Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

NAMA : AINUN JARYAH


NPM : 019.01.3620

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


TAHUN AJARAN 2019/ 2020
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
Latar Belakang................................................................................................
Manfaat Penulisan ..........................................................................................
Pertanyaan Kajian............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
Strategi Promosi Kesehatan.............................................................................
Promosi Kesehatan .........................................................................................
Advokasi Kesehatan.......................................................................................
Pengertian Bina Suasana ................................................................................
Tujuan..............................................................................................................
Sasaran ............................................................................................................
Metode Bina Suasana .....................................................................................
Langkah-langkah Kegiatan Bina Suasana ......................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
MANFAAT DAN SARAN.............................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan nasional adalah
memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu
pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada
di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha
pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana
cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat
dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam
konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan
yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan
adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan
kesehatan.
Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang
berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika
kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan
global sebagai akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan
transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan. Kelima, Demokratisasi. Perubahan pemahaman
konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan
penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang
mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya
untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai
model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong
masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong.
Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang
memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health
promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health,
WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang
tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan
usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna,
baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan
adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat
sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan
tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk
kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka,
melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari
pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada
gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).

B.     Rumusan Masalah

1. Sebutkan Tujuan dari Promosi Kesehatan?


2. Sebutkan Visi dari Promosi Kesehatan?
3. Jelaskan Strategi dari Promosi Kesehatan?
4. Jelaskan Program/Jenis-jenis Kegiatan dari Promosi Kesehatan?

C.    Tujuan

3.      Menyebutkan Tujuan dari Promosi Kesehatan

4.      Menyebutkan Visi dari Promosi Kesehatan

5.      Menyebutkan Misi dari Promosi Kesehatan

6.      Menjelaskan Strategi dari Promosi Kesehatan

7.      Menjelaskan Sasaran dari Promosi Kesehatan

8.      Menyebutkan Prinsip-prinsip dari Promosi Kesehatan

9.      Menjelaskan Program/Jenis-jenis Kegiatan dari Promosi Kesehatan


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Promosi Kesehatan
Sebelum menjadi promosi kesehatan pengertiannya di samakan dengan pendididkan
kesehatan, pada pendidikan kesehatan di tekankan pada perubahan perilaku masyarakat dengan
cara memberikan informasi kesehatan melalui berbagai cara dan teknologi. Dari hasil studi yang
di lakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan didapati
bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan meningkat tetapi tidak di imbangi oleh
perubahan perilakunya. Disadari bahwa pendidikan kesehatan belum “memampukan”
masyarakat tetapi baru dapat “memaukan” Mengenai istilah Promosi Kesehatan sendiri juga
mengalami perkembangan. Mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986
merupakan konferensi Internasional promosi kesehatan yang pertama kali dilaksanakan yang
berlangsung tanggal 17 sampai dengan 21 November 1986 dikenal dengan Ottawa Charter.

Pada konferensi Internasional promosi kesehatan ini mengambil tema Menuju Kesehatan
Masyarakat Baru, namun pada konferensi ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978
tentang Pelayanan Kesehatan Dasar atauPrimary Health Care oleh WHO promosi kesehatan
didefinisikan sebagai: theprocess of enabling people to control over and improve their health.

Tetapi definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadiProses


pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,Meningkatkan dan melindungi
kesehatannya. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai kemudian mengalami revisi pada
konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi (Health promotion is the process
of enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve
their health) dan dimuat dalam The Bangkok Charter. Dan definisi baru ini belum dibakukan
bahasa Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan, sebenarnya juga beredar banyak istilah lain
yang mempunyai kemiripan makna, atau setidaknya satu nuansa dengan istilah promosi
kesehatan, seperti: komunikasi, Informasi dan Edukasi, Pemasaran social, Mobilisasi social dan
Pemberdayaan masyarakat, dll.

B.     Definisi Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi
yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. (Lawrence Green, 1984)
Menurut Piagam Ottawa (1986), Promosi Kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol
terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO,1984)
Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai
berikut :“ Health promotion is programs are design to bring about “change”within people,
organization, communities, and their environment ”. Artinya bahwa promosi kesehatan adalah
program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di
dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Soekidjo Notoatmojo (2005), Pertama:…promosi kesehatan dalam
konsep Level  and Clark (4 tingkat pencegahan penyakit) berarti peningkatan kesehatan. Kedua:
…upaya memasarkan, menyebarluaskan, memperkenalkan pesan-pesan kesehatan, atau upaya-
upaya kesehatan sehingga masyarakat menerima pesan-pesan tersebut.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk
meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi
kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan
kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).

C.    Tujuan promosi kesehatan


Green,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan
yaitu:

1.      Tujuan Program

Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai
dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga
disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja
menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
2.      Tujuan Pendidikan

Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan
tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat
75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

3.      Tujuan Perilaku

Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat
jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan
pekerja tentangtanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan
berjalan 6 bulan.

D.    Visi promosi kesehatan

Visi adalah impian, cita – cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan atau
program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau suatu program yang seyogianya
mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab dengan visi dan misi tersebut institusi atau program
mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan
(khususnya Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang
tercantum dalam Undang – Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan : “Masyarakat
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

Adapun visi promosi kesehatan antara lain :

1.      Mau (willigness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.


2.      Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
3.      Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari
gangguan – gangguan kesehatan.
4.      Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu
ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat
dinamis tidak statis.
E.     Misi promosi kesehatan

Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya diperlukan upaya – upaya. Upaya – upaya untuk
mewujudkan visi ini disebut misi promosi kesehatan yaitu apa yang harus dilakukan untuk
mencapai visi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

Menurut (Ottawa Charter, 1984) secara umum misi promosi kesehatan ini ada 3 hal
antara lain :

1.      Advokat (Advocate)


Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan
sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat pembuat
keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut
penting. Oleh sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
2.      Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani antara sektor kesehatan
dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat
kemitran di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting sebab tanpa kemitraan
niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah–masalah kesehatan yang begitu
kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3.      Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta meningkatkan
kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal
ini berarti baik secara langsung atau melalui tokoh – tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus
memberikan keterampilan – keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang
kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi banyak faktor luar kesehatan
seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam rangka
memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka keterampilan di bidang ekonomi
(pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya perlu dikembangkan melalui
promosi kesehatan ini (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
F.     Strategi promosi kesehatan

Untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik. Strategi
adalah cara yang digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan
sebagai penunjang program – program kesehatan yang lainnya seperti pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.
Strategi ini diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan (Mubarak dan
Nurul, 2009).

Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari
3 hal yaitu :

1.      Advokasi (Advocacy)


Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan
dan penentu kebijakan dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung
terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan
kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat sehingga
para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari
para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan dalm
bentuk undang – undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam – macam bentuk, baik secara formal atau informal. Secara
formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang
ingin diharapkan dukungan dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara informal, misalnya
mengunjungi pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta
dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dana atau fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa advokasi adalah para pejabat baik eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat
dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2.      Dukungan Sosial (Social Support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai elemen yang
ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat antara lain berasal dari unsur informal (tokoh
agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh di masyarakat serta unsur formal seperti
petugas kesehatan dan pejabat pemerintah (Mubarak dan Nurul, 2009).
Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai
pelaksana program kesehatan dengan masarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan
mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan
program – program kesehatan agar masyarakat menerima dan mau berpartisipasi terhadap
program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini anatara lian :
pelatihan – pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat
dan sebagainya. Dengan demikian sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para
tokoh masyarakat di berbagai tingkat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3.      Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat secara
langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan anatara lain : penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi,
pelatihan – pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating
skill). Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan contohnya, terbentuknya dana sehat, terbentuknya
pos obat desa, berdirinya polindes dan sebagainya. Kegiatan – kegiatan semacam ini di
masyarakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986
menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan
pula strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5 butir, yakni :

1.      Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)


Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat
kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan – kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain, agar kebijakan dalam bentuk peraturan,
perundangan, surat – surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi
kepada kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang – undang yang mengatur adanya
analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan rumah sakit dan sebagainya.
Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik harus memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2.      Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus memperhatikan dampak pada
lingkungan sekitar agar mempermudah promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di sini
bukan saja lingkungan fisik, tetapi lingkungan non – fisik yang kondusif terhadap kesehatan
masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar
mereka menyediakan sarana – prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku
sehat bagi masyarakat atau sekurang – kurangnya pengunjung tempat – tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung bagi kesehatan tempat – tempat umum antara lain : tersedianya
tempat sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi perokok dan non perokok
serta lain sebagainya. Jadi, para pengelola tempat – tampat umum seperti pasar, terminal, stasiun
kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus menyediakan sarana – sarana untuk mendukung
perilaku sehat bagi pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3.      Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan kesehatan itu
ada provider dan customer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah,
sedangkan swasta dan masyarakat adalah pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan.
Pemahaman semacam ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa masyarakat bukan hanya
sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan baik pemerintah ataupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan
tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan masyarakat. Dalam mereorientasikan pelayanan
kesehatan ini peran promosi kesehatan sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
4.      Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Diharapkan tiap – tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya, mengenai penyebab penyakit,
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang layak
jika mereka atau anak – anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga dan
kelompok – kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu,
keluarga serta kelompok dapat terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu
(personnel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah
awal dari peningkatan keterampilan dalam memelhara dan meningkatkan kesehatan mereka ini
adalah memberikan pemahaman – pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara – cara
memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas
kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya. Metode dan tekhnik pemberian
pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
5.      Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu
sendiri harus ada gerakan atau kegiatan – kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi
kesehatan harus mendorong serta memacu kegiatan – kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan
kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud
perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

G.    Sasaran promosi kesehatan


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu :

1.      Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2.      Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi
kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan
dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan
diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.

3.      Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan
(decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu
harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan
memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha
ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

H.    Prinsip-prinsip promosi kesehatan


Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health promotion
(1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan, antara lain :

1.      Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk
mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka.
2.      Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam pengambilan
keputusan.

3.      Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan


interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.

4.      Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang di dapat oleh
klien.

5.      Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait lainnya atau
organisasi.

6.      Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi kesehatan yang
berkelanjutan dalam jangka panjang.

7.      Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakkan.

Sedangkan  menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi kesehatan antara lain


sebagai berikut:

1.      Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program intervensi dan turut
terlibat dalam program tersebut.

2.      Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam perencanaan dan
implementasi intervensi.

3.      Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta
dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.

4.      Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.

5.      Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan


mengimplementasikan intervensi.

6.      Evaluasi harus dilakukan juga.

7.      Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun intervensi promosi
kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok.
8.      Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-prinsippemberdayaan dan atau
model yang berorientasi pada masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.

I.       Program/ Jenis-Jenis Kegiatan Promosi Kesehatan


Ditujukan kepada populasi tertentu dengan setting khusus, melibatkan partisipasi
masyarakat sejak perencanaan (termasuk need assessment), hingga implementasi dan
evaluasi,bertujuan mengubah individu, lingkungan fisik dan sosial, masyarakat dan
kebijakan,mengkaitkan perhatian tentang kesehatan dengan isu kehidupan yang lebih luas
(kesejahteraan), memberdayakan sumber daya yang ada.
Ewlest & simnet (1994) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 26, mengidentifikasi tujuan
area kegiatan promosi kesehatan  yaitu:

1.      Progam Pendidikan Kesehatan

Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk belajar tentang
kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah laku.

2.      Pelayanan Kesehatan Preventif

Winslow (1920) dalam Level & Clark (1958) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 27,


mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang dikenal dengan teori five levels of prevention, yaitu:

a.       Pencegahan Primer


Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:
1)      Promosi Kesehatan (health promotion)
Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah
kesehatan.
2)      Perlindungan Khusus (specific protection)
Berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya
melakukan imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik, dan penanggulangan stress.
b.      Pencegahan Skunder
1)      Diagnosis dini dan pengobatan segera.
2)      Pembatasan kecacatan
c.       Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang diderita tidak menjadi
hambatan sehingga indiviu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental, dan
sosial.

3.      Kegiatan Berbasis Masyarakat

Promosi kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”, bekerja dengan dan untuk penduduk,
dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran kesehatan.

4.      Pengembangan Organisasi

Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan pelalaksanaan kebijakan


dalam oranisasi-organisasi yang berupayameningkatkan kesehatan para staf dan pelanggan.

5.      Kebijakan Publik Yang Sehat

Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan masyarakat umum
yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan dalam situasi dan kondisi kehidupan.

6.      Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan

Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang kesehatan, baik di rumah,
tempat kerja, atau tempat-tempat umum.

7.      Kegiatan ekonomi yang bersifat peraturan

Kegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk kebijaksanaan dan perencana
yang melibatkan upaya lobi dan implementasi perubahan perubahan legestalatif.seperti
peratuaran pemberian lebel makanan halal mendorang pratik etik yang sukarela.

Jenis kesehatan promosi kesehatan meliputi:

1.      Pemberdayaan masyarakat

2.      Pemgembangan kemitraan


3.      Upaya advokasi

4.      Pembinaan suasana

5.      Pemgembangan SDM

6.      Pemgembangan IPTEK

7.      Pengembangan media dan sarana

8.      Pengembangan infrastruktur

BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan

Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi kesehatan.

B.     Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai perawat dapat
memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat
serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat , dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui
penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai perawat dapat mencegah berbagai
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003 ). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta.


RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

A.      Pengetian ruang lingkup

      Dalam sebuah penelitian ruang lingkup bisa berarti pembatasan variable yang digunakan,
berapa banyak subjek yang akan diteliti, luas lokasi penelitian, materi yang dikaji, dan
sebagainya. adanya pembatasan atau ruang lingkup dalam sebuah penelitian penting adanya
karena akan mempengaruhi validitas dari hasil penelitian itu sendiri.

Kemudian ruang lingkup secara khusus juga digunakan untuk membatasi materi dari sebuah
ilmu. Misalnya saja ilmu psikologi  memiliki ruang lingkup psikologi dasar, psikologi
kepribadian, psikologi kesehatan, psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi dewasa, dan
sebagainya. dalam setiap cabang dapat dibeberkan ruang lingkupnya masing-masing. Misalnya
psikologi kesehatan memiliki ruang lingkup kesehatan jiwa, psikologi pasien di rumah sakit,
psikologi kehamilan, gangguan psikologi, dan sebagainya. dari contoh di atas dapat diambil
pelajaran mengenai makna ruang lingkup secara khusus.

B.      Pengertian Promosi Kesehatan

Menuut WHO, promosi kesehatan adalah suatu proses atau upaya pemberdayaa masarakat Untuk
mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan
menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan
            Jadi, ruang lingkup promosi kesehatan adalah suatu proses atau upaya pemberdayaan 
masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya dalam suatu batasan –
batasan baik ilmu maupun subjeknya.

           Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang
lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari dimensi aspek pelayanan kesehatan, dimensi
tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan.

 
1.      Ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan

Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek
pokok yakni promotif, prefentif, kuratif dan rehabililatif. ahli lain hanya membaginya menjadi 2
aspek yakni aspek a) promotif prefentif dengan sasaran kelompok orang yang sehat, dan aspek
kuatif ( penyembuhan) dan rehabilitatif dengan sasaran orang yang beresiko tinggi terhadap
penyakit  dan kelompok yang sakit sejalan dengan uraian ini, maka ruang lingkup pendidikan
pomosi kesehatan  juga di kelompokan menjadi dua.
 a. Pelayanan promotif (peningkatan kesehatan) preventif (pencegahan) adalah pelayanan bagi
kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat status
kesehatannya.

b.   Pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan kesehatan), adalah pelayanan


kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih
kesehatannya.
 Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup tiga upaya atau kegiatan yaitu :
1)         Pencegahan tingkat petama ( primary prefention )
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang beresiko tinggi
( high risk), misalnya para ibu hamil dan menyusui.
Tujuan promkes pada kelompok ini  adalah agar mereka tidak sakit atau trekena penyakit
2)         Pencegahan tingkat kedua ( secondary prefention )
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para pendeita penyakit konis, misalnya asma,
diabetes, tuberculosis, rematik, tekanan darah tinggi dan sebagainya.
Tujuan promkes pada kelompok ini  adalah agar penderita  penyakit mampu  mencegah
penyakitnya menjadi lebih parah
3)         Pencegahan tingkat ketiga ( teritay prefention )
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh dari suatu
penyakit. Tujuan nya agar  mereka segera pulih kembali ke kesehatan nya.
 2.  Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :

a.      Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)


Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia. Dalam pelaksanaan
promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya adalah orang tua (ibu), dimana ibu merupakan
seseorang yang memberikan perilaku sehat kepada anak-anaknya sejak lahir.

b.         Promosi pada tatanan sekolah


Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan pengganti orang tua
pada waktu di sekolah. Sekolah merupakan tempat utuk memberikan perilaku kesehatan kepada
anak. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat tepat untuk berperilaku sehat bagi anak

c.      Promosi kesehatan ditempat kerja.


Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai promotor kesehatan adalah
pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan. Salah satunya dengan memberikan fasilitas tempat
kesehatan yang baik bagi prilaku sehat karyawan atau pekerjanya.

d.      Promosi kesehatan di tempat-tempat umum


Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu dilaksanakan promosi
kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat
pengunjungnya, bisa dengan memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara menjaga
kebersihan.

e.      Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan


Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dsb, merupakan
tempat yang strategis untuk melakukan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan ini
dapat dilakukan secara individual oleh para petugas kesehatan  kepada pasien atau keluarga yang
ada di tempat pelayanan kesehatan tersebut.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and clark
a.      Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan
hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan
cara pembuangan sampah, kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education,
persiapan memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause. Usaha ini merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Beberapa usaha di antaranya :
1.  Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah tangga yang
baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan sebagainya.
3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
4. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.

b.   Perlindungan khusus (specific protection)


Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus, pendidikan kesehatan. Hal ini
karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap
penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan
diperlukan sebagai pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun
tempat kerja. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan sarung
tangan dan masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan. Beberapa usaha lain di antaranya :
1. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
2. Isolasi penderitaan penyakit menular .
3. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.

c.   Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-
kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh sebab itu
pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.
  
d.  Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain
mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat
atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

e.  Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk
memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengetian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima
mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan
pada masyarakat

C. Rangkuman
Ruang lingkup dapat diartikan sebagai suatu pembatasan variable, luas maupun subjek.
Sedangkan promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Jadi ruang lingkup promosi kesehatan adalah suatu
proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatannya dalam batasan – batasan baik ilmu maupun subjeknya.
Dalam ruang lingkup promosi kesehatan dapat dibagi menjadi tiga yaitu, ruang lingkup
berdasarkan aspek kesehatan, ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan,
ruang lingkup berdasarkan tingkat pelayanan. Berdasarkan aspek kesehatan dibagi
menjadi empat aspek yaitu promotif, preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan
rehabilitative. Berdasarkan tatanan pelaksaan dikelompokan menjadi, promosi kesehatan pada
tatanan keluarga (rumah tangga), pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, pendidikan
kesehatan di tempat kerja, pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, pendidikan kesehatan
pada fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan berdasarkan tingkat pelayanan dibagi menjadi
lima tingkat pencegahan yaitu, promosi kesehatan, perlindungan khusus (specific protection),
diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat
(disability limitation), rehabilitasi (rehabilitation).
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/article/view/849/pembangunan-kesehatan-berbasis-preventif-dan-
promotif.html   (14 11 2016 14.40)

http://promkes.depkes.go.id/portfolio/pedoman-pelaksanaan-promosi-kesehatan-di-puskesmas/
(14 11 2016 14.53)

Notoatmodjo, soekidjo. (2012). Pomosi kesehatan dan Perilaku kesehatan : Rineka Cipta 

Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta


 : Rineka Cipta. EGC
Makalah : Perilaku Kesehatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya
dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk.

Tolak ukur perilaku yang baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. Baik itu norma agama, hukum, kesopanan, kesusialaan, dan norma-norma lainnya.

Dalam kesehatan hubungan perilaku sangatlah erat sekali. Banyak hal yang tanpa kita sadari dari
perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang besar bagi seseorang. Salah satu
contohnya berupa pesan kesehatan yang sedang maraknya digerakkan oleh promoter kesehatan
tentang cuci tangan sebelum melakukan aktifitas, kita semua tahu jika mencuci tangan adalah hal
yang sederhana, tapi dari hal kecil tersebut kita bisa melakukan revolusi kesehatan kearah yang
lebih baik. Sungguh besar efek perilaku tersebut bagi kesehatan, begitu pula dengan kesehatan
yang baik akan tercermin apabila seseorang tersebut melakukan perilaku yang baik.

Maka dari itu dalam makalah ini, penulis hanya membahas tentang hubungan kesehatan dengan
perilaku, factor-faktor penyebab rendahnya perilaku yang baik, dampaknya serta control perilaku
kearah yang lebih baik, sesuai dengan judul makalah yaitu hubungan kesehatan dengan perilaku.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.    Apa yang dimaksud dengan perilaku kesehatan?


2.     Apa yang dimaksud dengan Domain perilaku kesehatan?
3.     Apa saja bentuk-bentuk perilaku kesehatan dan perubahannya?
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang hubungan
kesehatan terhadap perilaku serta hal-hal yang terkait terhadap perilaku dan kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seiring dengan tidak
disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang- kadang kita tidak sempat
memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk
dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu mengubah perilaku tersebut.

Dilihat dari Segi Biologis:

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme ( makhluk hidup ) yang bersangkutan.
Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan, dan manusia
berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing – masing. Perilaku manusia adalah semua
tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati lansung maupun yang tidak dapat diamati
pihak luar

Dilihat dari Segi Psikologis

Menurut Skiner (1938 ), perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang te rhadap stimulus
( rangsangan dari luar . pengertian itu dikenal dengan teori S-O-R (stimulus-organisme-
respons).skiner membedakan respons tersebut menjadi 2 jenis, yaitu respondent response
(reflexive) dan operant response (instrumental response).

Secara lebih proposional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseoang
terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam, yakni:

Bentuk pasif adalah respon internal yaitu terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung
dapat terlihat oleh orang lain. Misalnya berpikir , tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Perilaku sudah
tampak dalam bentuk tindakan nyata makan disebut overt behavior.

Seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Skinner, 1938 yang dikutip dalam
Notoatmodjo,2003).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:
a. Perilaku Tertutup (Covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), Misalnya:
Seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS
dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

b. Perilaku Terbuka (Overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, misalnya seorang
ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

2.2. Kesehatan

        Definisi Sehat

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947).Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang
dapat meningkatkan. konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan


sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan.

 Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana
individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis,
intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam
mempertahankan kesehatannya.

2.3. Perilaku Sehat
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga
domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar
tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker
mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :

1.Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit
menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari
kecelakaan.

2.Sikap terhadap kesehatan Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit
menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi
kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.

3.Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas
orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak
menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan

.Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan.

Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi
individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan Cals dan Cobb
mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap
belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage)”.

Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon


seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang,
baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini
mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,
meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah
kesehatan

Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen
kognitif lainnya yang mendasari tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergiz. Perilaku sehat diperlihatkan oleh
individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat.

2.4.Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :

1.Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik secara
pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya
berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit

a)      Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan
makanan bergizi, dan olahraga.
b)      Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria, pemberian
imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
c)      Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya
sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.
d)     Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya
melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.

2.Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas
pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.

3.Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek
terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya., pengelolaan makanan dan
lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai
salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan.itu sendiri.

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:

1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a)               Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b)              Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c)               Perilaku gizi (makanan dan minuman).

2) Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering
disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior).

 Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau
kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.

3) Perilaku Kesehatan Lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
a)      Perilaku hidup sehat

.Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain :

(1)       Menu seimbang


(2)       Olahraga teratur
(3)       Tidak merokok
(4)       Tidak minum-minuman keras dan narkoba
(5)       Istirahat yang cukup
(6)       Mengendalian stress
(7)       Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b)              Perilaku Sakit


Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.

c)               Perilaku peran sakit (the sick role behavior)


Perilaku ini mencakup:
(1)       Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
(2)       Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
(3)       Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).

2.5.Domain Perilaku Kesehatan


Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar organisme (orang),namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang
membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.

b.Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang
dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas
penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultante antara
berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia
sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.Sehingga membagi perilaku
manusia menjadi 3 domain,ranah atau kawasan

yakni:kognitif(cognitive),afektif(affective),psikomotor(psychomotor).
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan, yakni:

1.      Pengetahuan (knowledge)


Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
a. Proses adopsi perilaku
Penilitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni
w Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus
(objek) terlebih dahulu.
w Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
w Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi   dirinya).
w Triall, orang telah mencoba perilaku baru.
w Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
tehadap stimulus.
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
w Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk
mengingat kembali (recall). Tahu merupakan tingkat yang paling rendah dan untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan,meguraikan,mendefinisikan,menyatakan dan sebagainya.
w Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
w Applikasi (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang
real atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, perinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
w Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. 
w Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
ada misalnya menyusun,merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori.
w Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi.
Evaluasi ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.

2.      Sikap (Attitude)


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek.
a.       Komponen pokok sikap 
Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
w Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
w Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
w Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)(Alport,1954 yang dikutip dalam
Notoatmodjo)
b.      Berbagai Tingkatan Sikap
terdiri dari : menerima (receiving),merespon (responding) menghargai
(valuing), bertanggung jawab (responsible)
c.       Praktek atau Tindakan (practice)
terdiri dari : persepsi (perception), respon terpimpin (guided response),
mekanisme (mechanism), adopsi (adoption).
Faktor penentu (Determinan) perilaku kesehatan pada umumnya melibatkan banyak faktor.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan
diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor
pembawa (predisposing faktor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, dan nilai-nilai. faktor pendukung (enabling faktor) yang terwujud dalam lingkungan
fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan,faktor
pendorong (reinforcing faktor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari periaku
masyarakat.
Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang
bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan periaku petugas kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Dinas Kesehatan Polewali Mandar,2008).

2.6.Bentuk-bentuk perilaku kesehatan dan perubahannya

2.6.1.Bentuk-bentuk Perilaku kesehatan

1. Bentuk Suchman

Bentuk Suchman adalah menyangkut pola sosial dari perilaku sakit yang tampak pada
orang mencari, menemukan dan melakukan perawatan medis. Ada empat unsur yang merupakan
faktor utama perilaku sakit yaitu perilaku itu sendiri, sekuensinya tempat atau ruang lingkup dan
variasi perilaku selama tahap-tahap perawatan medis.

2. Bentuk Hochbaum, Kasl dan Cobb, Rosenstock

Hipotesis HBM adalah perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi secara
langsung oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan keyakinannya terhadap nilai
manfaat dari suatu tindakan kesehatan.

3. Bentuk Fabrega
Bentuk ini memberikan definisi abstrak tentang perilaku sakit yang dituangkan dalam 9
tingkatan dan menggambarkan konsekuensi keputusan yang ditetapkan orang selama dalam
keadaan sakit.

4. Bentuk Mechanic

Suatu bentuk mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan cara orang melihat,
menilai serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit.(Mechanic,1962 yang dikutip dalam
Muzaham,1995)

5. Bentuk Andersen

Bentuk yang menggambarkan suatu sekuensi determinan individu terhadap pemanfaatan


pelayanan kesehatan oleh keluarga, dan menyatakan bahwa hal itu tergantung pada: predisposisi
keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, kemampuan mereka untuk
melaksanakannya, dan kebutuhan meraka terhadap jasa pelayanan tersebut

6. Bentuk Kosa dan Robertson

Upaya lain untuk memahami perilaku sehat dan sakit baik dari perspektif individu
maupun sosial adalah dengan model yang di kembangkan oleh J.Kosa dan L.S.Robertson (1975).
Formulasinya meliputi 4 komponen utama yakni: penilaian tentang suatu gangguan kesehatan,
peningkatan rasa khawatir karena persepsi tentang gejala penyakit, penerapan pengetahuan
sendiri terhadap kesehatan dan bentuk tindakan untuk menghilangkan kekhawatiran dan
gangguan kesehatan tersebut. 

7. Bentuk Antonovsky dan Kats

Dalam mempelajari kesehatan preventif, A.Antonovsky dan Kats (1970) mengemukakan


suatu model terpadu untuk membuat kategori tentang berbagai tipe variabel yang berbeda
menurut pola tindakan tertentu, dan membuat spesifikasi mengenai kaitan antara semua variabel
tersebut. Tiga golongan variabel di identifikasikan sebagai determinan dalam perilaku
pencegahan gangguan kesehatan, termasuk perbuatan tunggal maupun berulang-ulang. Ketiga
golongan variabel tersebut adalah motivasi predesposisi, variabel kendala dan variabel kondisi.

8. Model Langlie

Adalah model perilaku pencegahan gangguan kesehatan dengan cara menggabungkan


variabel-variabel social psikologi dan model kepercayaan kesehatan dengan karakteristik
kelompok social dari formulasi Suchmnan. Perilaku pencegahan kesehatan yang dirumuskan
oleh Langlie sebagai suatu tindakan kesehatan yang di sarankan, dan dilaksanakan oleh
seseorang yang percaya bahwa dirinya dalam keadaan sehat, guna mencegah penyakit, gangguan
kesehatan, atau mendeteksi penyakit pada saat penyakit belum terlihat.

2.6.2. Perubahan Perilaku Kesehatan 

Teori perubahan perilaku kesehatan ini penting dalam promosi kesehatan yang bertujuan
“behavior change”

Perubahan perilaku ini diarahkan untuk :

1.      mengubah perilaku negatif ( tidak sehat ) menjadi perilaku positif ( sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan )

2. pembentukan atau pengembangan perilaku sehat


3. memelihara perilaku yang sudah positif
Teori-teori yang akan kita bahas adalah : Teori SOR, Festinger, Fungsi, Kurt Lewin.

Teori Perubahan Perilaku Kesehatan

Menurut teori ini, penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas
rangsang( stimulus ) yang berkomunikasi dengan organisme. Perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula (mampu
meyakinkan). Karena itu kualitas dari sumber komunikasi sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku, misalnya gaya bicara, kredibilitas pemimpin kelompok, dsb

a) Dissonance Theory (Festinger : 1957)

Ada suatu keadaan cognitive dissonance yang merupakan ketidakseimbangan psikologis,


yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali.Dissonance tejadi karena dalam diri individu terdapat elemen kognisi yang
bertentangan, pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila terjadi  penyesuaian secara
kognitif, akan ada perubahan sikap yang berujung perubahan perlaku.

Contoh : 

Orang yang merokok merasa resah, dia tahu bahaya merokok tapi merasa bukan laki-laki kalau
tidak merokok (dissonance). Akhirnya dia memutuskan kalau kejantanan seseorang bukan hanya
dari merokok, tapi dari banyak hal.Akhirnya dia memutuskan berhenti merokok (consonance).

b) Teori Fungsi (Katz : 1960)

Meurut teori ini perilaku mempunyai fungsi :

1.      instrumental

2. defence mechanism
3. penerima objek dan pemberi arti
4. nilai ekspresif
Perubahan perilaku individu tergantung kebutuhan Stimulus yang dapat memberi perubahan
perilaku individu adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut.
c) Teori Kurt Lewin (1970)

Menurut Kurt Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan seimbang antara driving forces
(kekuatan-kekuatan pendorong)   dan restrining forces (kekuatan-kekuatan penahan). Perilaku
dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Ada tiga
kemungkinan terjadinya perubahan perilaku :

1. Kekuatan pendorong, kekuatan penahan tetap perilaku baru 

Contoh : seseorang yang punya saudara dengan penyakit  kusta sebelumnya tidak mau
memeriksakan saudaranya karena malu dikira penyakit keturunan, dapat berubah perilakunya
untuk memeriksakan saudaranya ke puskesmas karena adanya penyuluhan dari petugas
kesehatan terdekat tentang pentingnya deteksi dini kusta. 

2. Kekuatan penahan, pendorong tetap perilaku baru 

Misalnya pada contoh di atas , dengan memberi pengertian bahwa kusta bukan penyakit
keturunan, maka kekuatan penahan akan melemah dan terjad perubahan perilaku.

3. Kekuatan penahan, pendorong, perubahan perilaku.

Misalnya pada contoh di atas dua-duanya dilakukan.

Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan

Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang
dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program –
program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma
kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk
memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus
dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya
tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai
contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah
pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang
terawat.

2)Pemberian informasi

Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya
diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini
akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.

3)Diskusi partisipatif

Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi
kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa
masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi
tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara
kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih
mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.

Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika
ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan
tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.
BAB III

PENUTUP
 
3.1. Kesimpulan

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,
1947).

Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku
yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni
pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan
praktek kesehatan (health practice).

Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan,


individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.

3.2. Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan,
individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.

Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan produktivitas kita
dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu konsep hidup sehat seperti tingkatkan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) harus dipupuk dari tiap individu untuk dapat
meningkatkan kualitas hidup yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

 
www.google.com

http://panthom-zone.blogspot.com/2011/11/hubungan-kesehatan-dengan-perilaku.html 

Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hlm. 23

Muzaham,Fauzi.1995.Sosiologi Kesehatan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.Ircham


Machfoedz dan Eko Suryani dan.2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan.Yogyakarta :Fitramaya. 

http://ekwadothomas676.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Ircham Machfoedz dan Eko Suryani dan.2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi


Kesehatan.Yogyakarta :Fitramaya.
Muzaham,Fauzi.1995.Sosiologi Kesehatan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Notoatmodjo,Soekidjo.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.
-----.2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta.
Rahim Ali,Arsad.2008.Staf Dinas Kesehatan Polewali
Mandar.Polewali:http//www.arali2008.files.wordpress.com.
MAKALAH PERILAKU MANUSIA
Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia  dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika.

Mengutip pendapat Krech dan Crutchfield (1954) yang mengatakan: As we have


already indicated, attitudes lie behind many of the significant and dramatic
instances of man behavior. It is for reason that many psychologists regard the
study of attitudes as the central problems of social psychology. Bimo Walgito
(2003) berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna
atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Sementara sikap
pada umumnya mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,
yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

Selanjutnya menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan


(expressed attitudes). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling
mempengaruhi satu dengan yang lain.

Sementara Kurt Lewin (1951, dalam Brigham, 1991) merumuskan satu model
hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi
karakteristik individu (P) dan lingkungan (E), dengan rumus: B = f(P,E).
Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat
kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian
berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.
Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan
kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu.

Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada
orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang
sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang
merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial
adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan
terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh
berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang
memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali
dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi
dan kedokteran.

Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat


diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.

Karakteristik perilaku

1.      Perilaku adalah perkataan dan perbuatan individu. Jadi apa yang dikatakan dan
dilakukan oleh seseorang merupakan karakteristik dari perilakunya.
2.      Perilaku mempunyai satu atau lebih dimensi yang dapat diukur, yaitu : frekuensi,
durasi, dan intensitas.
3.      Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang
yang terlibat dalam perilaku tersebut.
4.      Perilaku mempengaruhi lingkungan, lingkungan fisik atau sosial.
5.      Perilaku dipengaruhi oleh lingkungan (lawful).
6.      Perilaku bisa tampak atau tidak tampak. Perilaku yang tampak bisa diobservasi
oleh orang lain, sedangkan perilaku yang tidak tampak merupakan kejadian atau
hal pribadi yang hanya bisa dirasakan oleh individu itu sendiri atau individu lain
yang terlibat dalam perilaku tersebut.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang
bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Perilaku individu
dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga berpengaruh
pada lingkungan. Demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi individu,
demikian sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam perspektif psikologi, perilaku manusia
(human behavior) dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun
bersifat kompleks (Bandura, 1977; Azwar, 2003).

Lebih lanjut, Icek Ajzen dan Martin Fishbein (1980, dalam Brehm and Kassin,
1990) mengemukakan teori tindakan beralasan (theory of reasoned action). Dengan
mencoba melihat anteseden penyebab perilaku volisional (perilaku yang dilakukan
atas kemauan sendiri), teori tindakan beralasan ini didasarkan pada asumsi-asumsi:
(a) bahwa manusia pada umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang
masuk akal; (b) bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada;
dan (c) bahwa secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan
implikasi tindakan mereka.
Teori tadi kemudian diperluas dan dimodifikasi oleh Ajzen (1988) dengan teori
perilaku terencana (theory of planned behavior), di mana determinan intensi tidak
hanya dua (sikap terhadap perilaku yang bersangkutan dan norma-norma subjektif)
melainkan tiga dengan diikutsertakannya aspek kontrol perilaku yang dihayati
(perceived behavioral control). Keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap
terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol perilaku
yang dihayati. Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif dan
motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk
norma subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman
masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk
melakukan perilaku yang bersangkutan.

Secara garis besar, perilaku manusia diakibatkan oleh:

 Genetika

 Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku


tertentu.

 Norma sosial - adalah pengaruh tekanan sosial.

 Kontrol perilaku pribadi - adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit


tidaknya melakukan suatu perilaku.

Pendekatan Untuk Memahami Perilaku

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri
adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.
Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena
kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku,
pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.

Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah;


pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga
pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku,
prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat
kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1.      Penekanan

Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.


Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari
lingkungan itu sendiri.

Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan


dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang
dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam


menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya
sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

2.      Penyebab Timbulnya Perilaku

Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau


ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang
lingkungan.

Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli


lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.

Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan


(tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

3.      Proses

Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)


adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang
ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.

Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu


mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan
pada respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.

Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id


kemudian diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
4.      Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman


masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu
fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.

Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.

Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu


penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego
dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.

5.      Tingkat dari Kesadaran

Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi
dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.

Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya
aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak
dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan
berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti
bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.

Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.
Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.

6.      Data

Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.

Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau


fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana
teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan
bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi
bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

Taksonomi Perilaku Manusia

Kalau perilaku individu mencakup segala pernyataan hidup, betapa banyak kata
yang harus dipergunakan untuk mendeskripsikannya. Untuk keperluan studi
tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika pengelompokan berdasarkan
kerangka berfikir tertentu (taksonomi). Dalam konteks pendidikan, Bloom
mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari
masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3)
kawasan psikomotor. Taksonomi perilaku di atas menjadi rujukan penting dalam
proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan.
Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk terjadinya perubahan
perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup semua kawasan
perilaku. Dengan merujuk pada tulisan Gulo (2005), di bawah ini akan diuraikan
ketiga kawasan tersebut beserta sub-kawasannya.

A. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif)

Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau


berfikir/nalar terdiri dari :

1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar.
Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek,
ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau
kesimpulan.
Dilihat dari objek yang diketahui (isi) pengetahuan dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Mengetahui sesuatu secara khusus :

 Mengetahui terminologi yaitu berhubungan dengan mengenal atau


mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal.
 Mengetahui fakta tertentu yaitu mengenal atau mengingat kembali tanggal,
peristiwa, orang tempat, sumber informasi, kejadian masa lalu, kebudayaan
masyarakat tertentu, dan ciri-ciri yang tampak dari keadaan alam tertentu.
2. Mengetahui tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu :

 Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman


 Mengetahui urutan dan kecenderungan yaitu proses, arah dan gerakan suatu
gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan.
 Mengetahui penggolongan atau pengkategorisasian. Mengetahui kelas,
kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan di dalam bidang tertentu,
atau memproses sesuatu.
 Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta, prinsip,
pendapat atau perlakuan.
 Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk
mencari, menemukan atau menyelesaikan masalah.
 Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu, yaitu
ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasi suatu fenomena
atau pikiran.
 Mengetahui prinsip dan generalisasi
 Mengetahui teori dan struktur.

2. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan
mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-
temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta
disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini
diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada,
sehingga membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam pemahaman ini
meliputi :

 translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa


perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi
gambar, bagan atau grafik;
 interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik
dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan
telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu
jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau
mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat
dikatakan telah mengerti konsep tentang “motivasi kerja” dan dia telah dapat
membedakannya dengan konsep tentang ”motivasi belajar”; dan
 Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu
temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7,
11, dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan
ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu
dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan
bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima, maka
kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.

3. Penerapan (application)
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai
kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan,
memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama. Contoh,
dulu ketika pertama kali diperkenalkan kereta api kepada petani di Amerika,
mereka berusaha untuk memberi nama yang cocok bagi alat angkutan tersebut.
Satu-satunya alat transportasi yang sudah dikenal pada waktu itu adalah kuda. Bagi
mereka, ingat kuda ingat transportasi. Dengan pemahaman demikian, maka mereka
memberi nama pada kereta api tersebut dengan iron horse (kuda besi). Hal ini
menunjukkan bagaimana mereka menerapkan konsep terhadap sebuah temuan
baru.

4. Penguraian (analysis)
Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-
bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi
argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu :
1. Menganalisis unsur :

 Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit


pada suatu pernyataan
 Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa.
 Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan
normatif.
 Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan
mekanisme perilaku antara individu dan kelompok.
 Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
yang mendukungnya.

2. Menganalisis hubungan
 Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interrelasi antar ide dengan
ide.
 Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan suatu
pernyataan.
 Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang
mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang
mendukungnya.
 Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi
atau asumsi yang ada.
 Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan
argumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan mana yang tidak.
 Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatu
argumen.
 Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang
penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.

3. Menganalisis prinsip-prinsip organisasi

 Kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat


 Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola karya seni dalam rangka
memahami maknanya.
 Kemampuan untuk mengetahui maksud dari pengarang suatu karya tulis,
sudut pandang atau ciri berfikirnya dan perasaan yang dapat diperoleh dalam
karyanya.
 Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam meyusun suatu
materi yang bersifat persuasif seperti advertensi dan propaganda.

5. Memadukan (synthesis)
Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan
konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh: memilih nada dan irama dan
kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik yang baru,
memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan logo organisasi

6. Penilaian (evaluation)
Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk,
atau bermanfaat – tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik
kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang digunakan,
yaitu :

 Pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan dengan


memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis unsur-
unsur yang ada di dalam objek yang diamati.
 Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal; yang dilakukan berdasarkan
kriteria-kriteria yang bersumber di luar objek yang diamati., misalnya
kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau kecocokannya dengan kebutuhan
pemakai.

B. Affective Domain (Kawasan Afektif)


Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, terdiri dari :

1. Penerimaan (receiving/attending)
Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu :

 Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk


berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang akan dipelajari),
yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi perhatian pada
stimulus yang bersangkutan.
 Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk
mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
 Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkin
perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu saja.

 2. Sambutan (responding)


Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut :

 Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : mengajukan


pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang disenangi pada tembok
kamar yang bersangkutan, atau mentaati peraturan lalu lintas.
 Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat
hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain
atau warna saja.
 Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi atau
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan
mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini
adalah bertanya, membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang
menjadi pusat perhatiannya, dan sebagainya.

3. Penilaian (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan
menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian terbagi atas empat tahap
sebagai berikut :

1. Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha


memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif.
2. Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang
dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat memuaskan
perilaku menikmati, misalnya lukisan yang memiliki yang memuaskan.
3. Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-alasan
tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.
4. Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum
atas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap nilai
keberanian yang dihargainya.

4. Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu
seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa nilai yang relevan
untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini terjadi dalam dua tahapan,
yakni :
         Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau
menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu moral atau kebiasaan.
         Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu
sistem berdasarkan tingkat preferensinya. Dalam sistem nilai ini yang
bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada tingkat yang amat
penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting, dan seterusnya
menurut urutan kepentingan.atau kesenangan dari diri yang bersangkutan.

5. Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai
Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka
susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Artinya mudah
berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem itu
selalu konsisten. Proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu :
 Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari suatu
sudut pandang tertentu.
 Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang
memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan.

C. Psychomotoric Domain (Kawasan Psikomotor)


Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan (set); (b) peniruan
(imitation); (c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan (adaptation) dan (e)
menciptakan (origination).

 Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang


keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk melaporkan
kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan situasi,
menjawab pertanyaan.
 Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum mengerti hakikat atau makna dari keterampilan
itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-kata orang tanpa
mengerti artinya.
 Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan tanpa
harus melihat contoh, sekalipun ia belum dapat mengubah polanya.
 Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk
disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu
dilaksanakan.
 Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu menciptakan
sendiri suatu karya.

Sementara itu, Abin Syamsuddin Makmun (2003) memerinci sub kawasan ini
dengan tahapan yang berbeda, yaitu :

 Gerakan refleks (reflex movements). Basis semua perilaku bergerak atau


respons terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya : melompat, menunduk,
berjalan, dan sebagainya.
 Gerakan dasar biasa (Basic fundamental movements) yaitu gerakan yang
muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik, yang terpola dan
dapat ditebak.
 Gerakan Persepsi (Perceptual abilities) yaitu gerakan sudah lebih meningkat
karena dibantu kemampuan perseptual.
 Gerakan fisik (Physical Abilities) yaitu gerakan yang menunjukkan daya
tahan (endurance), kekuatan (strength), kelenturan (flexibility) dan
kegesitan.
 Gerakan terampil (skilled movements) yaitu dapat mengontrol berbagai
tingkatan gerak secara terampil, tangkas, dan cekatan dalam melakukan
gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
 Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication) yaitu
mengkomunikasikan perasan melalui gerakan, baik dalam bentuk gerak
estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah maupun gerak
kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan
peran.

Modifikasi Perilaku

Definisi Modifikasi Perilaku

Modifikasi perilaku adalah wilayah psikologi yang terkait dengan analisa dan
modifikasi perilaku manusia.
         Analisa maksudnya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan
dan perilaku tertentu untuk memahami alasan dari perilaku atau untuk menentukan
mengapa seseorang berperilaku seperti itu.
         Modifikasi maksudnya mengembangkan dan menerapkan prosedur-prosedur
untuk menolong individu mengubah perilakunya.
         Prosedur-prosedur modifikasi perilaku digunakan oleh para profesional atau
paraprofesional untuk menolong seseorang mengubah perilaku sosialnya secara
signifikan, dengan tujuan untuk memperbaiki beberapa aspek pada kehidupannya.

Karakteristik Modifikasi Perilaku

1.      Fokus pada perilaku, bukan pada karakteristik atau sifat individu. Dalam
modifikasi perilaku, perilaku yang akan diubah disebut dengan perilaku target.
Kelebihan perilaku adalah perilaku target dengan perilaku yang tak
menyenangkan, yang ingin dikurangi dalam hal frekuensi, durasi, dan intensitas.
Contoh perilaku ini adalah merokok. Kekurangan perilaku adalah perilaku target
dengan perilaku yang menyenangkan, yang ingin ditingkatkan dalam hal frekuensi,
durasi, dan intensitas. Contoh perilaku ini adalah olahraga atau belajar.
2.      Berdasarkan pada prosedur dan prinsip-prinsip perilaku.
3.      Menekankan pada kejadian-kejadian sekarang. Perilaku manusia dikendalikan
oleh kejadian-kejadian di sekitarnya, dan tujuan dari modifikasi perilaku adalah
untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian tersebut.
4.      Mendeskripsikan prosedur-prosedur modifikasi perilaku secara tepat. Prosedur-
prosedur modifikasi perilaku melibatkan perubahan-perubahan spesifik pada
kejadian-kejadian di lingkungan. Dengan deskripsi prosedur yang tepat, peneliti
dan para profesional lainnya dapat menggunakan prosedur-prosedur tersebut secara
tepat setiap saat.
5.      Menerapkan perlakuan (treatment) pada orang dalam kehidupan sehari-hari.
6.      Ukuran perubahan perilaku.
7.      Menekankan kejadian-kejadian yang lalu sebagai penyebab dari perilaku.
8.      Penolakan terhadap hipotesis yang mendasari penyebab dari perilaku.

Sejarah Modifikasi Perilaku


Tokoh utama
a.       Ivan P. Pavlov (1849-1936)
Pavlov melakukan peneltian yang menemukan proses dasar dari respondent
conditioning.
b.      Edward L. Thorndike (1874-1949)
Kontribusi utama dari Thorndike adalah deskripsi hukum akibat (law of effect).
c.       John B. Watson (1878-1958)
Dalam artikel “Psychology as the Behaviorist Views It”, Watson menyatakan
bahwa perilaku yang bisa diobservasi merupakan subjek masalah psikologi yang
tepat dan semua perilaku itu dikontrol oleh kejadian-kejadian di lingkungan.
d.      B. F. Skinner (1904-1990)
Skinner memperluas kajian perilaku yang mulanya dijelaskan oleh Watson.
Skinner menjelaskan perbedaan antara respondent conditioning (yang dijelaskan
oleh Pavlov dan Watson) dan operant conditioning, yang mana konsekuensi dari
perilaku ini mengontrol kejadian yang akan datang (seperti teori law of effect
Thorndike).

Peneliti-peneliti awal modifikasi perilaku


Peneliti-peneliti awal ini mempelajari perilaku anak (Azrin & Lindsey, 1956; Baer,
1960; Bijou, 1957), dewasa (Goldiamond, 1965; Verplanck, 1955; Wolpe, 1958),
pasien sakit mental (Ayllon & Azrin, 1964; Ayllon & michael, 1959), dan individu
keterbelakangan mental (Ferster, 1961; Fuller, 1949; Wolf, Risley, & Mees, 1964).

Area-area Penggunaan
1.      Gangguan perkembangan
Individu dengan gangguan perkembangan sering kali memiliki kekurangan
perilaku yang serius, dan modifikasi perilaku telah digunakan untuk mengajarkan
bermacam teknik fungsional untuk mengatasi kekurangan ini.
2.      Sakit mental
Sebagian dari penelitian awal modifikasi perilaku mendemonstrasikan bahwa hal
tersebut efektif dalam membantu individu sakit mental dalam setting kelembagaan.
Modifikasi perilaku telah digunakan terhadap pasien dengan sakit mental kronis
untuk memodifikasi perilaku seperti keterampilan-keterampilan dalam kehidupan
sehari-hari, perilaku sosial, perilaku agresif, pemenuhan treatment, perilaku
psychotic, dan keterampilan kerja.
3.      Pendidikan dan pendidikan khusus
Para peneliti telah menganalisa interaksi guru-murid di dalam kelas, memperbaiki
metode pengajaran, dan mengembangkan prosedur untuk mengurangi masalah
perilaku dalam kelas. Prosedur modifikasi perilaku juga telah digunakan di
pendidikan tinggi untuk memperbaiki teknik instruksional dan meningkatkan
pembelajaran siswa.
Dalam pendidikan khusus, pendidikan terhadap individu dengan gangguan mental,
modifikasi perilaku telah memainkan peranan penting, dalam mengembangkan
metode pengajaran, mengontrol masalah perilaku di kelas, meningkatkan perilaku
sosial dan kemampuan/keterampilan fungsional, promosi manajemen diri, dan
melatih guru-guru.
4.      Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah proses menolong individu agar kembali normal setelah cedera
atau trauma. Modifikasi perilaku digunakan dalam rehabilitasi seperti : terapi fisik,
untuk mengajarkan keterampilan baru yang bisa menggantikan keterampilan yang
hilang setelah cedera atau trauma, untuk mengurangi masalah perilaku, untuk
membantu mengatur luka yang serius, dan memperbaiki kinerja memori.
5.      Psikologi komunitas
Dalam psikologi komunitas, intervensi-intervensi perilaku dirancang untuk
mempengaruhi perilaku banyak orang dengan tujuan menguntungkan semua orang.
Sebagian target dari psikologi komunitas ini termasuk pengurangan sampah,
meningkatkan daur ulang, mengurangi konsumsi energi, mengurangi penggunaan
obat ilegal, dan meningkatkan penggunaan sabuk pengaman.
6.      Psikologi klinis
Dalam psikologi klinis, prinsip-prinsip dan prosedur psikologi digunakan untuk
menolong orang dengan masalah pribadi. Khasnya, modifikasi perilaku yang
dalam psikologi klinis sering disebut terapi perilaku, melibatkan individu atau
terapi grup yang dilakukan oleh ahli psikologi.
7.      Bisnis, industri, dan layanan masyarakat
Penggunaan modifikasi perilaku dalam area ini disebut dengan modifikasi perilaku
organisasi atau manajemen perilaku organisasi. Penggunaan modifikasi perilaku
dalam area ini telah menghasilkan peningkatan dalam produktifitas, keuntungan
bagi organisasi, dan peningkatan kepuasan kerja pada karyawan.
8.      Manajemen diri
Orang menggunakan prosedur modifikasi perilaku untuk mengatur perilaku
mereka sendiri. Mereka menggunakan prosedur manajemen diri untuk mengontrol
kebiasaan pribadi, perilaku sehat, perilaku profesional, dan masalah pribadi.
9.      Manajemen anak
Orangtua dan guru dapat mempelajari penggunaan prosedur modifikasi perilaku
untuk membantu anak mengatasi masalah ngompol (buang air waktu tidur), sifat
mudah marah, perilaku agresif, tatakrama yang jelek, dan masalah lainnya.
10.  Preventif
Penggunaan modifikasi perilaku dalam area ini adalah mencegah kekerasan
seksual anak, penculikan anak, kecelakaan di rumah, kekerasan dan
penolakan/pengabaiaan anak, dan penyakit seksual yang menular.
11.  Psikologi olahraga
Modifikasi perilaku telah digunakan untuk memperbaiki performa atau prestasi
altet dalam berbagai macam olahraga selama latihan dan perlombaan.
12.  Perilaku sehat
Prosedur modifikasi perilaku digunakan untuk untuk memperkenalkan perilaku
sehat dengan meningkatkan pola hidup sehat (seperti; olahraga dan nutrisi yang
tepat), dan mengurangi pola hidup yang tidak sehat (seperti; merokok, dan minum-
minum).
13.  Gerontology
Prosedur modifikasi perilaku digunakan pada rumah perawatan dan fasilitas
perawatan lainnya untuk membantu mengontrol perilaku orang-orang tua.

Sumber Bacaan :
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda
Karya Remaja.
Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New
York: McMillan Publishing.
Moh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB – IKIP
Bandung.
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
DAFTAR PUSTAKA

 
www.google.com

http://panthom-zone.blogspot.com/2011/11/hubungan-kesehatan-dengan-perilaku.html 

Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Hlm. 23

Muzaham,Fauzi.1995.Sosiologi Kesehatan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.Ircham


Machfoedz dan Eko Suryani dan.2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan.Yogyakarta :Fitramaya. 

http://ekwadothomas676.blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Ircham Machfoedz dan Eko Suryani dan.2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi


Kesehatan.Yogyakarta :Fitramaya.
Muzaham,Fauzi.1995.Sosiologi Kesehatan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Notoatmodjo,Soekidjo.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.
-----.2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta.
Rahim Ali,Arsad.2008.Staf Dinas Kesehatan Polewali
Mandar.Polewali:http//www.arali2008.files.wordpress.com.

Anda mungkin juga menyukai