Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN 7
AKUNTANSI PERSEDIAAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:


7.1 Melakukan pencatatan transaksi akuntansi persediaan.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 7.1:
Melakukan pencatatan transaksi akuntansi persediaan

Persediaan adalah barang yang diperoleh perusahaan untuk dijual


kembali atau diolah lebih lanjut dalam rangka menjalankan kegiatan
usahanya. Persediaan dalam perusahaan pengolahan terdiri atas persediaan
bahan baku dan bahan pembantu, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi. Persediaan merupakan elemen aktiva lancar yang
penting, sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan
akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu perusahaan. Elemen
persediaan akan berpengaruh terhadap penentuan laba perusahaan,
penentuan tingkat likuiditas perusahaan, dan kebenaran penyajian neraca.
Akuntansi persediaan dapat dilakukan dengan dua cara, sistem
berkala, dan sistem permanen. Dalam sistem berkala pembelian barang
dagangan atau bahan baku akan dicatat dalam rekening Pembelian. Pada
akhir periode akan dihitung jumlah barang atau bahan baku yang masih
ada. Kemudian, melalui jurnal penyesuaian terhadap persediaan, barulah
dapat ditentukan jumlah harga pokok penjualan atau jumlah pemakaian
bahan baku. Dalam sistem permanen setiap pembelian barang atau bahan
baku langsung dicatat dalam rekening Persediaan. Demikian juga pada

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 1


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

saat penjualan atau pemakaian barang atau pemakaian baha baku, jumlah
harga pokok barang yang dikeluarkan langsung dikredit pada rekening
Persediaan, sedangkan debetnya dicatat dalam rekening Harga Pokok
Penjualan atau Pemakaian Bahan Baku.
Kesalahan penyajian di dalam persediaan akan mengakibatkan
kesalahan dalam laporan keuangan. Kegagalan antuk mencatat pembelian
dan utang usaha, memang tidak akan berpengaruh terhadap laba
perusahaan, tetapi akan berpengaruh terhadap rasio lancar perusahaan.
Persediaan sebagaimana dengan aktiva lain akan dicatat sebesar harga
perolehannya (cost). Harga perolehan persediaan mencakup seluruh beban
atau pengeluaran yang diperlukan untuk menempatkan persediaan atau
memproses menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Dengan demikian,
secara teoretis batas pengangkutan, biaya proses pembelian, biaya
penyimpanan harus dialokasikan sebagai bagian dari harga perolehan
persediaan.
Perusahaan dagang membeli barang kemudian dijual tanpa
merubah bentuk, sedangkan perusahaan industri membeli bahan-bahan
mentah yang selanjutnya diproses menjadi barang jadi. Dalam perusahaan
industri terdapat 3 (tiga) jenis persediaan yaitu:
a. Bahan Baku (raw material inventory). Bahan baku/mentah
adalah barang-barang yang dimiliki untuk dipergunakan dalam
aktivitas proses produksi yang merupakan bagian terbesar yang
terkandung dalam produksi tersebut. Misalnya pada perusahaan
Tekstil, benang merupakan bagian terbesar dalam pembuatan
kain yang terdapat pada pabrik tekstil.
b. Barang dalam proses (work in process inventory). Barang
dalam proses adalah barang-barang yang pada tanggal
penyusunan neraca belum selesai dikerjakan dan perlu
pengerjaan lebih lanjut. Persediaan ini biasanya terdiri dari 3
unsur yaitu: Bahan langsung, tenaga kerja langsung dan biaya
produksi tidak langsung.

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 2


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

c. Barang jadi (finished goods). Barang Selesai adalah hasil


produksi yang siap untuk dijual. Biaya barang selesai ini terdiri
dari unsur bahan mentah/baku langsung, Tenaga kerja
langsung, dan biaya produksi tidak lanngsung.

Terdapat dua metode yang dapat digunakan pada pencatatan persediaan


yaitu:
1. Metode Fisik / Periodik
Perhitungan persediaan (stock opname) ini diperlukan untuk
mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian
diperhitungkan harga pokoknya. Dalam metode ini mutasi persediaan
barang tidak diikuti dalam buku-buku, setiap pembelian barang dicatat
dalam rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan
barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui
sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apa-bila
persediaan akhir sudah dihitung. Perhitungan harga pokok penjualan
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Persediaan barang awal Rp xxx ……………1)
Pembelian (neto) Rp xxx (+)
Barang tersedia untuk dijual Rp xxx
Persediaan barang akhir Rp xxx (-) ........……...2)
Harga pokok penjualan Rp xxx

Contoh jurnal:
1. Pembelian barang dagangan secara kredit sebesar Rp 1.000.000
Pembelian 1.000.000
Hutang Dagang 1.000.000

2. Retur Pembelian sebesar Rp 100.000


Hutang 100.000
Retur pembelian 100.000

3. Penjualan Kredit Rp 1.500.000 dengan harga pokok Rp


1.000.000

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 3


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Piutang 1.500.000
Penjualan 1.500.000

4. Retur penjualan Rp 150.000 dengan harga pokok Rp 100.000


Retur Penjualan 150.000
Piutang 150.000

Metode fisik akan timbul masalah yaitu jika diinginkan menyusun


laporan keuangan jangka pendek atau interim (bulanan) maka setiap
bulan harus mengadakan penghitungan fisik atas persediaan barang.
Jika barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak, maka
perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama dan
akibatnya laporan keuangan juga akan terhambat.

2. Metode Buku / Perpetual


Metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan rekening sendiri-
sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Rekening yang
digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom
yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo
persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan
pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan
sewaktu-waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam
rekening persediaan. Penggunaan metode buku akan memudahkan
penyusunan neraca dan laporan laba rugi, karena tidak perlu lagi
mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan
akhir.
Walaupun neraca dan laporan laba rugi dapat segera disusun tanpa
mengadakan perhitungan fisik atas barang, setidak-tidaknya setahun
sekali perlu diadakan pengecekan (stock opname) apakah jumlah
barang dalam gudang sesuai dengan jumlah dalam rekening
persediaan. Pengecekan ini dilakukan dengan cara membandingkan
hasil perhitungan fisik dengan jumlah dalam rekening persediaan. Bila

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 4


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

terdapat selisih jumlah persediaan antara hasil perhitungan fisik


dengan saldo persediaan, dapat diadakan pengecekan terhadap sebab-
sebab terjadinya perbedaan pencatatan tersebut.

Contoh jurnal:
1. Pembelian barang dagangan secara kredit sebesar Rp 600.000
Persediaan Barang Dagangan 600.000
Hutang Dagang 600.000

2. Retur Pembelian sebesar Rp 75.000


Hutang 75.000
Persediaan Barang Dagangan 75.000

3. Penjualan Kredit Rp 450.000 dengan harga pokok Rp 400.000


 Mencatat penjualan Kredit :
Piutang 450.000
Penjualan 450.000

 Mencatat Harga Pokok penjualan dan pengeluaran


persediaan :
Harga Pokok Penjualan 400.000
Persediaan Barang dagangan 400.000

4. Retur penjualan Rp 36.000 dengan harga pokok Rp 32.000


 Mencatat retur penjualan :
Retur Penjualan 36.000
Piutang 36.000

 Mencatat masuknya kembali persediaan barang :


Persediaan Barang dagangan 32.000
Harga Pokok Penjualan 32.000

Dapat disimpulkan bahwa pada metode perpetual yaitu:

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 5


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

1. Pada Jurnal pembelian rekening yang didebet adalah rekening


“persediaan barang dagangan”.
2. Pada jurnal penjualan terdapat satu jurnal lagi yang mencatat
pembebanan harga pokok barang yang dijual, yaitu didebet
rekening “harga pokok penjualan dan kredit “persediaan barang
dagangan”.

Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan


yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang masing-masing ada tiga
cara penilaian persediaan, yaitu:
a. FIFO (First In First Out), masuk pertama keluar pertama
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai
perolehan awal (pertama) masuk akan dijual
(digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir
dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir
masuk (dibeli).
b. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai
perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan)
terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan
dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang
awal (pertama) masuk atau dibeli.
c. Metode Rata-rata (Average Method), dengan
menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan
menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO
dan nilai persediaan LIFO.

Contoh kasus:
Transaksi-transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang
dagangan selama bulan Desember 2017 di PT. ABC
Tgl 5 Persediaan barang dagangan 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Tgl 16 Pembelian barang dagangan 75 Unit @ Rp 12 = Rp 900

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 6


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Tgl 20 Pembelian barang dagangan 20 Unit @ Rp 15 = Rp 300


Tgl 25 Penjualan 80 Unit dengan harga jual @ Rp 30 = Rp 2400
Tgl 31 Persediaan Barang dagangan akhir 25 unit

Diminta:
1. Berapa harga pokok penjualan tanggal 25 Desember ?
2. Berapa harga pokok persediaan barang dagangan akhir sebanyak
25 unit ?
Menggunakan metode FIFO, LIFO dan Average

Jawab:
1. Metode Fisik / Periodik
a. FIFO
Maka HPP dari 80 Unit Penjualan Penjualan 80 Unit:
Tanggal 5 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Tanggal 16 70 Unit @ Rp 12 = Rp 840
HPP 80 Unit = Rp 940
Harga Pokok Persediaan Barang dagangan akhir :
Tanggal 16 5 unit @ Rp 12 = Rp 60
Tanggal 20 20 unit @ Rp 15 = Rp 300
Persediaan akhir 25 Unit = Rp 360

Laba Kotor = Penjualan – HPP


= 2.400 - 940
= Rp 1.460

b. LIFO
Penjualan 80 Unit
Tanggal 20 20 Unit @ Rp 15 = Rp 300
Tanggal 16 60 Unit @ Rp 12 = Rp 720
HPP 80 Unit = Rp 1.020

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 7


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Harga Pokok Persediaan Barang dagangan akhir :


Tanggal 16 15 Unit @ Rp 12 = Rp 180
Tanggal 5 10 Unit @ Rp 10 = Rp 100
Persd Akhir 25 Unit = Rp 280
Laba Kotor = 2.400 – 1.020 = 1.380

c. Average
HPP 80 Unit x Rp 1.300 = Rp 960
105 Unit
Persediaan Akhir 25 Unit x (1300:105) = Rp 300
Laba Kotor : 2400 – 990 = 1.410

2. Metode Buku / Perpetual


a. FIFO
PEMBELIAN PENJUALAN PERSEDIAAN
Jumla Jumla
TGL Unit Harga h Unit Harga h Unit Harga Jumlah
5             10 10 100
16 75 12 900       10 10 100
              75 12 900
20 20 15 300       10 10 100
              75 12 900
              20 15 300
25       10 10 100      
        70 12 2100 5 12 60
              20 15 300
Jumla
h 95   1200 80   2400 25   360

HPP = 940
Persediaan akhir = 360
Laba Kotor = 2400 – 940 = 1.460

b. LIFO
PEMBELIAN PENJUALAN PERSEDIAAN
Jumla Jumla
TGL Unit Harga h Unit Harga h Unit Harga Jumlah
5             10 10 100
16 75 12 900       10 10 100
              75 12 900

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 8


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

20 20 15 300       10 10 100
              75 12 900
              20 15 300
25       20 15 300      
        60 12 720 10 10 100
              15 12 180
Jumla
h 95   1200 80   1020 25   280

HPP = 1020
Persediaan akhir = 280
Laba Kotor = 2.400 – 1.020 = 1.380

c. Average
PEMBELIAN PENJUALAN PERSEDIAAN
Jumla Jumla
TGL Unit Harga h Unit Harga h Unit Harga Jumlah
5             10 10 100
16 75 12 900       85 12 1000
20 20 15 300       105 12 1300
25       80 12 960 25 12 300
Jumla
h 95   1200 80 12 960 25 12 300

HPP = 960
Persediaan akhir = 300
Laba Kotor = 2.400 – 960 = 1.440

C. LATIHAN SOAL

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 9


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

1. Berikut informasi transaksi atas pembelian persediaan CV.SAHABAT


selama bulan Oktober 2017:

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga Beli Harga Jual


3 Okt Saldo awal 150 unit Rp 10,000
8 Okt Pembelian 60 unit Rp 10,000
12 Okt Penjualan 70 unit Rp 20,000
13 Okt Pembelian 100 unit Rp 15,000
18 Okt Penjualan 210 unit Rp 30,000
22 Okt Penjualan 10 unit Rp 30,000
24 Okt Penjualan 40 unit Rp 15,000

Diminta:
Hitunglah persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba kotor, jika
perusahaan menggunakan sistem perpetual FIFO!

D. DAFTAR PUSTAKA

Dwi Martani, et al. 2016. Akuntansi Keuangan Menengah berbasis PSAK.


Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Edisi Terbaru, Standar Akuntansi


Keuangan. Jakarta: Akuntan Indonesia (IAI).

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 10


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

AKUNTANSI KEUANGAN 1 Page 11

Anda mungkin juga menyukai