Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOMUNIKASI KELUARGA

Disusun oleh :

Nama : Ratu Rifa'ati Hanifa

Nim : 208620700109

Prodi : PG PAU

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

SYEKH MANSHUR PANDEGLANG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Sholawat dan salam kita curahkan kepada
Baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju
jaman islamiyah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “komunikasi
keluarga”

Penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini terjadi karena dengan kemampuan ilmu yang kamu
miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan
pihak ang turut membantu terselesainya makalah ini. Dan kami mohon untuk kritik dan
sarannya agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Terima kasih

Pandeglang, 22 September 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Komunikasi Keluarga..................................................................................3
B. Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga.......................................................................3
C. Kepaduan Kohesi Dan Adaptasi dalam Keluarga..........................................................4
D. Pola Komunikasi............................................................................................................5
E. Membangun Komunikasi yang Harmonis.....................................................................7
BAB III. PENUTUP.............................................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia
dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi
dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi
merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan
ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok
primer paling penting dalam masyarakat,  yang terbentuk dari hubungan laki-laki
dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk
menciptakan dan membesarkan anak-anak.
Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan
kewajiban masing-masing. Termasuk kewajiban dalam mendengarkan,
memahami dan merespon setiap waktu demi waktu yang dilali bersama. Untuk itu
semua, komunikasi adalah cara yang tepat dalam mengikatkan hubungan menjadi
lebih erat. Namun tidak semua orang memiliki komunikasi yang baik, termasuk
dalam keluarganya sendiri. Hal ini terbentuk tidak dalam satu hari melainkan dari
kebiasaan yang dilakukan dari kecil hingga dewasa.
Banyak kita lihat dewasa ini, dimana komunikasi adalah menjadi
penyebab keluarga tercerai berai, suami dan istri yang sibuk bekerja, menjadikan
pribadi mereka lupa akan hak dan kewajiban masing-masing, komunikasi dengan
anak-anak mereka pun tidak terbagun dengan baik. Hal ini menjadikan keluarga
bukan lagi tempat yang nyaman untuk berbagi suka dan duka. Sehingga masalah
demi masalah timbul silih berganti karena komunikasi yang tidak baik.
Untuk memperluas ilmu pengetahuan, maka pada bab pembahasan
selanjutnya menggunakan berbagai sumber lain yang akan memperjelas dari
setiap pembahasan mengenai makna komunikasi dalam keluarga, pentingnya
komunikasi dalam keluarga, sampai pada cara membangun komunikasi yang
harmonis dalam keluarga.

1
B.     Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari komunikasi dalam keluarga?
2. Seberapa pentingkah komunikasi dalam keluarga?
3. Bagaiman paduan kohesi dan adaptasi dalam keluarga?
4. Bagaimana pola komunikasi dan adaptasi dalam keluarga?
5. Bagaiman membangun komunikasi yang harmonis dalam keluarga?

C.     Tujuan Penulisan


1. Memenuhi tugas mata kuliah psikologi keluarga.
2. Memberikan pemahaman tentang pentingnya komunikasi dalam keluarga,
pola serta kita membangun komunikasi yang harmonis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Komunikasi Keluarga


Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu
pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi
suara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling
membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat, 1997: 30)
Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara
dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan
pengertian. Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai
dan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga
tercipta komunikasi yang efektif.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan (Friendly: 2002)
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi keluarga adalah komunikasi yang
terjadi diantara orang tua dengn anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam
berbagai hal sebagai sarana bertukar pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai
kepribadian orang tua kepada anaknya, dan penyampaian segala persoalan atau
keluh kesah dari anak kepada kedua orang tuanya.

B.     Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga


Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan
hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan
komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap
anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi
diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.
( Bagus, 2010).

3
Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman
pertama yang merupakan bekal untuk dapat menempatkan diri dalam masyarakat.
Orang tua dalam sebuah keluarga menjadi figur bagi anak dalam segala hal seperti
sikap, perilaku, tuturkata yang terbentuk karena peran orang tua.
Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk
menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama
anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam
keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu, kondisi
keluarga yang harmonis sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga.
Sebagaimana dikatakan Berger bahwa keluarga normal atau keluara harmonis
dapat berpengaruh terhadap proses komunikasi keluarga. Artinya, dalam keluarga
jarang terjadi sikap pertentangan antar anggota, tidak saling menyudutkan atau
mencari kambing hitam dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

C.    Kepaduan Kohesi Dan Adaptasi dalam Keluarga


Kohesi adalah ikatan Emosional antara anggota keluarga. Itu mengukur
seberapa dekat satu sama lain merasa anggota keluarga pada tingkat emosional.
Kohesi mencerminkan rasa keterhubungan atau keterpisahan dari anggota
keluarga lainnya.
Sedangkan Adaptasi mengukur kemampuan sebuah keluarga untuk
mengubah struktur kekuasaannya, hubungan peran, dan aturan hubungan dalam
respon terhadap stres situasional dan perkembangan. Tingkat adaptasi
menunjukkan seberapa baik keluarga dapat memenuhi tantangan yang disajikan
oleh situasi berubah.
Komunikasi adalah dimensi memfasilitasi, penting untuk gerakan pada
dua dimensi lainnya. Positif keterampilan komunikasi (seperti empati,
mendengarkan reflektif, komentar mendukung) memungkinkan anggota keluarga
untuk berbagi kebutuhan mereka berubah karena mereka berhubungan dengan
kohesi dan kemampuan beradaptasi.keterampilan komunikasi negatif (seperti
pesan ganda, ganda mengikat, kritik) meminimalkan kemampuan untuk berbagi
perasaan, sehingga membatasi gerakan dalam dimensi kohesi dan kemampuan

4
beradaptasi. Memahami apakah keluarga anggota puas dengan pembelian
keluarga membutuhkan komunikasi dalam keluarga. Untuk menentukan
bagaimana keluarga membuat keputusan pembelian dan bagaimana keluarga
mempengaruhi perilaku pembelian masa depan anggotanya, hal ini berguna untuk
memahami fungsi yang disediakan dan peran yang dimainkan oleh anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka. (Amanda, 2012)

D.    Pola Komunikasi


Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986)
mengungkapkan empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :
1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
 Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara
merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah
sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara kemampuannya, bebas
mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan. Komunikasi yang terjadi berjalan
dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi
pada hubungan inerpersona lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan
pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan peran
yang sama. Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui
intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta tingkah
laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang jumlahnya. Tiap
orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan, baik yang
sederhana seperti film yang akan ditonton maupun yang penting seperti sekolah
mana yang akan dimasuki anak-anak, membeli rumah, dan sebagainya. Konflik
yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman. Masalah diamati dan dianalisa.
Perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi
sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan
persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model
komunikasi dari pola ini digambarkan, anak panah yang menandakan pesan
individual akan sama jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal
balik dan seimbang.

5
2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
Universitas Sumatera Utara Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap
terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam
bidangnya masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang
berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk
bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan memasak.
Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan yang sama
mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak tidak dianggap lebih dari yang
lain. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap orang
memiliki wilayah sendiri-sendiri. Sehingga sebelum konflik terjadi, sudah
ditentukan siapa yang menang atau kalah. Sebagai contoh, bila konflik terjadi
dalam hal bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam hal
urusan anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang dirugikan oleh
konflik tersebut karena masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri.
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
 Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli
lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang
mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang
mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan lebih, namun dalam kasus lain
orang itu secara fisik lebih menarik atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang
kurang menarik atau berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara
membiarkan pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil
keputusan sendiri. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas,
memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan bebas,
memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta pendapat yang
lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri atau sekedar
meyakinkan pihak lain akan kehebatan Universitas Sumatera Utaraargumennya.
Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang pada
pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.

6
4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
 Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat
memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan
umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat,
dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi perdebatan karena semua
sudah mengetahui siapa yang akan menang.

E.  Membangun Komunikasi yang Harmonis


1.  Tips Komunikasi Efektif
Berikut ini beberapa tips komunikasi efektif yang diberikan oleh Anna
(Elfifa, 2013)
1. Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak
disampaikan dengan melihat ekspresi wajah.
2. Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
3. Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
4. Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
5. Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang
dihadapi.
2.   Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut De Vito (1997: 259-264), terdapat lima kualitas umum yang
dipertimbangkan dalam efektivitas komunikasi interpersonal, yakni
keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality).
a. Keterbukaan
“Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif
harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Kedua, mengacu
pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus
yang datang. Ketiga, mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita
lontarkan adalah memang berasal dari diri kita bertanggung jawab atasnya”.

7
b. Empati
“Henry Backrack, seperti dikutip De Vito mendefinisikan empati
sebagai kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu
saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Berempati adalah merasakan
sesuatu seperti orang yang mengalaminya. Orang yang empatik mampu
memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka,
serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang”.
c. Sikap Mendukung
“Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita dapat
memperlihatkan sikap mendukung dan bersikap :
● Deskriptif
Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu
terciptanya sikap mendukung. Bila kita mempersepsikan suatu komunikasi
sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian
tertentu, kita umumnya tidak merasakannya sebagai ancaman. Tetapi apabila
kita berkomunikasi secara evaluatif tentu akan membuat perasaan tidak
nyaman.
● Spontan
Seseorang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta
terbuka dalam
mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama, terus
terang dan terbuka.
● Provisional
Bersikap provisional artinya berpikiran terbuka serta bersedia mendengar
pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika ke adaan
mengharuskan”.

8
d. Sikap Positif
“Komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap postif
terhadap diri mereka sendiri. Selain itu, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Hal
tersebut didukung dengan dorongan dan menghargai keberadaan dan
pentingnya orang lain. Dorongan yang bersifat positif mendukung citra pribadi
kita dan membuat kita merasa lebih baik”.
e. Kesetaraan
“Dalam berkomunikasi harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-
sama bernilai dan berharga. Namun, kesetaraan tidak mengharuskan kita
menerima dan menyetujui begitu saja semua prilaku verbal dan nonverbal
pihak lain, melainkan menerima pihak lain dan memberikan “penghargaan
positif tidak bersyarat” kepada orang lain”.

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengn
anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana
bertukar pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada
anaknya, dan penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari anak
kepada kedua orang tuanya
2. hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan
keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama anggota
keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam
keluarga.
3. Pola Komunikasi
a. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
b. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
c. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
d. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
4. Tips Komunikasi Efektif
a. Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak
disampaikan dengan melihat ekspresi wajah.
b. Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
c. Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
d. Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
e. Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang
dihadapi.
5. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Sikap Mendukung
d. Sikap Positif
e. Kesetaraan

10
Daftar Pustaka

Amanda, artika. 2012. Pengaruh Keluarga. http://artikaamanda. Blogspot .com /2012 /02/
pengaruh-keluarga.html. diakses pada tanggal 23 Oktober 2021.

Reni elfita. 2013. http://www.kabar24.com/inspirasi/read/20130516/26/183856/5-tips-


komunikasi-efektif-dalam-keluarga. diakses pada tanggal 23 Oktober 2021

Sinhu Bagus. 2010. Pengertian komunikasi dalam keluarga. http://all-about-


theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasi-keluarga.html. diakses pada
tanggal 23 Oktober 2021

Sofyan. 2011. Konseling Keluarga. Bandung : Alfabeta.

Usu. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16654/4/Chapter%20II.pdf. diakses


pada tanggal 23 Oktober 2021

Umy. http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/15/articles/923/public/923-1592-1-PB.pdf.
diakses pada tanggal 23 Oktober 2021

11

Anda mungkin juga menyukai