NIM : 859250059
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara pertanian yang artinya pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukan dari
banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan berkerja pada sektor pertanian
atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian ini memberi arti bahwa dimassa
yang akan datang sektor ini perlu di kembangkan. Indonesia dikenal sebagai negara
agraris dimana penduduk dan tenaga kerjanya banyak bergantung pada aktivitas dan
hasil pertanian. Hal ini berarti sektor pertanian berperan sebagai penyedia lapangan
kerja. (Mubyarto,1994).
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam menunjang keberhasilan
pembangunan Indonesia. Pembangunan pertanian di Indonesia telah dilaksankan secara
bertahap dan berkelanjutan dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertanian
semaksimal mungkin sehingga dapat mencapai tujuan pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian bertujuan untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan
kesejahteraan manusia terutama petani, baik perorangan maupun masyarakat pada
umumnya. Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini mempunyai peranan yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat terutama untuk usaha pertanian yang
meliputi pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan serta perikanan (Mardikanto,
1993).
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi sumberdaya lahan dan perairan
yang cukup besar. Hal ini berdampak langsung terhadap kebijakan pembangunan
ekonomi yang salah satunya pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian
memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Nusa Tenggara Timur. Hal
ini tercermin dari besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap pembentukan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Jika berbicara mengenai kesempatan kerja, maka
sektor yang menyumbang lapangan pekerjaan paling besar adalah sektor pertanian yaitu
sebesar 29,8%. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian merupakan sektor utama
dalam perekonomian di Nusa Tenggara Timur. Ini dibuktikan dengan partisipasi
Provinsi NTT dalam hal tingkat produksi jagung di Indonesia dengan menempati urutan
ke 8 di Indonesia setelah Jawa Timur (6.131.163 ton), Jawa Tengah (3.212.391 ton),
Sulawesi Selatan (1.528.414 ton), Sumatra Utara (1.519.407 ton), Lampung (1.502.800
ton), Nusa Tenggara Barat (959.973 ton) dan Jawa Barat (959.933 ton) (BPS: Indonesia
dalam angka, 2015).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik NTT, diketahui bahwa jagung
merupakan salah satu tanaman yang produksinya di NTT sangat besar. Produksi jagung
di NTT pada tahun 2013 sebesar 707.643 ton dari luas lahan sebesar 270.394 ha dan
produktivitas sebesar 2,61 Ton/Ha, pada tahun 2014 produksi jagung sebesar 647.110
ton dari luas lahan sebesar 257.025 ha dan produktivitas sebesar 2,52 Ton/Ha, pada
tahun 2015 produksi jagung sebesar 685.081 ton dari luas lahan sebesar 273.194 ha dan
produktifitasnya sebesar 2,51 ton/ha, pada tahun 2016 produksi jagung sebesar 688.432
ton dari luas lahan 261.318 ha dan produktifitas sebesar 2,63 ton/ha dan pada tahun
2017 produksi jagung sebesar 809.830 ton dari luas lahan 313.150 ha dan produktifitas
sebesar 2,58 ton/ha (BPS : Nusa Tenggara Timur dalam angka, (2014-2018).
Kabupaten Sabu Raijua merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang memiliki beberapa kawasan potensi pemgembangan jagung,
salah satunya adalah Kecamatan Sabu Timur. Kecamatan Sabu Timur menjadi salah
satu kecamatan yang sebagian besar penduduknya membudidayakan tanaman jagung.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi jagung di kecamatan tersebut yang
mengalami peningkatan setiap tahun.
Tabel 1.1. Luas Lahan, Produksi Dan Produktivitas Jagung Di Kecamatan Sabu Timur Tahun
2013-2017
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan usaha tani jagung di Desa Lobodei,
Kecamatan Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua.
2. Untuk mengetahui kelayakan finansial usaha tani jagung di Desa Lobodei,
Kecamatan Sabu Timur Kabupaten Sabu Raijua.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi petani, khususnya di lokasi penelitian dapat mengembangkan usaha tani
jagung dengan baik.
2. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
pembangunan pertanian khususnya usaha tani jagung.
3. Bagi peneliti lanjutan, Untuk lebih mendalam mengkaji tentang usaha tani
jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Manajemen Usaha Tani
Manajemen usaha tani adalah penggunaan secara efisien sumber-sumber yang
terdapat dalam keadaan terbatas meliputi tenaga kerja dan modal. Tujuan akhir
pengembangan manajemen usaha tani meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi.
Kenaikan pendapatan merupakan tujuan jangka pendek dan ini merupakan jalan atau
cara untuk mencapai tujuan akhir. Manajemen usaha tani meliputi: perencanaan,
pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan.
1.1 Perencanaan
Perencanaan usaha tani disusun berdasarkan pengalaman dan evaluasi faktor-
faktor tetap yang menentukan (jumlah uang yang tersedia, konsumsi atau
komersial, jumlah tenaga yang tersedia, tanah dan iklim). Manusia tidak dapat
berbuat banyak terhadap tanah dan iklim sehingga langkah dalam pendekatan
sebagai berikut.
a. Mengklasifikasikan tanah.berapa bagian yang ditanami padi, kedelai, ternak,
ikan dan lain lain.
b. Menyusun rencana tanaman dengan syarat:
Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah.
Saling mendukung satu sama lain, sehingga dapat memanfaatkan
penggunaan alat alat pertanian dan tenaga kerja.
Menggunakan tenaga kerja keluarga dengan efesien.
Permintaan pasar bagi usaha tani yang bertujuan menjual hasilnya
kepasar.
c. Perencanaan ternak. Ternak dapat mengubah hasil tanaman menjadi makanan
berkadar protein tinggi melalui hasilnya yang berupa daging, susu, telur dan
lain lain. Ternak dapat berfungsi sebagai tenaga kerja.
d. Perencanaan tenaga kerja dan alat alat pertanian. Pada waktu waktu kapan
tenaga kerja dan alat alat pertanian banyak/sering atau kurang diperlukan.
Untuk usaha tani yang luas lebih mudah mengkombinasikan tenaga kerja dan
alat alat pertanian.
e. Perencanaan biaya. Anggaran/biaya usaha tani terdiri dari taksiran
pengeluaran total dan taksiran penerimaan total yang disusun untuk jangka
waktu pendek atau panjang.
Memberikan dasar dasar untuk perbaikan usaha tani.
Berfungsi sebagai peringatan atau penelitian rencana usaha. Perencanaan
dituangkan dalam bentuk rencana usaha anggota, rencana usaha kelompok
dan rencana usaha bersama.
1.2 Pengaturan
Untuk membantu setiap petani dalam rangka pengaturan gunakan langkah
langkah sebagai berikut :
a. Teliti kondisi usaha tani. Petani mencatat dimana, bagaimana dan kapan
tanaman yang bermacam-macam diusahakan, bagaimana cara pengusahaan
ternak.
b. Variasi dalam besarnya laba. Mengatur penggunaan sarana produksi dan
tenaga kerja. Beberapa tanaman bersaing dalam dalam penggunaan tenaga
kerja dan tempat. Beberapa tanaman bersifat cocok untuk ditanam bersama
sama dan beberapa bersifat untuk ditanam saling menyusul. Pengaturan uang
tunai yang digunakan untuk usaha baik modal sendiri maupun kredit. Hal ini
dapat untukmembandingkan keuntungan dari berbagaimacam kombinasi
tanaman.
c. Perubahan dalam faktor-faktor sosial ekonomi petani, kelompok tani dan
gabungan kelompok tani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan
kesibukan-kesibukan masyarakat, seperti perbaikan irigasi, drainase, dan
sebagainya. Perubahan faktor tata niaga, harga dan lainnya.
d. Analisa data input output pada cabang usaha tani petani/kelompok
tani/gapoktan diharuskan mempunyai catatan input output.cara mencatat
input output ini dijelaskan dalam bab yang lain.
e. Pembagian tugas dalam kelompok/gabungan kelompok dalam organisasi
kelompok/gapoktan perlu dibuatkan seksi-seksi, sekretaris dan bendahara.
Seksi bertugas dalam menjalankan salah satu kegiatan dari
kelompok/gabungan kelompok seperti seksi pemasaran, seksi sarana
produksi, seksi simpan pinjam dan lainnya. Sekretaris bertugas menjalankan
fungsi administrasi kelompok dan bendahara bertugas menjalankan
pembukuan keuangan kelompok/gapoktan, cara pencatatan administrasi dan
pembukuan keuangan dijelaskan dalam bab yang lain.
1.3 Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam usaha taninya memimpin pelaksanaan
kegiatan untuk usaha taninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari
keluarga. Sebagai seorang manager menggerakkan tenaga memperlancar proses
produksi tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh pelaksanaan kegiatan usaha tani
tersebut. Ketua kelompoktani/gapoktan sebagai manager dalam kelompoknya
memimpin pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dengan dibantu oleh seluruh
pengurus sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan
administrasi dan Bendahara mencatat semua pengeluaran dan pemasukan
kelompok. Dalam prosesproduksi bisa terjadi penyimpangan atau gangguan
seperti serangan hama/penyakit,maka perlu dilakukan pertemuan
kelompok/gapoktan untuk bersama sama menanggulanginya. Dalam pengambilan
keputusan pilihan yang dipilih adalah alternative yang dapat memberikan
keuntungan yang paling menyenangkan sesuai dengan input yang tersedia serta
kemungkinan resiko yang timbul akibat pilihan tadi. Jadi sekali keputusan
diambil,maka pilihan tadi harus dilaksanakan dan sudah harus siap dengan resiko
yang timbul. Dengan dasar pengalaman masa lalu, maka keputusan yang diambil
diharapkan akan membuahkan keberuntungan.
1.4 Pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yang telah
dilaksanakan tersebut dapat memenuhi sasaran sasaran yang telah dibuat atau
belum. Apakah teerjadi penyimpangan,mengapa terjadi penyimpangan
tersebut,apakah ada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dalam proses
produksi. Di dalam kontrol perlu diciptakan system control yang tetap,ajeg
terhadap rencana yang dilaksanakan serta terus dilaksanakan pemantauan tehadap
kegiatan usaha tani. Hasil juga harus diukur apakah sesuai dengan yang
direncanakan. Dengan cara ini maka dalam system manajemen yang benar selalu
ada umpan balik dari control kea rah rencana yang telah dipilih berdasarkan
informasi informasi baru. Pencatatan data dalam suatu pembukuaan adalah salah
satu system control yang perlu dilaksanakan untuk dipakai sebagaai umpan balik
yang berkesinambungan tanpa data,suatu bisnis dapat diibaratkan seperti kapal
tanpa kompas. Keempat fungsi manajemen harus dilaksanakan agar usaha tani
dapat berhasil dengaan baik.
3. Usaha tani
Menurut Mosher (1987), usaha tani adalah bagian dari permukaan bumi dimana
suatu petani atau suatu keluarga tani atau badan-badan tertentu bercorak tanam dan
memelihara ternak. Mubyarto (1989), menegaskan bahwa usaha tani merupakan
himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu di perlukan untuk
produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah, air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan
atas tanah itu, sinar matahari dan bangunan – bangunan yang di bangun diatas tanah
tersebut.
Menurut Hermanto (1991), dari faktor produksi meliputi lahan, tenaga kerja,
modal, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat teknologi yang dapat menentukan
keberhasilan usaha tani, sedangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan
usaha tani adalah ketersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek
pemasaran hasil dan bahan usaha tani (produk, harga hasil, harga saran produksi lain,
fasilitas kredit dan sarana penyalur hasil).
B. Kajian Empiris
Setiyanto (2008) meneliti tentang Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan
usaha tani Jagung (Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati,
Provinsi Jawa Tengah) Berdasarkan rasio NPM dan BKM setiap faktor produksi usaha
tani jagung baik lahan sawah maupun lahan tegalan menunjukkan bahwa penggunaan
factor produksi tidak efisien. Pada usaha tani jagung lahan sawah penggunaan faktor
produksi yang masih kurang adalah benih, pupuk TSP, pupuk urea dan herbisida
sedangkan faktor produksi pupuk kandang, insektisida dan tenaga kerja melebihibatas
optimal. Sementara itu, pada usaha tani jagung lahan tegalan penggunaanfaktor
produksi yang masih kurang adalah luas lahan, benih, pupuk TSP, pupuk urea, pupuk
kandang, obat pertanian. Sebaliknya, faktor produksi tenaga kerja melebihi batas
optimal. Berdasarkan analisis pendapatan usaha tani jagung, pendapatan usaha tani
jagung, baik pendapatan tunai maupun pendapatan total di lahan sawah relatif lebih
besar dibandingkan lahan tegalan. Hal ini dikarenakan hasil produksi usaha tani jagung
lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan.Namun, jika dilihat dari
struktur biaya, biaya usaha tani baik biaya tunai maupunbiaya yang diperhitungkan di
lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan. Hal ini disebabkan
pemakaian tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar
keluarga di lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan. Jika dilihat dari
rasio R/C, usaha tani jagung lahan sawah maupun lahan tegalan menguntungkan (rasio
R/C >1). Namun demikian,rasio R/C lahan tegalan lebih tinggi dibandingkan rasio R/C
lahan sawah. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tani jagung lahan tegalan lebih efisien
dibandingkan usaha tani jagung lahan sawah.
Samsurianti (2014) Meneliti tentang Analisis Pemasaran Jagung (Studi Kasus
Desa Marakoya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi
Selatan) menunjukan bahwa saluran pemasaran komoditi jagung yang ada di
DesaMarayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto terdiri dan dua saluran
yaitu : (1) petani - pedagang besar - konsumen dan (2) petani – pedagang – pengumpul
- pedagang besar - konsumen. Margin pemasaran jagung pada saluran pemasaran I
adalah Rp 650/kg dan saluran pemasaran II adalah Rp 908/kg. Persentase pola
kemitraan yang terjadi adalah, pola dagang umum 64,91 % dan Pola Kerjasama
Operational Agribisnis (KOA) 35,09 %.
Hasil penelitian Lau (2014) meneliti tentang “Keragaan Kelayakan Finansial
Usaha Sayuran Organik dan Strategi Pemasaran Pada Kebun Agribisnis ‘Semangat’ Di
Desa Oemasi Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang” menunjukan bahwa hasil
analisis non finansial ditinjau dari aspek teknis, aspek lingkungan, aspek manajemen
operasi, aspek pasar, dapat diterima atau layak diusahakan. Untuk aspek finansial,
usaha sayuran organik selama periode waktu empat tahun pada kebun Agribisnis
“Semangat” Desa Oemasi Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang dapat diterima
atau layak secara finansial. Nilai NPV positif yaitu sebesar ( Rp 3.086.229,42), IRR
lebih besar 14 persen (IRR = 19,71 persen atau lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku), Net B/C yang diperoleh pada tingkat suku bunga 14 persen adalah
sebesar 1,02. Pengembalian modal pada usaha sayuran organik adalah 1,31 tahun.
Fabiola (2017) meneliti tentang Analisis Finansial Usaha tani Jagung Pada
Zona Agroekologi Iiiay Di Timor Barat menunjukan bahwa hasil perhitungan
pendapatan usaha tani jagung per hektar dilokasi penelitan mengalami keuntungan
setiap periode tanam. Besarnya pendapatan Rp. 1.463.685,37 ditahun 2011 menurun
menjadi Rp. 1.214.395,59 ditahun 2012 dan ditahun 2013 meningkat menjadi Rp.
1.247.331,27 dan ditahun 2014 meningkat menjadi Rp. 1.681.445,77 dan pada tahun
2015 menurun menjadi Rp. 1.395.886,86. analisis kelayakan finansial menggunakan
kriteria NPV, Net B/C dan Gross B/C usaha tani jagung dengan luas lahan 1 hektar
menunjukan kondisi layak dijalankan jika dilihat dari hasil analisis kriteria investasi
yang telah dilakukan dengan memperhitungkan umur usaha tani selama lima tahun
menunjukan nilai NPV positif yaitu sebesar Rp. 4.653.799,07. Nilai ini mengartikan
bahwa keuntungan yang diperoleh oleh petani responden selama lima tahun dengan
tingkat discount rate 12%. Nilai NPV lebih besar dari nol, maka Usaha tani yang
dilakukan layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C sebesar 1. Nilai ini mengartikan
bahwa setiap biaya yang di keluarkan sebesar Rp. 1,00 memperoleh manfaat yang
sama yaitu sebesar Rp. 1,00. Nilai Net B/C sama dengan 1,sehingga menurut kriteria
investasi layak untuk dijalankan. Gross B/C sebesar 1,234. Nilai ini mengartikan bahwa
setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam usaha tani mampu menghasilkan
manfaat kotor sebesar Rp. 1,237. Gross B/C lebih besar dari 1, sehingga menurut
kriteria investasi layak untuk dijalankan.
Hasil penelitian Wali (2016) meneliti tentang “Analisis Kelayakan Finansial
Usaha tani Jagung Di Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang”
menunjukan bahwa keuntungan ekonomi usaha tani jagung di kecamatan Amabi Oefeto
Timur kabupaten Kupang skala rata rata profit sebesar Rp. 4.775.454,54 per orang dan
Rp. 2.340.149,89 per hektar . Hasil analisis kelayakan financial di kecamatan Amabi
Oefeto Timur dengan tingkat suku bunga 12%, menunjukan bahwa investasi yang
ditanam sampai 5 tahun mendatang akan memperoleh manfaat bersih dinilai saat ini
sebesar Rp 11.330.269,40. Nilai IRR yakni 137,20 % nilai IRR ini lebih besar dari
suku bunga bank yang berlaku yakni 12% sehingga menunjukan bahwa
menginvestasikan modal untuk usaha tani jagung lebih menguntungkan dibandingkan
dengan mendepositokannya ke bank. Nilai net B/C ratio sebesar 28,65 yang merupakan
perbandingan antara total nilai saat ini dari penerimaan yang bersifat positif ( net
benefit positif ) dengan total nilai saat ini dari penerimaan yang bersifat negatif ( net
benefit negatif ).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari merumuskan masalah sampai
menarik kesimpulan (Purwanto, 2008:45). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif karena data yang diambil menggunakan metode survey untuk
pengumpulan datanya. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder,
yang mana data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan data sekunder diperoleh dari instansi
(BPS Provinsi NTT, BPS Kabupaten Sabu Raijua, Kantor Desa Lobodei, Kantor
Kecamatan Sabu Timur) maupun literatur/buku-buku yang terkait dengan penelitian ini.
Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi
dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Selanjutnya
dilakukan analisis finansial yang merupakan pemeriksaan perhitungan untuk
mengetahui apakah usaha tani yang dijalankan ini layak atau tidak dengan
menggunakan alat analisis yakni Net Present Value (NPV). NPV (Net Present Volue)
adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur suatu proyek.
Apabila usaha tani jagung tersebut layak maka usaha ini siap direkomendasikan atau
terus dijalankan, sedangkan apabila usaha tani tersebut tidak layak maka harus
mengadakan perbaikan dan efisiensi terhadap biaya yang dikeluarkan.
Pengambilan data akan dilaksanakan di Desa Lobodei, Kecamatan Sabu Timur
Kabupaten Sabu Raijua dari bulan Juli sampai Agustus 2021.
B. Variabel Penelitian
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Identitas responden, yang meliputi nama,
Umur, yaitu usia responden pada saat penelitian dilakukan dan dinyatakan
dalam tahun, dengan ketentuan bila usianya melebihi enam bulan ke atas.
Variabel ini diukur dengan skala ratio.
Tingkat pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh
responden di bangku sekolah formal yakni: SD, SMP, SMA dan perguruan
tinggi. Variabel ini diukur dengan skala ordinal.
Pendidikan non formal adalah jenis pelatiahn, kursus, atau penyuluh yang telah
diikuti oleh responden yakni: 1 kali, 2 kali, 3 kali dan seterusnya. Variabel ini
diukur dengan skala ordinal.
Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang
kebutuhannya di tanggung oleh petani tersebut. Variabel ini diukur dengan skala
rasio (orang).
2. Luas lahan garapan adalah luas lahan yang digunakan untuk usahatani jagung.
Variabel ini diukur dengan skala ratio (are)
3. Orientasi petani jagung yang diusahakan petani apakah hanya dipasarkan
(komersial), sebagian usahatani dijual dan sebagian dikonsumsi (semi komersial),
atau semua hasil usahatani digunakan hanya untuk konsumsi keluarga (subsistem).
4. Biaya investasi yang termasuk biaya investasi adalah biaya lahan dan biaya
pengadaan alat-alat pertanian, biaya lahan didekati dengan biaya harga sewa lahan.
Sedangkan biaya pengadaan alat dan lain-lain didekati dengan menggunakan biaya
overhead/ Biaya penyusutan diperhitungkan terhadap pengadaan mesin (hand
traktor dan mesin dinamo) dan peralatan pertanian seperti cangkul-cngkul, parang,
sabit, pacul, linggis dan peralatan lainnya. Variabel ini diukur dengan skala ratio
(Rp)
5. Biaya lain-lain adalah pengerluaran biaya-biaya kecil tetapi jenisnya banyak.
Variabel ini diukur dengan skala ratio (Rp)
6. Biaya operasional yaitu keseluruhan biaya yang dialokasikan untuk seluruh
kegiatan operasional usahatani jagung yang meliputi biaya tenaga kerja (mulai dari
persiapan lahan tanam, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama
dan penyakit, pengairan dan pemeliharaan tanaman lainnya sampai panen dan
pascapanen dan biaya pemasaran) yang diperhitungkan berdasarkan tingkat upah
yang berlaku setempat, serta biaya lainya yang diprhitungkan terkait dengan
usahatani jagung. Variabel ini diukur dengan skala ratio (Rp/Ha)
7. Manfaat proyek atau usaha adalah nilai manfaat dari usahatani jagung yang
meliputi keseluruhan penerimaan dan pendapatan dari penjualan hasil produksi
baik yang telah dihasilkan. Variabel ini diukur dengan (Rp/Ha)
8. Keuntungan mutlak yaitu kelebihan seluruh penerimaan/hasil penjualan sesudah
dikurangi seluruh pengeluaran yang diukur dengan skala ratio (Rp).
9. Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari arus yang
masuk dan nilai sekarang dari arus yang keluar pada sebuah sebuah waktu periode.
Variabel ini diukur dengan skala ratio (%).
10. Penerimaan adalah nilai dari produk usahatani yang terima petani atau total
produksi dikali dengan harga jagung yang berlaku ditingkat petani. Variabel ini
diukur dengan skala ratio (Rp).
11. Pendapatan adalah jumlah penerimaan yang dikurang dengan total biaya produksi.
Variabel ini diukur dengan skala ratio (Rp).
12. Kelayakan finansial adalah analisis tentang penerimaan dan biaya-biaya yang
terdiri dari biaya investasi aktiva tetap dan biaya variabel.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan
data (Suharsimi Arikunto, 2006:149). Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah intrumen pokok dan instrumen penunjang. Intrumen pokok adalah
manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang adalah pedoman observasi dan
pedoman wawancara.
1. Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai
instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami
serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut Moleong (2007:
168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen
mencakup sebagai berikut:
a. Responsif, manusia responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-
pribadi yang menciptakan lingkungan.
b. Dapat menyesuaikan diri, manusia dapat menyesuaikan diri pada keadaan
dan situasi pengumpulan data.
c. Menekankan keutuhan, manusia memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya
dan memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan, jadi sebagai konteks yang
berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan
kehidupannya sebagai sesuatu yang real, benar, dan mempunyai arti.
d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, manusia sudah mempunyai
pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam mengadakan penelitian dan
memperluas kembali berdasarkan pengalaman praktisnya.
e. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan,
manusia memiliki kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang
dipahami oleh subjek atau responden.
f. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan
disinkratik, manusia memiliki kemampuan untuk menggali informasi yang
lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula, yang tidak diduga
sebelumnya, atau yang tidak lazim terjadi.
g. Memproses data secepatnya, manusia dapat memproses data secepatnya
setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri atas
dasar penemuannya, merumuskan hipotesis kerja ketika di lapangan, dan
mengetes hipotesis kerja itu pada respondennya.
2. Untuk membantu peneliti sebagai instrumen pokok, maka peneliti membuat
instrumen penunjang. Dalam penyusunan instrumen penunjang tersebut, pemilihan
metode yang akan digunakan peneliti ditentukan oleh tujuan penelitian, sampel
penelitian, lokasi, pelaksana, biaya dan waktu, dan data yang ingin diperoleh. Dari
tujuan yang telah dikemukakan tersebut, dalam penelitian ini menggunakan metode
wawancara dan observasi. Setelah ditentukan metode yang digunakan, maka
peneliti menyusun instrumen pengumpul data yang diperlukan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan berupa daftar pertanyaan terkait subjek dan
objek dalam penelitian ini, dan alat perekam yang terdiri dari kamera, video dan
perekam suara untuk mempermudah penulis dalam pengumpulan data ketika
melakukan wawancara.
F. Teknik Analisis
Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi
dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan:
1. Untuk menjawab tujuan pertama yaitu untuk mengetahui berapa besar tingkat
pendapatan usahatani jagung maka digunakan analisis pendapatan yakni :
a. Total Biaya (total cost)
Menurut Soedarsono (1995), total biaya dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC : Total biaya (Rp)
TFC : Total biaya tetap (Rp)
TVC : Total biaya variabel (Rp)
b. Penerimaan (revenue)
Menurut Soekirno (2002), untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh
dapat menggunakan rumus :
TR = P . Q
Keterangan :
TR : Total penerimaan (Rp)
P : Harga jual produk (Rp)
Q : Jumlah total produk yang dihasilkan
c. Pendapatan (income)
Menurut Mubyarto (1994), untuk mengetahui jumlah penerimaan yang
diperoleh dapat menggunakan rumus :
I = TR – TC
Keterangan :
I : Pendapatan (Rp)
TR : Total penerimaan (Rp)
TC : Total biaya (Rp)
2. Untuk menjawab tujuan kedua yaitu untuk mengetahui kelayakan finansial
usahatani jagung digunakan kriteria investasi:
a. Nilai Net Present Value
NPV (Net Present Volue) adalah kriteria investasi yang banyak digunakan
dalam mengukur suatu proyek. Perhitugan Net Present Volue merupakan net
benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity of capital
(SOCC) sebagai discount faktor. Perhitungan berdasarkan antara nilai total
penerimaan bersih sekarang dari pada benefit dengan nilai total biaya sekarang
atau present value dari pada biaya.
Secara matematis dapat dinyatakan dengan rumus :
Usaha Tani
Jagung
Faktor Produksi
Produksi
Pendapatan
Analisis Kelayakan
Finansial :
Layak Tidak
Net Present Value
(NPV) Layak
Anonim. 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sabu Raijua 2014. Kecamatan Sabu Timur
dalam angka. BPS. Kabupaten Sabu Raijua
Anonim. 2015. Badan Pusat Statistik Indonesia 2015. Indonesia dalam angka 2015. Diakses
melalui situs web
https://www.bps.go.id/publication/2015/08/12/5933145e1d037f5148a67bac/statistik
-indonesia-2015.html
Anonim. 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sabu Raijua 2015. Kecamatan Sabu Timur
dalam angka. BPS. Kabupaten Sabu Raijua
Anonim. 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sabu Raijua 2015. Kabupaten Sabu Raijua
dalam angka. BPS. Kabupaten Sabu Raijua
Anonim. 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sabu Raijua 2016. Kabupaten Sabu Raijua
dalam angka. BPS. Kabupaten Sabu Raijua
Anonim. 2017. Badan Pusat Statistik NTT 2017. NTT dalam angka, diakses melalui situs
web https://www.bps.go.id/brs/view/id/1030. BPS. Kupang
Anonim. 2019. Badan Pusat Statistik Indonesia 2019. Indonesia dalam angka 2019. Diakses
melalui situs web
https://www.bps.go.id/publication/2019/07/04/daac1ba18cae1e90706ee58a/statistik-
indonesia-2019.html.
Fabiola, Y. 2017. Analisis Finansial Usahatani Jagung Pada Zona Agroteknologi IIIay di
Timor Barat. Skripsi Faperta Undana Kupang.
Gittinger, J. Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah
Slamet
Gray, C. Simanjuntak, 1992. Pengantar evaluasi proyek. Gramedia. Jakarta
Hernanto. 1991. Ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Jakarta.
Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta.
Kadariah et, al. 1987. Evaluasi Proyek (Analisa Ekonomis). Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press. Sutomo dan Komet Mangiri, Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia Press.
Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat . Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Lau, Y. Diana. 2014. Keragaan Kelayakan Finansial Usaha Sayuran Organik dan Strategi
Pemasaran Pada Kebun Agribisnis “Semangat” di Desa Oemasi Kecamatan
Nekamese Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana Kupang.
Levis, L. Rafael. 2013. Metode Peenelitian Perilaku Petani. Penerbit Ledalero. Maumere
Mardikanto.1993. Penyuluhan pembangunan pertanian. Surakarta
Mosher, 1987. Menggerakan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mubyarto. 1994. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES, Jakarta.
Samsurianti. 2014. Analisis Pemasaran Jagung (Studi Kasus Desa Marakoya, Kecamatan
Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan)
Setiyanto, A. 2008. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan usahatani Jagung (Studi
Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah)
Soedarsono, H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-press
Soekirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan keempat belas.rajawali press:
Jakarta.
Soeprapto. 2000. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya Jakarta
Wali, P. Hungu. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Jagung di Kecamatan Amabi
Oefeto Timur kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana Kupang