Rumah Tertinggal
2
Bunda cuma geleng-geleng kepala karena pusing liat tingkah
Anisa.
“tapi kalo dipikir-pikir, Anisa bener juga sih, ini rumah sudah 5
tahun ga berpenghuni, kalo anak-anakku kenapa-kenapa
gimana mas?” tanya Bunda
“Gapapa, toh Ali sama Anisa kan ga kemana mana” jawab
Ayah
“iya juga sih” kata Bunda. Anisa yang lagi ngaji cuma cemberut
mukanya
Sehabis ngaji, kami berwudhu terlebih dahulu, lalu langsung
tidur, tidurku sih sudah nyaman dan sudah tentram, tapi si Anisa
nih tiba-tiba nangis. Lampu sudah kupatikan, jadi aku bertanya
pada Anisa
“lah, kok nangis dek?” tanyaku, tapi Anisa tidak menjawab,
kutanya lagi
“kenapa nangis dek?” tapi Anisa tetap tidak mau menjawab,
hingga akhirnya aku menghidupkan lampu, tapi Anisa tidak ada
di tempat tidurnya, lalu aku mendengar ada yang mengedor-
gedor pintu kamar, setelah kubuka, ternyata itu Anisa.
“NAPA ANISA DITINGGAL DITEMPAT WUDHU HAH? TAKUT BANG!”
ucap Anisa ngegas.
“lah, tadi bukannya kamu udah tidur ya dek? Mangkanya
abang kunci pintunya, tapi tadi abang denger kamu nangis, jadi
abang idupin lampu, eh ternyata kamu masih ditempat wudhu,
yang bener dah, takut nih.” Ujarku
“Kan tadi Anisa bantu Bunda dulu abanggggg” kata Anisa
cemberut dan langsung tidur
Lalu siapa yang menangis tadi hm?.
Keesokan harinya aku dan Anisa sekolah, Bunda dan Ayah juga
bekerja, seusai pulang sekolah, tidak ada siapa-siapa dirumah,
hanya aku dan Anisa, kami mengerjakan tugas dari sekolah
3
masing-masing dan menonton televisi karena bosan menunggu
Ayah dan Bunda pulang, tiba-tiba Bunda menelpon.
“ABANG! Bunda pulangnya malem, jaga adek ya, jangan
sampe lecet hehe, nanti bunda pulang bawa martabak keju” seru
bunda
“y” kataku singkat
Lalu Ayah mengirim pesan kepadaku
“Ali, ayah pulangnya malem, lembur soalnya, nanti pulang
bareng bunda, jaga Anisa ya, besok ayah beliin gundam” kata
ayah
“y” balasku.
Karena sudah malam, aku dan Anisa melakukan rutinitas
sebagai seorang muslim, yaitu Shalat dan Mengaji, tapi ketika
kami sedang mengaji, Ada seseorang yang menggedor-gedor
pintu belakang, aku mengabaikannya karena takut, lalu Anisa
langsung memelukku karena takut juga. Kami sama-sama takut,
“ya gusti... ayah sama bunda lama bener pulangnya” ujarku
dalam hati
Lalu tiba tiba ada seseorang yang berteriak, kencang sekali,
aku bisa bisa budeg kalo begini, Anisa semakin takut, aku juga
begitu, lalu tiba tiba ada suara orang menangis, lantas kami
semakin takut, ditambah lagi pintu belakang semakin kencang
digedor, rasanya aku ingin pingsan, tapi Anisa langsung
memelukku erat.
“Abang, telpon bunda, Anisa takut banget, serius... hiks hiks
hiks” tangis Anisa
“iya nis, bentar ya...” ucapku. Lalu tiba-tiba Lampu Mati, Anisa
semakin menangis kencang, aku juga ketakukan dan sontak
memeluk Anisa juga. Semakin dijadi-jadikan, jendela
dipecahkan menggunakan batu kerikil, sontak kami benar-benar
ketakutan, saking lemahnya imanku, aku bahkan tidak bisa
berucap.
4
Anisa yang menangis langsung bilang
“a-abang, itu ada dua orang didepan kamar ayah sama
bunda, mukanya ancur, takut banget abang...” Anisa semakin
nangis terisak
Pintu belakang semakin digedor kencang, lalu aku
menenangkan Anisa sambil menangis juga, ini adalah pertama
kali aku menangis karena gangguan setan, aku benar-benar
malu pada Allah, seharusnya aku hanya takut kepada Allah,
bukan kepada setan.
Lalu aku bilang kepada Anisa
“Dek, baca Al-Baqarah ayat 255 yuk” usulku, aku masih
berusaha mengingat Allah disetiap kondisi.
“iya bang, ayok.” Jawab Anisa
Bismillahirahmanirrahim...
Allohu laaa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qoyyuum, laa ta-khuzuhuu
sinatuw wa laa na-uum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-
ardh, mang zallazii yasyfa'u 'ingdahuuu illaa bi-iznih, ya'lamu maa
baina aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai-im
min 'ilmihiii illaa bimaa syaaa, wasi'a kursiyyuhus-samaawaati
wal-ardh, wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal-'aliyyul-
'azhiim.
Kami membaca Ayat Kursi dengan lantang, tiba-tiba, pintu
belakang yang digedor-gedor sudah tidak terdengar lagi, lalu
suara jeritan dan suara anak kecil menangis juga sudah tidak
terdengar, Lampu yang tadinya mati juga sudah hidup lagi,
Alhamdulillah, aku dan Anisa bernapas dengan lega, aku melihat
handphone ku, baru jam 9 tapi sudah seheboh seperti tadi,
bagaimana kalo tengah malam hm?.
Aku menenangkan Anisa yang masih menangis, lalu terdengar
suara klakson mobil, Ayah dan Bunda sudah pulang, Ayah dan
Bunda melihat kondisi kami yang saling memeluk kan menangis,
bukannya bertanya ada apa, Ayah justru bilang begini
5
“nah gini dong, adek kakak akur, kan enak ngeliatnya” seru
Ayah, lalu Bunda yang melihat kami langsung heboh
“ANISA ANAK BUNDA YANG CANTIK KENAPA NAK? KOK NANGIS
UTUTUTU SINI BUNDA PELUK” seru Bunda
Lalu aku menceritakan semua kejadian yang tadi pada
mereka, lalu mereka bilang kalau kami akan pindah rumah lagi,
kami tidak akan tinggal disini lagi, kami akan tinggal di rumah
bibi kami yang ada di plaju, kami benar-benar lega, akhirnya
kami tidak disini lagi, lalu bunda mengajak kami tidur bersama
dikamar mereka karena takut kami diganggu lagi.
Keesokan paginya, kami langsung berangkat untuk
meninggalkan rumah itu, Aku dan Anisa menoleh kearah rumah
itu, alangkah terkejutnya aku melihat ada seorang bapak bapak
dan anak kecil yang wajahnya hancur, ya. Itu tepat seperti yang
dikatakan Anisa saat pertama kali menginjakkan kaki dirumah itu
Dimobil, Ayah bercerita tentang rumah itu
“5 tahun yang lalu terjadi perampokan yang menewaskan
seorang ayah dan anak kecil disana, karena ibu itu depresi
kehilangan suami dan anaknya, dia mengosongkan rumah itu,
mangkanya rumah itu dikasih ke kita” jelas Ayah. Kami hanya ber
oh ria mendengarnya, syukurlah kami pindah kerumah bibi.
-Selesai-
pesan moral :
Janganlah takut kepada setan, sesungguhnya mereka hanya
mengganggu imanmu, tapi takutlah kepada Allah. Dan janganlah
melupakan Allah, meski kondisimu tersedak.