatan bulan

48% dari jumlah


SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5
6 13 ayat (5) pajak yang tidak atau
tahun karena adanya tindak pidana
kurang dibayar

7 14 ayat (3) a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% per bulan dari
jumlah pajak
b. SPT kurang bayar
tidak/kurang dibayar,

39
maksimal 24 bulan

48% dari jumlah


SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu
8 15 ayat (4) pajak yang tidak atau
5 tahun karena adanya tindak pidana
kurang dibayar

2% per bulan dari


jumlah pajak yang
tidak atau kurang
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK
dibayar, dihitung dari
Keberatan, Putusan Banding yang
9 19 ayat (1) tanggal jatuh tempo
menyebabkan kurang bayar terlambat
s.d. tanggal
dibayar
pelunasan atau
diterbitkannya Surat
Tagihan Paksa

2% per bulan dari


jumlah pajak yang
masih harus dibayar,
10 19 ayat (2) Mengangsur atau menunda pembayaran dihitung dari tanggal
jatuh tempo s.d.
tanggal
diterbitkannya STP

2% per bulan dari


kekurangan
pembayaran pajak,
dihitung dari batas
11 19 ayat (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT
akhir penyampaian
SPT s.d. tanggal
dibayarnya
kekurangan tersebut

Berkaitan dengan Kenaikan

40
No Pasal Masalah Sanksi

1 8 ayat (5) Pengungkapan ketidakbenaran pengisian 50% dari pajak yang


SPT setelah lewat 2 tahun sebelum kurang dibayar
terbitnya SKP

2 13 ayat (3) a. SKPKB karena SPT tidak disampaikan 50% dari PPh yang
sebagaimana disebut dalam surat teguran tidak /kurang dibayar
dalam setahun
b. PPN/PPnBM tidak seharusnya
dikompensasi atau tidak seharusnya
dikenai tarif 0%
100% dari PPh yang
c. Kewajiban pembukuan dan tidak atau kurang
pemeriksaan tidak dipenuhi sehingga dipotong, tidak atau
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang kurang dipungut,
terutang tidak atau kurang
disetor, dan dipotong
atau dipungut tetapi
tidak atau kurang
disetor; atau 100%
dari PPN dan
PPnBM yang tidak
atau kurang dibayar

3 13 A Tidak menyampaikan SPT atau 200% dari jumlah


menyampaikan SPT tetapi isinya tidak pajak yang kurang
benar atau tidak lengkap, atau dibayar yang
melampirkan keterangan yang isinya ditetapkan melalui
tidak benar, yang dilakukan karena penerbitan SKPKB
kealpaan dan pertama kali

4 15 ayat (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% dari jumlah


kekurangan pajak

5 17C ayat (5) SKPKB yang terbit dilakukan 100% dari jumlah

41
pengembalian pendahuluan kelebihan kekurangan
pajak bagi Wajib Pajak dengan kriteria pembayaran pajak
tertentu

6 17D ayat (5) SKPKB yang terbit setelah dilakukan 100% dari jumlah
pengembalian pendahuluan kelebihan kekurangan
pajak bagi Wajib Pajak dengan pembayaran pajak
persyaratan tertentu

M. Sanksi Pidana

Sanksi pidana sehubungan dengan pelanggaran terhadap peraturan perundang – undangan


perpajakan khususnya dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diuraikan dalam
tabel berikut.

No Pasal Masalah Sanksi

1 38 ayat (1) Setiap orang yang karena kealpaannya: Pidana kurungan


paling sedikit 3 (tiga)
a. tidak menyampaikan Surat
bulan atau paling
Pemberitahuan;atau
lama 1 (satu) tahun
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan atau denda paling
tetapi isinya tidak benar atau tidak sedikit 1 (satu) kali
lengkap, atau melampirkan keterangan jumlah pajak terutang
yang isinya tidak benar sehingga dapat yang tidak atau
menimbulkan kerugian pada pendapatan kurang dibayar dan
negara dan perbuatan tersebut merupakan paling banyak 2
perbuatan setelah perbuatan yang pertama (dua) kali jumlah
kali (yang telah dikenai sanksi pajak terutang yang
administrasi berupa kenaikan sebesar tidak atau kurang
200% (dua ratus persen) dari jumlah dibayar
pajak yang kurang atau tidak dibayar
yang ditetapkan melalui penerbitan Surat

42
Ketetapan Pajak Kurang Bayar)

2 39 ayat (1) Setiap orang yang dengan sengaja: Pidana penjara paling
singkat 6 (enam)
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan
bulan dan paling
NPWP atau tidak melaporkan usahanya
lama 6 (enam) tahun
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
dan dendan paling
Kena Pajak;
sedikit 2 (dua) kali
b. menyalahgunakan atau menggunakan jumlah pajak terutang
tanpa hak NPWP atau Pengukuhan yang tidak atau
Pengusaha Kena Pajak; kurang dibayar dan
paling banyak 4
c. tidak menyampaikan Surat
(empat) kali jumlah
Pemberitahuan;
pajak terutang yang
d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan tidak atau kurang
dan/atau keterangan yang isinya tidak dibayar
benar atau tidak lengka;

e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 29;

f. memperlihatkan pembukuan,
pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
atau dipalsukan seolah-olah benar, atau
tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya;

g. tidak menyelenggarakan pembukuan


atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan
buku, catatan, atau dokumen lain;

h. tidak menyimpan buku, catatan, atau


dokumen yang menjadi dasar pembukuan

43
atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau diselenggarakan secara
program aplikasi on-line di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (11); atau

i. tidak menyetorkan pajak yang telah


dipotong atau dipungut sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara.

Seseorang melakukan lagi tindak pidana Pidana pada nomor 1


di bidang perpajakan sebelum lewat 1 tersebut akan
3 39 ayat (2) (satu) tahun, terhitung sejak selesainya ditambahkan 1 (satu)
menjalani pidana penjara yang kali menjadi 2 (dua)
dijatuhkan. kali sanksi pidana

4 39 ayat (3) Setiap orang yang melakukan percobaan Pidana penjara paling
untuk melakukan tindak pidana singkat 6 (enam)
menyalahgunakan atau menggunakan bulan dan paling
tanpa hak NPWP atau Pengukuhan lama 2 (dua) tahun
Pengusaha Kena Pajak, atau dan denda paling
menyampaikan Surat Pemberitahuan sedikit 2(dua) kali
dan/atau keterangan yang isinya tidak jumlah restitusi yang
benar atau tidak lengkap, dalam rangka dimohonkan dan/atau
mengajukan permohonan restitusi atau kompensasi atau
melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan yang
pengkreditan pajak. dilakukan dan paling
banyak 4 (empat)
kali jumlah restitusi
yang dimohonkan

44
dan/atau kompensasi
atau pengkreditan
yang dilakukan

Pidana penjara paling


singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 6
(enam) tahun serta
denda paling sedikit
Setiap orang yang dengan sengaja: 2 (dua) kali jumlah
pajak dalam faktur
a. menerbitkan dan/atau menggunakan
pajak, bukti
faktur pajak, bukti pemungutan pajak,
pemungutan pajak,
bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti
bukti pemotongan
5 39A setoran pajak yang tidak berdasarkan
pajak, dan/atau bukti
transaksi yang sebenarnya; atau
setoran pajak dan
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum paling banyak 6
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena (enam) kali jumlah
Pajak. pajak dalam faktur
pajak, bukti
pemungutan pajak,
bukti pemotongan
pajak, dan/atau bukti
setoran pajak

6 41 ayat (1) Pejabat yang kena kealpaannya tidak Pidana kurungan


memenuhi kewajiban merahasiakan paling lama 1 (satu)
segala sesuatu yang diketahui atau tahun atau denda
diberitahukan kepadanya oleh Wajib paling banyak Rp.
Pajak dalam rangka jabatan atau 25.000.000
pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, atas pengaduan orang yang

45
kerahasiannya dilanggar.

Pejabat yang dengan sengaja tidak


memenuhi kewajiban merahasiakan
segala sesuatu yang diketahui atau Pidana penjara paling
diberitahukan kepadanya oleh Wajib lama 2 (dua) tahum
7 41 ayat (2) Pajak dalam rangka jabatan atau atau denda paling
pekerjaannya untuk menjalankan banyak Rp.
ketentuan peraturan perundang-undangan 50.000.000
perpajakan, atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar

Setiap orang yang wajib memberikan


keterangan atau bukti yang diminta oleh
Direktur Jenderal Pajak pada saat Pidana kurungan
melakukan pemeriksaan pajak, penagihan paling lama 1 (satu)
8 41A pajak, atau penyidikan tindak pidana di tahun atau denda
bidang perpajakan, tetapi dengan sengaja paling banyak Rp.
tidak memberi keterangan atau bukti, atau 25.000.000
memberi keterangan atau bukti yang tidak
benar

Pidana penjara paling


Setiap orang yang dengan sengaja
lama 3 (tiga) tahun
menghalangi atau mempersulit
9 41B dan denda paling
penyidikan tindak pidana di bidang
banyak Rp.
perpajakan
75.000.000

10 41C ayat (1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak Pidana kurungan
memenuhi kewajiban merahasiakan paling lama 1 (satu)
segala sesuatu yang diketahui atau tahun atau denda
diberitahukan kepadanya oleh Wajib paling banyak Rp.
Pajak dalam rangka jabatan atau 1.000.000.000
pekerjaannya untuk menjalankan

46
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan

Setiap orang yang dengan sengaja


menyebabkan tidak terpenuhinya
kewajiban pejabat dan pihak lain dalam Pidana kurungan
merahasiakan segala sesuatu yang paling lama 10 bulan
11 41C ayat (2) diketahui atau diberitahukan kepadanya atau denda paling
oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan banyak Rp.
atau pekerjaannya untuk menjalankan 800.000.000
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan

Setiap orang yang dengan sengaja tidak Pidana kurungan


memberikan data dan informasi yang paling lama 10 bulan
12 41C ayat (3) diminta oleh Direktur Jenderal Pajak atau denda paling
dalam menghimpun data dan informasi banyak Rp.
untuk kepentingan penerimaan negara 800.000.000

Pidana kurungan
Setiap orang yang dengan sengaja
paling lama 1 (satu)
menyalahgunakan data dan informasi
13 41C ayat (4) tahun atau denda
perpajakan sehingga menimbulkan
paling banyak Rp.
kerugian bagi negara
500.000.000

47
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Perpajakan diatur dalam Undang-Undang;
 Undang-Undang perpajakan dapat mengalami perubahan sehingga dapat
meminbulkan munculnya isitlah-istilah baru;
 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sangat diperlukan karena dapat digunakan
sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak itu sensiri sdan sebagai sarana
pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan
PPn-BM;
 Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke
kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh menteri keuangan
 Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau

48
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
 Hak-hak Wajib Pajak antara lain:
1. Hak Memperpanjang Jangka Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan
2. Hak Membetulkan Surat Pemberitahuan
3. Hak Mengangsur Atau Menunda Pembayaran Pajak
4. Hak Memohon Restitusi
5. Hak Memohon Pembetulan Surat Tagihan Pajak/Surat Ketetapan Pajak Yang
Salah
6. Hak Mengajukan Keberatan
7. Hak Mengajukan Banding
 Wewenang dan Kewajiban Aparat Perpajakan antara lain:
1. Wewenang Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
2. Wewenang Menerbitkan Surat Tagihan Pajak
3. Wewenang Melakukan Penagihan Pajak
4. Wewenang Melakukan Pemeriksaan
5. Wewenang Melakukan Penyelidikan
6. Wewenang Melakukan Penyegelan
7. Wewenang Mengurangkan Atau Menghapuskan Sanksi Administrasi.
8. Kewajiban Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
9. Kewajiban Memberikan Keputusan
10. Kewajiban Memberikan Keterangan
11. Kewajiban Menjaga Kerahasiaan Data
B. Saran

Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan di segala sektor yang ada di Negara kita ini dapat
berjalan dengan lancar sehingga bias dinikmati oleh seluruh masayarakat Indonesia.

49
Daftar Pustaka

Resmi Siti. 2017. Perpajakan : Teori dan Kasus, Buku 1 Edisi 10. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat

50
51

Anda mungkin juga menyukai