Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PERPINDAHAN MASSA 2

DRYING OF PROCESS MATERIAL

DISUSUN OLEH :

Nur Oktavia (061940422027)

Kelas : 5KID
Dosen Pembimbing : Ir. Selastia Yuliat,M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Pengendalian Proses.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian,
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, November 2021


Penyusun,

Nur Oktavia

2
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pengertian Pengeringan (Dryer).........................................................................5
2.2 Klasifikasi Dryer................................................................................................5
2.3 Kegunaan Dryer...............................................................................................11
2.4 Dryer yang Sering digunakan dalam Dunia Industri........................................12
2.5 Prinsip-prinsip Pengeringan.............................................................................16
2.6 Laju Pengeringan.............................................................................................16
2.7 Tekanan Uap Air Dan Kelembaban.................................................................20
BAB 3. PENUTUP................................................................................................31
3.1 Kesimpulan......................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32

BAB 1. PENDAHLUAN

3
1.1 Latar Belakang
Drying adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai
rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Atau pada oengertian lain,
Drying merupakan salah satu proses pengambilan sejumlah cairan yang
terkandung didalam suatu bahan (padatan) dengan menggunakan medium berupa
gas atau udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga kandungan cairan
menjadi berkurang karena menguap. Drying banyak digunakan dalam berbagai
macam industri, baik industri besar maupun kecil.
Proses pengeringan zat padat merupakan salah satu operasi teknik
kimia yang paling banyak dijumpai di industri terutama pada industri bahan
makan. Pada industri ini pengeringan bertujuan untuk permurnian bahan yang
dihasilkan agar lebih awet , karena mikroba tidak dapat hidup dengan kondisi
yang kering selain itu juga agar lebih mudah dalam pengemasan.
Dalam mempelajari proses pengeringan perlu memperhatikan beberapa
yang harus dianggap sebagai satu kesatuan yaitu variasi bentuk dan ukuran
bahan, jenis bahan serta metode pemberian kalor yang diperlukan untuk
penguapan, dari hal tersebut dapat ditentukan kondisi fisik bahan dan operasi.
Pertimbangan utama pada pemilihan alat pengeringan adalah
kemudahan operasi dan kemampuan menghasilkan produk yang dikehendaki
dalam bentuk dan kecepatan yang diperlukan. Pemilihan yang tepat akan
mampu menekan biaya operasional pengeringan. Pengeringan biasanya
merupakan langkah terakhir dari sederatan operasi.

1.2 Tujuan
1. Mengeringkan bahan padat dengan mengalirkan udara panas dari listrik.
2. Menentukan laju pengeringan
3. Dapat mengoperasikan dengan alat dryin

BAB 2. PEMBAHASAN

4
2.1 Pengertian Pengeringan (Drying)
Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat
cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam
zat padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima. Pengeringan
biasanya merupakan alat terakhir dari sederetan operasi, dan hasil pengeringan
biasanya siap untuk dikemas.(McCabe, 2002).
Kandungan zat cair dalam bahan yang dikeringkan berbeda dari satu bahan
ke bahan lain. Ada bahan yang tidak mempunyai kandungan zat cair sama sekali
(bone dry). Pada umumnya zat padat selalu mengandung sedikit fraksi air sebagai
air terikat. Kandungan air dalam suatu bahan dapat dinyatakan atas dasar basah
(% berat) atau dasar kering, yaitu perbandingan jumlah air dengan jumlah bahan
kering.
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam
hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban
nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan. Kemampuan udara membawa uap
air bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi udara pengering
dengan udara sekitar bahan semakin besar. Salah satu faktor yang mempercepat
proses pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang mengalir. Udara yang
tidak mengalir menyebabkan kandungan uap air di sekitar bahan yang dikeringkan
semakin jenuh sehingga pengeringan semakin lambat.

2.2 Klasifikasi Dryer


2.2.1. Pengering Baki
Dalam pengering baki, yang juga disebut pengering rak, kabinet, atau
kompartemen, bahan, yang mungkin berupa padatan kental atau padatan pucat,
disebarkan secara merata pada baki logam hingga kedalaman 10 sampai 100 mm.
Pengering baki tipikal seperti itu, yang ditunjukkan pada Gambar 2.2-1, berisi
baki yang dapat dilepas yang dimuat dalam kabinet. Udara yang dipanaskan
dengan uap disirkulasikan kembali oleh kipas di atas dan sejajar dengan
permukaan baki. Panas listrik juga digunakan, terutama untuk beban pemanasan
rendah. Sekitar 10 sampai 20% dari udara yang melewati nampan adalah udara
segar, sisanya adalah udara yang disirkulasikan kembali. Setelah kering, kabinet
dibuka dan baki diganti dengan baki baru. Modifikasi dari tipe ini adalah tipe tray-
truck, dimana tray dimuat pada truk yang didorong ke dalam pengering. Ini
menghemat banyak waktu, karena truk dapat dimuat dan dibongkar di luar
pengering. Dalam hal bahan granular, bahan dapat dimuat pada layar yang
merupakan bagian bawah baki. Kemudian dalam pengering melalui sirkulasi ini,
udara panas melewati unggun permeabel, memberikan waktu pengeringan yang
lebih pendek karena luas permukaan yang lebih besar terkena udara.

5
Gambar 2.2-1. Rak baki pengering

Keunggulan:
1. Laju pengeringan lebih cepat
2. Kemungkinan terjadinya over drying lebih kecil
3. Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan yang
dikeringkan.
Kelemahan:
1. Kecenderungan tray terbawah panas dan tray teratas kurang panas
2. Efisiensi rendah

2.2.2. Pengering Tidak Langsung Rak Vakum


Pengering rak vakum adalah pengering batch yang dipanaskan secara tidak
langsung mirip dengan pengering baki. Pengering semacam itu terdiri dari kabinet
yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang dilengkapi dengan pintu yang
rapat sehingga dapat dioperasikan di bawah vakum. Rak berongga dari baja diikat
secara permanen di dalam ruang dan dihubungkan secara paralel ke header uap
masuk dan keluar. Baki berisi padatan yang akan dikeringkan diletakkan di atas
rak berlubang. Panas dilakukan melalui dinding logam dan ditambahkan oleh
radiasi dari rak di atas, Untuk operasi suhu rendah, air hangat yang bersirkulasi
digunakan sebagai pengganti uap untuk memberikan panas untuk menguapkan
uap air. Uap biasanya mengalir ke kondensor.
Pengering ini digunakan untuk mengeringkan bahan yang mahal, sensitif
terhadap suhu, atau mudah teroksidasi. Mereka berguna untuk menangani bahan
dengan pelarut beracun atau berharga.

Keunggulan:
1. Penguapan lebih cepat pada tekanan rendah daripada tekanan tinggi
2. Digunakan untuk bahan yang peka terhadap suhu atau mudah teroksidası
3. Waktu pengeringan cepat
4. Temperatur rendah
5. Energi yang digunakan sedikit

6
Kelemahan:
1. Biaya operasional relatif mahal

2.2.3. Pengering Terowongan Kontinu


Pengering terowongan kontinu sering kali merupakan truk batch atau
kompartemen baki yang dioperasikan secara seri, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2-2a. Padatan ditempatkan di nampan atau truk yang bergerak terus
menerus melalui terowongan dengan gas panas melewati permukaan setiap
nampan. Aliran udara panas dapat berlawanan arah, bersamaan, atau kombinasi.
Banyak umpan dikeringkan dengan cara ini. Ketika partikel granular dari padatan
harus dikeringkan, konveyor kontinu perforasi atau screen-belt sering digunakan,
seperti pada Gambar 2.2-2b. Padatan granular basah diangkut sebagai lapisan 25
sampai sekitar 150 mm pada layar atau celemek berlubang sementara udara panas
dihembuskan ke atas melalui unggun, atau ke bawah. Pengering terdiri dari
beberapa bagian secara seri, masing-masing dengan kipas dan koil pemanas.
Sebagian udara dibuang ke atmosfer oleh kipas. Dalam beberapa kasus bahan
pucat dapat dibentuk menjadi silinder dan ditempatkan di bed untuk dikeringkan.

Gambar 2.2-2. Pengering terowongan kontinu: (a) truk pengering terowongan dengan
aliran udara berlawanan arah, (b) pengering konveyor layar sirkulasi

7
Keunggulan:
1. Cocok skala besar
2. Mudah pengoperasian karena produk bergerak seperti fluida
Kelemahan:
1. Energi listrik besar karena kecepatan udara tinggi
2. Partikel padatan tidak terpisah sempurna
3. Tidak dapat mengolah bahan yang lengket

2.2.4. Rotary Dryers


Sebuah rotary dryer terdiri dari silinder berongga yang diputar dan biasanya
sedikit condong ke arah outlet. Padatan granular basah diumpankan di ujung atas
seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2.2-3 dan bergerak melalui cangkang saat
berputar. Pemanasan yang ditunjukkan adalah dengan kontak langsung dengan
gas panas dalam aliran berlawanan arah. Dalam beberapa kasus pemanasan
dilakukan dengan kontak tidak langsung melalui dinding silinder yang
dipanaskan. Partikel granular bergerak maju perlahan dalam jarak pendek
sebelum dihujani ke bawah melalui gas panas seperti yang ditunjukkan. Banyak
variasi lain dari pengering putar ini tersedia, dan ini dibahas di tempat lain (P1).

Gambar. 2.2-3. Gambar skema pengering putar-panas langsung

Keunggulan :
1. Bisa untuk mengeringkan luar dan dalam dari padatan
2. Efisensi tinggi dan instalasi mudah
3. Menggunakan daya listrik kecil
4. Proses pencampuran baik dan seragam
5. Mudah di operasikan
Kelemahan :
1. Susah perawatan
2. Efisiensi rendah
3. Karakteristik produk yang tidak konsisten
4. Alat bisa erosi terhadap material tertentu

8
2.2.5. Pengering Drum
Pengering drum terdiri dari gulungan logam panas yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2-4, di bagian luarnya lapisan tipis cairan atau bubur diuapkan hingga
kering. Padatan kering timah dikerok dari gulungan, yang berputar perlahan.
Pengering drum cocok untuk menangani bubur atau pasta padatan dalam suspensi
halus dan untuk larutan. Drum berfungsi sebagian sebagai evaporator dan juga
sebagai pengering. Variasi lain dari jenis drum tunggal adalah drum berputar
kembar dengan dip feeding atau dengan top feeding ke dua drum. Bubur kentang
dikeringkan menggunakan pengering drum, untuk menghasilkan serpihan
kentang.

Gambar 2.2-4. Rotary-drum dryer

Keunggulan :
1. Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu padatan
2. Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari terjadinya atrisi
3. Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa terjadinya proses
pengeringan bahan yang seragam/merata
4. Efisiensi panas tinggi
5. Operasi sinambung
6. Instalasi yang mudah
7. Menggunakan daya listrik yang sedikit
Kelemahan :
1. Dapat menyebabkan reduksi kuran karena erosi atau pemecahan
2. Karakteristik produk kering yang inkonsisten
3. Efisiensi energi rendah
4. Perawatan alat yang susah
5. Tidak ada pemisahan debu yang jelas

2.2.6. Pengering Semprot


Dalam pengering semprot, larutan cair atau bubur disemprotkan ke aliran
gas panas dalam bentuk kabut tetesan halus. Air dengan cepat menguap dari
tetesan, meninggalkan partikel padatan kering yang dipisahkan dari aliran gas.
Aliran gas dan cairan dalam ruang semprot mungkin berlawanan arah, searah, atau
kombinasi.

9
Tetesan halus terbentuk dari umpan cairan oleh nozel semprot atau disk
semprot berputar berkecepatan tinggi di dalam ruang silinder, seperti pada
Gambar 2.2-5. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa tetesan atau partikel
basah padatan tidak mengenai dan menempel pada permukaan padat sebelum
pengeringan terjadi. Oleh karena itu, ruang besar digunakan. Padatan kering
meninggalkan di bagian bawah ruangan melalui konveyor sekrup. Gas buang
mengalir melalui pemisah siklon untuk menghilangkan butiran halus. Partikel
yang dihasilkan biasanya ringan dan cukup berpori. Susu bubuk kering dibuat dari
susu yang dikeringkan dengan semprotan.

Gambar 2.2-5. Diagram alir proses alat pengering semprot

Keunggulan:
1. Kapasitas pengeringan besar dan proses pengeringan terjadi dalam
waktu yang sangat cepat. Kapasitas pengeringan mencapai 100 ton/jam.
2. Tidak terjadi kehilangan senyawa volatile dalam jumlah besar (aroma)
3. Cocok untuk produk yang tidak tahan pemanasan (tinggi protein)
4. Memproduksi partikel kering dengan ukuran, bentuk, dan kandungan
air serta sifat-sifat lain yang dapat dikontrol sesuai yang diinginkan
5. Mempunyai kapasitas produksi yang besar dan merupakan system
kontinyu yang dapat dikontrol secara manual maupun otomatis
Kelemahan:
1. Memerlukan biaya yang cukup tinggi
2. Hanya dapat digunakan pada produk cair dengan tingkat kekentalan
tertentu
3. Tidak dapat diaplikasikan pada produk yang memiliki sifat lengket
karena akan menyebabkan penggumpalan dan penempelan pada
permukaan alat

10
2.2.7. Pengeringan Tanaman dan Biji-bijian
Dalam pengeringan biji-bijian dari panen, grian mengandung sekitar 30
sampai 35% kelembaban dan untuk penyimpanan yang aman selama sekitar 1
tahun harus dikeringkan sampai sekitar 13% berat kelembaban (HI). Pengering
aliran kontinu tipikal ditunjukkan pada Gambar 2.2-6. Di tempat pengering,
ketebalan lapisan biji-bijian adalah 0,5 m atau kurang, yang dilalui oleh udara
panas. Udara yang tidak dipanaskan di bagian bawah mendinginkan biji-bijian
kering sebelum pergi. Jenis lain dari pengering tanaman dan tempat penyimpanan
dijelaskan oleh Hall (H1).

Gambar 2.2-6. Pengering biji-bijian aliran kontinu vertikal

Keunggulan:
1. Bahan menjadi lebih tahan lama disimpan
2. Volume bahan menjadi kecil
3. Mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan
4. Mempermudah transport
5. Biaya produksi menjadi murah
Kelemahan:
1. Sifat asal bahan yang dikeringkan berubah (bentuk dan penampakan
fisik/kimia, penurunan mutu dll)
2. Perlu pekerjaan tambahan untuk menghindari di atas

2.3 Kegunaan Dryer


Diskusi Pengeringan dalam bab ini berkaitan dengan penghapusan air dari
bahan proses dan zat lainnya. Istilah pengeringan juga digunakan untuk merujuk
pada penghapusan cairan organik lainnya. seperti benzena atau pelarut organik,
(rom padatan. Banyak jenis peralatan dan metode perhitungan yang dibahas untuk
menghilangkan air juga dapat digunakan untuk menghilangkan cairan organik.
Pengeringan, secara umum, biasanya berarti penghapusan jumlah air yang
relatif kecil dari bahan. Penguapan mengacu pada penghapusan jumlah air yang
relatif besar dari bahan, Dalam penguapan air dikeluarkan sebagai uap pada
mendidih dalam pengeringan air biasanya dihapus sebagai udara.

11
Dalam kasus sornc air dapat dihapus secara mekanis dari bahan padat
dengan menekan. sentrifugal. dan metode lainnya. Ini lebih murah daripada
pengeringan dengan cara termal untuk menghilangkan air, yang akan dibahas di
sini, Kadar air Dari produk kering akhir bervariasi tergantung pada Prcxluct.
Garam kering mengandung sekitar 0,5% air. batubara tentang dan banyak tentang
Pengeringan biasanya merupakan langkah pemrosesan akhir sehingga kemasan
dan membuat banyak bahan. seperti bubuk sabun dan pewarna, lebih cocok untuk
penanganan.
Pengeringan atau dehidrasi bahan biologis, terutama makanan, digunakan
sebagai teknik prescr • vation Mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan
dan pembusukan tidak dapat tumbuh dan berkembang biak tanpa adanya air. Juga.
banyak enzim yang menyebabkan perubahan kimia dalam menambahkan bahan
biologis lainnya fungsi kano tanpa air. Ketika kandungan air rcduced di bawah
sekitar 10 Wt mikroorganisme tidak aktif. Namun. Biasanya perlu untuk
menurunkan kadar air di bawah 5 wt% dalam makanan untuk menjaga rasa dan
nutrisi. Makanan kering dapat disimpan untuk waktu yang lama,
Beberapa bahan biologis dan obat-obatan, yang mungkin tidak dipanaskan
(Atau pengeringan biasa, dapat dikeringkan beku seperti yang dibahas dalam
Bagian 9.11. Juga, dalam Bagian 9.12, sterilisasi makanan dan bahan biologis
lainnya dibahas. yang merupakan metode lain yang sering digunakan untuk
melestarikan bahan-bahan tersebut.

2.4 Dryer yang Sering digunakan dalam Dunia Industri


a. Drum Drying (Pengeringan Drum)
Pengeringan dengan drum (Drum Drying) secara luas digunakan dalam
pengeringan komersial di industri pangan untuk berbagai jenis produk makanan
berpati, makanan bayi, maltodekstrin, suspensi dan pasta dengan viskositas tinggi
(heavy pastes), dan dikenal sebagai metode pengeringan yang paling hemat energi
untuk jenis produk tersebut. Karena terpapar pada suhu tinggi hanya dalam
beberapa detik, drum drying sangat cocok untuk kebanyakan produk yang sensitif
terhadap panas.
Tujuan utama dari pengeringan ini adalah memecah struktur granula pati
sehingga meningkatkan daya larut (solubility) produk dan penyerapan air (water
absorption) dalam air dingin pada pasta dari pati (Panuwat S. and Athapol N.,
2003).
Pengering drum dikembangkan pada awal tahun 1900-an dan hampir
digunakan pada semua bahan makanan cair sebelum penggunaan pengeringan
semprot. Saat ini pengering drum digunakan dalam industri makanan untuk
mengeringkan berbagai produk seperti produk susu, makanan bayi, sereal, buah
dan sayur, pure kentang, dan pati masak.
Dalam operasional pengeringan, cairan, bubur, atau materi yang dihaluskan
diletakan sebagai lapisan tipis pada permukaan luar drum berputar yang

12
dipanaskan oleh uap. Setelah sekitar tiga per empat dari titik  putaran, produk
sudah kering dan dipindahkan dengan pisau/scraper statis. Produk kering
kemudian ditumbuk menjadi serpih atau bubuk. Pengeringan drum adalah salah
satu metode pengeringan yang paling hemat energi dan khususnya efektif untuk
mengeringkan cairan dengan viskositas tinggi atau bubur makanan.

Sistem Kerja Drum Dryer


Drum dryer umumnya terdiri dari satu atau dua silinder berongga yang
dipasang horizontal yang terbuat dari besi cor bermutu tinggi atau stainless steel,
bingkai penunjang, sistim aliran produk, dan scraper. Diameter drum berkisar
khas dari 0.5 – 6 m dan panjang antara 1 – 6 m (sesuai skala produksi).
Dalam operasional pengering drum, keseimbangan harus dibentuk antara
laju umpan, tekanan uap, kecepatan roll, dan ketebalan film/lapisa bahan. Hal ini
bertujuan untuk mempertahankan film/lapisan bahan yang seragam pada
permukaan drum agar throughput bisa maksimal.
Sistim kerja, uap sampai suhu 200oC akan memanaskan permukaan bagian
dalam drum. Bahan/material yang seragam diletakan dalam lapisan tipis (0,5 – 2
mm) ke luar drum permukaan. Waktu tinggal produk pada drum berkisar antara
beberapa detik sampai puluhan detik untuk mencapai kadar air akhir kurang dari
5%. Konsumsi energi dalam pengering drum berkisar antara 1,1 kg uap per kg air
yang diuapkan dan 1,6 kg uap per kg air menguap, sesuai dengan efisiensi energi
sekitar 60% – 90%.
Dalam kondisi ideal, kapasitas penguapan maksimum pengering drum dapat
mencapai 80 kg H2O/hr m2. Pengering drum dapat menghasilkan produk pada
tingkat antara 5 kg hr-1 m-2 dan 5 kg hr-1 m-2, tergantung pada jenis makanan,
kadar air awal dan akhir, serta kondisi operasional lainnya.
Beberapa permasalahan yang timbul pada drum dryer yang mengakibatkan kinerja
pengeringan tidak konsisten antara lain:
(1) terjadi fluktuasi kadar air dan ketebalan bahan;
(2) akumulasi noncondensable gas dalam tabung yang mempengaruhi
keseragaman pengeringan; dan
(3) suhu permukaan drum mungkin berbeda-beda sepanjang drum.

Klasifikasi Drum Dryer


Pengering Drum diklasifikasikan menjadi 3, yaitu single drum dryer, double drum
dyer, dan twin drum dryer seperti terlihat pada gambar berikut.

13
Double drum dyer memiliki dua drum yang berputar terhadap satu sama lain
pada bagian atas. Gap antara dua drum akan mengontrol ketebalan lapisan bahan
yang diletakan pada permukaan drum. Twin drum dyer juga memiliki dua drum,
tetapi berputar berlawan satu sama lain pada bagian atas.
Diantara tiga jenis drum dryer, single dan double drum druer paling sering
digunakan untuk buah-buahan dan sayuran. Misalnya untuk keripik kentang
(single drumdryer) dan pasta tomat (double drum dryer). Sedangkan twin drum
druer digunakan untuk pengeringan bahan yang menghasilkan produk berupa
butiran/debu.
Untuk bahan yang sensitif terhadap panas, modifikasi dengan vakum drum
dryer dapat digunakan untuk mengurangi suhu/panas pengeringan. Vakum drum
dryer pada prinsipnya mirip dengan drum dryer, hanya drum tertutup dalam ruang
kedap udara/vakum.

14
Metode Feeding
Metode penyaluran bahan produk pada permukaan drum berbeda-beda, tergantung
pada susunan drum, konsentrasi zat padat, viskositas, dan kemampuan membasahi
pada bahan. Untuk skala industri, pengeringan drum menggunakan 5 metode
penyaluran bahan (feeding) yaitu, roll feed, nip feed, pencelupan, penyemprotan,
dan percikan.

Kelebihan drum dryer


1. Kelebihan atau keuntungan penggunaan drum dryer antara lain:
2. Produk yang dihasilkan memiliki porositas yang baik sehingga sifat rehidrasi
tinggi.
3. Bisa digunakan untuk makanan kering yang sangat kental, seperti pasta dan
pati gelatinized atau dimasak, yang tidak dapat mudah dikeringkan dengan
metode lain.
4. Efisiensi/hemat energi dan kecepatan yang tinggi.
5. Produk/hasil yang diperoleh lebih bersih dan higienis.
6. Mudah untuk mengoperasikan dan memelihara.
7. Fleksibel dan cocok untuk beberapa pengeringan tapi dalam jumlah kecil.

Kelemahan drum dryer


Kelemahan atau kekurangan penggunaan drum dryer antara lain:
1. Tidak cocok untuk produk yang tidak dapat membentuk film (lapisan tipis)
yang bagus.
2. Khusus produk yang mengandung kadar gula tinggi seperti tomat pure tidak
mudah dipisahkan dari drum karena thermoplasticity dari suhu bahan.
3. Throughput (kecepatan hasil pengeringan per satuan waktu) relatif rendah
dibandingkan dengan spray drying.
4. Biaya tinggi untuk perubahan permukaan drum karena presisi mesin sangat
dibutuhkan.
5. Kemungkinan panas produk dapat memberikan rasa ‘masak’ dan pudarnya
warna karena kontak langsung dengan suhu tinggi di permukaan drum.
6. Tidak dapat memproses bahan/material yang mengandung garam tinggi (asin)
atau bersifat korosif karena berpotensi terjadi pitting pada permukaan drum.
7. Luas kontak permukaan bahan dengan udara lebih rendah dibandingkan
dengan jenis pengeringan lainnya seperti spray drying atau fluidized bed
drying.

Aplikasi Drum Dryer


Drum dryer antara lain diaplikasikan pada pengeringan produk pangan seperti:
1.    Susu
2.    Makanan bayi
3.    Sereal

15
4.    Buah dan sayuran
5.    Pure kentang
6.    Pati masak

2.5 Prinsip-prinsip Pengeringan


Banyaknya ragam bahan yang dikeringkan di dalam peralatan komersial dan
banyaknya macam peralatan yang digunakan orang, maka tidak ada satu teori pun
mengenai pengeringan yang dapat meliputi semua jenis bahan dan peralatan yang
ada.Variasi bentuk dan ukuran bahan, keseimbangan kebasahannya (moisture)
mekanisme aliran bahan pembasah itu, serta metode pemberian kalor yang
diperlukan untuk penguapan.
Prinsip – prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat pengering antara
lain :
1. Pola suhu di dalam pengering
2. Perpindahan kalor di dalam pengering
3. Perhitungan beban kalor
4. Satuan perpindahan kalor
5. Perpindahan massa di dalam pengering

2.6 Laju Pengeringan


Laju Pengeringan Untuk mengetahui laju pengeringan perlu mengetahui
waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan suatu bahan dari kadar air tertentu
sampai kadar air yang diinginkan pada kondisi tertentu , maka bisa dilakukan
dengan cara :
1. Drying test yaitu hubungan antara moisture content suatu bahan vs waktu
pengering pada temperatur, humidity, dan kecepatan pengering tetap.
Kandungan air dari suatu bahan akan menurun karena adanya pengeringan,
sedangkan kandungan air yang hilang akan semakin meningkat seiring dengan
penambahan
2. Kurva Laju Pengeringan menunjukkan hubungan antara laju pengeringan vs
kandungan air, kurva ini terdiri dari 2 bagian yaitu periode kecepatan tetap dan
pada kecepatan menurun.

Jika mula-mula bahan sangatlah basah bila dikontakkan dengan udara yang
relatif kering maka akan terjadi penguapan air yang ada pada permukaan bahan
tersebut.
Rumus laju pengeringan massa menurut Treybal,1995 dinyatakan:

−Ss dX
N=
A dƟ

Keterangan:

16
N = laju pengeringan (Lb H2O yang diuapkan / jam ft2 )
Ss = berat bahan kering (lb)
A = Luas permukaan pengeringan (ft2 )
X = moisture content dry basis (lb H2O / lb bahan kering)
Θ = waktu (jam)

Dimana dx/dθ dicari dengan :

Keterangan :
D’v = free moisture
S = setengah tebal bahan yang dikeringkan
X = kadar air yang teruapkan

Persamaan ini menunjukkan bahwa bila difusi menjadi faktor penentu, laju
pengeringan berbending lurus dengan kandungan free moiture dan berbanding
terbalik dengan pangkat dua ketebalan. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika
waktu dipetakan terhadap kandungan free moisture akan didapatkan garis lurus
dan D’v dapat dihitung dari gradiennya. (Treyal R E. 1981) 2.8.

Kadar Air Bahan


Kadar air bahan menunjukan banyaknya kandungan air persatuan bobot
bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan yaitu
berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis).
Dalam penentuan kadar air bahan hsil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan
bobot basah (wet basis). Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut :
Wa
MCW.b = x 100%
Wb

Untuk menentukan bobot kering suatu bahan penimbangan dilakukan


setelah bobot bahan tersebut tidak berubah lagi selama pengeringan berlangsung.
Untuk memperoleh kadar air basis kering dapat digunakan rumus:

Berat basah−Berat kering


%Berat basis basah = x100%
Berat basah

17
Faktor yang mempengaruhi laju pengeringan
A Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan
dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:

(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan


bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium
pemanasan sehingga air mudah keluar,

(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak


dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan
kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang
harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan
tersebut.

B Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan


pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu
keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah.

C Kecepatan Aliran Udara

Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan

18
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan
bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.

D Tekanan Udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.

E Kelembapan Udara

Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi
dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah


sebagai berikut:

1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.


2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap
bagian  bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari
lapisan-lapisan permukaan komponen padatan dari bahan.

19
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan
tekanan uap.

2.7 Tekanan Uap Air Dan Kelembaban


a. Tekanan Uap Air

1. Perkenalan. Dalam beberapa unit operasi dan proses pengangkutan perlu


dilakukan perhitungan yang melibatkan sifat-sifat campuran uap air dan udara.
Perhitungan ini melibatkan pengetahuan tentang konsentrasi uap air di udara
dalam berbagai kondisi suhu dan tekanan, sifat termal campuran ini, dan
perubahan yang terjadi ketika campuran ini bersentuhan dengan air atau dengan
padatan basah dalam pengeringan.

Humidifikasi melibatkan transfer fase cair ke dalam campuran gas udara dan
uap air. Dehumidifikasi melibatkan transfer terbalik, dimana uap air dipindahkan
dari keadaan uap ke keadaan cair. Humidifikasi dan dehumidifikasi juga dapat
merujuk pada campuran uap bahan seperti benzena, tetapi sebagian besar aplikasi
praktis terjadi dengan air. Untuk lebih memahami kelembaban, pertama-tama
perlu membahas tekanan uap air.

2. Tekanan uap air dan keadaan fisik. Air murni dapat eksis dalam tiga keadaan
fisik yang berbeda: es padat, cair, dan uap. Keadaan fisik di mana ia ada
tergantung pada tekanan dan suhu.

Gambar 9.3-1 mengilustrasikan berbagai keadaan fisik air dan hubungan


tekanan-suhu pada kesetimbangan. Pada Gambar 9.3-1 daerah dari keadaan
padat, cair, dan uap ditunjukkan. Sepanjang garis AB, fase cair dan uap hidup
berdampingan. Sepanjang garis AC, fase es dan cairan hidup berdampingan.
Sepanjang garis AD, es dan uap hidup berdampingan. Jika es di titik (1)
dipanaskan pada tekanan konstan, suhunya naik dan kondisi fisiknya ditunjukkan
bergerak mendatar. Saat garis melintasi AC, padatan meleleh, dan pada
persimpangan AB cairan menguap. Pindah dari titik (3) ke (4), es menyublim
(menguap) menjadi uap tanpa menjadi cair.

Cairan dan uap berada dalam kesetimbangan di sepanjang garis AB, yang
merupakan garis tekanan uap air. Mendidih terjadi ketika tekanan uap air sama
dengan tekanan total di atas permukaan air. Sebagai contoh, pada 100°C (212°F)
tekanan uap air adalah 101,3 kPa (1,0 atm), dan karena itu air akan mendidih pada
tekanan 1 atm. Pada 65,6°C (150°F), dari tabel uap di Lampiran A.2, tekanan uap
air adalah 25,7 kPa (3,72 psia). Jadi, pada 25,7 kPa dan 65,6°C, akan mendidih.

20
Jika sebuah panci berisi air ditahan 65,6°C dalam sebuah ruangan pada tekanan
101,3 kPa abs, tekanan uap air akan kembali menjadi 25,7 kPa. Ini
menggambarkan properti penting dari

tekanan uap air, yang tidak dipengaruhi oleh adanya gas inert seperti udara; yaitu,
tekanan uap air pada dasarnya tidak tergantung pada tekanan total sistem.

b. Kelembaban dan Kelembaban Bagan

1. Definisi Kelembaban. Kelembaban H campuran udara-uap air didefinisikan


sebagai kg uap air yang terkandung dalam 1 kg udara kering. Kelembaban yang
ditentukan hanya bergantung pada tekanan parsial p, uap air di udara dan pada
tekanan total P (diasumsikan di seluruh bab ini adalah 101,325 kPa, 1,0 atm abs,
atau 760 mm Hg). Menggunakan berat molekul air (A) sebagai 18,02 dan udara
sebagai 28,97, kelembaban H dalam kg H,O/kg udara kering atau dalam satuan
Inggris sebagai lb H,O/lb udara kering adalah sebagai berikut:

kg H ₂O P A kg mol H ₂O 18.02 kg H ₂O 1
H = X X
kg dry air P−P A kg mol air kg mol H ₂ O 28.97 kg air/kg mo l air

18.02 P A
H= (9.3-1)
28.97 P−P A

Udara jenuh adalah udara di mana uap air berada dalam kesetimbangan
dengan air cair pada kondisi tekanan dan suhu tertentu. Dalam campuran ini
tekanan parsial uap air dalam campuran udara-air sama dengan tekanan uap air
murni pAs pada suhu tertentu. Oleh karena itu, kelembaban saturasi Hs adalah

21
18.02 P AS
Hs = (9.3-2)
28.97 P−P AS

2. Persentase kelembaban. Persentase kelembaban H, didefinisikan sebagai 100


kali kelembaban H aktual udara dibagi dengan kelembaban Hs jika udara jenuh
pada suhu dan tekanan yang sama.

H
H P = 100 (9.3-3)
HS

3. Persentase kelembaban relatif. Jumlah saturasi campuran udara-uap air juga


diberikan sebagai persentase kelembaban relatif Hg menggunakan tekanan parsial.

PA
H R= 100 (9.3-4)
P AS

Perhatikan bahwa H R≠ H P, karena H P, dinyatakan dalam tekanan parsial dengan


menggabungkan Persamaan. (9.3-1), (9.3-2), dan (9.3-3) adalah

H 18.02 P A 18.02 P AS P A P− A S
H P= 100 = (100) / = (100) (9.3-5)
HS 28.97 P−P A 28.97 P−P AS P AS P−P A

Ini, tentu saja, tidak sama dengan Persamaan. (9.3-4).

CONTOH 9.3-1. Kelembaban dari Data

Tekanan Uap Udara dalam suatu ruangan berada pada 26,7°C (80 °F) dan
tekanan 101,325 kPa dan mengandung uap air dengan tekanan parsial p, = 2,76
kPa. Hitung berikut ini.

(a) Kelembaban, H.

(b) (b) Kelembaban saturasi, Hs, dan persentase kelembapan, Hp.

(c) (c) Persentase kelembaban relatif, H R.

Solusi: Dari tabel uap pada 26,7°C, tekanan uap air adalah Pas = 3,50 kPa (0,507
psia). Juga, P A = 2,76 kPa dan P A = 101,3 kPa (14,7 psia). Untuk bagian (a),
menggunakan Persamaan. (9.3-1),

18.02 P A 18.02(2.76)
H= = =0.01742 kg H₂O/kg air
28.97 P−P A 28.97(101.3−2.76)

22
Untuk bagian (b), menggunakan Persamaan. (9.3-2), kelembaban saturasi adalah

18.02 P AS 18.02(3.50)
HS = = =0.02226 kg H₂O/kg air
28.97 P−P AS 28.97(101.3−3.50)

Persentase kelembaban, dari Persamaan. (9.3-3), adalah

H 100(0.017420)
H P= 100 = = 78,3 %
HS 0.02226

Untuk bagian (c), dari Persamaan. (9.3-4), persentase kelembaban relatif

adalah

PA 100(02.76)
H R= 100 = = 78,9 %
H AS 3.50

4. Titik embun campuran uap. Suhu di mana campuran udara dan uap air tertentu
akan jenuh disebut suhu titik embun atau hanya titik embun. Misalnya, pada
26,7°C (80°F), tekanan uap jenuh air adalah Pas = 3,50 kPa (0,507 psia). Jadi,
titik embun campuran yang mengandung uap air yang memiliki tekanan parsial
3,50 kPa adalah 26,7°C. Jika campuran udara-uap air berada pada 37,8°C (sering
disebut suhu bola kering, karena ini adalah suhu sebenarnya yang ditunjukkan
oleh bola termometer kering dalam campuran ini) dan mengandung uap air p, =
3,50 kPa, campuran akan tidak menjadi jenuh. Pada pendinginan hingga 26,7°C,
udara akan jenuh, yaitu pada titik embun. Pada pendinginan lebih lanjut, sebagian
uap air akan mengembun, karena tekanan parsial tidak boleh lebih besar dari
tekanan uap jenuh.

5. Panas lembab campuran udara-uap air. Panas lembab cs jumlah panas dalam
J (atau kJ) yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg udara kering ditambah
uap air yang ada sebesar I K atau 1'C. Kapasitas panas udara dan uap air dapat
diasumsikan konstan selama rentang suhu yang biasanya ditemui pada 1,005
kJ/kg udara kering K dan 1,88 kJ/kg uap air K, masing-masing. Oleh karena itu,
untuk satuan SI dan bahasa Inggris,

C S kJ/kg dry air ﹒K = 1.005 + 1.88H (SI)

C S btu/ Ib m dry air ﹒ ͦF =0.24 +0.45 H (English) (9.3-6)

[Dalam beberapa kasus cs akan diberikan sebagai (1,005 + 1,88H)10' J/kg K.]

23
6. Volume lembab campuran udara-uap air. Volume lembab vy adalah volume
total dalam m' dari 1 kg udara kering ditambah uap yang dikandungnya pada
101,325 kPa (1,0 atm) tekanan abs dan suhu gas yang diberikan. Dengan
menggunakan hukum gas ideal,

22.41 1 1
υ H mᶾ/kg dry air = TK( + ¿ H)
273 28.97 18.02¿

= (2.83 x 10−3 + 4.56 x 10−3 H) T K (9.3-7)

359 0 1 1
υ H ftᶾ/ Ib mdry air = T R( + H¿
492 28.97 18.02

=(0.0252 + 0.0405 H ) T 0R

Untuk campuran uap air-udara jenuh, H = Hs.,dan υ H adalah volume jenuh.

7. Entalpi total campuran udara-uap air. Entalpi total 1 kg udara ditambah uap
airnya adalah H, J/kg atau kJ/kg udara kering. Jika T, adalah suhu datum yang
dipilih untuk kedua komponen, entalpi total adalah panas sensibel campuran
udara-uap air ditambah panas laten yang dilakukan dalam J/kg atau kJ/kg uap air
dari uap air pada To. Perhatikan bahwa (T - To)°C = (T - To) K dan entalpi ini
disebut air cair.

H y kJ/kg dry air =C S(T-T 0) + H Л 0=(1.005 + 1.88 H)(T-T 0℃)+ Л 0

H y btu/ Ib m dry air =(0.24 + 0.45 H) (T −T 0°F)+H Л 0 (9.3-8)

Jika entalpi total mengacu pada suhu dasar To sebesar 0°C (32°F), persamaan
untuk H y menjadi

H y kJ/kg dry air =(1.005+1.88 H)(T℃ - 0)+ 2501.4H (SI) (9.3-9)

H y btu/ Ib m dry air =(0.24 + 0.45 H) (T°F-32) + 1075.4H (English)

8. Bagan kelembaban campuran udara-uap air. Bagan yang sesuai untuk sifat-
sifat campuran udara-uap air pada tekanan 1,0 atm abs adalah bagan kelembaban
pada Gambar 9.3-2. Dalam gambar ini kelembaban H diplot versus suhu aktual
campuran udara-uap air (suhu bola kering).

24
Kurva bertanda 100% berjalan ke atas ke kanan memberikan kelembaban
saturasi Hs sebagai fungsi suhu. Dalam Contoh 9.3-1, untuk 26,7℃ H S dihitung
sebagai 0,02226 kg H₂O/kg udara. Dengan memplot titik 26,7°C (80°F) dan Hs =
0,02226 pada Gambar 9.3-2, titik ini berada pada garis jenuh 100%.

Setiap titik di bawah saturasi mewakili uap air-udara tak jenuh. Garis
lengkung di bawah garis saturasi 100% dan berjalan ke atas ke kanan mewakili
campuran tak jenuh dengan persentase kelembaban tertentu Hp. Turun secara
vertikal dari garis saturasi pada suhu tertentu, garis antara saturasi 100% dan
kelembaban nol H (garis horizontal bawah) dibagi secara merata menjadi 10
peningkatan masing-masing 10%.

Semua garis persentase kelembaban H yang disebutkan dan garis


kelembaban saturasi Hs dapat dihitung dari data tekanan uap air.

CONTOH 93-2. Penggunaan Diagram Kelembaban

Udara yang memasuki pengering memiliki suhu (suhu bola kering) 60°C (140 F)
dan titik embun 26,7C (80 F). Dengan menggunakan bagan kelembaban, tentukan
kelembaban aktual H, persentase kelembaban Hp, panas lembab cs, dan volume
lembab dalam satuan SI dan Inggris.

Solusi: Titik embun 26,7°C adalah suhu ketika campuran yang diberikan berada
pada saturasi 100%. Mulai dari 26,7°C, Gambar 9.3-2, dan menggambar garis
vertikal sampai memotong garis untuk kelembaban 100%, kelembaban H =
0,0225 kg H₂O/kg udara kering dibaca dari plot. Ini adalah kelembaban udara
sebenarnya pada 60 ° C. Dinyatakan dengan cara lain, jika udara pada 60°C dan
memiliki kelembaban H = 0,0225 didinginkan, titik embunnya akan menjadi
26,7°C. Dalam satuan Inggris, H 0,0225 H₂0/lb udara kering.

Menempatkan titik H= 0,0225 dan t = 60 °C pada grafik, persentase


kelembaban Hp ditemukan menjadi 14%, dengan interpolasi linier vertikal antara
10 dan 20% garis. Panas lembab untuk H = 0,0225 adalah, dari

25
26
Persamaan (9.3-6)

C S = 1.005 + 1.88(0.0225)

=1.047 kJ/kg dry air﹒K atau 1.047 x 103J/kg﹒K

C S=0.24 + 0.45(0.0225)

=0.250 btu/ Ib m dry air﹒°F (English)

Volume lembab pada 60 ° C (140°F ), dari Persamaan. (9.3-7), adalah

υ H = (2.83 X 10−3 + 4.56 X 10−3 X 0,0225)(60+273)

= 0.977m3/kg dry air

Dalam satuan bahasa inggris

υ H = (0.0252 + 0.0405 x 0.0225)(460+140)=15.67 ft 3/ Ib m

c. Suhu Saturasi Adiabatik (Adiabatic Saturation Temperatues)

Perhatikan proses yang ditunjukkan pada Gambar 9.3-3, di mana gas yang masuk
dari campuran uap air-udara dikontakkan dengan semprotan air cair. Daun gas
memiliki kelembaban dan suhu yang berbeda dan prosesnya adiabatik. Air
disirkulasikan kembali, dengan beberapa air rias ditambahkan.

Suhu air yang disirkulasikan kembali mencapai suhu keadaan tunak yang
disebut suhu saturasi adiabatik, Ts. Jika gas yang masuk pada suhu T memiliki
kelembaban H tidak jenuh, T, akan lebih rendah dari T. Jika kontak antara gas
yang masuk dan semburan tetesan cukup untuk membawa keseimbangan gas dan
cairan, udara yang keluar menjadi jenuh. Ts, memiliki kelembaban Hs.

Menulis keseimbangan entalpi (keseimbangan panas) selama proses, datum


Ts digunakan. Entalpi riasan H,0 kemudian nol. Ini berarti bahwa entalpi total
campuran gas yang masuk = entalpi campuran gas yang keluar, atau,
menggunakan Persamaan. (9.3-8),

C S(T -T S)+ Hƛ S = C S (T S−T S ) + H S ƛ S (9.3-10)

Atau, menata ulang, dan menggunakan Persamaan. (9.3-6) untuk cs, H Hs 1,005
+ Cs

H−H S CS 1.005+ 1.88 H


= - = (SI)
T −T S ƛS ƛS

27
H−H S 0.24+1.88 H
= (English) (9.3-11)
T −T S ƛS

Persamaan (9.3-11) adalah persamaan kurva humidifikasi adiabatik ketika diplot

pada Gambar 9.3-2, yang melalui titik Hs dan T pada kurva saturasi 100% dan
titik-titik H dan T lainnya. Rangkaian garis ini, yang berjalan ke atas ke kiri,
disebut garis pelembapan adiabatik atau garis saturasi adiabatik. Karena cs
mengandung istilah H, garis adiabatik tidak cukup lurus ketika diplot pada grafik
kelembaban.

Jika campuran gas tertentu pada T, dan H, dikontakkan untuk saturator


adiabatik dalam waktu yang cukup lama, campuran gas tersebut akan jenuh pada
Hs, dan Ts1. Nilai Hs1 dan Ts1 ditentukan dengan mengikuti garis jenuh
adiabatik yang melalui titik T,, H, hingga memotong garis jenuh 100%. Jika
kontak tidak cukup, campuran yang keluar akan berada pada persentase kejenuhan
kurang dari 100 tetapi pada garis yang sama.

CONTOH 9.3-3. Saturasi Adiabatik Udara

Aliran udara pada 87,8°C yang memiliki kelembaban H 0,030 kg H,O/kg


udara kering dikontakkan dalam saturator adiabatik dengan air. Ini didinginkan
dan dilembabkan hingga saturasi 90%.

(a) Berapakah nilai akhir H dan T?

(b) (b) Untuk saturasi 100%, berapakah nilai H dan T ?

28
Solusi: bagian (a), titik H 0,030 dan T = 87,8°C terletak pada grafik kelembaban.
Kurva saturasi adiabatik melalui titik ini diikuti ke atas ke kiri sampai memotong
garis 90% pada 42,5 °C dan H = 0,0500 kg H,O/kg udara kering.

Untuk bagian (b), garis yang sama diikuti sampai kejenuhan 100%, dimana T =
40,5°C dan H 0,00505 kg H,O/kg udara kering.

d. Suhu Bola Basah (Wet Bulb Temperature)

Suhu saturasi adiabatik adalah suhu keadaan tunak yang dicapai ketika sejumlah
besar air dikontakkan dengan gas yang masuk. Suhu bola basah adalah suhu tidak
setimbang keadaan tunak yang dicapai ketika sejumlah kecil air dikontakkan
dalam kondisi adiabatik oleh aliran gas yang terus menerus. Karena jumlah cairan
kecil, suhu dan kelembaban gas tidak berubah, bertentangan dengan kasus saturasi
adiabatik, di mana suhu dan kelembaban gas berubah.

Metode yang digunakan untuk mengukur suhu bola basah diilustrasikan pada
Gambar 9.3-4, di mana termometer ditutup dengan sumbu atau kain. Sumbu tetap
basah oleh air dan direndam dalam aliran aliran udara-uap air yang memiliki suhu
T (suhu bola kering) dan kelembaban H. Pada keadaan tunak, air menguap ke
aliran gas. Sumbu dan air didinginkan hingga Ty dan tetap pada suhu konstan ini.
Panas laten penguapan benar-benar seimbang dengan panas konvektif yang
mengalir dari aliran gas di T ke sumbu pada suhu yang lebih rendah Tw.

Keseimbangan panas pada sumbu dapat dibuat. Suhu datum diambil pada
Tw.Jumlah panas yang hilang melalui penguapan, dengan mengabaikan
perubahan panas sensibel yang kecil dari cairan dan radiasi yang diuapkan, adalah

q = M A N A λW A (9.3-12)

29
di mana q adalah kW(kJ/s), M A adalah berat molekul air, N A adalah kg mol H₂O
penguapan/ S.m², A adalah luas permukaan m² dan ƛ W , adalah panas laten
penguapan pada T W dalam kJ/kg H₂O. Dalam satuan bahasa Inggris, q adalah
btu/h, N A adalah Ib mol/h.ft², dan ƛ W adalah btu/ Ib m H₂O. fluks N A adalah ·

Ky
NA = (yw-y) = k y ( y w − y ¿ (9.3-13)
X BM

di mana k y adalah koefisien perpindahan massa dalam kg mol/s m2 mol frac, X BM


adalah log mean fraksi mol inert udara, Y W adalah fraksi mol uap air dalam gas di
permukaan, dan y adalah mol fraksi dalam gas. Untuk campuran encer X BM ≅ λ
1,0 dan K y ≅ K y Hubungan antara H dan y adalah.❑❑

H / MA
y= (9.3-14)
1/M B + H / M A

dimana M B adalah berat molekul udara dan M A adalah berat molekul H₂O.
Karena H kecil, sebagai aproksimasi,

H MB
Y≅ (9.3-15)
MA

Mengganti Persamaan.(9.3-15) menjadi (9.3-13) dan kemudian mensubstitusikan


resultannya ke Persamaan. (9.3-12)

q = M B K y λw ( H w - H)A (9.3-16)

Laju perpindahan panas konveksi dari aliran gas di T ke sumbu di Tw adalah

q = h(T - T w )A (9.3-17)

di mana h adalah koefisien perpindahan panas dalam kW/m².K (btu/h.ft².°F).


Menyamakan Persamaan. (9.3-16) hingga (9.3-17) dan mengatur ulang

H−H W h/ M B M Y
=- (9.3-18)
T −T W λW

30
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat
cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di
dalam zat padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima.
 Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas
perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian
bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama.
 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan :
A. Luas Permukaan
B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
C. Kecepatan Aliran Udara
D. Tekanan Udara
E. Kelembapan Udara

31
DAFTAR PUSTAKA

McCabe.W.L,Smith,J.C.N Harriot,P.1993.”Unit Operation Of Chemical


Engineering”,5th edition,Mcgraw-Hill,Inc.New York.

Christie J.Geankoplis.1993.”Transport Processes And Unit


Operations”,3th edition,Prentice-Hall,Inc,New York

32

Anda mungkin juga menyukai