LP GEA (Bagus Aditya P 1921003)
LP GEA (Bagus Aditya P 1921003)
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka
2) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu
1) Kardia.
2) Fundus.
3) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum).
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
i. Rektum dan anus
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
3. ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2005), faktor penyebab gastroeneteritis akut pada bayi/anak
yaitu:
a. Faktor infeksi : Bakteri(Shigella,Shalmonella,Vibrio,kholera),Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (penyakit Otitis Media Akut sering
terjadi pada anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
4. PATOFISIOLOGI
Kemampuan absorpsi ↓
Iritasi mukosa lambung
Output ↑ dan
Isi rongga usus ↑ absorpsi ↓ Kerusakan integritas kulit
Nyeri Akut
Kekurangan Merangsang
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pusat pengaturan Hipertemi
volume
cairan tubuh suhu
dihipotalamus
(Corwin,2000)
5. KLASIFIKASI
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
b. Diare Kronis.
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu (pada orang
dewasa) sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan batas waktu 2 minggu
6. MANIFESTASI KLINIK
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (Kusmaul).
7. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan malabsorbsi
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolic
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
intake cairan
3. Intervensi keperawatan
Nursing Care Plan
Nursing
Diagnosis
No. Nursing Outcomes Interventions
Kperawatan Rasional
Classification (NOC) Classification
(NIC)
1. Diare Bowel elimination 1. Observasi tanda- 1. Bradikardi, demam
berhubungan Fliud balance tanda vital dapat menunjukkan
dengan Hydration respon terhadap
malabsorbsi Electrolyte and acid kehilangan cairan.
base balance 2.Ajarkan pasien 2. Untuk pertolongan
Kriteria hasil : untuk pertama jika diare
Feses berbentuk menggunakan obat timbul kembali.
Menjaga rectal dari anti diare
iritasi 3.Instruksikan 3. Untuk mengetahui
Tidak mengalami keluarga untuk tingkat dehidrasi anak.
diare mencatat warna,
Mempertahankan jumlah, dan
turgor kulit frekuensi keluaran
feses
4.Evaluasi intake 4. Memberikan informasi
makanan masuk tentang keseimbangan
cairan serta
merupakan pedoman
dalam penggantian
cairan.
5.Observasi turgor 5. Mengetahui adanya
kulit secara rutin kehilangan cairan
berlebihan.
6.Ukur BB tiap hari 6. Indikator cairan dan
status nutrisi.
7.Atur tetesan infus 7. Mempertahankan
sesuai indikasi penggantian cairan
8.Kolaborasi : 8. Menurunkan
Berikan obat sesuai kehilangan cairan dari
indikasi usus.
2. Defisit volume Fluid balance 1. Pertahankan intake 1. Memberikan
cairan Hydration dan output cairan informasi tentang
berhubungan Ntritional keseimbangan cairan
dengan status :food and fluid serta merupakan
kehilangan intake pedoman dalam
cairan secara Kriteria hasil : penggantian cairan.
aktif Mempertahankan 2. Monitor tanda- 2. Bradikardi, demam
urine output sesuai tanda vital dapat menunjukkan
dengan umur respon terhadap
Tanda – tanda vital kehilangan cairan.
dalam batas normal 3. Kolaborasi 3. Mempertahankan
Tidak ada tanda – pemberian cairan penggantian cairan.
tanda dehidrasi IV
Turgor kulit bai 4. Motivasi keluarga 4. Agar tidak terjadi
untuk membantu malnutrisi pada anak.
pasien makan.
3. Resiko Tissue integrity : skin 1. Anjurkan pasien 1. Untuk membantu
kerusakan and mocus membranes menggunakan meningkatkan
Kriteria hasi :
integritas kulit pakaian loggar kehilangan panas jika
berhubungan Pertahankan anak demam.
dengan integritas kulit 2. Jaga kebersihan 2. Agar tidak terjadi
perubahan Tidak ada lesi kulit dan kelembapan infeksi.
status Perfusi jaringan baik kulit
metabolic Tidak ada 3. Monitor mobilisasi 3. Untuk mencegah
hypertermi dan aktivitas kelemahan pada anak.
pasien
4. Monitor status 4. Agar tidak terjadi
nutrisi pasien kekurangan nutrisi
yang berlebih.
4. Ketidak Nutritional status 1. Monitor turgor 1. Mengetahui adanya
seimbangan Nutritional status : kulit kehilangan cairan
nutrisi kurang food and fluid intake berlebihan.
dari kebutuhan Nutritional status : 2. Monitor mual dan 2. Untuk mengetahui
berhubungan nutrient intake muntah output oral.
dengan Weight control 3. Monitor 3. Untuk mengetahui
penurunan Kriteria hasil : pertumbuhan dan keseimbangan umur
intake cairan Berat badan ideal perkembangan dan perteumbuhan
sesuai dengan tinggi serta perkembangan
badan pada anak.
Mampu 4. Monitor pucat, 4. Untuk mengetahui
mengidentifikasi kemerahan pada status nutrisi anak.
kebutuhan nutrisi konjungtiva
Tidak ada penurunan 5. Monitor 5. Untuk meningkatkan
berat badan yang lingkungan saat nafsu makan anak.
berarti makan
6. Monitor kalori dan 6. Mengawasi masukan
intake nutrisi kalori atau kualitas
konsumsi makanan
Daftar Pustaka
Ngastiyah. 1995. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta. Salemba Medika
Wong, Donna.L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, EGC, Jakarta