Oleh:
Ahmad Fauzi (209341420894)
Linda Tri Antika (209341417443)
Latar Belakang
Kata evolusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perubahan (pertumbuhan,
perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit).
Sedangkan lawan katanya adalah kata revolusi, yaitu perubahan yang terjadi secara cepat,
tiba-tiba (radikal) pada suatu sistem. Kata evolusi mulanya digunakan pertama kali oleh
seorang filsuf Inggris, Herbert Spencer pada tahun 1850 melalui bukunya yang berjudul
“Social Static” (Bertenz, 1975), sehingga kata evolusi pada mulanya tidak berkaitan dengan
pembahasan di bidang biologi. Namun, saat ini, kata evolusi merupakan kata yang berkaitan
erat dengan biologi, bahkan menjadi bahasan yang dianggap termasuk paling menarik dalam
bidang biologi.
Charles Darwin merupakan seorang yang disebut sebagai Bapak Evolusi dalam dunia
biologi karena meskipun bukan dia yang pertama kali mengenalkan kata evolusi dalam dunia
biologi, tetapi teorinya mengenai evolusi makhluk hiduplah yang paling dapat diterima bila
dibandingkan dengan teori evolusi makhluk hidup yang dikemukakan oleh tokoh lain,
semisal J. B. Lammarck. Dalam teorinya, Charles Darwin menyatakan bahwa evolusi organik
terjadi dikarenakan peristiwa seleksi alam.
Terlepas dari kata “evolusi”, sebenarnya jauh sebelum Darwin mempublikasikan
teorinya melalui karyanya yang berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural
Selection, or the Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859, konsep seleksi alam dan
adaptasi ternyata sudah diperkenalkan oleh ilmuwan muslim asal Irak, Al-Jahiz yang hidup
pada tahun 781-869 M melalui bukunya yang berjudul “Kitab Al-Hayawan” (buku tentang
kehidupan binatang). Dalam bukunya tersebut, Al-Jahiz mengemukakan teori struggle for
existence (berjuang untuk tetap hidup) yang dapat dikatakan mirip dengan konsep survival of
the fittest pada teori evolusi Darwin (Davies, 2008).
Dalam perkembangannya, teori evolusi Darwin dianggap menentang ajaran agama.
Teori evolusi bersama dengan teori penciptaan tata surya yang terjadi secara kebetulan dan
teori “S” dipandang sebagai teori yang tidak menganggap adanya Tuhan, sehingga dalam
perkembangannya tersebut, teori evolusi, khususnya yang dicetuskan oleh Darwin mendapat
tantangan dari golongan agamawan. Untuk membahas lebih dalam permasalah tersebut, maka
kami menyusun makalah ini. Makalah ini akan membahas hubungan evolusi biologi dengan
agama.
Artinya: “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (AQS. Al-Hasyr: 24).
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari
tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak” (AQS. Ar-
Ruum: 20).
Artinya : “Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan
kejadian”. (AQS. Nuh: 14).
Ayat di atas ditafsirkan oleh H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs. (1967) di dalam
Tafsir Qur’an yang disusun keduanya bahwa Allah menciptakan manusia melalui beberapa
tingkatan pertumbuhannya, mulai dari tanah, air mani, segumpal daging, lahir sebagai bayi,
kanak-kanak, meningkat umur dewasa dan sampai kepada usia yang sangat tua dan
seterusnya meninggal dunia dan dibangkitkan kembali. Juga berarti menurut keduanya bahwa
hidup manusia dari zaman ke zaman senantiasa berjalan sepanjang evolusinya.
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah”.
Artinya : “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim)”.
Artinya : “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.
Artinya: “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati”.
Artinya: “Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
kiamat”.
Ayat-ayat di atas menegaskan Kemahakuasaan Allah. Jikalau Allah menghendaki, Allah
kuasa untuk menjadikan jenis-jenis makhluk hidup secara penciptaan khusus (Special
creation). Tetapi juga karena Allah Maha Kuasa dan kalau dikehendaki-Nya, maka kuasa
juga Allah untuk menciptakan jenis makhluk hidup secara evolusi.
Berhubungan dengan polemik apakah Adam merupakan manusia pertama atau bukan
dan apakah sebelum Adam ada makhluk serupa Adam yang diciptakan oleh Allah atau tidak,
tidak terlalui dijelaskan secara jelas oleh Al-Quran. Namun, sebenarnya, bila diperhatikan,
pada surat Al-Baqarah, kita dapat sedikit merenungkan kedudukan Adam sebagai manusia
pertama.
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".” (Al-Baqarah: 30)