DISUSUN OLEH :
Kelas : 5KID
Dosen Pembimbing : Ir. Selastia Yuliat,M.Si.
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Pengendalian Proses.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian,
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Nur Oktavia
2
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pengertian Pengeringan (Dryer).........................................................................5
2.2 Klasifikasi Dryer................................................................................................5
2.3 Kegunaan Dryer...............................................................................................11
2.4 Dryer yang Sering digunakan dalam Dunia Industri........................................12
2.5 Prinsip-prinsip Pengeringan.............................................................................16
2.6 Laju Pengeringan.............................................................................................16
2.7 Tekanan Uap Air Dan Kelembaban.................................................................20
BAB 3. PENUTUP................................................................................................31
3.1 Kesimpulan......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
BAB 1. PENDAHLUAN
3
1.1 Latar Belakang
Drying adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai
rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Atau pada oengertian lain,
Drying merupakan salah satu proses pengambilan sejumlah cairan yang
terkandung didalam suatu bahan (padatan) dengan menggunakan medium berupa
gas atau udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga kandungan cairan
menjadi berkurang karena menguap. Drying banyak digunakan dalam berbagai
macam industri, baik industri besar maupun kecil.
Proses pengeringan zat padat merupakan salah satu operasi teknik
kimia yang paling banyak dijumpai di industri terutama pada industri bahan
makan. Pada industri ini pengeringan bertujuan untuk permurnian bahan yang
dihasilkan agar lebih awet , karena mikroba tidak dapat hidup dengan kondisi
yang kering selain itu juga agar lebih mudah dalam pengemasan.
Dalam mempelajari proses pengeringan perlu memperhatikan beberapa
yang harus dianggap sebagai satu kesatuan yaitu variasi bentuk dan ukuran
bahan, jenis bahan serta metode pemberian kalor yang diperlukan untuk
penguapan, dari hal tersebut dapat ditentukan kondisi fisik bahan dan operasi.
Pertimbangan utama pada pemilihan alat pengeringan adalah
kemudahan operasi dan kemampuan menghasilkan produk yang dikehendaki
dalam bentuk dan kecepatan yang diperlukan. Pemilihan yang tepat akan
mampu menekan biaya operasional pengeringan. Pengeringan biasanya
merupakan langkah terakhir dari sederatan operasi.
1.2 Tujuan
1. Mengeringkan bahan padat dengan mengalirkan udara panas dari listrik.
2. Menentukan laju pengeringan
3. Dapat mengoperasikan dengan alat dryin
BAB 2. PEMBAHASAN
4
2.1 Pengertian Pengeringan (Drying)
Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat
cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam
zat padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima. Pengeringan
biasanya merupakan alat terakhir dari sederetan operasi, dan hasil pengeringan
biasanya siap untuk dikemas.(McCabe, 2002).
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan
ke bahan lain. Ada bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama sekali
(bone dry). Pada umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai
air terikat. Kandungan air dalam suatu bahan dapat dinyatakan atas dasar basah
(% berat) atau dasar kering, yaitu perbandingan jumlah air dengan jumlah bahan
kering.
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam
hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban
nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan. Kemampuan udara membawa uap
air bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi udara pengering
dengan udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu faktor yang mempercepat
proses pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang mengalir. Udara yang
tidak mengalir menyebabkan kandungan uap air di sekitar bahan yang dikeringkan
semakin jenuh sehingga pengeringan semakin lambat.
5
Gambar 2.2-1. Rak baki pengering
Keunggulan:
1. Laju pengeringan lebih cepat
2. Kemungkinan terjadinya over drying lebih kecil
3. Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan yang
dikeringkan.
Kelemahan:
1. Kecenderungan tray terbawah panas dan tray teratas kurang panas
2. Efisiensi rendah
Keunggulan:
1. Penguapan lebih cepat pada tekanan rendah daripada tekanan tinggi
2. Digunakan untuk bahan yang peka terhadap suhu atau mudah teroksidası
3. Waktu pengeringan cepat
4. Temperatur rendah
5. Energi yang digunakan sedikit
6
Kelemahan:
1. Biaya operasional relatif mahal
Gambar 2.2-2. Pengering terowongan kontinu: (a) truk pengering terowongan dengan
aliran udara berlawanan arah, (b) pengering konveyor layar sirkulasi
7
Keunggulan:
1. Cocok skala besar
2. Mudah pengoperasian karena produk bergerak seperti fluida
Kelemahan:
1. Energi listrik besar karena kecepatan udara tinggi
2. Partikel padatan tidak terpisah sempurna
3. Tidak dapat mengolah bahan yang lengket
Keunggulan :
1. Bisa untuk mengeringkan luar dan dalam dari padatan
2. Efisensi tinggi dan instalasi mudah
3. Menggunakan daya listrik kecil
4. Proses pencampuran baik dan seragam
5. Mudah di operasikan
Kelemahan :
1. Susah perawatan
2. Efisiensi rendah
3. Karakteristik produk yang tidak konsisten
4. Alat bisa erosi terhadap material tertentu
8
2.2.5. Pengering Drum
Pengering drum terdiri dari gulungan logam panas yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2-4, di bagian luarnya lapisan tipis cairan atau bubur diuapkan hingga
kering. Padatan kering timah dikerok dari gulungan, yang berputar perlahan.
Pengering drum cocok untuk menangani bubur atau pasta padatan dalam suspensi
halus dan untuk larutan. Drum berfungsi sebagian sebagai evaporator dan juga
sebagai pengering. Variasi lain dari jenis drum tunggal adalah drum berputar
kembar dengan dip feeding atau dengan top feeding ke dua drum. Bubur kentang
dikeringkan menggunakan pengering drum, untuk menghasilkan serpihan
kentang.
Keunggulan :
1. Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu padatan
2. Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya atrisi
3. Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses
pengeringan bahan yang seragam/merata
4. Efisiensi panas tinggi
5. Operasi sinambung
6. Instalasi yang mudah
7. Menggunakan daya listrik yang sedikit
Kelemahan :
1. Dapat menyebabkan reduksi kuran karena erosi atau pemecahan
2. Karakteristik produk kering yang inkonsisten
3. Efisiensi energi rendah
4. Perawatan alat yang susah
5. Tidak ada pemisahan debu yang jelas
9
Tetesan halus terbentuk dari umpan cairan oleh nozel semprot atau disk
semprot berputar berkecepatan tinggi di dalam ruang silinder, seperti pada
Gambar 2.2-5. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa tetesan atau partikel
basah padatan tidak mengenai dan menempel pada permukaan padat sebelum
pengeringan terjadi. Oleh karena itu, ruang besar digunakan. Padatan kering
meninggalkan di bagian bawah ruangan melalui konveyor sekrup. Gas buang
mengalir melalui pemisah siklon untuk menghilangkan butiran halus. Partikel
yang dihasilkan biasanya ringan dan cukup berpori. Susu bubuk kering dibuat dari
susu yang dikeringkan dengan semprotan.
Keunggulan:
1. Kapasitas pengeringan besar dan proses pengeringan terjadi dalam
waktu yang sangat cepat. Kapasitas pengeringan mencapai 100 ton/jam.
2. Tidak terjadi kehilangan senyawa volatile dalam jumlah besar (aroma)
3. Cocok untuk produk yang tidak tahan pemanasan (tinggi protein)
4. Memproduksi partikel kering dengan ukuran, bentuk, dan kandungan
air serta sifat-sifat lain yang dapat dikontrol sesuai yang diinginkan
5. Mempunyai kapasitas produksi yang besar dan merupakan system
kontinyu yang dapat dikontrol secara manual maupun otomatis
Kelemahan:
1. Memerlukan biaya yang cukup tinggi
2. Hanya dapat digunakan pada produk cair dengan tingkat kekentalan
tertentu
3. Tidak dapat diaplikasikan pada produk yang memiliki sifat lengket
karena akan menyebabkan penggumpalan dan penempelan pada
permukaan alat
10
2.2.7. Pengeringan Tanaman dan Biji-bijian
Dalam pengeringan biji-bijian dari panen, grian mengandung sekitar 30
sampai 35% kelembaban dan untuk penyimpanan yang aman selama sekitar 1
tahun harus dikeringkan sampai sekitar 13% berat kelembaban (HI). Pengering
aliran kontinu tipikal ditunjukkan pada Gambar 2.2-6. Di tempat pengering,
ketebalan lapisan biji-bijian adalah 0,5 m atau kurang, yang dilalui oleh udara
panas. Udara yang tidak dipanaskan di bagian bawah mendinginkan biji-bijian
kering sebelum pergi. Jenis lain dari pengering tanaman dan tempat penyimpanan
dijelaskan oleh Hall (H1).
Keunggulan:
1. Bahan menjadi lebih tahan lama disimpan
2. Volume bahan menjadi kecil
3. Mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan
4. Mempermudah transport
5. Biaya produksi menjadi murah
Kelemahan:
1. Sifat asal bahan yang dikeringkan berubah (bentuk dan penampakan
fisik/kimia, penurunan mutu dll)
2. Perlu pekerjaan tambahan untuk menghindari di atas
11
Dalam kasus sornc air dapat dihapus secara mekanis dari bahan padat
dengan menekan. sentrifugal. dan metode lainnya. Ini lebih murah daripada
pengeringan dengan cara termal untuk menghilangkan air, yang akan dibahas di
sini, Kadar air Dari produk kering akhir bervariasi tergantung pada Prcxluct.
Garam kering mengandung sekitar 0,5% air. batubara tentang dan banyak tentang
Pengeringan biasanya merupakan langkah pemrosesan akhir sehingga kemasan
dan membuat banyak bahan. seperti bubuk sabun dan pewarna, lebih cocok untuk
penanganan.
Pengeringan atau dehidrasi bahan biologis, terutama makanan, digunakan
sebagai teknik prescr • vation Mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan
dan pembusukan tidak dapat tumbuh dan berkembang biak tanpa adanya air. Juga.
banyak enzim yang menyebabkan perubahan kimia dalam menambahkan bahan
biologis lainnya fungsi kano tanpa air. Ketika kandungan air rcduced di bawah
sekitar 10 Wt mikroorganisme tidak aktif. Namun. Biasanya perlu untuk
menurunkan kadar air di bawah 5 wt% dalam makanan untuk menjaga rasa dan
nutrisi. Makanan kering dapat disimpan untuk waktu yang lama,
Beberapa bahan biologis dan obat-obatan, yang mungkin tidak dipanaskan
(Atau pengeringan biasa, dapat dikeringkan beku seperti yang dibahas dalam
Bagian 9.11. Juga, dalam Bagian 9.12, sterilisasi makanan dan bahan biologis
lainnya dibahas. yang merupakan metode lain yang sering digunakan untuk
melestarikan bahan-bahan tersebut.
12
dipanaskan oleh uap. Setelah sekitar tiga per empat dari titik putaran, produk
sudah kering dan dipindahkan dengan pisau/scraper statis. Produk kering
kemudian ditumbuk menjadi serpih atau bubuk. Pengeringan drum adalah salah
satu metode pengeringan yang paling hemat energi dan khususnya efektif untuk
mengeringkan cairan dengan viskositas tinggi atau bubur makanan.
13
Double drum dyer memiliki dua drum yang berputar terhadap satu sama lain
pada bagian atas. Gap antara dua drum akan mengontrol ketebalan lapisan bahan
yang diletakan pada permukaan drum. Twin drum dyer juga memiliki dua drum,
tetapi berputar berlawan satu sama lain pada bagian atas.
Diantara tiga jenis drum dryer, single dan double drum druer paling sering
digunakan untuk buah-buahan dan sayuran. Misalnya untuk keripik kentang
(single drumdryer) dan pasta tomat (double drum dryer). Sedangkan twin drum
druer digunakan untuk pengeringan bahan yang menghasilkan produk berupa
butiran/debu.
Untuk bahan yang sensitif terhadap panas, modifikasi dengan vakum drum
dryer dapat digunakan untuk mengurangi suhu/panas pengeringan. Vakum drum
dryer pada prinsipnya mirip dengan drum dryer, hanya drum tertutup dalam ruang
kedap udara/vakum.
14
Metode Feeding
Metode penyaluran bahan produk pada permukaan drum berbeda-beda, tergantung
pada susunan drum, konsentrasi zat padat, viskositas, dan kemampuan membasahi
pada bahan. Untuk skala industri, pengeringan drum menggunakan 5 metode
penyaluran bahan (feeding) yaitu, roll feed, nip feed, pencelupan, penyemprotan,
dan percikan.
15
4. Buah dan sayuran
5. Pure kentang
6. Pati masak
Jika mula-mula bahan sangatlah basah bila dikontakkan dengan udara yang
relatif kering maka akan terjadi penguapan air yang ada pada permukaan bahan
tersebut.
Rumus laju pengeringan massa menurut Treybal,1995 dinyatakan:
−Ss dX
N=
A dƟ
Keterangan:
16
N = laju pengeringan (Lb H2O yang diuapkan / jam ft2 )
Ss = berat bahan kering (lb)
A = Luas permukaan pengeringan (ft2 )
X = moisture content dry basis (lb H2O / lb bahan kering)
Θ = waktu (jam)
Keterangan :
D’v = free moisture
S = setengah tebal bahan yang dikeringkan
X = kadar air yang teruapkan
Persamaan ini menunjukkan bahwa bila difusi menjadi faktor penentu, laju
pengeringan berbending lurus dengan kandungan free moiture dan berbanding
terbalik dengan pangkat dua ketebalan. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika
waktu dipetakan terhadap kandungan free moisture akan didapatkan garis lurus
dan D’v dapat dihitung dari gradiennya. (Treyal R E. 1981) 2.8.
17
Faktor yang mempengaruhi laju pengeringan
A Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan
dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
18
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan
bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
D Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
E Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi
dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir
19
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan
tekanan uap.
Humidifikasi melibatkan transfer fase cair ke dalam campuran gas udara dan
uap air. Dehumidifikasi melibatkan transfer terbalik, dimana uap air dipindahkan
dari keadaan uap ke keadaan cair. Humidifikasi dan dehumidifikasi juga dapat
merujuk pada campuran uap bahan seperti benzena, tetapi sebagian besar aplikasi
praktis terjadi dengan air. Untuk lebih memahami kelembaban, pertama-tama
perlu membahas tekanan uap air.
2. Tekanan uap air dan keadaan fisik. Air murni dapat eksis dalam tiga keadaan
fisik yang berbeda: es padat, cair, dan uap. Keadaan fisik di mana ia ada
tergantung pada tekanan dan suhu.
Cairan dan uap berada dalam kesetimbangan di sepanjang garis AB, yang
merupakan garis tekanan uap air. Mendidih terjadi ketika tekanan uap air sama
dengan tekanan total di atas permukaan air. Sebagai contoh, pada 100°C (212°F)
tekanan uap air adalah 101,3 kPa (1,0 atm), dan karena itu air akan mendidih pada
tekanan 1 atm. Pada 65,6°C (150°F), dari tabel uap di Lampiran A.2, tekanan uap
air adalah 25,7 kPa (3,72 psia). Jadi, pada 25,7 kPa dan 65,6°C, akan mendidih.
20
Jika sebuah panci berisi air ditahan 65,6°C dalam sebuah ruangan pada tekanan
101,3 kPa abs, tekanan uap air akan kembali menjadi 25,7 kPa. Ini
menggambarkan properti penting dari
tekanan uap air, yang tidak dipengaruhi oleh adanya gas inert seperti udara; yaitu,
tekanan uap air pada dasarnya tidak tergantung pada tekanan total sistem.
kg H ₂O P A kg mol H ₂O 18.02 kg H ₂O 1
H = X X
kg dry air P−P A kg mol air kg mol H ₂ O 28.97 kg air/kg mo l air
18.02 P A
H= (9.3-1)
28.97 P−P A
Udara jenuh adalah udara di mana uap air berada dalam kesetimbangan
dengan air cair pada kondisi tekanan dan suhu tertentu. Dalam campuran ini
tekanan parsial uap air dalam campuran udara-air sama dengan tekanan uap air
murni pAs pada suhu tertentu. Oleh karena itu, kelembaban saturasi Hs adalah
21
18.02 P AS
Hs = (9.3-2)
28.97 P−P AS
H
H P = 100 (9.3-3)
HS
PA
H R= 100 (9.3-4)
P AS
H 18.02 P A 18.02 P AS P A P− A S
H P= 100 = (100) / = (100) (9.3-5)
HS 28.97 P−P A 28.97 P−P AS P AS P−P A
Tekanan Uap Udara dalam suatu ruangan berada pada 26,7°C (80 °F) dan
tekanan 101,325 kPa dan mengandung uap air dengan tekanan parsial p, = 2,76
kPa. Hitung berikut ini.
(a) Kelembaban, H.
Solusi: Dari tabel uap pada 26,7°C, tekanan uap air adalah Pas = 3,50 kPa (0,507
psia). Juga, P A = 2,76 kPa dan P A = 101,3 kPa (14,7 psia). Untuk bagian (a),
menggunakan Persamaan. (9.3-1),
18.02 P A 18.02(2.76)
H= = =0.01742 kg H₂O/kg air
28.97 P−P A 28.97(101.3−2.76)
22
Untuk bagian (b), menggunakan Persamaan. (9.3-2), kelembaban saturasi adalah
18.02 P AS 18.02(3.50)
HS = = =0.02226 kg H₂O/kg air
28.97 P−P AS 28.97(101.3−3.50)
H 100(0.017420)
H P= 100 = = 78,3 %
HS 0.02226
adalah
PA 100(02.76)
H R= 100 = = 78,9 %
H AS 3.50
4. Titik embun campuran uap. Suhu di mana campuran udara dan uap air tertentu
akan jenuh disebut suhu titik embun atau hanya titik embun. Misalnya, pada
26,7°C (80°F), tekanan uap jenuh air adalah Pas = 3,50 kPa (0,507 psia). Jadi,
titik embun campuran yang mengandung uap air yang memiliki tekanan parsial
3,50 kPa adalah 26,7°C. Jika campuran udara-uap air berada pada 37,8°C (sering
disebut suhu bola kering, karena ini adalah suhu sebenarnya yang ditunjukkan
oleh bola termometer kering dalam campuran ini) dan mengandung uap air p, =
3,50 kPa, campuran akan tidak menjadi jenuh. Pada pendinginan hingga 26,7°C,
udara akan jenuh, yaitu pada titik embun. Pada pendinginan lebih lanjut, sebagian
uap air akan mengembun, karena tekanan parsial tidak boleh lebih besar dari
tekanan uap jenuh.
5. Panas lembab campuran udara-uap air. Panas lembab cs jumlah panas dalam
J (atau kJ) yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg udara kering ditambah
uap air yang ada sebesar I K atau 1'C. Kapasitas panas udara dan uap air dapat
diasumsikan konstan selama rentang suhu yang biasanya ditemui pada 1,005
kJ/kg udara kering K dan 1,88 kJ/kg uap air K, masing-masing. Oleh karena itu,
untuk satuan SI dan bahasa Inggris,
[Dalam beberapa kasus cs akan diberikan sebagai (1,005 + 1,88H)10' J/kg K.]
23
6. Volume lembab campuran udara-uap air. Volume lembab vy adalah volume
total dalam m' dari 1 kg udara kering ditambah uap yang dikandungnya pada
101,325 kPa (1,0 atm) tekanan abs dan suhu gas yang diberikan. Dengan
menggunakan hukum gas ideal,
22.41 1 1
υ H mᶾ/kg dry air = TK( + ¿ H)
273 28.97 18.02¿
359 0 1 1
υ H ftᶾ/ Ib mdry air = T R( + H¿
492 28.97 18.02
=(0.0252 + 0.0405 H ) T 0R
7. Entalpi total campuran udara-uap air. Entalpi total 1 kg udara ditambah uap
airnya adalah H, J/kg atau kJ/kg udara kering. Jika T, adalah suhu datum yang
dipilih untuk kedua komponen, entalpi total adalah panas sensibel campuran
udara-uap air ditambah panas laten yang dilakukan dalam J/kg atau kJ/kg uap air
dari uap air pada To. Perhatikan bahwa (T - To)°C = (T - To) K dan entalpi ini
disebut air cair.
Jika entalpi total mengacu pada suhu dasar To sebesar 0°C (32°F), persamaan
untuk H y menjadi
8. Bagan kelembaban campuran udara-uap air. Bagan yang sesuai untuk sifat-
sifat campuran udara-uap air pada tekanan 1,0 atm abs adalah bagan kelembaban
pada Gambar 9.3-2. Dalam gambar ini kelembaban H diplot versus suhu aktual
campuran udara-uap air (suhu bola kering).
24
Kurva bertanda 100% berjalan ke atas ke kanan memberikan kelembaban
saturasi Hs sebagai fungsi suhu. Dalam Contoh 9.3-1, untuk 26,7℃ H S dihitung
sebagai 0,02226 kg H₂O/kg udara. Dengan memplot titik 26,7°C (80°F) dan Hs =
0,02226 pada Gambar 9.3-2, titik ini berada pada garis jenuh 100%.
Setiap titik di bawah saturasi mewakili uap air-udara tak jenuh. Garis
lengkung di bawah garis saturasi 100% dan berjalan ke atas ke kanan mewakili
campuran tak jenuh dengan persentase kelembaban tertentu Hp. Turun secara
vertikal dari garis saturasi pada suhu tertentu, garis antara saturasi 100% dan
kelembaban nol H (garis horizontal bawah) dibagi secara merata menjadi 10
peningkatan masing-masing 10%.
Udara yang memasuki pengering memiliki suhu (suhu bola kering) 60°C (140 F)
dan titik embun 26,7C (80 F). Dengan menggunakan bagan kelembaban, tentukan
kelembaban aktual H, persentase kelembaban Hp, panas lembab cs, dan volume
lembab dalam satuan SI dan Inggris.
Solusi: Titik embun 26,7°C adalah suhu ketika campuran yang diberikan berada
pada saturasi 100%. Mulai dari 26,7°C, Gambar 9.3-2, dan menggambar garis
vertikal sampai memotong garis untuk kelembaban 100%, kelembaban H =
0,0225 kg H₂O/kg udara kering dibaca dari plot. Ini adalah kelembaban udara
sebenarnya pada 60 ° C. Dinyatakan dengan cara lain, jika udara pada 60°C dan
memiliki kelembaban H = 0,0225 didinginkan, titik embunnya akan menjadi
26,7°C. Dalam satuan Inggris, H 0,0225 H₂0/lb udara kering.
25
26
Persamaan (9.3-6)
C S = 1.005 + 1.88(0.0225)
C S=0.24 + 0.45(0.0225)
Perhatikan proses yang ditunjukkan pada Gambar 9.3-3, di mana gas yang masuk
dari campuran uap air-udara dikontakkan dengan semprotan air cair. Daun gas
memiliki kelembaban dan suhu yang berbeda dan prosesnya adiabatik. Air
disirkulasikan kembali, dengan beberapa air rias ditambahkan.
Suhu air yang disirkulasikan kembali mencapai suhu keadaan tunak yang
disebut suhu saturasi adiabatik, Ts. Jika gas yang masuk pada suhu T memiliki
kelembaban H tidak jenuh, T, akan lebih rendah dari T. Jika kontak antara gas
yang masuk dan semburan tetesan cukup untuk membawa keseimbangan gas dan
cairan, udara yang keluar menjadi jenuh. Ts, memiliki kelembaban Hs.
Atau, menata ulang, dan menggunakan Persamaan. (9.3-6) untuk cs, H Hs 1,005
+ Cs
27
H−H S 0.24+1.88 H
= (English) (9.3-11)
T −T S ƛS
pada Gambar 9.3-2, yang melalui titik Hs dan T pada kurva saturasi 100% dan
titik-titik H dan T lainnya. Rangkaian garis ini, yang berjalan ke atas ke kiri,
disebut garis pelembapan adiabatik atau garis saturasi adiabatik. Karena cs
mengandung istilah H, garis adiabatik tidak cukup lurus ketika diplot pada grafik
kelembaban.
28
Solusi: bagian (a), titik H 0,030 dan T = 87,8°C terletak pada grafik kelembaban.
Kurva saturasi adiabatik melalui titik ini diikuti ke atas ke kiri sampai memotong
garis 90% pada 42,5 °C dan H = 0,0500 kg H,O/kg udara kering.
Untuk bagian (b), garis yang sama diikuti sampai kejenuhan 100%, dimana T =
40,5°C dan H 0,00505 kg H,O/kg udara kering.
Suhu saturasi adiabatik adalah suhu keadaan tunak yang dicapai ketika sejumlah
besar air dikontakkan dengan gas yang masuk. Suhu bola basah adalah suhu tidak
setimbang keadaan tunak yang dicapai ketika sejumlah kecil air dikontakkan
dalam kondisi adiabatik oleh aliran gas yang terus menerus. Karena jumlah cairan
kecil, suhu dan kelembaban gas tidak berubah, bertentangan dengan kasus saturasi
adiabatik, di mana suhu dan kelembaban gas berubah.
Metode yang digunakan untuk mengukur suhu bola basah diilustrasikan pada
Gambar 9.3-4, di mana termometer ditutup dengan sumbu atau kain. Sumbu tetap
basah oleh air dan direndam dalam aliran aliran udara-uap air yang memiliki suhu
T (suhu bola kering) dan kelembaban H. Pada keadaan tunak, air menguap ke
aliran gas. Sumbu dan air didinginkan hingga Ty dan tetap pada suhu konstan ini.
Panas laten penguapan benar-benar seimbang dengan panas konvektif yang
mengalir dari aliran gas di T ke sumbu pada suhu yang lebih rendah Tw.
Keseimbangan panas pada sumbu dapat dibuat. Suhu datum diambil pada
Tw.Jumlah panas yang hilang melalui penguapan, dengan mengabaikan
perubahan panas sensibel yang kecil dari cairan dan radiasi yang diuapkan, adalah
q = M A N A λW A (9.3-12)
29
di mana q adalah kW(kJ/s), M A adalah berat molekul air, N A adalah kg mol H₂O
penguapan/ S.m², A adalah luas permukaan m² dan ƛ W , adalah panas laten
penguapan pada T W dalam kJ/kg H₂O. Dalam satuan bahasa Inggris, q adalah
btu/h, N A adalah Ib mol/h.ft², dan ƛ W adalah btu/ Ib m H₂O. fluks N A adalah ·
Ky
NA = (yw-y) = k y ( y w − y ¿ (9.3-13)
X BM
H / MA
y= (9.3-14)
1/M B + H / M A
dimana M B adalah berat molekul udara dan M A adalah berat molekul H₂O.
Karena H kecil, sebagai aproksimasi,
H MB
Y≅ (9.3-15)
MA
q = M B K y λw ( H w - H)A (9.3-16)
q = h(T - T w )A (9.3-17)
H−H W h/ M B M Y
=- (9.3-18)
T −T W λW
30
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat
cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di
dalam zat padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima.
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas
perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian
bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama.
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan :
A. Luas Permukaan
B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
C. Kecepatan Aliran Udara
D. Tekanan Udara
E. Kelembapan Udara
31
DAFTAR PUSTAKA
32