Disusun Oleh:
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. A.W
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 71 Tahun
Alamat : Lumbungrejo, Tempel, Sleman
No. Rekam Medis : 0091XXXX
Tanggal pemeriksaan : 01 Februari 2021
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mata kanan perih
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Klinik Mata RS Bethesda dengan keluhan mata terasa mbayang dan
kurang tajam. Tidak terasa gatal, panas maupun lengket pada pagi hari. Mata berair
kadang-kadang dan terdapat blobok. Untuk membaca mengalami kesusahan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa :-
Trauma : Jatuh waktu naik motor terbentur
Operasi : Katarak 1 tahun yang lalu
Diabetes :-
Hipertensi : (+)
Mondok :-
Riwayat Penyakit Keluarga
Katarak :-
Diabetes :-
Alergi :-
Hipertensi : (+) Ayah
Gaya Hidup
Pasien merupakan pensiunan yang dahulu bekerja di hotel, sekarang beraktivitas di
rumah saja dan masih rutin merokok.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : Tidak diperiksa
Respirasi : Tidak diperiksa
Suhu : 36C
Status Generalis
Ukuran Kepala : Normochepali
Leher : Tidak diperiksa
Thorax : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Tidak diperiksa
OD PEMERIKSAAN OS
Iris coklat, pupil bulat, sentral, Iris & pupil Iris coklat, pupil bulat, sentral,
refleks cahaya (+/+) refleks cahaya (+/+)
12 TIO 12
VIII. EDUKASI
● Pasien diberitahu bahwa yang dialaminya merupakan secondary cataract
● Pandangan berkabut yang sudah mengganggu aktivitas dapat diterapi dengan
YAG Laser, terapi laser tidak sakit dan hanya membutuhkan waktu yang sebentar,
hanya dilakukan sekali saja karena PCO tidak dapat terjadi berulang
● Penglihatan akan segera membaik & jernih setelah laser dalam jam - hari
● Pasien dapat mengoreksi kacamata setelah 3 minggu dari terapi laser
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Kekeuruhan ini menyebabkan
sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga penderita katarak mengalami gangguan
penglihatan dimana objek terlihat kabur.
Post-Operative Capsular Opacification (PCO) disebut juga sebagai 'katarak sekunder',
yang berkembang di atas kapsul posterior beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah
operasi katarak. PCO muncul akibat pertumbuhan dan proliferasi abnormal LECs pada
kapsul pada saat operasi katarak. Sel-sel ini bermigrasi ke kapsul posterior di mana
mereka mendekati sumbu visual pusat dan menyebabkan pengaburan sumbu visual, yang
mengakibatkan redupnya penglihatan.
II. EPIDEMIOLOGI
Katarak atau kekeruhan lensa merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia, 81%
kebutaan disebabkan oleh katarak. Sedangkan prevalensi kebutaan akibat katarak pada
penduduk umur 50 tahun ke atas di Indonesia sebesar 3%. Oleh karena gangguan
penglihatan berat, sedang, maupun kebutaan sebagian besar disebabkan oleh katarak,
maka pemerintah Indonesia mengintensifkan operasi katarak untuk menurunkan
prevalensi kebutaan dan gangguan penglihatan serta untuk membantu perekonomian
masyarakat (Kemenkes, 2020).
III. ETIOLOGI
Katarak
Penyakit katarak bisa didapatkan sejak lahir / kongenital. Selain itu, katarak dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti:
● Usia
Pada umumnya katarak disebabkan oleh karena proses penuaan. Seiring dengan
bertambahnya usia lensa mata menjadi keras dan keruh. Biasanya hal ini terjadi
pada usia diatas 50 tahun.
● Trauma Mata
Trauma pada mata dapat menyebabkan erosi epitel lensa. Ketika terjadi erosi,
maka akan terjadi hidrasi korteks lensa. Hal ini menyebabkan lensa menjadi
cembung dan keruh.
● Diabetes Melitus
Pada penderita diabetes, kadar sorbitol atau gula yang terbentuk dari glukosa
meningkat pada tubuh. Peningkatan kadar sorbitol menyebabkan penumpukan
pada lensa. Penumpukan ini mengakibatkan lensa menjadi keruh.
● Hipertensi
Hipertensi meyebabkan terjadinya perubahan struktur protein dalam kapsul lensa.
Perubahan protein ini akan memicu katarak.
● Merokok
Merokok akan mengubah sel-sel lensa melalui oksidasi. Merokok akan
menyebabkan terjadinya akumulasi logam berat seperti cadmium dalam lensa. Hal
ini akan menmicu katarak. Merokok meningkatkan risiko terjadinya katarak
secara signifikan dibandingkan pada non-perokok.
● Alkohol
Minuman beralkohol yang dikonsumsi secara berlebihan dapat mengganggu
homeostasis kalsium dalam lensa. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
kerusakan membran pada lensa.
● Radiasi Ultraviolet
Radiasi ultraviolet dapat merusak jaringan mata. Radiasi ultraviolet tinggi
terutama pada siang hari.
PCO (Post-Operative Capsular Opacification)
PCO terjadi akibat proliferasi, migrasi, dan diferensiasi abnormal sisa sel epitel
lensa dan serat dalam kantong kapsuler. Ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko
terjadinya PCO, seperti usia, diabetes mellitus, uveitis, retinitis pigmentosa, dan katarak
akibat trauma. Pada usia yang semakin muda maka risiko terjadinya PCO akan semain
tinggi.
IV. ANATOMI
Seseorang dapat melihat benda dengan cara menerima rangsangan berupa cahaya.
Pada prosesnya dikenal istilah berupa refraksi. Refraksi merupakan keadaan dimana
sekumpulan sinar melalui satu media transparan ke media lain yang transparan tetapi
berbeda kepadatannya. Media refraksi terdiri dari:
1. Kornea
Kornea merupakan bagian selaput mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata bagian depan. Kornea berfungsi sebagai pelindung dan “jendela” yang
dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya
karena strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgenses.
2. Kamera Okuli Anterior
Kamera okuli anterior berisi Humor Aqueous. Humor Aqueous merupakan hasil
produksi badan siliar yang memiliki jaringan vaskular. Jika terjadi hambatan
aliran cairan bilik mata akan meningkatkan tekanan bola mata.
3. Lensa
Lensa terletak di belakang pupil dan melekat pada badan siliar melalui zonula
zinn. Lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan. Pada mata lensa
berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Lensa bersifat elastis, sehingga dapat
berakomodasi untuk memfokuskan bayangan benda jauh maupun dekat.
4. Kamera Okuli Posterior
5. Badan Siliar
Badan Siliar merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak diantara
lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata dan berfungsi
sebagai penerus sinar dari lensa ke retina.
6. Retina
Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang meneruma
rangsangan cahaya (fotoreseptor). Lapisan fotoreseptor retina terdiri dari sel
batang dan sel kerucut. Sel batang merupakan sel yang sensitif terhadap cahaya,
sedangkan sel kerucut lebih sensitif dalam membedakan warna.
V. PATOFISIOLOGI
Katarak
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:
1) Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang
berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang
menyebabkan kekeruhan lensa.
2) Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen
terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin
lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis
nukleus lensa.
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α
dan β adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna
untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif
sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin
untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kekeruhan lensa yang mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya
ke retina.
2) Migrasi
Migrasi LECs menuju kapsul posterior dan perlekatan selanjutnya ke kapsul
posterior difasilitasi oleh berbagai molekul perlekatan sel yang ada pada LEC.
Molekul-molekul ini mencakup berbagai subunit integrin, molekul adhesi sel
(CAM) dan reseptor hyaluronan CD.
3) Diferensiasi
LEC memiliki kemampuan untuk menjalani diferensiasi normal dan abnormal.
Diferensiasi normal LECs yang telah direncanakan sebelumnya mengarah pada
pembentukan struktur seperti mutiara di kapsul posterior yang dikenal sebagai
bladder cells. Bladder cells cukup dinamis, menunjukkan reorganisasi bahkan
menghilang dalam jangka waktu tertentu. Mereka memiliki sitoplasma
bergranuler homogen dengan pyknotic atau tanpa inti dan tidak mengekspresikan
αSMA. Munculnya αSMA menyebabkan kerutan pada kapsul posterior, dan
membentuk fibrous PCO.
VI. KLASIFIKASI
Katarak
Klasifikasi Katarak menurut Ilyas (2014), katarak dapat diklasifikasikan ke dalam
golongan :
1) Katarak perkembangannya (developmental) dan degenerative
2) Katarak congenital, juvenile dan senilis
3) Katarak komplikata
4) Katarak Traumatik
Berdasarkan usia pasien, klasifikasi katarak dapat dibagi sebagai berikut :
1) Katarak kongenital, merupakan katarak yang telah terlihat pada usia dibawah 1
tahun
2) Katarak juvenile, adalah katarak yang terjadi setelah usia 1 tahun
3) Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun
Terdapat beberapa tipe katarak senilis, yaitu katarak nuklear dan kortikal serta
subkapsular (anterior dan posterior) yang biasanya terjadi pada usia lebih muda.
a. Tipe Nuklear
Kekeruhan lensa dimulai dari bagian nukleus (inti) lensa. seiring bertambahnya
usia, nucleus akan memadat dan mengalami dehidrasi sehingga terjadi sclerosis.
Tipe nuklear berkembang secara lambat dan lebih merusak penglihatan jarak jauh
dibandingkan jarak dekat. Dalam kasus yang lebih matur, lensa dapat berwarna
kecoklatan dan opak
b. Tipe Kortikal
Kekeruhan dimulai dari bagian superficial dari korteks lensa mata. Terjadi
penurunan level total protein, asam amino dan ion kalium dan peningakatan
konsentrasi ion natrium yang mengakibatkan hidrasi lensa diikuti dengan
koagulasi protein
c. Tipe Posterior Subkapsular
Tipe ini lebih sering ditemukan pada pasien dengan usia yang lebih muda
dibandingkan tipe nuklear dan kapsular
PCO (Post-Operative Capsular Opacification)
Penilaian opasifikasi kapsul posterior dilakukan untuk menilai seberapa tebal dan
luas kekeruhan yang terjadi pada kapsul posterior sehingga menurunkan tajam
penglihatan. Klasifikasi untuk melakukan grading pada opasifikasi kapsul posterior
ditulis oleh Kruger et al untuk mendiagnosis pasien dengan opasifikasi kapsul posterior di
belakang segmen optic LIO dengan ukuran 3 mm di bagian sentral yaitu :
Grade 0: tidak terdapat opasifikasi
Grade I: kekeruhan sangat ringan
Grade II: kekeruhan sedang
Grade III: kekeruhan menebal sampai berwarna keputihan
X. KOMPLIKASI
Komplikasi katarak dapat berupa : komplikasi setelah operasi
1) Uveitis Kronis
Inflamasi normal akan menghilang setelah 3 sampai 4 minggu operasi
katarak dengan pemakaian steroid topikal. Inflamasi yang menetap lebih dari 4
minggu, didukung dengan penemuan keratik presipitat granulomatosa yang
terkadang disertai hipopion, dinamai uveitis kronik
2) Glaukoma Sekunder
Bahan viskoelastik hialuronat yang tertinggal di dalam KOA pasca operasi
katarak dapat meningkatkan tekanan intraokular (TIO), peningkatan TIO ringan
bisa terjadi 4 sampai 6 jam setelah operasi, umumnya dapat hilang sendiri dan
tidak memerlukan terapi anti glaukoma, sebaliknya jika peningkatan TIO
menetap, diperlukan terapi anti glaucoma
3) Posterior Capsule Opacification (PCO) / kekeruhan kapsul posterior
PCO merupakan komplikasi pasca operasi katarak yang paling sering.
Mekanisme PCO adalah karena tertinggalnya sel-sel epitel lensa di kantong
kapsul anterior lensa, yang selanjutnya berproliferasi, lalu bermigrasi ke kapsul
posterior lensa
XI. PENATALAKSANAAN
Katarak
1) Intra Capsular Catarac Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. kontraindikasi
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan
2) Extra Capsular Catarac Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan
3) Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi mengacu pada operasi, di mana katarak rusak dengan
energi ultrasound dan diangkat melalui sayatan kecil. Karena operasi dilakukan
melalui sayatan kecil, pemulihan pun cepat, jahitan tidak diperlukan, sehingga
pemulihan lebih cepat dan kenyamanan yang lebih baik setelah operasi. Teknik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis padat
4) Manual Small Incision Cataract Surgery (MSICS) / Small Incision Cataract
Surgery (SICS) / Sutureless Extra Capsular Cataract Extraction (SECCE)
Ekstraksi katarak ekstrakapsular dengan sayatan kecil. MSICS memiliki
keunggulan berupa luka tanpa jahitan yang dapat menutup sendiri, waktu operasi
lebih singkat, lebih sedikit kebutuhan teknologi dan biaya yang lebih rendah.
PCO (Post-Operative Capsular Opacification)
Opasifikasi kapsul posterior dapat ditatalaksana menggunakan sistem laser
kapsulotomi maupun pembedahan. Laser kapsulotomi yang digunakan adalah
Neodymium:YAG (Nd: YAG) yang berfungsi untuk memecah kekeruhan di bagian
sentral atau aksis visual pada kapsul posterior. Laser Nd: YAG merupakan prosedur
standar untuk terapi opasifikasi sekunder dari kapsul posterior atau kontraksi dari kapsul
anterior. Langkah lain untuk menatalaksana opasifikasi adalah dengan melakukan
pembedahan
XII. EDUKASI
Hal yang diperhatikan setelah melakukan operasi :
1) Hindari mata dari benturan atau tertusuk
2) Mata yang telah dioperasi tidak boleh terkena air selama 2 minggu
3) Cuci rambut harus tengadah (seperti di salon )
4) Tidak diperbolehkan sujud selama 4 minggu, bila akan jongkok atau menunduk
harus hati- hati kecuali bila ada instruksi dari dokter.
5) Obat harus dipakai secara teratur dan sesuai anjuran dokter
6) Tidak diperbolehkan mengangkat benda yang berat
7) Jangan menggosok mata yang telah dioperasi
8) Jika keluar rumah, mata yang dioperasi harus ditutup dengan verband/ doff
XIII. PROGNOSIS
Prognosis baik dengan lebih dari 95% pasien mengalami perbaikan visual setelah
dilakukan operasi. Sedangkan prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang
memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Prognosis
untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang
proresif lambat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gerhard, K.L. Oscar, Gabriele. Doris, Peter. Ophthalmology a short textbook. 2ndEd.
New York: Thieme Stuttgart. 2007.
2. Gondhowiardjo, T.D. Simanjuntak, G. Panduan Manajemen Klinis Perdami, 1th
Ed.Jakarta: CV Ondo. 2006.
3. James, Brus. dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 2005.
4. Kemenkes RI. 2020. Katarak Penyebab Terbanyak Kebutaan. diakses pada: 1 Februari
2021.https://www.kemkes.go.id/article/view/20100600004/katarak-penyebab-terbanyak-
kebutaan.html
5. Macky, Tamer A.M D.; Pandey, Suresh K.M.D.; Werner, Liliana M.D.,Ph.D.; Trivedi,
Rupal H.M.D.; Izak, Andrea M.M.D.; Apple, David J.M.D. Anterior Capsular
Opacification, International Ophthalmology Clinics: Summer 2001-Volume 41-Issue 3-p
17-31.
6. McCreery KM. Cataract in Children. 2015. Available from: https://www.uptodate.com
7. Raj SM, Vasavada AR, Johar SRK, Vasavada VA, Vasavada VA. Post- Operative
Capsular Opacification: A Review. Int J Biomed Sci. 2007;3(4).
8. Riordan, P.E, Whitcher, J.P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Ed17.Jakarta:
EGC. 2009.
9. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Ed III. Cetakan V. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2008.
10. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Cetakan I. Jakarta: Widya Medika. 2000.
11. Werner L, Apple DJ, Mamalis N. Pathology of Cataract Surgery and Intraocular Lenses.
In: Steiner RF, editor. Cataract Surgery. Ke-3. California: Elsevier Saunders; 2010.