Anda di halaman 1dari 21

NAMA : YULIANA WILA

NIM : 859250059
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara pertanian yang artinya pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukan dari
banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan berkerja pada sektor pertanian
atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian ini memberi arti bahwa dimassa
yang akan datang sektor ini perlu di kembangkan. Indonesia dikenal sebagai negara
agraris dimana penduduk dan tenaga kerjanya banyak bergantung pada aktivitas dan
hasil pertanian. Hal ini berarti sektor pertanian berperan sebagai penyedia lapangan
kerja. (Mubyarto,1994).
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam menunjang keberhasilan
pembangunan Indonesia. Pembangunan pertanian di Indonesia telah dilaksankan secara
bertahap dan berkelanjutan dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertanian
semaksimal mungkin sehingga dapat mencapai tujuan pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian bertujuan untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan
kesejahteraan manusia terutama petani, baik perorangan maupun masyarakat pada
umumnya. Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini mempunyai peranan yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat terutama untuk usaha pertanian yang
meliputi pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan serta perikanan (Mardikanto,
1993).
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumberdaya lahan dan perairan
yang cukup besar. Hal ini berdampak langsung terhadap kebijakan pembangunan
ekonomi yang salah satunya pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian
memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Nusa Tenggara Timur. Hal
ini tercermin dari besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Jika berbicara mengenai kesempatan kerja, maka
sektor yang menyumbang lapangan pekerjaan paling besar adalah sektor pertanian yaitu
sebesar 29,8%. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor utama
dalam perekonomian di Nusa Tenggara Timur. Ini dibuktikan dengan partisipasi
Provinsi NTT dalam hal tingkat produksi jagung di Indonesia dengan menempati urutan
ke 8 di Indonesia setelah Jawa Timur (6.131.163 ton), Jawa Tengah (3.212.391 ton),
Sulawesi Selatan (1.528.414 ton), Sumatra Utara (1.519.407 ton), Lampung (1.502.800
ton), Nusa Tenggara Barat (959.973 ton) dan Jawa Barat (959.933 ton) (BPS: Indonesia
dalam angka, 2015).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik NTT, diketahui bahwa jagung
merupakan salah satu tanaman yang produksinya di NTT sangat besar. Produksi jagung
di NTT pada tahun 2013 sebesar 707.643 ton dari luas lahan sebesar 270.394 ha dan
produktivitas sebesar 2,61 Ton/Ha, pada tahun 2014 produksi jagung sebesar 647.110
ton dari luas lahan sebesar 257.025 ha dan produktivitas sebesar 2,52 Ton/Ha, pada
tahun 2015 produksi jagung sebesar 685.081 ton dari luas lahan sebesar 273.194 ha dan
produktifitasnya sebesar 2,51 ton/ha, pada tahun 2016 produksi jagung sebesar 688.432
ton dari luas lahan 261.318 ha dan produktifitas sebesar 2,63 ton/ha dan pada tahun
2017 produksi jagung sebesar 809.830 ton dari luas lahan 313.150 ha dan produktifitas
sebesar 2,58 ton/ha (BPS : Nusa Tenggara Timur dalam angka, (2014-2018).
Kabupaten Sabu Raijua merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang memiliki beberapa kawasan potensi pemgembangan jagung,
salah satunya adalah Kecamatan Sabu Timur. Kecamatan Sabu Timur menjadi salah
satu kecamatan yang sebagian besar penduduknya membudidayakan tanaman jagung.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi jagung di kecamatan tersebut yang
mengalami peningkatan setiap tahun.
Tabel 1.1. Luas Lahan, Produksi Dan Produktivitas Jagung Di Kecamatan Sabu Timur Tahun
2013-2017

No Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas


(Ton)
(Ha) (Ton/Ha)
1 2013 545 1 962,0 3,6
2 2014 241 867,6 3,6
3 2015 255 943,5 3,7
4 2016 255 943,5 3,7
5 2017 355 1 384,5 3,9
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan, Kehutanan
Kabupaten Sabu Raijua
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa Produksi jagung di Kecamatan
Sabu Timur juga mengalami ketidakstabilan pada tahun 2013– 2017, Salah satu
penyebab kurangnya produksi yang dihasilkan, dikarenakan faktor iklim yang tidak
menentu.
Kecamatan Sabu Timur memilik luas wilayah yang terdiri dari 8
desa dan 2 kelurahan dan salah satu desa yang menjadi sentra produksi jagung di
Kecamatan Sabu Timur adalah Desa Lobodei. Desa Lobodei merupakan desa dengan
wilayah terluas yaitu 16.29% dari total wilayah kecamatan Sabu Timur. Desa Lobodei
juga merupakan desa yang memiliki luas lahan panen jagung sebesar 76 ha dan pada
tahun 2018 desa Lobodei memproduksi jagung sebesar 41,4 ton dari luas lahan 18 ha
saja. Walaupun Desa Lobodei merupakan sentra produksi jagung di antara desa-desa di
kecamatan sabu Timur, namun ada banyak kendala yang dihadapi petani di Desa
Lobodei dalam mengembangkan usaha tani jagung seperti luas lahan yang belum
sepenuhnya dimanfaatkan, keterbatasan modal, kurangnya tenaga kerja yang terampil,
manajemen budidaya jagung oleh petani di Desa Lobodei yang belum optimal. Kendala
lainnya adalah kondisi harga jagung yang tidak stabil yang seringkali harus dihadapi
oleh para petani di Desa Lobodei dan iklim yang tidak menentu. Adanya kondisi
fluktuasi harga yang terjadi seperti ini dapat mempengaruhi pendapatan petani pada
saat melakukan kegiatan produksi karena biaya yang dikeluarkan petani cukup besar.
Jika luas lahan panen harus di manfaat semuanya berarti desa lobodei memerlukan
biaya sebesar Rp 5.800.187/hektar jika dikalikan dengan jumlah luas lahan panen
keseluruhan (76ha) maka Desa Lobodei memerlukan biaya sebesar Rp. 440.814.212
(Fabiola,2017). Agar tidak terjadi pemborosan terhadap penggunaan sumber daya dan
sumber dana yang terbatas tersebut maka perlu dilakukan penelitian apakah
usaha/bisnis yang dijalankan menguntungkan atau tidak. Jika tidak sebaiknya usaha
tersebut tidak dijalankan. Tetapi jika menguntungkan proyek tersebut bisa dijalankan.
Untuk mengetahui suatu usaha/bisnis layak atau tidak maka perlu dilakukan analisis
Finansial (Ibrahim, 2009).
Oleh karena itu, berdasarkan masalah diatas maka perlu dilakukan penelitian
Kelayakan Finansial Usaha Tani Jagung ( Zea Mays. L) Yang Dikelola Kelompok Tani
Di Desa Lobodei Kecamatan Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua.
B. Rumusan Masalah Penelitian
1. Berapa besar tingkat pendapatan usaha tani jagung di Desa Lobodei, Kecamatan
Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha tani jagung di Desa Lobodei, Kecamatan
Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan usaha tani jagung di Desa Lobodei,
Kecamatan Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua.
2. Untuk mengetahui kelayakan finansial usaha tani jagung di Desa Lobodei,
Kecamatan Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi petani, khususnya di lokasi penelitian dapat mengembangkan usaha tani
jagung dengan baik.
2. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
pembangunan pertanian khususnya usaha tani jagung.
3. Bagi peneliti lanjutan, Untuk lebih mendalam mengkaji tentang usaha tani
jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Manajemen Usaha Tani
Manajemen usaha tani adalah penggunaan secara efisien sumber-sumber yang
terdapat dalam keadaan terbatas meliputi tenaga kerja dan modal. Tujuan akhir
pengembangan manajemen usaha tani meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi.
Kenaikan pendapatan merupakan tujuan jangka pendek dan ini merupakan jalan atau
cara untuk mencapai tujuan akhir. Manajemen usaha tani meliputi: perencanaan,
pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan.
1.1 Perencanaan
Perencanaan usaha tani disusun berdasarkan pengalaman dan evaluasi faktor-
faktor tetap yang menentukan (jumlah uang yang tersedia, konsumsi atau
komersial, jumlah tenaga yang tersedia, tanah dan iklim). Manusia tidak dapat
berbuat banyak terhadap tanah dan iklim sehingga langkah dalam pendekatan
sebagai berikut.
a. Mengklasifikasikan tanah.berapa bagian yang ditanami padi, kedelai, ternak,
ikan dan lain lain.
b. Menyusun rencana tanaman dengan syarat:
 Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah.
 Saling mendukung satu sama lain, sehingga dapat memanfaatkan
penggunaan alat alat pertanian dan tenaga kerja.
 Menggunakan tenaga kerja keluarga dengan efesien.
 Permintaan pasar bagi usaha tani yang bertujuan menjual hasilnya
kepasar.
c. Perencanaan ternak. Ternak dapat mengubah hasil tanaman menjadi makanan
berkadar protein tinggi melalui hasilnya yang berupa daging, susu, telur dan
lain lain. Ternak dapat berfungsi sebagai tenaga kerja.
d. Perencanaan tenaga kerja dan alat alat pertanian. Pada waktu waktu kapan
tenaga kerja dan alat alat pertanian banyak/sering atau kurang diperlukan.
Untuk usaha tani yang luas lebih mudah mengkombinasikan tenaga kerja dan
alat alat pertanian.
e. Perencanaan biaya. Anggaran/biaya usaha tani terdiri dari taksiran
pengeluaran total dan taksiran penerimaan total yang disusun untuk jangka
waktu pendek atau panjang.
 Memberikan dasar dasar untuk perbaikan usaha tani.
 Berfungsi sebagai peringatan atau penelitian rencana usaha. Perencanaan
dituangkan dalam bentuk rencana usaha anggota, rencana usaha kelompok
dan rencana usaha bersama.
1.2 Pengaturan
Untuk membantu setiap petani dalam rangka pengaturan gunakan langkah
langkah sebagai berikut :
a. Teliti kondisi usaha tani. Petani mencatat dimana, bagaimana dan kapan
tanaman yang bermacam-macam diusahakan, bagaimana cara pengusahaan
ternak.
b. Variasi dalam besarnya laba. Mengatur penggunaan sarana produksi dan
tenaga kerja. Beberapa tanaman bersaing dalam dalam penggunaan tenaga
kerja dan tempat. Beberapa tanaman bersifat cocok untuk ditanam bersama
sama dan beberapa bersifat untuk ditanam saling menyusul. Pengaturan uang
tunai yang digunakan untuk usaha baik modal sendiri maupun kredit. Hal ini
dapat untukmembandingkan keuntungan dari berbagaimacam kombinasi
tanaman.
c. Perubahan dalam faktor-faktor sosial ekonomi petani, kelompok tani dan
gabungan kelompok tani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan
kesibukan-kesibukan masyarakat, seperti perbaikan irigasi, drainase, dan
sebagainya. Perubahan faktor tata niaga, harga dan lainnya.
d. Analisa data input output pada cabang usaha tani petani/kelompok
tani/gapoktan diharuskan mempunyai catatan input output.cara mencatat
input output ini dijelaskan dalam bab yang lain.
e. Pembagian tugas dalam kelompok/gabungan kelompok dalam organisasi
kelompok/gapoktan perlu dibuatkan seksi-seksi, sekretaris dan bendahara.
Seksi bertugas dalam menjalankan salah satu kegiatan dari
kelompok/gabungan kelompok seperti seksi pemasaran, seksi sarana
produksi, seksi simpan pinjam dan lainnya. Sekretaris bertugas menjalankan
fungsi administrasi kelompok dan bendahara bertugas menjalankan
pembukuan keuangan kelompok/gapoktan, cara pencatatan administrasi dan
pembukuan keuangan dijelaskan dalam bab yang lain.
1.3 Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam usaha taninya memimpin pelaksanaan
kegiatan untuk usaha taninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari
keluarga. Sebagai seorang manager menggerakkan tenaga memperlancar proses
produksi tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh pelaksanaan kegiatan usaha tani
tersebut. Ketua kelompoktani/gapoktan sebagai manager dalam kelompoknya
memimpin pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dengan dibantu oleh seluruh
pengurus sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan
administrasi dan Bendahara mencatat semua pengeluaran dan pemasukan
kelompok. Dalam prosesproduksi bisa terjadi penyimpangan atau gangguan
seperti serangan hama/penyakit,maka perlu dilakukan pertemuan
kelompok/gapoktan untuk bersama sama menanggulanginya. Dalam pengambilan
keputusan pilihan yang dipilih adalah alternative yang dapat memberikan
keuntungan yang paling menyenangkan sesuai dengan input yang tersedia serta
kemungkinan resiko yang timbul akibat pilihan tadi. Jadi sekali keputusan
diambil,maka pilihan tadi harus dilaksanakan dan sudah harus siap dengan resiko
yang timbul. Dengan dasar pengalaman masa lalu, maka keputusan yang diambil
diharapkan akan membuahkan keberuntungan.
1.4 Pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yang telah
dilaksanakan tersebut dapat memenuhi sasaran sasaran yang telah dibuat atau
belum. Apakah teerjadi penyimpangan,mengapa terjadi penyimpangan
tersebut,apakah ada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dalam proses
produksi. Di dalam kontrol perlu diciptakan system control yang tetap,ajeg
terhadap rencana yang dilaksanakan serta terus dilaksanakan pemantauan tehadap
kegiatan usaha tani. Hasil juga harus diukur apakah sesuai dengan yang
direncanakan. Dengan cara ini maka dalam system manajemen yang benar selalu
ada umpan balik dari control kea rah rencana yang telah dipilih berdasarkan
informasi informasi baru. Pencatatan data dalam suatu pembukuaan adalah salah
satu system control yang perlu dilaksanakan untuk dipakai sebagaai umpan balik
yang berkesinambungan tanpa data,suatu bisnis dapat diibaratkan seperti kapal
tanpa kompas. Keempat fungsi manajemen harus dilaksanakan agar usaha tani
dapat berhasil dengaan baik.

2. Gambaran umum jagung


2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
1. Syarat Tumbuh
a. Tanah
 Tekstur : lempung (lempung berdebu atau berpasir) dengan struktur
tanah remah,
 aerasi dan drainase yang baik.
 Struktur tanah gembur
 pH 5,5-7,0 optimal 6,8
b. Iklim
 Curah hujan optimal 85-200 mm/bln
 Temperatur 21-32° C, dengan kelembaban udara 75-80% dan
 Cukup mendapat sinar matahari
2. Teknologi Budidaya
a. Benih
Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan
serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan.
Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida
dan varietas jagung bersari bebas. Nama beberapa varietas jagung yang
dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima,
Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1),
Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu,
Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.
b. Media Tanam
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus.Agar jagung
dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis
tanah yang dapat ditanami jagung antara lain; Andosol, Latosol, Grumosol
dan tanah berpasir. Keasaman tanah sangat erat hubungannya dengan
ketersediaan unsur hara tanaman.Keasaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan jagung adalah pH antara 5,6-7,5.
3. Penanaman
a. Waktu Tanam
Pada lahan sawah, tanaman jagung ditanam pada musim kemarau setelah
padi. Sedangkan di lahan tegalan dilaukan pada awal sampai musim
hujan.
b. Cara Tanam
Benih ditanam dengan cara ditugal, dengan jarak 40 cm x 10 cm atau 40
cm x 15 cm, tiap lubang diisi 2 biji.
4. Pemupukan
a. Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak perlu dilakukan pemupukan
b. Pada lahan kering diperlukan pemupukan dengan NPK
c. Pada tanah yang kurang subur dilakukan pemupukan 45 kg urea 45-90 kg
TSP + 50 kg KCl/ha
d. Penambahan pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang dapat
meningkatkan kapasitas menahan air di dalam tanah.
5. Pengairan
Tanaman jagung relative tahan kering, namun tetap memerlukan pengairan
terutama pada periode kritis yaitu pada waktu perkecambahan, menjelang
berbunga dan pembentukan polong.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama
 Hama yang sering menyerang adalah, maruca testualitis, spidoptera sp,
Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips. Pengendalian hama dilakukan
dengan menggunakan varietas unggul yang tahan hama penyakit.
 Penggunaan pestisida dilakukan apabila serangan hama dapat
dikendalikan dengan cara bilogis.
b. Penyakit
 Penyakit jagung yang sering ditemui antara lain Sclerotium rolfsii,
Cercospora canescens (bercak daun)
 Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas yang tahan penyakit
atau dengan menggunakan pestisida.
7. Panen dan Pasca Panen
Jagung dipanen sesuai umur varietas.Tanaman jagung dapat dipanen setelah
tanaman berumur 95-105 HST (di dataran rendah) dan 115-130 HST (di
dataran tinggi), tergantung pada varietas jagung yang ditanam. Tanaman
jagung siap panen dapat dilihat berdasarkan penampilan visual tanaman, ciri-
cirinya yaitu: sebagian besar daun dan bagian tanaman yang lain mulai
mongering; klobot jagung berwarna coklat muda dan kering; bila klobot
dibuka, biji keras, mengkilat dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas
pada biji; ada tanda hitam pada pangkal bijinya sebagai tanda biji sudah masak
fisiologis; serta kadar air biji 25-35%. (Suprapto, 2000).

3. Usaha tani
Menurut Mosher (1987), usaha tani adalah bagian dari permukaan bumi dimana
suatu petani atau suatu keluarga tani atau badan-badan tertentu bercorak tanam dan
memelihara ternak. Mubyarto (1989), menegaskan bahwa usaha tani merupakan
himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu di perlukan untuk
produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah, air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan
atas tanah itu, sinar matahari dan bangunan – bangunan yang di bangun diatas tanah
tersebut.
Menurut Hermanto (1991), dari faktor produksi meliputi lahan, tenaga kerja,
modal, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat teknologi yang dapat menentukan
keberhasilan usaha tani, sedangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan
usaha tani adalah ketersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek
pemasaran hasil dan bahan usaha tani (produk, harga hasil, harga saran produksi lain,
fasilitas kredit dan sarana penyalur hasil).

4. Manfaat dan Biaya


Keberhasilan suatu kegiatan pembangunan pertanian tergantung efektivitas dan
efisien dari pengelolaan semua sumber daya yang tesedia. Tujuan analisa suatu proyek
adalah untuk memperbaiki penilain investasi. Oleh karena itu perlu diadakan
perhitungan-perhitungan pada saat sebelum, sedang dan setelah pelaksanaan suatu
proyek untuk mengetahui dan menentukan hasil dari berbagai alternative dan dengan
jalan menghitung biaya (cost) dan manfaat (benefit) yang diharapkan dapat dihasilkan
dari suatu pelaksanaan suatu proyek. Perhitungan-perhitungan inilah yang disebut
evaluasi proyek (Kadariah, 1978).
4.1 Biaya
Dalam menjalankan suatu usaha dibutuhkan biaya. Biaya merupakan nilai
dari semua pengorbanan (untuk produksi) yang disebut input di dalamnya adalah
biaya sarana produksi yang habis terpakai, lahan, alat-alat produksi tahan lama,
tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya (Tjakrawilaksana, 1983). Menurut Hermanto
(1989), biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang
semula fisik kemudian diberikan nilai rupiah sehingga biaya-biaya tidak lain
adalah korbanan. Soekartawi (1995), mengklarifikasikan biaya usaha tani menjadi
dua yaitu :
a. Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang dipergunakan tidak habis dalam
satu proses produksi dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit, besar biaya tetap tidak bergantung pada besar
kecilnya biaya produksi yang diperoleh. Biaya tetap meliputi sewa, pajak,
biaya alat pertanian (alat-alat produksi), bunga pinjaman, penyusutan alat
pertanian dan pengeluaran biaya.
b. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh faktor produksi. Biaya variabel ini meliputi bibit, biaya pupuk, biaya
pengolahan tanah, dan biaya pengolahan tenaga kerja, makanan ternak,
bahan-bahan untuk traktor serta pengeluaran lainnya.
Penyusutan atau depresiasi adalah merupakan pengalokasian biaya investasi
suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut, demi
menjamin agar angka biaya operasi yang dimasukkan dalam neraca rugi laba
tahunan benar-benar mencerminkan adanya biaya modal itu. Biaya penyusutan
yang dikenakan setiap tahun membentuk suatu dana yang tersedia untuk
membiayai kerugian operasional selama masa awal proyek, dapat dibayar kepada
pihak kreditur untuk melunasi utang, dapat ditanam kembali dalam pembaharuan
atau perluasan proyek dan sebagainya. Disamping itu, ada biaya intangible seperti
polusi air, udara, suara, rusaknya pemandangan dan sebagainya yang sulit
dihitung dengan uang.
Kartaspoetra (1992), menjelaskan bahwa untuk dapat menentukan besarnya
nilai penyusutan terhadap suatu jenis faktor produksi, misalnya cangkul, alat
penyemprot rumput maupun hama penyakit maka dapat digunakan garis lurus
dimana nilai penyusutan adalah harga beli aktiva tetap dikurangi nilai sisa dari
aktiva atau barang tersebut setelah digunakan, biasanya sama dengan nol dibagi
umur ekonomi dari aktiva atau barang tersebut.
4.2 Manfaat
Manfaat adalah segala sesuatu yang baik langsung maupun tidak langsung
membantu tercapainya suatu tujuan dari suatu proyek. Benefit merupakan
manfaat atau faedah yang diperoleh atau dihasilkan dari suatu kegiatan yang
poduktif, misalkan pembangunan dan rehabilitas atau perluasan sehingga
diperoleh hasil yang lebih besar (Purbah R, 1997). Menurut Ibrahim (2003),
manfaat proyek dilihat dari evaluasi proyek yaitu penerimaan (revenue) yang
dihasilkan suatu proyek sebelum dikurangi biaya yang dikeluarkan. Dilihat dari
sifatnya manfaat proyek ini dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu (1)
manfaat langsung, (2) manfaat tidak langsung, (3) manfaat yang dinyatakan
jelas/tidak kentara (intangible). Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima
sebagai adanya proyek seperti naikny nilai hasil produksi barang atau jasa,
perubahan bentuk, turunnya biaya dan lain sebagainya.
Kenaikan nilai hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatnya
produksi dan kualitas dari produksi yang dihasilkan sebagai adanya proyek.
Misalnya, kenaikan produksi karena adanya irigasi, turunnya biaya pengangkutan
karena adanya perbaikan jalan, membaiknya job description diantara tenaga kerja
karena adanya cara-cara kerja dan lain sebagainya. Demikian pula dalam
perubahan bentuk dari suatu produk yang dihasilkan, demand biasa meningkat
sebelum dibandingkan dengan adanya perubahan. Semua manfaat yang diperoleh
sebagai tujuan utama dalam pembangunan dinamakan dengan manfaat langsung
(direct benefits), (Ibrahim, 2003). Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang
timbul sebagai dampak yang bersifat multiplier effects dari proyaek yang di
bangun terhadap kegiatan pembangunan lainnya. Sebagai manfaat yang tidak
dinyatakan dengan jelas/manfaat tidak kentara (intangible benefit) sesuatu proyek
adalah manfaat yang sulit dinilai dengan uang seperti perbaikan lingkungan
hidup, perbaikan pemandangan karena adanya tanaman yang indah, perbaikan
distribusi pendapatan, integrasi nasional, pertahanan nasional dan lain sebagainya
(Ibrahim, 2003).Yang dihitung sebagai benefit adalah apa yang diperoleh orang-
orang atau badan-badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek
tersebut. Sebaliknya, perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau analisis
ekonomi apabila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek
adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat secara keseluruhan. Dalam
hal ini yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat
sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja
yang menikmati benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut
(Gray, 2002).

5. Penerimaan dan Pendapatan Usaha tani


Penerimaan usaha tani adalah nilai produk total usaha tani dalam jumlah
tertentu yang dijual, diberikan kepada orang lain dan yang dikonsumsi yang diperoleh
dari jumlah produk secara keseluruhan dikalikan dengan harga yang berlaku ditingkat
petani. Soekartawi (1995), menyatakan bahwa penerimaan usaha tani adalah perkalian
antara produksi dengan harga jual.
Dalam teori ekonomi pertanian tingkat pendapatan pertanian menjadi fokus dari
setiap tujuan aktifitas usaha tani. Tinggi rendahnya modal usaha akan berpengaruh
terhadap produsksi yang akhirnya kembali berdampak pada pendapatan petani.
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usaha tani adalah seslisih (beda) dari
pengurangan nilai penerimaan usaha tani terbagi atas : (1) pendapatan kotor usaha tani
sebagai nilai produk total usaha tani dalam jangkau waktu tertentu, baik yang dijual
maupun tidak dijual. Dalam menaksir pendapatan kotor usaha tani semua komponen
produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar., (2) pendapatan bersih
usaha tani adalah mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dan milik sendiri
atau modal pinjaman yang investasian kedalam usaha tani (Soekartawi dkk 1986).
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usaha tani adalah banyaknya hasil
produksi yang diperoleh petani dan keluarganya dari satu kesatuan factor produksi
dilahan pertanian yang dapat dinilai degan harga yang berlaku, yang diperhitungkan
dari nilai produksi stelah dikurangi semua biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi berlangsung. Pengeluaran total (biaya yang dikeluarkan) terdiri dari biaya
investasi dan biaya produksi. Biaya investasi meliputi biaya bibit, biaya persiapan
lahan, biaya penanaman, biaya sarana produksi misalnya pupuk dan pemeliharaan.,
sedangkan biaya produksi meliputi biaya sarana produksi, biaya pemeliharaan, biaya
panen dan pasca panen, biaya overhead, biaya pengembalian pinjaman.

6. Analisis Kelayakan Finansial


Aspek finansial berkaitan dengan bagaimana menentukan kebutuhan jumlah
dana dan pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara
efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi pemilik usaha
(Ibrahim, 2003).
Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba
finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan
keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila usaha
tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Gittinger, 1986). Tingkat kelayakan
suatu usaha dapat dinilai dengan menggunakan kriteria-kriteria investasi seperti Net
Present Value (NPV).
Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada
waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal perhitungan
bertepatan dengan waktu evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke-nol (0) dalam
perhitungan cash flow investasi. Dengan demikian, metode NPV pada dasarnya
memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang umur investasi ke waktu awal
investasi (t = 0) atau kondisi present (Giatman, 2007). Menurut Gittinger (1986), suatu
usaha dinyatakan layak jika NPV > 0. Jika NPV = 0 berarti usaha tersebut tidak untung
maupun rugi. Jika NPV < 0 maka usaha tersebut dinyatakan rugi sehingga lebih baik
tidak dilaksanakan.

B. Kajian Empiris
Setiyanto (2008) meneliti tentang Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan
usaha tani Jagung (Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati,
Provinsi Jawa Tengah) Berdasarkan rasio NPM dan BKM setiap faktor produksi usaha
tani jagung baik lahan sawah maupun lahan tegalan menunjukkan bahwa penggunaan
factor produksi tidak efisien. Pada usaha tani jagung lahan sawah penggunaan faktor
produksi yang masih kurang adalah benih, pupuk TSP, pupuk urea dan herbisida
sedangkan faktor produksi pupuk kandang, insektisida dan tenaga kerja melebihibatas
optimal. Sementara itu, pada usaha tani jagung lahan tegalan penggunaanfaktor
produksi yang masih kurang adalah luas lahan, benih, pupuk TSP, pupuk urea, pupuk
kandang, obat pertanian. Sebaliknya, faktor produksi tenaga kerja melebihi batas
optimal. Berdasarkan analisis pendapatan usaha tani jagung, pendapatan usaha tani
jagung, baik pendapatan tunai maupun pendapatan total di lahan sawah relatif lebih
besar dibandingkan lahan tegalan. Hal ini dikarenakan hasil produksi usaha tani jagung
lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan.Namun, jika dilihat dari
struktur biaya, biaya usaha tani baik biaya tunai maupunbiaya yang diperhitungkan di
lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan. Hal ini disebabkan
pemakaian tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar
keluarga di lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan. Jika dilihat dari
rasio R/C, usaha tani jagung lahan sawah maupun lahan tegalan menguntungkan (rasio
R/C >1). Namun demikian,rasio R/C lahan tegalan lebih tinggi dibandingkan rasio R/C
lahan sawah. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tani jagung lahan tegalan lebih efisien
dibandingkan usaha tani jagung lahan sawah.
Samsurianti (2014) Meneliti tentang Analisis Pemasaran Jagung (Studi Kasus
Desa Marakoya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi
Selatan) menunjukan bahwa saluran pemasaran komoditi jagung yang ada di
DesaMarayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto terdiri dan dua saluran
yaitu : (1) petani - pedagang besar - konsumen dan (2) petani – pedagang – pengumpul
- pedagang besar - konsumen. Margin pemasaran jagung pada saluran pemasaran I
adalah Rp 650/kg dan saluran pemasaran II adalah Rp 908/kg. Persentase pola
kemitraan yang terjadi adalah, pola dagang umum 64,91 % dan Pola Kerjasama
Operational Agribisnis (KOA) 35,09 %.
Hasil penelitian Lau (2014) meneliti tentang “Keragaan Kelayakan Finansial
Usaha Sayuran Organik dan Strategi Pemasaran Pada Kebun Agribisnis ‘Semangat’ Di
Desa Oemasi Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang” menunjukan bahwa hasil
analisis non finansial ditinjau dari aspek teknis, aspek lingkungan, aspek manajemen
operasi, aspek pasar, dapat diterima atau layak diusahakan. Untuk aspek finansial,
usaha sayuran organik selama periode waktu empat tahun pada kebun Agribisnis
“Semangat” Desa Oemasi Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang dapat diterima
atau layak secara finansial. Nilai NPV positif yaitu sebesar ( Rp 3.086.229,42), IRR
lebih besar 14 persen (IRR = 19,71 persen atau lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku), Net B/C yang diperoleh pada tingkat suku bunga 14 persen adalah
sebesar 1,02. Pengembalian modal pada usaha sayuran organik adalah 1,31 tahun.
Fabiola (2017) meneliti tentang Analisis Finansial Usaha tani Jagung Pada
Zona Agroekologi Iiiay Di Timor Barat menunjukan bahwa hasil perhitungan
pendapatan usaha tani jagung per hektar dilokasi penelitan mengalami keuntungan
setiap periode tanam. Besarnya pendapatan Rp. 1.463.685,37 ditahun 2011 menurun
menjadi Rp. 1.214.395,59 ditahun 2012 dan ditahun 2013 meningkat menjadi Rp.
1.247.331,27 dan ditahun 2014 meningkat menjadi Rp. 1.681.445,77 dan pada tahun
2015 menurun menjadi Rp. 1.395.886,86. analisis kelayakan finansial menggunakan
kriteria NPV, Net B/C dan Gross B/C usaha tani jagung dengan luas lahan 1 hektar
menunjukan kondisi layak dijalankan jika dilihat dari hasil analisis kriteria investasi
yang telah dilakukan dengan memperhitungkan umur usaha tani selama lima tahun
menunjukan nilai NPV positif yaitu sebesar Rp. 4.653.799,07. Nilai ini mengartikan
bahwa keuntungan yang diperoleh oleh petani responden selama lima tahun dengan
tingkat discount rate 12%. Nilai NPV lebih besar dari nol, maka Usaha tani yang
dilakukan layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C sebesar 1. Nilai ini mengartikan
bahwa setiap biaya yang di keluarkan sebesar Rp. 1,00 memperoleh manfaat yang
sama yaitu sebesar Rp. 1,00. Nilai Net B/C sama dengan 1,sehingga menurut kriteria
investasi layak untuk dijalankan. Gross B/C sebesar 1,234. Nilai ini mengartikan bahwa
setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani mampu menghasilkan
manfaat kotor sebesar Rp. 1,237. Gross B/C lebih besar dari 1, sehingga menurut
kriteria investasi layak untuk dijalankan.
Hasil penelitian Wali (2016) meneliti tentang “Analisis Kelayakan Finansial
Usaha tani Jagung Di Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang”
menunjukan bahwa keuntungan ekonomi usaha tani jagung di kecamatan Amabi Oefeto
Timur kabupaten Kupang skala rata rata profit sebesar Rp. 4.775.454,54 per orang dan
Rp. 2.340.149,89 per hektar . Hasil analisis kelayakan financial di kecamatan Amabi
Oefeto Timur dengan tingkat suku bunga 12%, menunjukan bahwa investasi yang
ditanam sampai 5 tahun mendatang akan memperoleh manfaat bersih dinilai saat ini
sebesar Rp 11.330.269,40. Nilai IRR yakni 137,20 % nilai IRR ini lebih besar dari
suku bunga bank yang berlaku yakni 12% sehingga menunjukan bahwa
menginvestasikan modal untuk usaha tani jagung lebih menguntungkan dibandingkan
dengan mendepositokannya ke bank. Nilai net B/C ratio sebesar 28,65 yang merupakan
perbandingan antara total nilai saat ini dari penerimaan yang bersifat positif ( net
benefit positif ) dengan total nilai saat ini dari penerimaan yang bersifat negatif ( net
benefit negatif ).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari merumuskan masalah sampai
menarik kesimpulan (Purwanto, 2008:45). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif karena data yang diambil menggunakan metode survey untuk
pengumpulan datanya. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder,
yang mana data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan data sekunder diperoleh dari instansi
(BPS Provinsi NTT, BPS Kabupaten Sabu Raijua, Kantor Desa Lobodei, Kantor
Kecamatan Sabu Timur) maupun literatur/buku-buku yang terkait dengan penelitian ini.
Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi
dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Selanjutnya
dilakukan analisis finansial yang merupakan pemeriksaan perhitungan untuk
mengetahui apakah usaha tani yang dijalankan ini layak atau tidak dengan
menggunakan alat analisis yakni Net Present Value (NPV). NPV (Net Present Volue)
adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur suatu proyek.
Apabila usaha tani jagung tersebut layak maka usaha ini siap direkomendasikan atau
terus dijalankan, sedangkan apabila usaha tani tersebut tidak layak maka harus
mengadakan perbaikan dan efisiensi terhadap biaya yang dikeluarkan.
Pengambilan data akan dilaksanakan di Desa Lobodei, Kecamatan Sabu Timur
Kabupaten Sabu Raijua dari bulan Juli sampai Agustus 2021.

B. Variabel Penelitian
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Identitas responden, yang meliputi nama,
 Umur, yaitu usia responden pada saat penelitian dilakukan dan dinyatakan
dalam tahun, dengan ketentuan bila usianya melebihi enam bulan ke atas.
Variabel ini diukur dengan skala ratio.
 Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh
responden di bangku sekolah formal yakni: SD, SMP, SMA dan perguruan
tinggi. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.
 Pendidikan non formal adalah jenis pelatiahn, kursus, atau penyuluh yang telah
diikuti oleh responden yakni: 1 kali, 2 kali, 3 kali dan seterusnya. Variabel ini
diukur dengan skala ordinal.
 Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang
kebutuhannya di tanggung oleh petani tersebut. Variabel ini diukur dengan skala
rasio (orang).
2. Luas lahan garapan adalah luas lahan yang digunakan untuk usahatani jagung.
Variabel ini diukur dengan skala ratio (are)
3. Orientasi petani jagung yang diusahakan petani apakah hanya dipasarkan
(komersial), sebagian usahatani dijual dan sebagian dikonsumsi (semi komersial),
atau semua hasil usahatani digunakan hanya untuk konsumsi keluarga (subsistem).
4. Biaya investasi yang termasuk biaya investasi adalah biaya lahan dan biaya
pengadaan alat-alat pertanian, biaya lahan didekati dengan biaya harga sewa lahan.
Sedangkan biaya pengadaan alat dan lain-lain didekati dengan menggunakan biaya
overhead/ Biaya penyusutan diperhitungkan terhadap pengadaan mesin (hand
traktor dan mesin dinamo) dan peralatan pertanian seperti cangkul-cngkul, parang,
sabit, pacul, linggis dan peralatan lainnya. Variabel ini diukur dengan skala ratio
(Rp)
5. Biaya lain-lain adalah pengerluaran biaya-biaya kecil tetapi jenisnya banyak.
Variabel ini diukur dengan skala ratio (Rp)
6. Biaya operasional yaitu keseluruhan biaya yang dialokasikan untuk seluruh
kegiatan operasional usahatani jagung yang meliputi biaya tenaga kerja (mulai dari
persiapan lahan tanam, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama
dan penyakit, pengairan dan pemeliharaan tanaman lainnya sampai panen dan
pascapanen dan biaya pemasaran) yang diperhitungkan berdasarkan tingkat upah
yang berlaku setempat, serta biaya lainya yang diprhitungkan terkait dengan
usahatani jagung. Variabel ini diukur dengan skala ratio (Rp/Ha)
7. Manfaat proyek atau usaha adalah nilai manfaat dari usahatani jagung yang
meliputi keseluruhan penerimaan dan pendapatan dari penjualan hasil produksi
baik yang telah dihasilkan. Variabel ini diukur dengan (Rp/Ha)
8. Keuntungan mutlak yaitu kelebihan seluruh penerimaan/hasil penjualan sesudah
dikurangi seluruh pengeluaran yang diukur dengan skala ratio (Rp).
9. Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari arus yang
masuk dan nilai sekarang dari arus yang keluar pada sebuah sebuah waktu periode.
Variabel ini diukur dengan skala ratio (%).
10. Penerimaan adalah nilai dari produk usahatani yang terima petani atau total
produksi dikali dengan harga jagung yang berlaku ditingkat petani. Variabel ini
diukur dengan skala ratio (Rp).
11. Pendapatan adalah jumlah penerimaan yang dikurang dengan total biaya produksi.
Variabel ini diukur dengan skala ratio (Rp).
12. Kelayakan finansial adalah analisis tentang penerimaan dan biaya-biaya yang
terdiri dari biaya investasi aktiva tetap dan biaya variabel.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan
data (Suharsimi Arikunto, 2006:149). Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah intrumen pokok dan instrumen penunjang. Intrumen pokok adalah
manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang adalah pedoman observasi dan
pedoman wawancara.
1. Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai
instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami
serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut Moleong (2007:
168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen
mencakup sebagai berikut:
a. Responsif, manusia responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-
pribadi yang menciptakan lingkungan.
b. Dapat menyesuaikan diri, manusia dapat menyesuaikan diri pada keadaan
dan situasi pengumpulan data.
c. Menekankan keutuhan, manusia memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya
dan memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan, jadi sebagai konteks yang
berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan
kehidupannya sebagai sesuatu yang real, benar, dan mempunyai arti.
d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, manusia sudah mempunyai
pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam mengadakan penelitian dan
memperluas kembali berdasarkan pengalaman praktisnya.
e. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan,
manusia memiliki kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang
dipahami oleh subjek atau responden.
f. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan
disinkratik, manusia memiliki kemampuan untuk menggali informasi yang
lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula, yang tidak diduga
sebelumnya, atau yang tidak lazim terjadi.
g. Memproses data secepatnya, manusia dapat memproses data secepatnya
setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri atas
dasar penemuannya, merumuskan hipotesis kerja ketika di lapangan, dan
mengetes hipotesis kerja itu pada respondennya.
2. Untuk membantu peneliti sebagai instrumen pokok, maka peneliti membuat
instrumen penunjang. Dalam penyusunan instrumen penunjang tersebut, pemilihan
metode yang akan digunakan peneliti ditentukan oleh tujuan penelitian, sampel
penelitian, lokasi, pelaksana, biaya dan waktu, dan data yang ingin diperoleh. Dari
tujuan yang telah dikemukakan tersebut, dalam penelitian ini menggunakan metode
wawancara dan observasi. Setelah ditentukan metode yang digunakan, maka
peneliti menyusun instrumen pengumpul data yang diperlukan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan berupa daftar pertanyaan terkait subjek dan
objek dalam penelitian ini, dan alat perekam yang terdiri dari kamera, video dan
perekam suara untuk mempermudah penulis dalam pengumpulan data ketika
melakukan wawancara.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117). Populasi dalam
penelitian ini adalah kelompok tani di Desa Lobodei yang terdiri atas 18 kelompok
tani dengan jumlah anggota seluruhnya 255 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama
dengan populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara bertahap
yaitu :
1) Tahap pertama yaitu penentuan lokasi penelitian yang dilakukan secara
sengaja (purposive sampling) yaitu, memilih Desa Lobodei sebagai sampel
dengan pertimbangan bahwa Desa Lobodei merupakan Desa yang mempunyai
kelompok tani yang cukup banyak yakni terdiri atas 18 kelompok tani dengan
jumlah anggota seluruhnya 255 orang.
2) Tahap kedua, menentukan kelompok tani yang akan dijadikan sampel yang
ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Kelompok tani yang dipilih
yakni kelompok tani Jagga Helau, Penau Penade, dan Pehelau Dei dengan
pertimbangan bahwa ke 3 kelompok tani ini mempunyai anggota terbanyak
yakni sebanyak 62 orang dan semua anggotanya menanam jagung
3) Tahap ketiga : Penetuan besarnya jumlah sampel yang diingikankan untuk
dijadikan responden dalam penelitian ini, yaitu dengan teknik sampel jenuh
atau sensus atau menjadikan seluruh populasi menjadi sampel, sehingga
jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 62 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey. Data yang dikumpulkan
berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara
langsung dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Sedangkan
data sekunder diperoleh dari instansi (BPS Provinsi NTT, BPS Kabupaten Sabu Raijua,
Kantor Desa Lobodei, Kantor Kecamatan Sabu Timur) maupun literatur/buku-buku
yang terkait dengan penelitian ini.

F. Teknik Analisis
Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi
dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan:
1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui berapa besar tingkat
pendapatan usahatani jagung maka digunakan analisis pendapatan yakni :
a. Total Biaya (total cost)
Menurut Soedarsono (1995), total biaya dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC : Total biaya (Rp)
TFC : Total biaya tetap (Rp)
TVC : Total biaya variabel (Rp)
b. Penerimaan (revenue)
Menurut Soekirno (2002), untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh
dapat menggunakan rumus :
TR = P . Q
Keterangan :
TR : Total penerimaan (Rp)
P : Harga jual produk (Rp)
Q : Jumlah total produk yang dihasilkan
c. Pendapatan (income)
Menurut Mubyarto (1994), untuk mengetahui jumlah penerimaan yang
diperoleh dapat menggunakan rumus :
I = TR – TC
Keterangan :
I : Pendapatan (Rp)
TR : Total penerimaan (Rp)
TC : Total biaya (Rp)
2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu untuk mengetahui kelayakan finansial
usahatani jagung digunakan kriteria investasi:
a. Nilai Net Present Value
NPV (Net Present Volue) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan
dalam mengukur suatu proyek. Perhitugan Net Present Volue merupakan net
benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity of capital
(SOCC) sebagai discount faktor. Perhitungan berdasarkan antara nilai total
penerimaan bersih sekarang dari pada benefit dengan nilai total biaya sekarang
atau present value dari pada biaya.
Secara matematis dapat dinyatakan dengan rumus :

Keterangan : Bt = manfaat (penerimaan)


Ct = biaya yang dikeluarkan
t = waktu ekonomis
i = tingkat suku bunga bank yang berlaku
Dalam analisa NPV, bila NPV > 0 berarti usaha tersebut dapat dijalankan dan
menguntungkan sedangkan jika NPV < 0 berarti usaha tersebut ditolak sebab
tidak menguntungkan dan jika NPV = 0 berarti usahatani jagung dalam keadaan
impas (Break Event Point) karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk
menutupi biaya yang di keluarkan (kadariah, 1978). Discount rate yang
digunakan sebesar 5%. Di dasarkan atas tingkat suku bunga yang berlaku di
Bank pada saat ini (cost of money).
Secara ringkas rangkaian penelitian dapat dilihat pada bagan berikut :

Usaha Tani
Jagung

Faktor Produksi
Produksi

BiayaTetap Biaya Variabel


Lahan Pupuk Harga
Mesin Benih
Peralatan Pestisida
Biaya lain-lain Tenaga kerja

Total Biaya Penerimaan

Pendapatan

Analisis Kelayakan
Finansial :
Layak Tidak
Net Present Value
(NPV) Layak

Gambar 3.1 Skema Rangkaian Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sabu Raijua 2014. Kecamatan Sabu Timur
dalam angka. BPS. Kabupaten Sabu Raijua
Anonim. 2015. Badan Pusat Statistik Indonesia 2015. Indonesia dalam angka 2015. Diakses
melalui situs web
https://www.bps.go.id/publication/2015/08/12/5933145e1d037f5148a67bac/statistik
-indonesia-2015.html
Anonim. 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sabu Raijua 2015. Kecamatan Sabu Timur
dalam angka. BPS. Kabupaten Sabu Raijua
Anonim. 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sabu Raijua 2015. Kabupaten Sabu Raijua
dalam angka. BPS. Kabupaten Sabu Raijua
Anonim. 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sabu Raijua 2016. Kabupaten Sabu Raijua
dalam angka. BPS. Kabupaten Sabu Raijua
Anonim. 2017. Badan Pusat Statistik NTT 2017. NTT dalam angka, diakses melalui situs
web https://www.bps.go.id/brs/view/id/1030. BPS. Kupang
Anonim. 2019. Badan Pusat Statistik Indonesia 2019. Indonesia dalam angka 2019. Diakses
melalui situs web
https://www.bps.go.id/publication/2019/07/04/daac1ba18cae1e90706ee58a/statistik-
indonesia-2019.html.
Fabiola, Y. 2017. Analisis Finansial Usahatani Jagung Pada Zona Agroteknologi IIIay di
Timor Barat. Skripsi Faperta Undana Kupang.
Gittinger, J. Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah
Slamet
Gray, C. Simanjuntak, 1992. Pengantar evaluasi proyek. Gramedia. Jakarta
Hernanto. 1991. Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Jakarta.
Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta.
Kadariah et, al. 1987. Evaluasi Proyek (Analisa Ekonomis). Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press. Sutomo dan Komet Mangiri, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia Press.
Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat . Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Lau, Y. Diana. 2014. Keragaan Kelayakan Finansial Usaha Sayuran Organik dan Strategi
Pemasaran Pada Kebun Agribisnis “Semangat” di Desa Oemasi Kecamatan
Nekamese Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana Kupang.
Levis, L. Rafael. 2013. Metode Peenelitian Perilaku Petani. Penerbit Ledalero. Maumere
Mardikanto.1993. Penyuluhan pembangunan pertanian. Surakarta
Mosher, 1987. Menggerakan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mubyarto. 1994. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES, Jakarta.
Samsurianti. 2014. Analisis Pemasaran Jagung (Studi Kasus Desa Marakoya, Kecamatan
Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan)
Setiyanto, A. 2008. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan usahatani Jagung (Studi
Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah)
Soedarsono, H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-press
Soekirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan keempat belas.rajawali press:
Jakarta.
Soeprapto. 2000. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya Jakarta
Wali, P. Hungu. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jagung di Kecamatan Amabi
Oefeto Timur kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana Kupang

Anda mungkin juga menyukai