Ulumul Qur'an KLPK 8
Ulumul Qur'an KLPK 8
1. Nasti : 612062019101
2. Ayu Meizin Jumantika : 612062019110
3. Ainun Insira : 612062019120
“Munasabah Al-Quran”
A. Pengertian Munasabah Al-Quran
Secara etimologi, munȃsabah berasal dari akar kata نسب: mengandung
arti satu, berdekatan, mirip, menyerupai. Oleh karena itu ungkapan ًفُالَنًا يُنَا ِسبُ فُالَن.
Imam az-Zarkasyi mengartikan ungkapan tersebut dengan dua orang yang
mempunyai kemiripan atau kedekatan. Kata terdekat nȃsib memiliki arti
hubungan dekat, seperti dua saudara, saudara sepupu dan semacamnya. Jika
keduanya munȃsabah dalam pengertian saling terkait, maka disebut kerabat
(qarabah). Di dalam buku berbahasa Indonesia dipakai beberapa istilah yang
bervariasi sebagai sinonim dari munȃsabah, seperti kesesuaian, hubungan,
korelasi, kaitan, tanasub, relevansi dan di antaranya tetap memakai istilah
munȃsabah itu sendiri.
Adapun secara terminologi yang diberikan para ulama, munȃsabah
adalah ilmu yang mengaitkan bagian-bagian awal ayat dan akhirnya, mengaitkan
lafadz umum dan khusus atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab
akibat, ‘llat dan ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan (ta’aruḍ) dan sebagainya.
Sebegitu eratnya antara bagian satu dengan bagian yang lain dalam al-Quran dari
unsur paling terkecil hingga menjadi seperti bangunan yang kukuh, utuh,
sempurna dan sesuai istilah imam az-Zarkasyi yaitu bagian-bagiannya tersusun
harmonis. Lebih jauh lagi az-Zarkasyi menempatkan ilmu munȃsabah adalah satu
dari sekian banyaknya segi kemukjizatan al-Quran (i’jaz al-Quran).
Kesimpulannya, munȃsabah al-Quran adalah pengetahuan yang menggali
hubungan dalam al-Quran. Hubungan yang dicari adalah relevansi (hubungan)
antara ayat dengan ayat dan surah dengan surah.
B. Macam-Macam Munasabah Al-Quran
Ditinjau dari sifatnya, munȃsabah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Zhahirul Irtibath
Artinya munȃsabah ini terjadi karena bagian al-Quran yang satu dengan
yang lain nampak jelas dan kuat disebabkan kuatnya kaitan kalimat yang
satu dengan yang lain. Deretan beberapa ayat yang menerangkan sesuatu
materi itu terkadang, ayat yang satu berupa penguat, penafsir,
penyambung, penjelas, pengecualian atau pembatas dengan ayat yang lain.
Sehingga semua ayat menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak
terpisahkan. Sebagai contoh, adalah hubungan antara ayat 1 dan 2 dalam
surah al-Isra’, yang menjelaskan tentang di-Isra’-kannya Nabi Muhammad
saw, dan diikuti oleh keterangan tentang diturunkannya Taurat kepada
Nabi Musa as. Dari kedua ayat tersebut nampak jelas bahwa keduanya
memberikan keterangan tentang diutusnya Nabi dan Rasul.
2. Khafiyul Irtibath
Artinya munȃsabah itu terjadi karena antara bagian-bagian al-Quran
tidak ada kesesuaian, sehingga tidak tampak adanya hubungan di antara
keduanya, bahkan tampak ayat berdiri sendiri, baik karena ayat yang
dihubungkan dengan ayat lain maupun karena yang satu bertentang dengan
yang lain. Hal tersebut tampak dalam 2 model yakni, hubungan yang
ditandai dengan huruf ‘athaf, sebagai contoh terdapat dalam surah al-
Ghosyiyah ayat 17-20:
(17) ِ ْ) َوإِلَى اأْل َر19( ت
َض َكيْف ْ َ صب
ِ ُال َكيْفَ ن ْ َوإِلَى ال َّس َما ِء َكيْفَ ُرفِ َع
ِ َ) َوإِلَى ال ِْجب18( ت
ت ِ
ْ َ) أَفَاَل يَ ْنظُرُونَ إِلَى اإْل ِ ِب ِل َكيْفَ ُخ ِلق20(
ت ْ ُسط َح