Anda di halaman 1dari 6

Cerpen : Desinta Anggraini

Tugas : Bahasa Indonesia

Rumah Tertinggal

Perkenalkan. Namaku adalah Muhammad Ali, panggil saja aku


Ali, aku sudah kelas 9 SMP, tapi sekolahku dan tempat tinggalku
berpindah-pindah, itu karena ayahku memiliki pekerjaan yang
berpindah-pindah tempatnya, sekarang aku tinggal didaerah
Sumatera Selatan, tepatnya di Meritai, disini memang sejuk, masih
banyak pohon dan tanah kosong, tapi... mengerikan.
Aku punya seorang adik perempuan, namanya Anisa, dia
masih kelas 6 sd, Bundaku bekerja sebagai desainer, jadi Bunda
membuka butik yang tempatnya jauh kebangetan dari rumah
baru kita, nyebelin emang.
Awal kami pindah kesini sih baik-baik saja, tapi si Anisa ini
menarikku terus dia bilang
“Abang, disana ada anak kecil, serem banget mukanya, terus
disampingnya ada bapak bapak, ancur mukanya” Anisa
ketakutan terus langsung menggandengku.
“Allahu akbar dek, kita baru pindah loh, jangan nakut-nakutin
deh, berasa tinggal bareng setan kita.” Ujarku
“Beneran loh bang” kata Anisa
Lalu ayah dan ibu menyuruh kami masuk ke rumah dan
menunjukkan kamar kami berdua, iya. Aku dan Anisa satu kamar
soalnya Anisa tuh takutnya kebangetan kalo tidur sendirian,
tempat tidur kami dua tingkat, aku diatas menghadap atap, kalo
Anisa dibawah.
Secara garis besar, si Anisa tuh punya indra ke-6, ituloh, yang
bisa melihat setan, jadi mangkanya Anisa kalo ngomong suka
ngawur, dia bisa liat setan soalnya, aku sih percaya, tapi Ayah
sama Bunda engga. Kasian Anisa, udah cupu, tidak dipercaya
Ayah sama Bunda pula, hehe.
Sehabis kami berberes barang-barang, lalu kami berempat
berkumpul di ruang tamu, sambil nonton televisi tentunya. Lalu
Ayah membuka topik, kata Ayah
“ini rumah udah 5 tahun ga berpenghuni, gapapa kan?”
“iya deh, yang penting ada rumah” kata Bunda sambil nyemilin
snack
“gapapa apanya? Kalo diganggu setan gimana?” ujar Anisa
yang heboh sendiri
“yang penting Ali bisa lulus disini, gausah pindah-pindah lagi,
nanti ga naik kelas gimana dong?” ujarku sambil memutar-mutar
acara televisi
Lalu setelah meyakinkan Anisa yang dari tadi heboh masalah
setan dirumah, akhirnya kami memutuskan untuk tinggal disini,
seenggaknya sampai aku lulus SMP dan Anisa lulus SD.
Adzan Isya sudah berkumandang, aku dan Ayah Shalat
dimasjid, sedangkan Bunda sama Anisa Shalat dirumah, seusai
pulang dari masjid, Ayah mengajari kami mengaji, kata Ayah biar
setannya lari, yaudahlah, percaya saja kami. Trus si Anisa nih
kumat lagi dia, disuruh ngambil Al-Qur’An dikamar Ayah sama
Bunda aja tidak mau, katanya ada bapak-bapak tua yang
mukanya ancur didepan pintu kamar ayah sama bunda. Allahu
akbar, punya adek gini amat.
Jadi Bunda yang ngambil Al-Qur’An, awalnya yang ngaji
Bunda, Aku, baru Anisa. Bunda dan Aku sudah selesai ngaji,
sekarang tinggal Anisa, Anisa tidak mau ngaji, katanya dia diliatin
anak kecil didepan pintu rumah, terus ayah bilang gini.
“yang tidak ngaji tidak ayah kasih duit seminggu”
“serem banget dah hukumannya” ujarku
“yowes anisa ngaji nah” sahut anisa sambil cemberut mukanya.

2
Bunda cuma geleng-geleng kepala karena pusing liat tingkah
Anisa.
“tapi kalo dipikir-pikir, Anisa bener juga sih, ini rumah sudah 5
tahun ga berpenghuni, kalo anak-anakku kenapa-kenapa
gimana mas?” tanya Bunda
“Gapapa, toh Ali sama Anisa kan ga kemana mana” jawab
Ayah
“iya juga sih” kata Bunda. Anisa yang lagi ngaji cuma cemberut
mukanya
Sehabis ngaji, kami berwudhu terlebih dahulu, lalu langsung
tidur, tidurku sih sudah nyaman dan sudah tentram, tapi si Anisa
nih tiba-tiba nangis. Lampu sudah kupatikan, jadi aku bertanya
pada Anisa
“lah, kok nangis dek?” tanyaku, tapi Anisa tidak menjawab,
kutanya lagi
“kenapa nangis dek?” tapi Anisa tetap tidak mau menjawab,
hingga akhirnya aku menghidupkan lampu, tapi Anisa tidak ada
di tempat tidurnya, lalu aku mendengar ada yang mengedor-
gedor pintu kamar, setelah kubuka, ternyata itu Anisa.
“NAPA ANISA DITINGGAL DITEMPAT WUDHU HAH? TAKUT BANG!”
ucap Anisa ngegas.
“lah, tadi bukannya kamu udah tidur ya dek? Mangkanya
abang kunci pintunya, tapi tadi abang denger kamu nangis, jadi
abang idupin lampu, eh ternyata kamu masih ditempat wudhu,
yang bener dah, takut nih.” Ujarku
“Kan tadi Anisa bantu Bunda dulu abanggggg” kata Anisa
cemberut dan langsung tidur
Lalu siapa yang menangis tadi hm?.
Keesokan harinya aku dan Anisa sekolah, Bunda dan Ayah juga
bekerja, seusai pulang sekolah, tidak ada siapa-siapa dirumah,
hanya aku dan Anisa, kami mengerjakan tugas dari sekolah

3
masing-masing dan menonton televisi karena bosan menunggu
Ayah dan Bunda pulang, tiba-tiba Bunda menelpon.
“ABANG! Bunda pulangnya malem, jaga adek ya, jangan
sampe lecet hehe, nanti bunda pulang bawa martabak keju” seru
bunda
“y” kataku singkat
Lalu Ayah mengirim pesan kepadaku
“Ali, ayah pulangnya malem, lembur soalnya, nanti pulang
bareng bunda, jaga Anisa ya, besok ayah beliin gundam” kata
ayah
“y” balasku.
Karena sudah malam, aku dan Anisa melakukan rutinitas
sebagai seorang muslim, yaitu Shalat dan Mengaji, tapi ketika
kami sedang mengaji, Ada seseorang yang menggedor-gedor
pintu belakang, aku mengabaikannya karena takut, lalu Anisa
langsung memelukku karena takut juga. Kami sama-sama takut,
“ya gusti... ayah sama bunda lama bener pulangnya” ujarku
dalam hati
Lalu tiba tiba ada seseorang yang berteriak, kencang sekali,
aku bisa bisa budeg kalo begini, Anisa semakin takut, aku juga
begitu, lalu tiba tiba ada suara orang menangis, lantas kami
semakin takut, ditambah lagi pintu belakang semakin kencang
digedor, rasanya aku ingin pingsan, tapi Anisa langsung
memelukku erat.
“Abang, telpon bunda, Anisa takut banget, serius... hiks hiks
hiks” tangis Anisa
“iya nis, bentar ya...” ucapku. Lalu tiba-tiba Lampu Mati, Anisa
semakin menangis kencang, aku juga ketakukan dan sontak
memeluk Anisa juga. Semakin dijadi-jadikan, jendela
dipecahkan menggunakan batu kerikil, sontak kami benar-benar
ketakutan, saking lemahnya imanku, aku bahkan tidak bisa
berucap.

4
Anisa yang menangis langsung bilang
“a-abang, itu ada dua orang didepan kamar ayah sama
bunda, mukanya ancur, takut banget abang...” Anisa semakin
nangis terisak
Pintu belakang semakin digedor kencang, lalu aku
menenangkan Anisa sambil menangis juga, ini adalah pertama
kali aku menangis karena gangguan setan, aku benar-benar
malu pada Allah, seharusnya aku hanya takut kepada Allah,
bukan kepada setan.
Lalu aku bilang kepada Anisa
“Dek, baca Al-Baqarah ayat 255 yuk” usulku, aku masih
berusaha mengingat Allah disetiap kondisi.
“iya bang, ayok.” Jawab Anisa
Bismillahirahmanirrahim...
Allohu laaa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qoyyuum, laa ta-khuzuhuu
sinatuw wa laa na-uum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-
ardh, mang zallazii yasyfa'u 'ingdahuuu illaa bi-iznih, ya'lamu maa
baina aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai-im
min 'ilmihiii illaa bimaa syaaa, wasi'a kursiyyuhus-samaawaati
wal-ardh, wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal-'aliyyul-
'azhiim.
Kami membaca Ayat Kursi dengan lantang, tiba-tiba, pintu
belakang yang digedor-gedor sudah tidak terdengar lagi, lalu
suara jeritan dan suara anak kecil menangis juga sudah tidak
terdengar, Lampu yang tadinya mati juga sudah hidup lagi,
Alhamdulillah, aku dan Anisa bernapas dengan lega, aku melihat
handphone ku, baru jam 9 tapi sudah seheboh seperti tadi,
bagaimana kalo tengah malam hm?.
Aku menenangkan Anisa yang masih menangis, lalu terdengar
suara klakson mobil, Ayah dan Bunda sudah pulang, Ayah dan
Bunda melihat kondisi kami yang saling memeluk kan menangis,
bukannya bertanya ada apa, Ayah justru bilang begini

5
“nah gini dong, adek kakak akur, kan enak ngeliatnya” seru
Ayah, lalu Bunda yang melihat kami langsung heboh
“ANISA ANAK BUNDA YANG CANTIK KENAPA NAK? KOK NANGIS
UTUTUTU SINI BUNDA PELUK” seru Bunda
Lalu aku menceritakan semua kejadian yang tadi pada
mereka, lalu mereka bilang kalau kami akan pindah rumah lagi,
kami tidak akan tinggal disini lagi, kami akan tinggal di rumah
bibi kami yang ada di plaju, kami benar-benar lega, akhirnya
kami tidak disini lagi, lalu bunda mengajak kami tidur bersama
dikamar mereka karena takut kami diganggu lagi.
Keesokan paginya, kami langsung berangkat untuk
meninggalkan rumah itu, Aku dan Anisa menoleh kearah rumah
itu, alangkah terkejutnya aku melihat ada seorang bapak bapak
dan anak kecil yang wajahnya hancur, ya. Itu tepat seperti yang
dikatakan Anisa saat pertama kali menginjakkan kaki dirumah itu
Dimobil, Ayah bercerita tentang rumah itu
“5 tahun yang lalu terjadi perampokan yang menewaskan
seorang ayah dan anak kecil disana, karena ibu itu depresi
kehilangan suami dan anaknya, dia mengosongkan rumah itu,
mangkanya rumah itu dikasih ke kita” jelas Ayah. Kami hanya ber
oh ria mendengarnya, syukurlah kami pindah kerumah bibi.

-Selesai-
pesan moral :
Janganlah takut kepada setan, sesungguhnya mereka hanya
mengganggu imanmu, tapi takutlah kepada Allah. Dan janganlah
melupakan Allah, meski kondisimu tersedak.

Anda mungkin juga menyukai