Anda di halaman 1dari 5

Translation task

Name : Sandi irfan

Penggunaan alpha brainwave dalam mengembangkan ketahanan guru untuk pengelolaan aktivitas
kelas

Abstrak : Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi keunggulan dari alpha brainwave dalam
mengembangkan ketahanan guru saat Mengelola kegiatan di dalam kelas. Alasan dilakukan penelitian ini
yaitu sebagian guru masih kesusahan dan sulit untuk mengatasi perilaku siswa di kelas yang berdampak
pada keseluruhan aktivitas di kelas. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan metode teori
grounded, Data di kumpulkan melalui observasi secara langsung dan panduan wawancara yang telah di
terapkan pada responden. Tahapan yang dikembangkan untuk menerapkan alpha brainwave dalam
mengembangkan ketahanan guru adalah, 1) Build and Maintain Rapport. 2) calibration; 3) map brain. 4)
Assertiveness Installation; 5) drop and anchor dan 6) Provide Feedback. Melalui tahapan ini brainwave
pada guru akan akan disesuaikan dengan gelombang alpha, dan mengeksplorasi masalah yang mereka
miliki untuk untuk di pecahkan. Ketika masalah telah terpecahkan, emosi akan menenangkan dan
mempengaruhi resiliensi itu sendiri. Di lain kata, resiliensi mengkover kemampuan untuk menjadi
percaya diri, keterampilan dalam memecahkan masalah, kompetensi dalam bertindak rencana yang
realistis dan mewujudkannya, dan kemampuan agar mempunyai kontrol terhadap perasaan dan impuls.
Dan hasil dari analisis telah memperlihatkan bahwa penggunaan dari alpha brainwave yang layak dapat
memberikan manfaat dalam mengembangkan ketahanan guru pada saat Mengelola aktivitas di kelas.

Introduction:
P1:
Masalah kehidupan sekolah yang paling sering dibahas terkait dengan siswa, guru, orang tua, dan
instruksional pengawas yaitu tentang siswa yang tidak dapat mematuhi instruksi pembelajaran yang telah
dirancang oleh guruatau mereka yang sering membuat teman sekelasnya merasa terganggu saat
melakukan proses pembelajaran. Tidak heran,lebih dari variabel instruksional lainnya, instrumen
observasi kelas digunakan di hampir setiap distrik sekolah publik untuk menilai kinerja guru
menekankan bagaimana guru mengelola siswanya. Beberapa guru mungkin menyalahkan kurangnya
perhatian siswa, kurangnya usaha, perilaku yang mengganggu, dan kurangnya kerja sama pada siswa
mereka sendiri yang kurang atau kurangnya dukungan yang diberikan oleh masyarakat,
keluarga, dan pengelola sekolah. Namun, banyak guru lainnya yang telah mengelola situasi yang tidak
mungkin dan telah membuat siswa mereka bersedia untuk bekerja sama dalam berurusan dengan perilaku
buruk siswa dan kondisi sekolah yang kurang baik. guru-guru ini mengatur komunitas kelas yang aman
dan produktif dimana siswa dapat bekerja sama dan menikmati belajar.
P2 :
Beberapa guru dapat mengatur proses pembelajaran di dalam kelas secara lancar di mana siswa mematuhi
instruksi pembelajaran secara kooperatif dengan gangguan yang relatif sedikit. Sementara itu, guru-guru
yang lainnya berusaha keras ketika mereka mencoba untuk mengkontrol dan mengatasi perilaku buruk
siswa di kelas mereka sendiri. Guru yang masih bertahan di profesi guru dan mengalami situasi yang
"terakhir" akhirnya menyerah dan memutuskan bahwa hari ini siswa tidak memiliki motivasi belajar
yang cukup dan sulit dikendalikan, jadi apapun strategi Pengajaran yang diterapkan akan sia-sia dan tidak
berdampak pada siswa, dan satu-satunya hal yang bisa dilakukan pada saat itu adalah mencoba bertahan
sampai jam sekolah beres.
P3:
Strategi pengelolaan kelas dan cara menerapkannya Menggarisbawahi dari pengalaman guru apakah
mereka mengalami pengajaran yang memuaskan atau kelelahan ketika mencoba untuk mengatasinya
perilaku jelek siswa dan untuk memaksa mereka untuk bekerja sama Secara efektif. Dengan memiliki
kemampuan untuk memilih dan mengimplementasikan strategi tersebut, guru diharapkan memiliki
kemampuan dalam memenuhi salah satu tanggung jawab instruksional utama mereka, Yaitu, untuk
menyediakan lingkungan belajar untuk siswa yang kondusif agar mencapai pengalaman belajat yang
bermakna dan bebas dari kekacauan, gangguan, dan gangguan terhadap keamanan dan ketentraman
mereka.
P4:
Guru dilihat sebagai faktor utama yang menentukan mutu pendidikan, karena guru yang mengatur
pembelajaran, menentukan arah pencapaian tujuan Belajar, dan mengelola belajar peserta didik. Bagus
dan unggulnya Pendidikan sangat tergantung pada Profesionalisme, kinerja, dan kompetensi Guru.
Untuk menghasilkan siswa yang berkualitas diperlukan kualifikasi guru, memiliki kompetensi, dan
dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Keberadaan Guru yang berkualitas adalah
syarat yang diperlukan untuk adanya sistem kualitas pendidikan dan praktis
P5:
Guru ditantang untuk mempercepat pengembangan informasi dan Komunikasi. Kemajuan dari Teknologi
informasi telah meningkatkan fleksibilitas dalam memperoleh ilmu untuk setiap individu baik guru
ataupun Siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mengembangkan Pendekatan dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan suasana perkembangan
P6:
Proses pendidikan selama ini telah menghasilkan generasi yang kurang sensitif terhadap masalah sosial,
padahal hampir setiap Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan di Indonesia selalu pada mata
pelajaran yang tertuju pada karakter berbasis moral seperti pendidikan agama, dan pendidikan moral
Pancasila (sekarang Pendidikan Kewarganegaraan). Ketidakefektifan isi kurikulum telah mengangkat
moral bangsa karena proses pembelajaran cendrung menanamkan dogma dari memerintah dan belajar
hanyalah transfer teori dari moral guru kepada siswa tanpa iringan pembiasaan sebagi guru teladan.
P7:
Guru yang dewasa akan menunjukkan kemandirian dalam bertindak dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Sementara itu, guru yang bijak akan mampu untuk melihat manfaat belajar bagi peserta didik, sekolah,
dan masyarakat, menunjukkan sikap terbuka dalam berpikir dan bertindak. Hakikat kepribadian
guruKompetensi semua bermuara pada pribadi guruSecara internal. Kompetensi Pedagogik, profesional
dan sosial yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan pelajaran, pada akhirnya akan lebih
ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Penampilan pribadi guru akan lebih
mempengaruhi minat anak dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi Guru yang
santun, menghargai siswa, jujur, ikhlas dan keteladanan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan dalam belajar, apapun jenis materi pelajarannya.
P8:
Oleh karena itu, dalam beberapa kasus, tidak jarang guru yang memiliki kemampuan yang mumpuni
secara pedagogis dan profesional dalam mata pelajaran yang diajarkannya, tetapi pelaksanaannya dalam
pembelajaran yang kurang optimal. Ini mungkin karena ketidakmampuan untuk membangun jembatan
hati antara guru itu sendiri sebagai pendidik dan siswa, baik di kelas dan di luar kelas. Upaya pemerintah
untuk meningkatkan keterampilan pedagogis dan profesional guru sebagian besar dilakukan, baik melalui
pelatihan, workshop, maupun pemberdayaan dari guru mata pelajaran. Namun, itu tidak menyentuh
dalam peningkatan kompetensi kepribadian guru.
P9:
Peserta didik sering dihadapkan pada nilai-nilai yang kontradiktif, Di satu sisi siswa diajarkan untuk
berperilaku baik, Jujur, hormat, hemat, rajin, disiplin, sopanDan yang lainnya,n tetapi pada saat yang
sama mereka ditampilkan (oleh Orang tua, bahkan oleh guru sendiri), hal-hal yang Bertentangan dengan
apa yang mereka pelajari, misalnya hukuman atau sanksi untuk Peraturan sekolah hanya berlaku untuk
siswa sedangkan guru Kebal/sanksi, siswa dilarang melakukan kekerasan tetapi banyak guru terlibat
dalam kekerasan terhadap siswa, guru perokok melarang muridnya merokok dan tetap saja banyak
kejadian yang merusak citra propesi seorang guru. Kebalikan inilah yang menyebabkan peserta didik
menemukan kesulitan dalam menemukan role model yang baik di lingkungannya, termasuk sekolah.
P10:
Salah satu penyebab rendahnya moral/moral generasi zaman sekarang adalah rendahnya moral guru dan
orang tua. Kecenderungan dari tugas guru adalah mentransfer pengetahuan tanpa memperhatikan nilai-
nilai moral yang terkandung dalam pengetahuan, apalagi Kondisi pembelajaran saat ini sangat
berorientasi untuk mendapatkan Angka sebagai standarisasi mutu pendidikan. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya “keterbelakang” kepribadian guru, antara lain: Proses rekrutmen guru yang
mengutamakan keterampilan teknis (hard skill) tanpa memperhatikan kemampuan non-teknis (soft skill)
seperti self management skill dan lain-lain, bahkan beberapa lembaga pendidikan merekrut guru tanpa
Memperhatikan ke dua kemampuan tersebut,pendidikan dan pelatihan guru yang Menekankan pada
kemampuan guru untuk menguasai kurikulum, dan bukan untuk memahami profesi sebagai vokasional
profesi, yang artinya guru adalah pekerjaan yang membantu mengembangkan orang lain dan
mengembangkan kepribadian seorang guru
P11:
Profesi guru dipandang sebagai profesi yang bermartabat perlu untuk dikembangkan sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-undang tentang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005. Salah satunya
konsekuensi hukum adalah bahwa guru perlu terus menerus pembinaan dan pengembangan. Salah satu
yang berkelanjutan program pengembangan profesional yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah
pengembangan diri, yang meliputi: (1) mengikuti pelatihan fungsional; dan (2) melaksanakan guru
kegiatan kolektif. Peningkatan kompetensi guru telah ditempuh oleh pemerintah dengan berbagai
cara,antara lain melalui Pendidikan dan Pelatihan.
P12:
Namun, upaya pemerintah ini memiliki sedikit berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas guru.
Terdapat dua alasan mengapa pelatihan untuk guru mempengaruhi kualitas peningkatan guru: (1)
pelatihan tidak didasarkan pada masalah nyata di kelas, materi pelatihan yang sama adalah disampaikan
kepada semua pendidik tanpa mengetahui asal-usulnya, dan(2) hasil pelatihan hanya menjadi
pengetahuan saja, bukan diterapkan untuk pembelajaran di kelas
P13:
Selain itu, pengembangan profesi guru seperti: seperti pelatihan, lokakarya, seminar, dan sejenisnya,di
praktek sebenarnya menyebabkan masalah di sekolah karena guru meninggalkan tugas utama mereka,
yaitu mengajar. Noer [6] berpendapat bahwa budaya pendidikan di Indonesia masih melibatkan peran
otak domain kiri dan menggerakkan gelombang otak frekuensi tinggi yang dapat memicu perasaan cemas,
stres, khawatir, dan marah pada pelajar SMA. Banyak siswa yang mampu menghafal banyak materi
pembelajaran dengan cepat tapi terkadang tidak bisa memahaminya secara kontekstual. Hal ini tidak
sesuai dengan empat pilar pendidikan universal yang didirikan olehUNESCO.
P14:
Adversity Quotient adalah ilmu tentang ketahanan manusia dan alat untuk mengukur bagaimana
seseorang merespons kesulitan. Ini dirancang untuk mengukur gaya individu dalam menanggapi situasi
yang merugikan[7],[8],[9]. Ini digunakan sebagai ukuran menentukan apa yang diperlukan untuk
menyelesaikan sesuatu dengan situasi yang sangat menuntut dan didasarkan pada landasan ilmiah teori.
Adversity Quotient memiliki empat dimensi yang menggambarkan pola respons terhadap kesulitan [10].
Ini adalah Control, Ownership, Reach and Endurance
P15:
Control adalah sejauh mana seseorang memahami, mereka dapat mempengaruhi apa pun yang terjadi
selanjutnya. Ini Mengindikasikan berapa banyak Pengendalian pemahaman seseorang untuk mengatasi
kejadian yang merugikan.Ownership adalah potensi yang seseorang akan benar-benar dilakukanApa pun
itu untuk memperbaiki situasi, terlepas dariTanggung jawabnya yang formal. Ini adalah siapa atau apa
asal mula kesulitan atau sejauh mana individu memiliki hasil. Reach adalah sejauh mana seseorang
memahami sebuah kesulitan akan “Jangkauan” dan mempengaruhi aspek-aspek lain dari situasi atau
seberapa jauh itu akan melampaui. Itu menunjukkan hasil yang akan mempengaruhi area lain dari
kehidupan orang.Endurance adalah berapa lamanya waktu akan bertahan individu memahami kesulitan.
Berapa lama kesulitan akan bertahan dan berapa lama penyebab kesulitan akan berlangsung.
P16:
NLP adalah inti dari banyak komunikasi dan pendekatan perubahan, menjiwai setiap aspek kehidupan
manusia [11]. NLP teknik dan strategi digunakan untuk terapi, manajemen, pendidikan, kesehatan, dan
tujuan penjualan. peran terbesar NLP adalah membantu orang berkomunikasi dengan baik kepada dirinya
sendiri, mengurangi rasa takut tanpa alasan, mengendalikan emosibyang negatif dan kecemasan. Sejalan
dengan pernyataan tersebut, NLP adalah model perawatan yang terkait dengan pemrosesan atau
pemrograman bahasa di otak yang tujuannya adalah untuk mempengaruhi dunia luar dan memberikan
dampak yang lebih baik pada perilaku pribadidalam hal emosi dan perilaku bahasa.
P17:
Oleh karena itu, bagi dunia pendidikan dan pembelajaran, beberapa ahli menyarankan bahwa NLP dapat
digunakan sebagai salah satu metode yang tepat dalam proses optimalisasi pembelajaran hasil dan
mengoptimalkan hasil komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Hasil yang diharapkan adalah
pandangan positif, motivasi, dan kekuatan berpikir untuk menciptakan ruang perilaku yang diberdayakan
dalam kehidupan sehari-hari kehidupan. NLP sendiri bisa dilakukan oleh guru manapun dalam
pembelajaran apapun.

Anda mungkin juga menyukai