Disusun Oleh :
TAHUN 2019/2020
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..................................................................................................................
BAB II
ISI
A. Pengertian Economic Order Quantity
Menurut Herjanto (2007:245), EOQ merupakan salah satu model klasik, diperkenalkan oleh
Harris pada tahun 1914, tetapi paling banyak dikenal dalam teknik pengendalian persediaan.
Keterangan:
Q = EOQ= Jumlah pembelian optimal yang ekonomis
D = Jumlah kebutuhan barang (unit/tahun)
S = Biaya pemesanan (rupiah/pesanan)
I = Biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang)
C = Harga barang (rupiah/unit)
H = i x C= Biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun)
EOQ merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik
ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi (Render dan Haizer,
2001:320) sebagai berikut:
1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.
2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui, dan
bersifat konstan.
3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan tiba dalam
bentuk kumpulan produk pada satu waktu.
5. Biaya variable yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan biaya
penahanan atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu. Biaya- biaya ini dibahas di
bagian sebelumnya.
6. keadaan kehabisan stok (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.
Mampu menyelesaikan masalah yang timbul dari banyaknya persediaan bahan baku yang
menumpuk. Misalkan perusahaan konveksi yang menyimpan kain di gudang dapat diminimalisir
risikonya seperti kain perca yang sangat rentan terhadap api.
Analisis EOQ ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis untuk merencanakan berapa kali
suatu bahan dibeli dan dalam kuantitas berapa kali pembelian.
Yang dimaksud dengan Reorder point (ROP) ini adalah titik dimana jumlah persediaan
bahan baku menunjukkan waktunya untuk mengadakan pesanan kembali. Dari hasil analisis
perhitungan EOQ dan ROP. perusahaan akan mampu menentukan titik minimum dan maksimum
persediaan bahan baku.
Titik maksimum ini terjadi ketika saat bahan baku yang dibeli datang. Tujuan penentuan waktu
kapan titik maksimum ini adalah agar dana yang tertanam dalam persediaan bahan baku tidak
berlebihan sehingga perusahaan tidak mengalami pemborosan.
2. Syarat atau Asumsi Dasar dalam Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ)
Asumsi dasar economic order quantity (EOQ) perlu dilakukan karena dalam perhitungan
EOQ memerlukan beberapa perhitungan dan pertimbangan yang digunakan oleh pihak
perusahaan untuk menentukan berapa jumlah besaran pemesanan bahan baku yang akan dibeli.
Model EOQ sangat mudah untuk diterapkan oleh perusahaan apabila syarat-syarat dari
penerapan EOQ ini dapat dipenuhi, yaitu sebagai berikut ini:
1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti atau konstan untuk penggunaan satu
tahun atau satu periode.
2. Item yang dipesan bersifat independen dengan item lain. Maksudnya adalah
permintaan item yang dipesan bebas dengan item lain atau item yang dipesan
adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.
3. Pesanan dapat diterima dengan segera dan pasti dalam satu batch atau pada waktu
tertentu.
4. Tidak mengalami stockout, yaitu tidak terjadi kekurangan atau kehabisan stock
pasokan barang.
5. Harga item konstan, yaitu harga bahan baku konstan atau tidak terjadi perubahan
selama satu periode tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa syarat atau asumsi dasar dalam perhitungan EOQ pemesanan
antara satu item dengan item yang lainnya tidak saling berkaitan, harga bahan baku selalu
konstan, permintaan yang pelanggan juga dianggap konstan dalam satuan waktu dan satuan
order.
Perusahaan tidak boleh mengalami stockout bahan baku artinya dalam gudang harus selalu
memiliki persediaan bahan baku.
Grafik persediaan dalam model ini berbentuk gigi gergaji artinya tingkat ketinggiannya anatara
satu dengan yang lainnya sama, hal ini karena :
1. Jumlah permintaan sudah diketahui dan merata setiap tahun atau bisa dianggap konstan.
2. Lead time atau waktu yang dibutuhkan dalam pemrosesan suatu barang atau produk dari
awal hingga akhir tidak mengalami fluktuasi atau peningkatan
3. Persediaan berkurang dalam jumlah yang sama dari waktu ke waktu, sehingga tingkat
penggunaannya juga sama
4. Pada saat tingkat persediaan mencapai nol, pesanan untuk kelompok baru tepat diterima,
sehingga tingkat persediaan naik kembali mencapai Q. Sehingga tidak mengalami
keterlambatan, serta pesanan atas barang atau produk dikirimkan sesuai dengan jumlah
yang diminta oleh konsumen.
Hubungan antara kedua jenis biaya (biaya pesan dan biaya simpan), dengan jumlah pesanan
dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :
Biaya Total sebagai Fungsi Kuantitas Pesanan
menunjukkan hubungan antara kedua biaya tersebut, biaya penyimpanan (holding/carrying cost)
dan biaya pemesanan (ordering cost) dalam bentuk grafik.
1. Kurva biaya penyimpanan menunjukkan sebuah garis lurus yang naik apabila jumlah
persediaan bertambah besar.
2. Kurva biaya pesanan menunjukkan garis lengkung menurun mendekati nol apabila
jumlah persediaan bertambah.
3. Kurva biaya persediaan total (TC) merupakan penjumlahan dua kurva biaya tersebut,
dimana kurva tersebut akan menurun dan mencapai titik minimum pada jumlah
persediaan tertentu dan kemudian naik lagi.
4. Dalam hal ini Q = EOQ akan tercapai pada perpotongan antara kedua kurva tersebut.
Jadi, Jika kuantitas pesanan bertambah maka biaya penyimpanan bertambah pula, tapi
biaya pesanan berkurang. Sebaliknya bila jumlah pesanan berkurang maka biaya
penyimpanan juga berkurang, namun biaya pesanan (set up) bertambah. Kuantitas
pesanan optimum terjadi pada saat titik dimana kurva biaya pemesanan dan kurva biaya
penyimpanan bersilangan.
Rumus Economic Order Quantity
R = Jumlah barang yang dibutuhkan. Atau Jumlah Permintaan/pemakaian barang dalam satu
tahun
S = Biaya pemesanan.
P = Harga beli per Unit.
I = Biaya penyimpanan pada setiap unit (holding costs per unit), dan dalam bentuk % (persen)
Hendra dalam Sakung dan Sinuraya Candra 2011 mengemukakan bahwa keunggulan metode
EOQ adalah :
1. Dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak persediaan yang harus dipesan, dalam hal
ini bahan baku, dan kapan seharusnya pemesanan dilakukan.
2. Dapat mengatasi ketidakpastian permintaan dengan adanya persediaan pengaman safety stock.
Adapun kelemahan yang terdapat pada metode ini, yaitu menempatkan pemasok sebagai mitra
bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan oleh mereka, sehingga penggunaan
model ini menyebabkan berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi
akibat relasi perusahaan dengan pemasok yang tidak berdasar pada hubungan kerjasama yang
erat.
Ket :
RUMUS EOQ Q = kuantitas atau jumlah barang sesuai EOQ
= pemakaian atau permintaan barang dalam
2 RS R
Q =√ setahun
P1
S = ongkos/biaya pemesanan
R P = harga beli per unit
f=
Q √ I
f
= ongkos/biaya penyimpanan per unit
= frekuensi pemesanan per tahun
Pertanyaan :
1. Kaido akan melakukan pemesanan suatu produk bernama Slime dari pabrik milik
Doflamingo. Dimana harga Slime dibanderol oleh Doflamingo sebesar Rp. 1.234.278,
sedangkan biaya pemesanannya sebesar Rp. 66.666. Kaido memprediksikan bahwa tahun
berikutnya akan membutuhkan Slime sebanyak 70.000 unit. Jika ongkos simpan Slime
sebesar 5%, maka hitunglah EOQ serta frekuensi pesanan Kaido!
A. Diket :
R = 70.000 unit
S = Rp 1.234.278
P = Rp 66.666
I = 0,05 (5%)
B. Dit : Q dan f ?
C. Jawab :
2 RS
Q=
√ P1
Q =√ 52.363.309
Q =7.200 unit
R 70.000
f =
√ =
Q 7.200
=9 kali
2. Tahun depan, PT. Sanjaya Santika akan memerlukan bahan baku sebanyak 250.000 unit
dengan harga per unitnya adalah Rp 5.000. Biaya yang dibutuhkan untuk setiap kali
pemesanan adalah sebesar Rp 22.500. Jika biaya penyimpanannya sebesar 25% dari nilai
rata–rata persediaan. Berapa jumlah pembelian paling optimal ?
A. Diket :
R = 250.000 unit
S = Rp 22.500
P = Rp 5.000
I = 0,25 (25%)
B. Dit : Q ?
C. Jawab :
2 RS
Q=
√ P1
2 ×22.500 × 250.000
Q =
√ 5.000 × 0,25
Q =√ 9.000 .000
Q =3.000 unit