Anda di halaman 1dari 15

GEOLOGI DAERAH SIMPANG DAN SEKITARNYA KECAMATAN KARANGNUNGGAL

KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT DAN POTENSI KERENTANAN


PENCEMARAN AIR TANAH DANGKAL DI DAS SITU RAWA GEDE DESA SIRNA JAYA
KECAMATAN SUKAMAKMUR, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

Faisal Ibnu Syahied1), Djauhari Noor2), dan Iwan Ridwansyah3)

ABSTRAK
Tujuan penelitian dan pemetaan geologi Daerah Simpang dan sekitarnya, Kecamatan
Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat adalah untuk mengetahui tatanan geologi yang
mencakup Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Sejarah Geologi dan Perhitungan Sumberdaya
Tufa Formasi Pamutuan di daerah penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi pustaka, penelitian lapangan, analisa laboratorium dan studio yang keseluruhan
dituangkan dalam sebuah laporan tugas akhir. Hasil yang dicapai dalam penelitian dan pemetaan geologi
daerah Daerah Simpang dan sekitarnya, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa
Barat adalah sebagai berikut: Geomorfologi daerah penelitian berdasarkan morfogenesanya dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu (1). Satuan geomorfologi perbukitan lipatan sub
satuan geomorfologi perbukitan homoklin yang berstadia dewasa; (2). Satuan geomorfologi perbukitan
karst; (3). Satuan geomorfologi dataran aluvial yang berstadia muda. Pola aliran sungai yang terdapat
di daerah penelitian berpola dendritik dengan stadia erosi sungainya berada pada tahapan muda dan
dewasa. Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian dari tua ke muda adalah: Satuan batuan tufa
sisipan lava dan breksi (Formasi Jampang) dengan umur Miosen Awal dan diendapkan di darat; Satuan
batuan batugamping pasiran (Formasi Kalipucang) dengan umur N9-N13 atau Miosen Tengah dan
diendapkan pada kedalaman 100 meter atau Neritik Tengah; Satuan batuan batupasir sisipan
batugamping (Formasi Bentang) dengan umur N16-N19 atau Miosen Akhir – Pliosen dan diendapkan
pada kedalaman 30-91 meter atau Neritik Tengah; Satuan endapan aluvial sungai berumur Holosen dan
diendapkan diatas batuan-batuan yang lebih tua dan dibatasi oleh bidang erosi. Struktur geologi yang
dijumpai di daerah penelitian terdiri dari struktur kekar dan struktur sesar. Struktur kekar berupa kekar
gerus. Struktur sesar berupa sesar mendatar Cibeureum dan sesar mendatar Cisega. Keseluruhan
struktur yang terdapat di daerah penelitian terjadi dalam satu periode tektonik, yaitu pada kala Plistosen
dengan arah gaya N 130o E atau relative baratlaut-tenggara. Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan
semua parameter DRASTIC dan penggunaan lahan diperoleh indeks kerentanan dinamis yang berada
di daerah penelitian adalah 166-121 sehingga dapat diketahui bahwa tingkat kerentanan pencemaran
yang ada di daerah penelitian termasuk di kelas tingkat pencemaran tinggi-rendah.

Kata Kunci : Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Pencemaran Air, Metode


Drastic

I. PENDAHULUAN lempeng India-Australia dengan lempeng


1.1. Latar Belakang Eurasia (Katili, J.A., 1975).
2. Berdasarkan data peta geologi Lembar
Latar belakang penelitian dan pemetaan Karangnunggal, Jawa Barat yang dibuat oleh
geologi di daerah Karangmekar, Kecamatan Supriatna, S., dkk., (1992), sejarah
Simpang, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa sedimentasi di daerah ini dimulai dengan
Barat dilakukan berdasarkan pada alasan-alasan terbentuknya busur gunungapi hasil
sebagai berikut: tumbukan lempeng India-Australia dengan
1. Daerah penelitian secara fisiografi berada pada lempeng Eurasia pada kala Oligosen Akhir
Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat (Van hingga Awal Miosen yang kemudian
Bemmelen, 1949) dan zona ini secara tektonik materialnya diendapkan sebagai Formasi
merupakan busur gunungapi yang terbentuk Jampang dan Anggota Genteng. Kemudian
dari hasil tumbukan lempeng (subduksi) dari pada Akhir Miosen Awal - awal Miosen

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1


Tengah daerah ini mengalami orogenesa di wilayah Kecamatan Karangnunggal,
(tektonik) yang menjadikan daerah ini menjadi Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.
laut dangkal dan mulai diendapkan batuan-
Secara geografis daerah penelitian terletak
batuan Formasi Pamutuan dan Formasi
pada 108° 4' 00" - 108° 7' 30" BujurTimur dan
Kalipucang. Pada kala Miosen Atas mulai
7° 34' 00"
diendapkan batuan Formasi Bentang. Pada
- 7° 37' 30" Lintang Selatan dan berada pada Peta
Pliosen daerah ini mengalami orogenesa
Rupabumi Digital Indonesia Lembar
kembali disertai dengan aktiivitas volkanisme
Karangnunggal No.1308-132; Lembar Simpang
yang hasilnya diendapkan sebagai endapan
No. 1308-133, skala 1:25.000 yang diterbitkan
gunungapi. Sejak kala Pleistosen - Holosen
oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
daerah ini telah berupa daratan sehingga proses-
Nasional (Bakosurtanal), Edisi-1, Tahun 1999.
proses eksogenik bekerja pada batuan-batuan
yang tua dan hasilnya diendapkan sebagai Luas daerah penelitian adalah 7 km x 7 km
endapan permukaan dan endapan aluvial. atau 49 km2 yang berada dalam Peta Geologi
3. Ditinjau dari pola struktur geologinya, Lembar Lembar Karang nunggal, Jawa, skala 1:100.000
Karangnunggal memiliki pola struktur yang dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
berarah baratdaya - timurlaut sedangkan pola (P3G), Bandung.
struktur di Pulau Jawa menurut Soejono Daerah penelitian dapat dicapai dari Bogor
Martodjojo dan Pulunggono (1994), diketahui menggunakan Bus antar provinsi. Dengan rute
bahwa pola struktur pulau Jawa pada kala Bogor- Jakarta, lalu dilanjutkan dengan rute
Oligosen Akhir - Pleistosen berarah barat - Jakarta- Tasikmalaya, dengan jarak ±317 km dan
timur. waktu tempuh sekitar 7 jam. Dari kota
Berdasarkan kondisi fisiografi, sejarah Tasikmalaya dilanjutkan menuju Karangnunggal
sedimentasi dan pola struktur geologi yang dengan menggunakan bus antar kabupaten
berpengaruh selama zaman Tersier, maka penulis dengan rute Tasikmalaya-Karangnunggal yang
tertarik melakukan penelitian dan pemetaan geologi berjarak sekitar 44 km dengan waktu tempuh
di daerah Simpang dan sekitarnya, Kecamatan sekitar jam perjalanan.
Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi
Jawa Barat.

1.2. Maksud dan Tujuan


Penelitian geologi daerah Simpang dan
sekitarnya, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu (S-1)
pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Gambar 1 Letak Geografis Daerah
Teknik, Universitas Pakuan. Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1.4. Metodologi Penelitian
mengetahui tatanan geologi di daerah Simpang dan Metode penelitian dan pemetaan geologi
sekitarnya, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten yang dipakai dalam penelitian ini melalui
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat yang meliputi beberapa tahapan sebagai berikut: (1). Tahap
geomorfologi, stratigrafi,struktur geologi dan Persiapan (Studi Pustaka, Persiapan Lapangan
sejarah geologi Sedangkan untuk penelitian studi dan Penyusunan Proposal); (2). Tahap
khusus bertujuan untuk menerapkan model Pekerjaan Lapangan (Tahap Pengambilann Data
kerentanan air tanah dangkal sebagai upaya dalam Lapangan); (3). Tahap Analisis Laboratorium
mengetahui potensi pencemaran dan dan Studio; (4). Tahap Penyusunan Laporan
penyebarannya berdasarkan metode DRASTIC, Akhir.
pada daerah agrowisata Situ Rawa Gede.
1.5. Kajian Pustaka
1.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah
Sebagai bahan acuan dalam melakukan
Penelitian penelitian geologi ini, penulis mempelajari hasil
laporan hasil peneliti terdahulu baik yang
Secara administrasi daerah penelitian berada bersifat lokal maupun regional. Peneliti-peneliti

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2


tersebut, antara lain: daerah penelitian dibagi menjadi dua satuan,
1. Bemmelen, R. W. Van, (1949), The Geology of yaitu:
Indonesia, Volume IA : General Geology of 1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipatan
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Sub Satuan Geomorfologi Perbukitan
Government Printing Office, The Hague, 732 Homoklin
p. 2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst
2. Supriatna, S., dkk., (1992), Peta Geologi 3. Satuan Geomorfolgi Dataran Aluvial
Lembar Karangnunggal, Jawa Skala
1:100.000 yang diterbitkan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G),
Bandung.
3. Soejono Martodjojo dan Pulunggono, A., 1994,
Geotektonik Pulau Jawa Sejak Akhir
Mesozoik Hingga Kuarter, Makalah Seminar
Geologi, Jurusan Teknik, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.

II. GEOLOGI UMUM


2.1. Geomorfologi
2.1.1. Fisiografi Jawa Barat Gambar 3 Peta Geomorfologi Daerah
Menurut van Bemmelen (1949), Pulau Jawa Penelitian
bagian barat dibagi menjadi 5 zona fisiografi,
yaitu: 1. Satuan Geomorfolgi Perbukitan Lipatan
1. Zona Dataran Pantai Jakarta. Sub Satuan Geomorfologi Perbukitan
2. Zona Bogor. Homoklin
3. Zona Bandung dan Pegunungan Bayah Penyebaran satuan ini menempati 80%
pada Zona Bandung. dari luas daerah penelitian. Satuan geomorfologi
4. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat. perbukitan sub homoklin yang terdapat pada
5. Gunungapi Kuarter daerah penelitian di kontrol oleh struktur
perlipatan yang menghasilkan bentuk perbukitan
yang memiliki arah perlapisan relatif barat daya
– timur laut dengan kemiringan lapisan ke arah
barat laut. Satuan ini ditempati oleh satuan
batuan tufa sisipan lava dan breksi, dan satuan
batuan batupasir sisipan batugamping.
Morfometri satuan ini berada pada ketinggian
Gambar 2 Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 200-550mdpl dengan kemiring an lereng lereng
1949) 6°- 55°.
Berdasarkan pembagian zona fisiografi Van Hasil dari proses-proses eksogenik
Bemmelen (1949) dengan memperhatikan bentuk- (pelapukan, erosi/ denudasi, dan sedimentasi)
bentuk bentangalam dan batuan-batuan yang yang teramati pada satuan geomorfologi ini
menyusun bentangalam yang ada di daerah adalah tanah sebagai hasil dari pelapukan batuan
penelitian, dimana di daerah penelitian memiliki dengan ketebalan tanah berkisar 1-3 meter. Hasil
ekspresi topografi berupa perbukitan proses erosi/denudasi menghasilkan bentuk
bergelombang landau hingga terjal yang tersusun bentangalam alur-alur hingga bentuk lembah.
oleh batuan-batuan sedimen yang terlipat dan Hasil pelapukan batuan dan hasil erosi/denudasi
terpatahkan, maka morfologi daerah penelitian umumnya diendapkan pada topografi berelief
dapat dimasukan ke dalam Zona Pegunungan ladai-datar sebagai endapan permukaan dan
Selatan. sebagian lagi masuk kedalam sistem sungai yang
terdapat di daerah penelitian dan diendapkan
2.1.2. Geomorfologi Daerah Penelitian sebagai endapan alluvial sunga.
Berdasarkan genetika pembentukan bentang
alamnya, serta merujuk pada struktur, proses dan Jentera geomorfik satuan geomorfologi ini
stadia (tahapan) geomorfiknya maka geomorfologi berada dalam tahap dewasa yang didasarkan
pada hasil proses eksogenik pada bentangalam

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3


satuan geomorfologi ini telah berubah Jentera geomorfik satuan geomorfologi ini
menghasilkan bentuk-bentuk morfologi alur dan termasuk dalam stadia geomorfik muda
morfologi lembah dengan relief topografi dikarenakan proses sedimentasi masih
bertekstur kasar. berlangsung hingga saat ini.
2. Satuan Geomorfolgi Perbukitan Karst 2.1.3. Pola Aliran Sungai
Penyebaran satuan Geomorfologi Perbukitan
Secara umum pola aliran sungai daerah
Karst terdapat di timurlaut daerah penelitian dan
penelitian adalah pola aliran dendritik yaitu pola
menempati 10% dari seluruh luas daerah penelitian.
aliran yang dibentuk oleh cabang-cabang sungai
Pada peta ditandai dengan warna jingga.
yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti
Secara umum genetika satuan geomorfologi
kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai
perbukitan karst yang terdapat di daerah penelitian
rektangular dicirikan oleh saluran-saluran air
terbentuk akibat pelarutan batugamping secara
yang mengikuti pola dari struktur kekar dan
alamiah oleh media air permukaan maupun aliran air
patahan.
bawah permukaan (Karstifikasi). Kenampakan
dilapangan satuan geomorfologi memperlihatkan 2.2. Stratigrafi
perbukitan dengan sudut lereng yang curam berkisar 2.2.1. Stratigrafi Lembar Karangnunggal
100 – 650 yang berada pada ketinggian 200 - 450
Berdasarkan peta geologi lembar
Mdpl. Satuan geomorfologi ini disusun oleh satuan Karangnunggal skala 1:100.000 oleh Supriatna
batuan Batugamping Pasiran (Formasi Kalipucang). S. dkk (1992), tatanan batuan dari yang tertua
Proses eksogen yang mempengaruhi berupa
hingga termuda adalah sebagai berikut (table
pelapukan dan erosi. Hasil dari proses-proses
2.1.):
eksogen yang teramati pada satuan geomorfologi ini Tabel 1 Kolom Stratigrafi
berupa tanah sebagai hasil dari pelapukan batuan Karangnunggal
dengan ketebalan tanah berkisar 0,5– 1 meter. Proses
erosi yang terjadi mengakibatkan terbentuknya goa
yang didalamnya dijumpai stalaktit. Saat ini goa
tersebut digunakan juga sebagai destinasi wisata.
Jentera geomorfik satuan ini berada pada
tahapan dewasa yang dicirikan oleh perubahan
bentang alam berupa perbukitan-perbukitan kecil dan
terjal dan terdapat goa-goa hasil dari erosi dan
pelarutan air.
3. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
Satuan geomorfologi dataran aluvial di
daerah penelitian terletak di bagian selatan hingga
utara lembar peta menempati 10% dari luas daerah
penelitian dan tersebar di sepanjang Sungai
Cilangla. Pada peta geomorfologi satuan
geomorfologi ini diberi warna abu-abu.
Genetika satuan geomorfologi ini terbentuk 1. Formasi Jampang
dari hasil pengendapan material lepas berukuran Terdiri atas breksi aneka bahan dan tuf
lempung hingga bongkah yang diangkut air bersisipan lava. Sebarannya terutama di bagian
sungai. Secara morfometri satuan ini berada pada tengah dan timur laut Lembar dan sedikit bagian
ketinggian 250-275 mdpl, dengan kemiringan barat daya; umurnya diperkirakan Oligosen-
lereng lereng 0°- 5°. Miosen; tebal satuan sekitar 900 m.
Proses geomorfologi yang teramati berupa 2. Anggota Genteng Formasi Jampang
erosi dan sedimentasi batuan yang berasal dari
hulu sungai yang kemudian tertransportasikan dan Terdiri dari Tuf berselingan dengan breksi
terendapkan di daerah sekitar sungai dengan dasitan, bersisipan batugamping. Satuan ini
energi yang rendah, sehingga terbentuk bentukan mengandung mineral-mineral hitam (mineral
morfologi khas endapan aluvial ini seperti dataran bijih) dan kuarsa sebagai mineral pencampur.
banjir dan gosong pasir. Dalam batugamping Formasi Jampang

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4


ditemukan pula kandungan foraminifera plangton foraminifera kecil yang menunjukan umur
yang menunjukan umur Miosen Bawah-Miosen Miosen Tengah, lingkungan pengendapannya
Tengah (N8-N9). Lingkungan pengen- dapannya laut dangkal dan terbuka. Satuan ini hanya
adalah laut dalam dan terbuka, kemungkinan pada terdapat di bagian timur Lembar. Tebal satuan
cekungan rumpang parit busur. Sebarannya di diperkirakan antara 200 m hingga 500 m. Satuan
bagian selatan dan badatdaya Lembar. Tebalnya ini menjemari dengan Anggota Batugamping
diperkirakan 900 m. Formasi Pamutuan.
3. Formasi Kalipucang 6. Anggota Batugamping Formasi
Pamutuan
Terdiri dari batugamping foraminifera dan Terdiri dari batugamping pasiran, kalsilutit
batugamping pasiran, banyak mengandung foram dan napal. Napal ini dapat dikorelasikan dengan
kecil dan besar. Foram besar yang ditemukan napal yang sama dari Anggota Batugamping
adalah: Cyclocypseus sp., Operculina sp., Formasi Pamutuan di Lembar Pangandaran,
Operculinoides sp., dan Gypsina sp., yang yang mengandung foraminifera jenis bentos dan
menunjukan umur tidak lebih tua dari Oligosen. plangton, ganggan dan kepingan kerang.
Sedangkan foraminifera kecil yang didapat dari Foraminifera plangtonnya menunjukan umur
conto lainnya adalah Orbulina universa Miosen Tengah (N12 - N13) dan lingkungannya
D’ORBIGNY, Globigerinoides sp., laut dangkal dan terbuka. Satuan in terdapat di
Globoquadrina altispira (CUSHMAN AND bagian selatan dan tenggara Lembar,
JARVIS) dan Lepido- cyclina sp., yang membentuk suatu morfologi karst. Tebal satuan
menunjukan umut Miosen Tengah. Lingkungan berdasarkan penampang geologi sekitar 500 m.
pengendapan laut dangkal. Anggota Batugamping menjemari dengan
Tebal formasi diperkirakan ± 250 m. Formasi Anggota Tuf Napalan Formasi Pamutuan dan
ini menindih Formasi Jampang secara selaras dan menindih Formasi Jampang secara selaras.
menjemari dengan Anggota Tufa Napalan dan 7. Formasi Bentang
Anggota Batugamping Formasi Pamutuan. Terdiri dari batupasir gampingan, batupasir
4. Formasi Pamutuan tufan, besisipan serpih dan mengandung lensa
batugamping. Batugamping ini merupakan
Terdiri dari batupasir, batugamping, napal, lensa pada batupasir gampingan, fosil
batulempung dan tuf. Fosil dijumpai dalam napal foraminifera kecil yang terdapat dalam batupasir
dan batugamping dari jenis foraminifera, antara gampingan yang menunjukan umur Miosen
lain Globocassidulina sp., Amphistegina sp., Akhir bagian bawah (N17-N18), lingkungan
Globoquadrina altispira sp., (CUSHMAN AND pengendap annya neritik. Tebal satuan
JARVIS), Globo- rotalia mayeri (CUSHMAN berdasarkan penampang geologi tidak lebih dari
AND ELLISOR) dan Gyroidina sp., kumpulan 800 m. Sebarannya terutama di bagian barat,
fosil tersebut menunjukan umur Miosen Tengah tengah dan utara lembar peta.
dengan lingkungan pengendapatn laut dangkal dan
agak terbuka. 8. Batuan Gunungapi Muda
Formasi Pamutuan diduga menindih selaras Terdiri dari breksi gunungapi, lava dan tuf.
Formasi Jampang, dan diduga menjemari dengan Umur satuan batuan ini dikorelasikan dengan
Formasi Kalipucang serta tertindih tak selaras oleh batuan yang sama di Lembar Tasikmalaya yaitu
Formasi Bentang. Sebarannya terdapat di bagian Plio-Plistosen. Sebarannya di bagian barat laut
timur Lembar dan meluas ke arah timur pada lembar peta.
Lembar Pangandaran. Singkapan yang baik 9. Aluvium
terdapat di daerah aliran sungai Pamutuan (di
Lembar Pangandaran). Tebal formasi ini Merupakan endapan sungai dan pantai
diperkirakan antara 300 m dan 600 m. berupa lanau, pasir, kerikil dan kerakal.
Ketebalan satuan ini mulai dari satu sampai
5. Anggota Tuf Napalan Formasi Pamutuan beberapa meter. Sebarannya di beberapa
tempat tepi sungai besar dan pantai
Terdiri dari tuf napalan berselingan dengan Cipatujah.
batupasir tufan dan batulempung tufan. Umur
satuan dikorelasikan dengan batuan yang sama di 2.1.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Lembar Pangandaran yang mengandung fosil Berdasarkan pengamatan, pengukuran

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5


serta ciri- ciri batuan yang tersingkap di lapangan, namun ditafsirkan sama dengan batuan diatasnya
maka satuan batuan di daerah penelitian dibedakan yang lebih muda dengan arah umum jurus
menjadi 4 (empat) satuan batuan, dimulai dari N218oE dengan kemiringan 150-170. Ketebalan
yang tua ke muda yaitu: satuan ini diukur dari rekonstruksi penampang
1. Satuan Batuan Tufa Sisipan Lava dan geologi adalah 970 m.
Breksi
Tufa umumnya tidak berlapis berwarna
2. Satuan Batuan Batugamping Pasiran
putih kuning berukuran debu halus-sedang,
3. Satuan Batuan Batupasir Sisipan
bentuk butir membundar, sementasi silika.
Batugamping
Secara mikroskopis batuan tufa memperlihatkan
4. Satuan Endapan Aluvial
warna abu-abu saat sejajar nikol dan berwarna
abu-abu kehitaman saat silang nikol, memiliki
ukuran butir 0,25-1,1mm, bentuk butirnya
menyudut tanggung, kemas terbuka, massa dasar
gelas, dengan mineral utama orthoklas dan
kuarsa, matriks berupa litik. Terdiri dari Litik
±10%, Mineral lempung ±5%, Orthoklas ±5%,
Mineral Opak ±5%, Kuarsa ±5%, dan masa dasar
Gelas ±70%. Berdasarkan hasil analisa sayatan
tipis batuan yang diambil pada lokasi
pengamatan LP 19, diperoleh nama Tuf Gelas
(Pettijohn, 1975).
Lava berwarna abu-abu kehitaman, derajat
kristalisasi hypokristalin, besar butir afanitik,
bentuk kristal subhedral-anhedral, in-
Gambar 4 Peta Geologi Daerah Penelitian equigranular. Struktur sheeting joint, tersusun
oleh plagioklas, hornblende,opak, gelas. Secara
Tabel 2 Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian mikroskopis sayatan tipis lava memperlihatkan
warna trasparan saat sejajar nikol dan abu-abu
saat silang nikol, derajat kristalisasi
hypokristalin, ukuran butir afanitik, bentuk butir
subhedral – euhedral, kemas inequigranular,
tekstur umum porfiritik, komposisi mineral
plagioklas, orthoklas, opak, gelas, hornblende,
masa dasar kristal. Sayatan ini disusun oleh
Orthoklas ±5%, Plagioklas
±70%, Mineral opak ±5%, Gelas ±15%,
Hornblend
±5%. Nama batuan: Andesit (William, 1952).
Breksi umumnya tidak berlapis berwarna
abu-abu kehitaman fragmen bersifat monomik
dengan ukuran kerikil-bongkah bentuk butir
1. Satuan Batuan Tufa Sisipan Lava dan menyudut sementasi silica masa dasar pasir
Breksi
halus. Secara mikroskopis sayatan tipis fragmen
Penamaan satuan ini di dasarkan atas ciri fisik
breksi memperlihatkan warna abu-abu saat
litologi yang dijumpai di lapangan berupa
sejajar nikol dan abu-abu kecoklatan saat silang
singkapan batuan tufa sebagai penyusun utama
nikol, derajat kristalisasi hypokristalin, ukuran
dengan sisipan lava dan breksi.
butir afanitik, bentuk butir subhedral – euhedral,
Satuan batuan ini tersebar dibagian Tengah kemas inequigranular, tekstur umum porfiritik,
hingga utara daerah penelitian. Menempati 32% komposisi mineral plagioklas, orthoklas, opak,
dari luas daerah penelitian dan pada peta diberi gelas, hornblende, masa dasar kristal. Sayatan
warna coklat tua. Tersingkap di sepanjang sungai ini disusun oleh Orthoklas ±20%,
Ci Beuereumr, Ci Jalu, Ci Langla, Cikadu. Plagioklas±50%, Mineral opak ±10%, Gelas
Kedudukan satuan batuan ini tidak begitu jelas ±20%, Hornblend±10%. Nama batuan: Andesit

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6


(William, 1952). singkapan batuan batugamping pasiran.
Umur satuan batuan ini ditentukan Satuan batuan ini tersebar dibagian
berdasarkan posisi stratigrafi dan kesebandingan timurlaut daerah penelitian dan menempati
litostratigrafi dengan peneliti terdahulu. sekitar 10% dari luas daerah penelitian dan pada
peta diberi warna biru. Satuan batuan ini
Posisi stratigrafi satuan batuan tufa sisipan
tersingkap di sepanjang sungai Ci Sodong Desa
lava dan breksi dilapangan ditindih secara tidak
girijaya, Desa Pancaragoan serta di Desa
selaras dibawah satuan batuan batugamping
Bojongasih. Kedudukan satuan batuan ini adalah
pasiran yang berumur N9 -N13 yang menjadikan
N2180E dengan kemiringan 150. Ketebalan
satuan batuan tufa dan lava ini berumur lebih tua
satuan ini diukur dari rekonstruksi penampang
dari N9 -N13. Berdasarkan kesebandingan
geologi adalah 430 m.
litostratigrafi, satuan batuan tufa dan lava
memiliki kesamaan dengan ciri litologi dengan Batugamping umumnya tersingkap di tepi
Formasi Jampang yang menurut Supriatna, dkk jalan, sungai dan di dinding bukit dalam kondisi
(1992) berumur Miosen Awal. yang lapuk – segar, dengan warna kuning,
ukuran butir sedang. Konstituen utama
Berdasarkan posisi stratigrafi dan
foraminifera, komposisi mineral karbonat.
kesebandingan litostratigrafi dengan peneliti
Secara mikroskopis sayatan tipis batuan
terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa umur
memperlihatkan warna putih kecoklakan saat
satuan batuan tufa sisipan lava dan breksi adalah
sejajar nikol dan abu-abu saat silang nikol,
Miosen Awal. Adapun lingkungan pengendapan
konstituen utama kerangka ukuran butir 0,0825-
satuan batuan tufa lava dan breksi ditentukan
0,8mm, secara umum hubungan butirnya
berdasarkan pada ciri fisik litologinya.
mengambang, bentuk butir menyudut tanggung,
Kenampakan ciri fisik litologi satuan batuan ini
pemilahan buruk, porositas interpartikel.
terdiri dari tufa sisipan lava dan breksi, dimana
Komposisi terdiri dari Fossil ± 70%, Kuarsa
batuan-batuan tersebut berasal dari batuan
±5%, dan mikrit sebagai masa dasar ±25%. Nama
piroklastik produk aktivitas gunungapi, sedangkan
batuan: Packstone (Dunham, 1962).
lava yang dijumpai memper-lihatkan struktur
sheeting joint dan tidak dijumpai lava yang Umur satuan batuan ini ditentukan
berstruktur bantal. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan persebaran fosil foraminifera
satuan batuan tufa sisipan lava dan breksi ini hasil planktonik yang terkandung dalam conto batuan
produk gunungapi yang terbentuk di darat dengan yang diambil pada lokasi LP 80 berupa
demikian dapat ditafsirkan bahwa satuan batuan kumpulan fosil-fosil: Orbulina universa
ini di endapkan di lingkungan darat. (D’ORBIGNY), Globorotalia peripheraocuta
(BLOW & BANNER), dan Orbulina bilobata
Kedudukan stratigrafi satuan batuan tufa
(D’ORBIGNY) yang menunjukan umur kisaran
sisipan lava dan breksi dengan satuan batuan di
N10 - N13 atau Miosen Tengah.
bawahnya tidak diketahui karena satuan batuan ini
adalah satuan batuan yg tertua di daerah Sedangkan lingkungan pengendapan satuan
penelitian. Sedangkan kedudukan stratigrafi batuan ini ditentukan berdasarkan hasil analisa
satuan ini dengan satuan diatasnya yaitu satuan sebaran fosil foraminifera bentoniknya berupa:
batuan batugamping pasiran adalah tidak selaras Elphidium sp, Cassidulina sp, Nonionella sp,
karena kedudukan stratigrafi yang berbeda. yang menunjukan lingkungan kedalaman 20-100
meter dibawah permuka- an laut atau pada neritik
Satuan batuan tufa sisipan lava dan breksi di
tengah.
daerah penelitian memiliki ciri litologi yang sama
dengan Formasi Jampang yang salah satu ciri Hubungan stratigrafi satuan batuan
penyusun utamanya adalah breksi dan tuf batugamping pasiran dengan satuan batuan
bersisipan lava menurut S. Supriatna, 1992, maka diatasnya yaitu satuan batuan batupasir, sisipan
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa satuan batugamping pasiran adalah tidak selaras karena
batuan tufa sisipan lava dan breksi adalah sebagai kedudukan batuannya tidak sama.
bagian dari Formasi Jampang.
Satuan batuan batugamping pasiran yang
2. Satuan Batuan Batugamping Pasiran tersingkap di daerah penelitian dapat
disebandingkan dengan Formasi Kalipucang
Penamaan satuan ini di dasarkan atas ciri fisik
(supriatna, 1992) dikarenakan memiliki ciri
litologi yang dijumpai di lapangan berupa
litologi yang sama yaitu berupa batugamping

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 7


foraminifera dan batugamping pasiran. planktonik yang terkan- dung dalam conto
3. Satuan Batuan Batupasir Sisipan batuan yang diambil pada lokasi LP 58 dan LP
Batugamping 37 berupa: Orbulina universa (D’ORBIGNY),
Globigerinoides extremus (BOLLI &
Penamaan satuan ini di dasarkan atas ciri fisik BERMUDEZ), Globorotalia menardii (BOLLI),
litologi yang dijumpai di lapangan berupa Orbulina bilobata (D’ORBIGNY) yang
singkapan- singkapan batuan batupasir sisipan menunjukan umur kisaran N16-N19 atau Miosen
batugamping. Akhir – Pliosen.
Satuan batuan ini tersebar dibagian barat, Lingkungan pengendapan satuan batuan ini
Selatan hingga Utara daerah penelitian. ditentukan berdasarkan sebaran fosil
Menempati 48% dari luas daerah penelitian dan foraminifera bentonik yang mewakili satuan
pada peta diberi warna kuning. Tersingkap di Desa batuan ini dijumpai kumpulan dari fosil-fosil
Cioga, Desa Ledar, Desa Pemijahan, Desa Nodosaria sp, Robulus sp, Elphidium sp,
Kiarakoneng dan Desa Cisega. Kedudukan jurus Nodosarella sp, yang menunjukan kedalaman
batuan berkisar N2150E-N2300E dengan sekitar 30 - 91 meter dibawah permukaan laut
kemiringan batuan berkisar antara 15º-21º. atau pada zona neritik tengah.
Ketebalan satuan batuan ini diukur dari
penampang geologi dan diperoleh ketebalan Hubungan stratigrafi satuan batuan
sekitar 1100 m. batupasir, sisipan batugamping dengan satuan
batuan diatasnya yaitu satuan endapan aluvial
Secara megaskopis batupasir, berwarna adalah tidak selaras yang dibatasi oleh bidang
kuning hingga keabuan, ukuran butir pasir halus – erosi.
sedang(1/8 - 1/2 mm), bentuk butir membulat
tanggung, kemas terbuka, pemilahan buruk, Satuan batuan batupasir sisipan
sementasi karbonat, kom- posisi mineral yang batugamping yang tersingkap di daerah
terlihat yaitu kuarsa, litik dan fosil. Secara penelitian dapat disebandingkan dengan
mikroskopis sayatan tipis batuan batupasir Formasi Bentang (Supriatna, 1992) dikarenakan
memperlihatkan warna putih kecoklakan saat memiliki ciri litologi yang sama yaitu terdiri
sejajar nikol dan abu-abu saat silang nikol, ukuran dari batupasir gampingan, batupasir tufan, tufa,
butir 0,1- 0,6 mm, bentuk butirnya menyudut bersisipan serpih dan lensa-lensa batugamping.
tanggung - membundar, pemilahan buruk, kemas 4. Satuan Endapan Aluvial
bersentuhan. Komposisi mineral Karbonat & Fosil
± 30%, Kuarsa±15%, Plagioklas ±10%, Litik Penamaan satuan ini didasarkan pada
±20%, Opak ±17%, dan Mineral lempung sebagai material aluvial sungai yang berukuran lempung
masa dasar ±8%. Nama batuan: Calcareous Lithic hingga bongkah yang bersifat lepas sebagai
Arenite (Gilbert, 1953). penyusun satuan ini. Satuan ini menempati 10%
dari luas daeah penelitian dan diberi warna abu-
Secara megaskopis batugamping berwarna abu pada peta geologi. Umumnya tersebar di
kuning, ukuran butir sedang . Konstituen utama sepanjang Sungai Cilangla.
kerangka, komposisi mineral karbonat. Secara
mikroskopis sayatan tipis batugamping Satuan endapan aluvial disusun oleh
memperlihatkan warna putih putih keabu-abuan material sungai berukuran lempung, pasir,
saat sejajar dan silang nikol, konstituen utama kerikil, kerakal sampai bongkah dengan bentuk
kerangka, jenis butir kerangka terumbu, ukuran menyudut tanggung sampai membulat yang
butir 0,0825-1,1 mm, secara umum hubungan berasal dari hasil pelapukan dan erosi satuan-
butirnya mengambang, bentuk butir menyudut satuan batuan yang lebih tua, yaitu dari batuan
tanggung, pemilahan buruk, keadaan fosil utuh Formasi Jampang, Formasi Kalipucang dan
hingga pecah-pecah, porositas interpartikel. Formasi Bentang.
Komposisi terdiri dari Cangkang fossil ±70%, 2.3. Struktur Geologi
Kuarsa
±15%, dan Mikrit ±15%. Nama batuan: 2.3.1. Struktur Geologi Regional
Boundstone Struktur geologi regional yang terdapat
(Dunham, 1962). di Pulau Jawa merupakan manifestasi
Umur satuan batuan ini ditentukan subduksi antara Lempeng Samudra Indo-
berdasarkan kumpulan fosil foraminifera Astralia dan Lempeng Eurasi. Hasil interaksi

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8


ini berupa jalur magmatik yang membentang Berdasarkan hasil pengamatan unsur-unsur
dari Pulau Sumatra ke arah timur hinga Nusa struktur geologi di daerah penelitian, dapat
Tenggara yang dikenal sebagai Busur Sunda. diketahui bahwa di daerah penelitian terdapat 2
Selain membentuk jalur magmatik, interaksi (dua) sesar, yaitu: (a). Sesar Mendatar
Cibeureum dan (b). Sesar Mendatar Cisega.
lempeng-lempeng tersebut juga menghasilkan
Penentuan sesar di daerah penelitian didasarkan
pola-pola struktur. atas data lapangan berupa indikasi sesar yang
Pulunggono dan Martodjojo (1994) teramati, yaitu adanya bidang sesar, kekar-kekar.
menyatakan bahwa terdapat tiga pola struktur
a) Sesar Mendatar Cibeureum
dominan yang berkembang di Pulau Jawa, yaitu:
Penamaan sesar mendatar Cibeureum
1. Pola Meratus, berarah timurlaut-baratdaya
berdasarkan bukti sesar yang dijumpai di Sungai
terbentuk pada 80-53 juta tahun yang lalu
Cibeureum dengan arah baratlaut-tenggara
(Kapur Akhir - Eosen).
dengan Panjang sesar ± 4.8 km.
2. Pola Sunda, berarah utara - selatan terbentuk 53-
32 juta tahun yang lalu ( Eosen Awal - Oligosen Adapun indikasi atau struktur penyerta dari
Awal). sesar mendatar Cibeureum di lapangan berupa:
1. Kedudukan bidang sesar pada batuan lava
3. Pola Jawa, berarah barat - timur terbentuk 32
di LP- 9 dengan arah N 313o E/62o, pitch
juta tahun yang lalu - sekarang (Oligosen Akhir
40o, plunge 41o Trend N 90o E di Sungai
– Holosen), merupakan pola struktur yang
Cibeureum.
paling muda, memotong dan merelokasi pola
2. Kedudukan bidang sesar pada batupasir di
struktur Meratus dan pola struktur Sunda.
LP- 73 dengan arah N 310o E/85o, pitch
30o, plunge 65o Trend N 90o E di Sungai
Cijalu.
3. Kelurusan kontur dan Sungai Cibeureum.
Berdasarkan pergerakan
relatifnya, maka sesar mendatar
Cibeureum adalah Dextral Strike Slip Fault.
b. Sesar Mendatar Cisega
Penamaan Sesar Mendatar Cisega
berdasarkan bukti sesar yang dijumpai di Sungai
Gambar 5 Pola Struktur Pulau Jawa
Cisega dengan arah sesar baratlaut-tenggara dan
Panjang sesar sekitar 4.5km.
2.3.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian Adapun indikasi adanya sesar mendatar
1. Struktur Kekar Cisega di lapangan antara lain:
1. Kedudukan bidang sesar pada batuan tufa di
Struktur kekar yang berkembang di daerah BA- 81 dengan arah N 145o E/56o, pitch 30o,
penelitian adalah jenis kekar gerus (shear plunge 20o trend N 300o E di Sungai
fracture). Di daerah penelitian kekar gerus Cinunjang.
dijumpai berarah N30o E dan N3400E dengan 2. Arah umum Breksisasi N343oE pada LP 20
kemiringan berkisar antara 700-900. 3. Kelurusan kontur di daerah Cisega.
2. Struktur Lipatan Berdasarkan pergerakan relatifnya, maka
Berdasarkan hasil pengamatan unsur-unsur sesar mendatar Cisega adalah jenis sesar
struktur geologi di daerah penelitian, dapat mendatar Dextral Strike Slip Fault.
diketahui bahwa di daerah penelitian terdapat 2.3.3. Umur dan Mekanisme Pembentukan
lipatan yaitu Lipatan Homoklin. Adapun bukti- Struktur Daerah Penelitian
bukti adanya struktur lipatan homoklin di daerah
penelitian di dasarkan atas data lapangan berupa Berdasarkan hasil pengukuran data
arah kedudukan batuan yang relatif sama berarah kedudukan batuan yang terdapat di daerah
baratdaya - timurlaut dengan kemiringan kearah penelitian diketahui bahwa jurus lapisan batuan
baratlaut berkisar antara 15o-25o. umumnya berkisar N155oE dan N165oE,
sehingga gaya yang berpengaruh yang terjadi di
3. Struktur Patahan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9


daerah penelitian berkisar N130oE atau berarah plistosen ini mengakibatkan Satuan Batuan Tufa
baratdaya-timurlaut. Adapun urutan pembentukan Sisipan Lava dan Breksi (Formasi Jampang),
struktur geologi di daerah penelitian di awali Satuan Batuan Batugamping Pasiran (Formasi
dengan pembentukan lipatan homoklin yang erarah Kalipucang), dan Satuan Batupasir Sisipan
baratlaut- tenggara dan kemudian dilanjutkan Batugamping (Formasi Bentang) terangkat
dengan pembentukan sesar mendatar Cibeureum kemudian terbentuk struktur perlipatan
dan diakhir dengan pembentukan sesar mendatar homoklin, dan struktur patahan berupa sesar
Cisega. Keseluruhan struktur geologi yang terdapat mendatar Cibeurem dan sesar mendatar Cisega.
di daerah penelitian terjadi dalam 1 periode Setelah terendapkannya satuan batuan
tektonik, yaitu kala Pliosen-Plistosen dengan arah batupasir sisipan batugamping, daerah penelitian
gaya N1300E atau N3100E atau baratlaut - mengalami proses eksogenik berupa proses
tenggara. pelapukan erosi/denudasi dan dilanjutkan dengan
proses transprotasi dan sedimentasi material
Apabila dikaitkan dengan arah gaya Pulau
sedimen.
Jawa pada Oligosen Akhir - Plistosen yang berarah
utara- selatan, maka gaya yang bekerja di daerah Hasil proses-proses tersebut menghasilkan
penelitian yaitu baratdaya-timurlaut adalah endapan aluvial sungai yang merupakan hasil
merupakan vektor gaya dari gaya resultan Pulau rombakan batuan yang lebih tua, yang
Jawa yang berarah utara- selatan. diendapkan pada lingkungan darat pada sistem
saluran sungai daerah penelitian dan proses
2.4. Sejarah Geologi
sedimentasi ini masih berlangsung hingga saat
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada
ini
awal miosen bawah dengan diendapkannya satuan
batuan batuan Tufa Sisipan Lava dan Breksi III. Kerentanan Pencemaran Air
(Formasi Jampang) yang merupakan satuan batuan
3.5.1 Pendahuluan
tertua pada daerah penelitian, Pengendapan satuan
3 Daerah penelitian terletak di wilayah
batuan ini berlangsung hingga miosen awal bagian
Agrowisata Situ Rawa Gede, Desa Sirnajaya,
akhir yang diendapkan dilingkungan pengendapan
Kecamatan Sirnajaya, Kabupaten Bogor,
darat, Kemudian pada kala miosen awal bagian
Provinsi Jawa Barat. Perkembangan kawasan
akhir pengendapan satuan batuan ini berhenti dan
Situ Rawa Gede yang di orientasikan pada sektor
terjadi proses orogenesa.
pariwisata menjadi daya tarik bagi wisatawan
Setelah terjadinya proses orogenesa Pada N10
yang berakibat semakin banyak orang yang
atau kala miosen tengah dimulai pengendapan
melakukan perpindahan baik secara permanen
satuan batuan Batugamping Pasiran (Formasi
maupun untuk sementara guna memanfaatkan
Kalipucang) yang diendapkan di lingkungan
peluang usaha di sektor pariwisata. Kondisi ini
pengendapan laut dangkal pada kedalaman 100 m
terbukti dengan perkembangan kawasan yang
(Neritik Tengah). Pengendapan satuan ini berakhir
tidak hanya sebagai hunian, namun juga sebagai
pada N13 atau kala Miosen Tengah. Pada N14
penginapan berupa villa. Sumber pencemaran
terjadi proses orogenesa kembali yang
yang ada tidak hanya berasal dari limbah
mengakibatkan Satuan Batuan Tufa Sisipan Lava
domestik namun juga berasal dari septik-tank.
dan Breksi (Formasi Jampang) dan Satuan Batuan
Perkembangan pariwisata memicu dibangunnya
Batugamping Pasiran (Formasi Kalipucang)
toilet umum dalam jumlah yang banyak sehingga
mengalami perlipatan dan pengangkatan.
akan semakin banyak sumber pencemaran yang
Pada N16 atau Kala Miosen Akhir terjadi
berbahaya bagi sumber air di kawasan agrowisata
pengendapan Satuan Batuan Batupasir sisipan
situ rawa gede.
Batugamping (Formasi Bentang) yang diendapkan
di lingkungan pengendapan laut dangkal pada Kerentanan air tanah dapat didefiniskan
kedalaman 100-130 m (Neritik Tengah). Pada N19 sebagai sifat kepekaan sistem air tanah terhadap
atau Kala Plistosen pengendapan satuan batuan ini pengaruh alami maupun aktivitas manusia.
berhenti. Pada N20 terjadi proses orogenesa yang Kerentanan air tanah bersifat spesifik didasarkan
mengakibatkan Satuan Batuan Tufa, Sisipan Lava pada faktor jumlah jenis zat pencemar yang
dan Breksi (Formasi Jampang), Satuan Batuan berinteraksi dengan factor hidrogeologi
Batugamping Pasiran (Formasi Kalipucang), dan (goldscheider, 2005).
Satuan Batupasir Sisipan Batugamping (Formasi
Bentang) terangkat dan terpatahkan
Proses orogenesa yang terjadi pada kala

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 10


3.5.2 Lokasi Penelitian pertanian yang merupakan potensi bahaya yang
Lokasi penelitian berada di kawasan dapat mempengaruhi meningkatnya pencemaran
Kawasan Agrowisata Situ Rawa Gede, Desa air tanah.
Sirnajaya, Kecamatan Sirnajaya, Kabupaten Bogor Kelas kerentanan dengan metode
Provinsi Jawa Barat yang termasuk kedalam DAS DRASTIC akan dibagi menjadi 5 kelas Yaitu:
Sungai Cikeas. Secara geografis daerah penelitian Kerentanan sangat rendah, Kerentanan rendah,
terletak pada 106˚58’45” E - 106˚59’45” E LS sampai Kerentanan sedang, Kerentanan Tinggi dan
6˚37’25” S - 6˚38’25” S BT dengan luas daerah Kerentanan sangat tinggi. Sistem pembobotan
penelitian kurang lebih 110 Ha. Berada pada peta pada metode DRASTIC dapat dilihat pada tabel
Rupa Bumi Lembar Cisarua. berikut:
Daerah penelitian berjarak ±43 km dari Kota Tabel 3 Bobot Paramater Drastic
Bogor, dan dapat dicapai dengan menggunakan
kendaraan roda 2, roda 4. dari Kota Bogor, perjalanan
dilakukan menuju kawasan Sentul lalu dilanjutkan
menuju Kawasan Agrowisata Situ Rawa Gede, Desa
Sirnajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten
Bogor dengan menunggunakan kendaraan roda dua
dengan waktu tempuh ± 1,5 jam.
3.5.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini Parameter-Parameter tersebut kemudian
adalah model DRASTIC modifikasi. Model ini ditumpangsusun (overlay) dengan menggunakan
dikembangkan oleh Aller (1987) yang kemudian aplikasi GIS sehingga menghasilkan indeks
dikembangkan lagi oleh US-EPA yang merupakan DRASTIC yang mencerminkan kerentanan air
bagian dari SIA (surface impoundment assessment) tanah. Persamaan yang digunakan dalam analisis
untuk menilai kerentanan air tanah potensial. ini adalah:
DRASTIC merupakan akronim dari tujuh parameter Indeks DRASTIC:
yang digunakan dalam pembobotan kerentanan, DwDr+RwRr+AwAr+SwSr+TwTr+IwIr+CwC
yaitu; Kedalaman Muka Air Tanah (D), Curah Hujan r
(R), Media Akuifer (A), Karakteristik Tanah (S), Keterangan:
Topografi (T), Pengaruh Lapisan Tanah Tak Jenuh D: Depth of water table (Kedalaman MAT)
(I), Konduktivitas Hidrolik (C). R: Raincharge (Curah Hujan)
DRASTIC merupakan salah satu dari A: Aquifer media (Media Akuifer)
metode PCSM (Point Count System Model) dikenal S: Soil media (Tekstur tanah)
dengan istilah metode pembobotan dan penilaian T: Topography (Lereng)
(Parameter wighting and rating method). Didalam I : Impact of vadose zone (Pengaruh zona tak
metode PCSM besarnya bobot yang diberikan jenuh)
menunjukan besarnya pengaruh /kontribusi dari C: Hydraulic Conductivity
setiap parameter kerentanan air tanah terhadap w : Bobot masing-masing parameter
pencemaran sedangkan nilai dari setiap parameter r : Nilai masing-masing parameter
menunjukan hirarki aspek penyusun dalam setiap Hasil tumpang susun menggunakan aplikasi
parameter. Salah contoh dari metode ini yang banyak system informasi geografis akan menghasilkan
digunakan adalah metode DRASTIC. nilai indeks DRASTIC. Berikut klasifikasi
kerentanan airtanah berdasarkan indeks
Perkembangan metode DRASTIC telah DRASTIC.
banyak dilakukan, salah satunya adalah dengan HAI
(Human Activity Impact). Zwahlen (2004 dalam Al- Tabel 4 Klasifikasi Kerentanan DRASTIC
hanbali dan Kondoh, 2008) menjelaskan bahwa HAI
(Human Activity Impact) adalah pengembangan dari
metode DRASTIC, dimana dalam HAI
dipertimbangkan pula mengenai aspek penggunaan
lahan sebagai akibat dari aktivitas manusia, Aktivitas
Industri, Lalulintas, tangka septik (septic tank),
selokan dan penggunaan pupuk pada aktivitas

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 11


3.5.4 Hasil dan Pembahasan (PUSLITANAK). Pada daerah penilitian
terdapat 2 jenis tanah berupa tanah litosol dengan
• Kedalaman Muka Air Tanah (D) tekstur tanah agak kasar (Sandy loam) dengan
Kondisi kedalaman muka air tanah diketahui dan jenis tanah andosol dengan tekstur halus
melalui hasil data lapangan sebanyak 7 data (Clay Loam).
lapangan yang terdiri dari 6 sumber mata air Tabel 8 Nilai Bobot Tekstur TAnah (Aller,
langsung dan 1 mata air sumur dengan kedalaman 1987)
< 1,5 meter. Secara umum kondisi kedalaman
muka air tanah di daerah penelitian termasuk relatif
dangkal dengan masuk dalam kelas 0 – 1.5 meter.
Tabel 5 Nilai Parameter Kedalaman Muka Air
Tanah (Aller, 1987) • Kemiringan Lereng (T)
Kemiringan lereng pada daerah penelitian
dibagi menjadi 5 bagian (Aller, 1987), tiap-tiap
bagian memiliki nilai kemampuan yang berbeda.
Kemiringan tersebut diperoleh dari data kontur,
• Curah Hujan (R) lalu menggunakan program slope maka akan
Parameter curah hujan di tentukan menurut didapat daerah dengan kemiringan yang berbeda-
data curah hujan bulanan Badan Meteorologi beda, Pada daerah penelitian kemiringan lereng
klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2015 s/d di dominasi oleh kemiringan datar-landai yang
2019 yang diambil di stasiun hujan daerah Jonggol, cenderung menampung air dan meningkatkan
karena adanya keterbatasan jumlah stasiun hujan infiltrasi sementara kemiringan lereng curam –
maka nilai hujan wilayah bersifat homogen atau sangat curam sebaliknya karena meningkatkan
diasumsikan sama/merata di seluruh daerah runoff, Sehingga air tanah tidak mudah
penelitian. Berdasarkan data parameter curah hujan terkontaminasi. Dengan demikian prinsip
yang diperoleh daerah penelitian memiliki data gravitasi akan mempercepat pergerakan
curah hujan 2.581 mm/th dan masuk kedalam kontaminan.
tingkat curah hujan yang tinggi. Tabel 9 Nilai Bobot Kemiringan Lereng
Tabel 6 Nilai Parameter Curah Hujan (Aller, (Aller, 1987)
1987)

• Media Akuifer (A)


Data parameter jenis akuifer diperoleh pada
ekstrasi Peta Hidrogeologi lembar bogor (IWAKO, • Pengaruh Zona Tak Jenuh (I)
1988) yang ditumpangsusun dengan peta geologi
untuk mengetahui batuan penyusunnya, Sehingga Parameter Material zona tak jenuh di
dapat diperoleh data pada lokasi penelitian dengan dapatkan dari peta jenis tanah yang diekstraksi
jenis akuifer produktivitas sedang dengan batuan dari Peta Tanah semidetail Bogor Skala 1:50.000
penysun batu breksi dan akuifer produktivitas kecil (PUSLITANAK) berdasarkan ukuran butir tanah
dengan batuan penyusun berupa andesit dan tuff yang di asumsikan sebagai lapisan permukaan.
yang memiliki tingkat kerentanan kecil-sedang. Parameter zona tak jenuh yang ada daerah
penelitian terbagi menjadi 2 yaitu berupa pasir
Tabel 7 Nilai Media Akuifer (Aller, 1987) dan berupa lempung.
Tabel 10 Nilai Bobot Pengaruh Zona Tak
Jenuh (Aller, 1987)

• Tekstur Tanah (S)


Parameter tekstur tanah berhubungan dengan
jenis tanah yang dimana datanya diperoleh dari
Peta Tanah semidetail Bogor Skala 1:50.000

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 12


Konduktivitas Hidrolik (C) yang ada di daerah penelitian termasuk di kelas
Dalam penentuan parameter konduktivitas tingkat pencemaran tinggi-rendah.
hidrolik penulis menggunakan pendekatan litologi
yang ada di daerah penelitian, dan kemudian
diperoleh nilai konduktivitas (K) yang diambil dari
literature Maria, 2008 dalam khori sugianti,dkk
2015 (Tabel 6.15). Di daerah penelitian terdiri 2
jenis litologi berupa batuan andesit dan batuan
breksi dengan nilai konduktivitas dan bobot sebagai
berikut:

Gambar 6 Peta Kerentanan Air Tanah


Tabel 11 Nilai Konduktivitas Hidrolik Beberapa
Litologi (Maria, 2008)
Daerah Dengan Kerentanan Tinggi
Setelah melakukan skoring pada masing-
masing parameter, daerah dengan kerentanan
tinggi memiliki indeks kerentanan sebesar 166
yang masuk pada indeks kerentanan dengan
kisaran 150-170 atau kerentanan tinggi dengan
luas 15,77 ha atau 14 % dari luas DAS daerah
penelitian, Parameter yang sangat mempengaruhi
Tabel 12 Nilai Bobot Parameter Konduktivitas daerah ini adalah media akuifer, tekstur tanah,
Hidrolik (Aller, 1987) material zona tak jenuh, dan kemiringan lereng
selain dari parameter DRASTIC tersebut faktor
yang juga mempengaruhi tingkat kerentanan
menjadi tinggi yaitu parameter penggunaan lahan
berupa pemukiman yang menempati daerah
• Penggunaan lahan didekat perairan situ dimana pembuangan limbah
Terdapat 3 jenis penggunaan lahan yang rumah tangga berupa limbah hasil MCK (Mandi
teridentifikasi ada di daerah penelitian, adapun cuci kakus) maupun septic tank di alirkan langsung
penggunaan lahan tersebut adalah hutan atau menuju ke area situ.
vegetasi alami dengan luas 771.000m2 Dengan nilai Daerah Dengan Kerentanan Sedang
parameter sebesar 1, Selanjutnya perkebunan
Setelah melakukan skoring pada masing-
berupa kebun kopi, kebun pisang, singkong dan
masing parameter, daerah dengan kerentanan
bawang dengan luas total 242.000m2 Dengan nilai
sedang memiliki indeks kerentanan sebesar 122-
parameter sebesar 3, Dan pemukiman rendah non
136 yang masuk pada indeks kerentanan dengan
industri dan non peternakan yang menempati di
kisaran 125-150 atau kerentanan sedang dengan
sekitaran area danau situ rawa gede dengan nilai
luas 53,34 ha atau 49 % dari luas DAS daerah
parameter sebesar 5.
penelitian, Parameter yang sangat mempengaruhi
daerah ini adalah media akuifer, tekstur tanah,
Tabel 13 Nilai Bobot Parameter Konduktivitas material zona tak jenuh, dan kemiringan lereng.
Hidrolik (Aller, 1987) Daerah Dengan Kerentanan Rendah
Setelah melakukan skoring pada masing-
masing parameter, daerah dengan kerentanan
rendah memiliki indeks kerentanan sebesar 120-
123 yang masuk pada indeks kerentanan dengan
kisaran 105-125 atau kerentanan rendah dengan
• Potensi Kerentanan
luas 40,92 ha atau 37 % dari luas DAS daerah
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan
penelitian, Parameter yang sangat mempengaruhi
semua parameter DRASTIC dan penggunaan lahan
daerah ini adalah media akuifer, tekstur tanah,
diperoleh indeks kerentanan dinamis yang berada di
material zona tak jenuh, dan kemiringan lereng
daerah penelitian adalah 166-121 sehingga dapat
dan penggunaan lahan berupa hutan.
diketahui bahwa tingkat kerentanan pencemaran

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 13


IV. Kesimpulan dan Saran kemiringan lereng, media akuifer dan
pemukiman. Peta kerentanan air tanah bisa
4.1 Kesimpulan
diaplikasikan untuk semua polutan yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah berpengaruh pada air tanah dangkal.
dilakukan berupa pemetaan geologi permukaan di Daerah dengan kerentanan rendah yang
daerah Simpang dan Sekitarnya, Kecamatan berada di bagian atas DAS tidak akan
Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa terlalu mempengaruhi kondisi air yang ada
Barat yang berkaitan dengan geomorfologi, di Situ Rawa Gede, selanjutnya daerah
stratigrafi, struktur geologi dan potensi pencemaran dengan kerentanan sedang yang berada
air di agrowisata situ rawa gede, maka dapat pada bagian tengah hingga bawah DAS
disimpulkan sebagai berikut: cukup mempengaruhi kondisi air yang ada
1. Geomorfologi daerah penelitian secara morfo- di Situ Rawa Gede karena penggunaan
genesa dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu; bahan-bahan pendukung perkebunan
(a). Satuan geomorfologi perbukitan lipatan, (pupuk, pestisida dll). Daerah dengan
sub- satuan pebukitan homoklin berstadia kerentanan tinggi yang ada pada bagian
dewasa (b). Satuan eomorfologi perbukitan bawah DAS akan sangat mempengaruhi
karst berstadia dewasa dan (c). Satuan kondisi air Situ Rawa Gede dikarenakan
geomorfologi dataran aluvial berstadia muda. pembuangan limbah cair berupa MCK
Pola aliran sungai yang terdapat di daerah masyarakat dialirkan langsung menuju ke
penelitian berpola dendritic dan stadia erosi Situ, untuk mengurangi tingkat kerentanan
sungai muda dan dewasa. tersebut perlu dilakukan pengelolaan untuk
membuat tempat pembuangan MCK yang
2. Tatanan batuan yang terdapat di daerah baru yang tidak dialirkan kearah situ.
penelitian dari yang tertua hingga termuda
adalah: (1). Satuan batuan tufa sisipan lava 4.2 Saran
dan breksi (Formasi Jampang) berumur Dengan memperhatikan hasil penelitian
Miosen Awal yang diendapkan di lingkungan yang di peroleh menunjukan bahwa adanya
darat; (2). Satuan batuan batugamping parameter dengan kerentanan tinggi penulis
pasiran (Formasi Kalipucang) berumur N9 - menghimbau Bagi Masyarakat Desa Sirnajaya
N13 atau Miosen Tengah yang diendapkan Kecamatan Sirnajaya dan pengelola agrowisata
pada ke dalaman 20-100m atau neritik Situ Rawa Gede agar dapat lebih memperhatikan
tengah; (3). Satuan batuan batupasir sisipan pembuangan limbah baik rumah tangga ataupun
batugamping (Formasi Bentang) berumur MCK (mandi cuci kakus) agar tidak dapat
N16 - N19 atau Miosen Akhir - Pliosen yang mencemari air tanah daerah sekitar dan juga
diendapkan pada kedalaman 38-91m atau kelestarian kondisi air situ rawa gede.
neritik tengah; (4). Satuan endapan aluvial
sungai. DAFTAR PUSTAKA
3. Struktur geologi yang dijumpai di daerah
Amelia. Dina, 2018, Analisis Kualitas
penelitian berupa struktur kekar, lipatan dan
Airtanah Dangkal Untuk Keperluan
patahan. Struktur kekar yang dijumpai adalah
Air Minum Desa Pematang,
kekar gerus. Struktur lipatan berupa lipatan
Lampung, Fakultas Keguruan dan
homoklin yang berarah baratdaya-timurlaut
Ilmu Pendidikan Universitas
dan struktur patahan berupa sesar mendatar
Lampung
Cisega dan sesar mendatar Cbeureum.
Keseluruhan struktur geologi terjadi pada Bakosurtanal, 1999, Peta Rupabumi Digital
kala Pliosen-Plistosen dengan arah gaya Indonesia Lembar Simpang No.
utama N1300E atau berarah baratlaut- 1308-133, skala 1:25.000, Badan
tenggara. Koordinasi Survey dan Pemetaan
4. Berdasarkan hasil analisa yang telah di Nasional, Bogor.
lakukan, maka daerah peneltian terbagi Bandy, O.I., 1967, Foraminiferal Indices in
kedalam 3 ( tiga ) zona.Yaitu : Tinggi, Paleontology, Texas W. H.
Sedang, Rendah, Faktor yang dominan Freemanand Company.
mempengaruhi tingkat kerentanan di masing–
masing wilayah berbeda-beda, faktor yang Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of
paling dominan adalah kondisi geologi, Indonesia, Vol. IA: General Geology

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 14


of Indonesia and Adjacent Kaliurang KM 9,3 - Yogyakarta
Archipelagoes, Government Printing 55581, hal. 326, ISBN 602280242-6.
Office, The Hague, p.732.
Puslitanak, 1994, Pedoman Korelasi Tanah,
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. Range Chart, Bogor, Badan Penelitian Dan
Late Miosen to Recent Planktonic Pengembangan Pertanian.
Foraminifera Biostratigraphy,
Puslitanak, 2005, Atlas Peta Tanah Semi
Proceeding of The First.
Detail Kabupaten Bogor Skala
Boltovskoy, E., Wright., R., 1976, Recent 1:50.000. Bogor, Badan Penelitian
Foraminifera, Buenos Aires, Dr., W. Dan Pengembangan Pertanian
Junk
Sugianti. Khori Fedhy, Mulyadi. Dedy, Maria.
Dunham, R. J., 1962, Classification of carbonate Rizka. 2015, Analisis Kerentanan
rocks according to depositional texture. Pencemaran Airtanah Dengan
In : Classification of Carbonate Rocks Pendekatan Metode Drastic Di
(Ed. W.E. Ham), Am. Assoc. Pet. Geol. Bandung Selatan. Jurnal Lingkungan
Mem., 1, 108- 121. Hidup dan Bencana Geologi.
Hartoyo. A. Fedhy, Cahyadi, Ahmad. 2011, Bandung
Pemetaan Resiko Pencemaran Supriatna, dkk., 1992, Peta Geologi Lembar
Airtanah Di Kecamatan Piyungan Karangnunggal, skala 1:100.000.
Kabupaten Bantul Menggunakan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Metode Drastic Modifikasi, Panitia Geologi (P3G), Bandung.
Simposium Nasional Sains
Geoinformasi. Yogyakarta Thornbury, William D., 1969, Principles of
Geomorphology, Second Edition,
Irawan, P. Handiman, I. 2016, Analisa Geologi John Willey and Sons Inc., New
Teknik Dalam Perencanaan Bendung York, London, Sydney, Toronto,
Daerah Irigasi Parigi Kabupaten 594p.
Pangandaran, Jurnal Siliwangi Vol.2.
Tasikmalaya. Widyastuti, M, dkk. 2006. Pengembangan
Metode Drastic Untuk Prediksi
Irawan, P. Handiman, I. 2016, Analisa Geologi Kerentanan Air Tanah Bebas
Teknik Dalam Perencanaan Bendung Terhadap Pencemran di Sleman,
Daerah Irigasi Parigi Kabupaten Majalah Geografi Indonesia.
Pangandaran, Jurnal Siliwangi Vol.2.
Tasikmalaya Wijaya. A. Krishna, Purnama. Setyawan, 2015,
Kajian Kerentanan Airtanah
IWACO, 1990, Peta Hidrogeologi Skala Terhadap Potensi Pencemaran di
1:100.000 Lembar Bogor, Bandung, Kecamatan Kasihan Kabupaten
Direktorat Geologi dan Tata Bantul. Jurnal Kerentanan Airtanah
Lingkungan Dengan Metode Drastic. Yogyakarta
Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology: An Williams, H., Turner, F.J., Gilbert, C.M., 1954,
Introduction to the Study of Landscapes, Petrograpy, An Introduction to
Mc.Graw-Hill Book Company, New TheStudy of Rock in Thin Sections,
York. W.H Freeman and Company, New
Maria. R, 2008. Hidrogeologi dan Potensi York.
Resapan Air Tanah Sub DAS . Penulis :
Cikapundung Bagian Tengah. 1. Faisal Ibnu Syahied S.T. Alumni Program
Bandung, Jurnal Riset Geologi dan Studi Teknik Geologi FT – UNPAK E-mail:
Petambangan Jilid 18 No. 2 (2008). (faisal.syahied98@gmail.com)
Moody, J.D. and Hill, M.J., 1956, Wrench Fault 2. Ir. Djauhari Noor, M.Sc Staf Dosen
Tectonics, Bulletin of geology, Volume Program Studi Teknik Geologi FT - UNPAK
67. 3. Dr. Iwan Ridwansyah, S.T. M.Sc Staf
Noor, D, 2014, Geomorfologi, Penerbit Dosen, Program Studi Teknik Geologi FT –
Deepublish (CV Budi Utama), Jalan UNPAK

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 15

Anda mungkin juga menyukai