Anda di halaman 1dari 16
| | } | Agraria Semesta Roy Murtadho Pasca-Konsensus Washington, terdengar sejak pertama kali UUPA di- ‘peties-kan di masa Orde Baru, perlahan- Jahan terminologi tersebut mulai diperkenatkan Kembali melalui program agraria pemerintah, terutama sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilanjutkan pemerintahan Joko. Widedo (okowi). Saat ini, terminologi reforma agraria telah menjadi pembicaraan dan perdebatan hangat di kalangan pengkaji, pegiat agraria, dan masyarakat huas. Sebagian pihak meletalskan kebijakan agra- ria pemerintah sebagai arena politik yang bisa menjadi peluang bagi pembaruan agraria di Indonesia, minimal dapat. diintervensi oleh ‘ ‘ etelah sekian lama reforma agraria tidalx © Dalam posis! ini, bisa disebut di antaranya Serikat Petani Indonesia (SPD) dan Konsorsium Pemba ruan Agraria (KPA). KPA mengalukan usulan peta prioritas objek reforma agraria secara partisipar TOPIK | Kritik Ekonomi-Politik RAPS | sebagai Instrumen Pembaruan Reforma agraria merupakan program pembangunan berorientasi populis yang sangat penting sebagai landasan pembangunan ekonomi. Tanpanya agenda pembangunan ekonomi akan menjadi pincang dan makin melanggengkan ketimpangan ekonomi yang disebabkan oleh pembiaran kesenjangan penguasaan sumbersumber agraria, seperti sekarang kita saksikan. Kebijakan agraria yang mengadopsi terminologi reforma agraria bukannya dalam rangka menjalankan pembaruan agraria secara konsisten dan menyeluruk, melainkan sebagai mekanisme akses alas tanak untuk keperluan dan kepentingan modal besar yang diresapi formula kebijakan ekonomi Kata Kunci: neoliberalisme, Konsensus Washington, Perhutanan Sosial, Reforma Agraria, UUPA. gerakan agraria bagi instrumen penyelesaian konflik agraria, yang nyaris belum terang arahnya. Bagi mereka, pengadopsian termi- nologi reforma agraria ke dalam kebijakan pertanahan pemerintah dianggap scbagai lang- ‘kab maju setelah sekian lama perjuangan pern- baruan agraria mengalani jalan buntu, Karena itu, kebijakan Reforma Agraria dan Perhutanan, (oris, namun secara organisasional tidak pemah ‘mengeluarkan pernyataan menolak RAPS. Bahkan, mereka menggelar hajatan Intemational Land Coalition (LC) bertajuk Global Land Forum bekerja sama dengan pemerintah, dalam hal ini Kantor Staf Presiden, Kementerian Agraria dan ‘Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kerien- terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Komnas HAM pada tangygal 24-27 September 2018 i Bandung: lihat, https:/ /konfcrensitenurial2017, id/percepat-reforma-agraria kpatawarkan-lpra/ Giakses 12 September 2019). 118 Prisma, Vol. 38, No, 3, 2019 Sosial (RAPS) dilihat sebagai kesempatan Politik yang harus didukung, seartifisal apa pun elaksanaannya, Sementara itu, pihak lainaya mefihat kebi- Jakan RAPS telah mereduksi terminologi, kon Sepsi, dan imptementasi reforma agraria sejath Genuine) sebagaimana termaktub Undang-Undang Pokok Agraria (JUPA) 1960. Alitalih merombak struktur agraria dan jalan Penyelesaian kontlik, karena pelaksanaannya Yang artifisial, RAPS justru dinilai sebagai peng: halang utama bagi pelaksanaan pembaruan agraria secara menyeluruh untule dijalankan di Indonesia. Sclain itu, RAPS dipandang tak lebih sebagai agenda pemerintah yang memberi jalan dan akses tanah untuk kepentingan modal besar melalui skema legalisasi (sertifikasi) tanah. Berangkat dari kondisi politik, konjungtur gerakan agraria dan orientasi kebijakan eko- nomi pemerintah, perl suatu analisis terhadap jenis kebijakan agraria yang sedang dijalankan pemeriotah, dengan mengajukan kritik dari perspektif ckonomi-politik, dan landasan hu- kum UUPA, untuk menguji kemungkinan dan ketidakrnungkinannya sebagai instrumen pe- rombaken struktur penguasaan serta penyele- saian konflik di sektor agraria di Indonesia. Signifikansi dari analisis itu terletak pada aspek pembongkarannya terhadap relasi antara stra- tegi pembangunan ekonomi berhaluan neo- liberal di satu sisi dengan upaya pemerintah menjalankan pembaruan agvatia di sisi lainnya. Keduanya saling mengandaikan dan mengait satu sama lain. Pada dasarnya, strategi pem- bangunan ekonomi merupakan kebijakan pa- yung yang menentukan orientasi pelbagai kebi- ® Dalam posisi ini, antara lain, Aliansi Gerakan Refor- ras Agraria (AGRA) dan organisasi tani lokal yang tidak tergabung dalam KPA. Sejak 2017, mereka secara tegas menolak pelaksanaan kebijakan agraria yang diberi label Reforma Agraria oleh pemerintah Jokowi; lihat, misalnya, https:// www suaralidik.com/agra-menolak-reforma- agraria-palsu-jokowi-dan-tidak-bergabung-aksi- kmnpa/ (diakses 12 September 2019). «kan sektoral lainnya. Semua kebjjay aa oleh kebijakan dan haluan ek, on dijalankan. . ‘ey Dalam hal strateri pembanztnay nogaranegara kapitalisme pinggiran to , dilikte institusi ekonomi global, seen i Dunia, IMF dan organisasi perdapangys i (WTO), untuk menginteprasikan ekong, reka ke dalam sistem ekonomi glo, konteks liberalisasi pasar di negaraney, pitalisme pinggiran, tuzas IMF dan Bang py" adalah merangkul berbagai korpora; gy agar berinvestasi dinegara-negara terse ngan asumsi bahwa investasi itu secara lone fis akan berdampak postf bagi “pembangings Padahal, tujuan utama dari semua korpong adalab mencari keuntungzn sebanyak mung bagi para pemegang saham mereka dan ie sekali bukan untuk memacu perkembangas pembangunan ataupun demokrasi di negara, negara miskin, Ita sebabnya mengapa komporay kerap menjalin kerja sama yang erat (tond ip glove) dengan para diktator atau pernimpin oiy riter pelanggar HAM di negaranegara me pinggiran.* ‘pits Bentangan Pembangunan Ekonomi Berorientasi Pasar Bila dicermati, semua arah kebijalan eko- nomi Indonesia dari masa ke masa, terkecsall periode pemerintahan Soekamo, adalah upaya pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistem kapitalisme global daripada sebagai ren cana pembangunan untuk kedaulatan ekonomi nasional, seperti visi yang pernah diperjuant kan oleh para pendiri Republik ini yang tera tub di dalam UUD 45 pasal 33. Sejak ditum bangkannya pemerintahan populis Soeka™™ seluruh produk hukum berorientasi kerakyataa seperti UUPA dan Undang-Undang Pokok Batt Hasil (UUPBH) di-peti-eskan dan digan! * Kevin Danaher, 10 Alasan Bubarkan IMS & Bott Dunia. (Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Ral Cerdas, 2005), hal. 25. Torik Koy Murtadho, Kritit Khonomi-Politit RAPS dengad Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penanaman Modal Asing (UUPMA)! yang menandai dibukanya invostasi modal asing dilndonesia. Terbitnya UUPMA disusul dengan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, secara total mengubah paluan politilt dan ekonomi Indonesia dari sebelumnya bercorak populistile (membatasi peran swasta dan modal asing) menuju jalan kapitalisme dengan menerapkan kebjjakan pinta terbuka (open door policy) terhadap modal asing.” Alih-alih melanjutkan reforma agratia, Soeharto malah memilih menerapkan revolusi hijau yang selaras dengan kepentingan ekonomi global sekaligus mendapat dulungan besar dari Bank Dunia, Pada saat hampir bersamaan (sejak tahun 1970-an), Amerika Latin, kkhususnya Cile, dijadi- ‘kan sebagai kawasun proyek rintisan penswas- wan sumber daya negara dan aset publik nega- renegara berkembang, yang ditandai dengan, penggulingan pemerintahan sosialis demokratis Salvador Allende melalui operasi milter, Kudeta berdarah Augusto Pinochet itu mendapat. du- kungan penuh Amerika Serikat. Setelah itu, Cile menswastanisasi 521 dari 524 BUMN-nya sejak dibukanya kebijakan pintu terbuka.* Situasi dan * Pada tahun yang sama (1967), pemerintah me- nerbitkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Kehutanan dan Undang- Gndang Nomor 11 Taliua 1967 tentang Keten- tuan Pokok Pertambangan. + Pada masa inj, dalam koateks Perang Dingin, AS banyak maenggelontorkan pinjaman kepada negare- negara berkembang dengan syarat negara ‘ber Eanigloutan “erkenan’ melberaisst ara ekono- mminya until modal asing- Kelak, skema seperti itu memicu terjadinya krisis utang seperti yang dialami ‘Indonesia; lihat, Noorena Hertz, The Det Thront: How Debt is Destroying the Developing World (New York: Harper Business, 2001), hal 40°73 § Sunita Kiker, John Nellis, dan Mary Shisley, “Privatization: Lessons from Market Economics’, dalam The World Bank, Research Observer, Vol. Saul 1994, hal. 248, sebagaimana dikutip Tim Peaulis Gres, Post Washington Consens an Politik foo isasi di Indonesia (angerans: Marjin Kiri, a bal, 10. TOPIK ng nasib hampir sama terjadi di belahan negara: negara kapdalisine pingggiran lalnnya” Sotelah tuobangnya Sockarno, pemerintah otoriter Orde Baru imenjadikan pertunbuhan ckonomi ala Rostow schagai landasan dan pang- Tima pembangunan jangka pasijany yang, ditetap- kan secara berkala Tima tahunan yang dikenal dengan nama Pernbanguaas LimmaTahun (Pelit),” Para pendokung teori pertumbuhan yang me- ngandaikan modernisasi sebagat metafora per tumbuhan layaknya oryanisme, berasumsi bahwa transformasi dari tradisionalisme ke moder- nisme adalah keniscayaan yang tak bisa die- Jakkan sebagai satu-satunya jalan yang harus ditempuh negara-negara Dunia Ketiga bila menghendaki “kemajuan” metalui pertum- buhan ekonomi, Berangkat dari kerangka pikir pembangunan seperti itu, pemerintah mengundang modal 7 Sebagian besar negara selatan, dalam terminotogi teari dependensi, dibnat bergantung pada investasi ‘besar, khususnya dari negaranegara utara, seperti perusahaan-perusahaan dari Amerika Serikat. Pada 1979, pernsahaan dari negacanegara utara rmeraup laba 12.000 uta dolar AS dari negara selatan. Tentang ketergantungan negara-negara sclatan; lihat, Samir Amin, Unequal Development (New York: Monthly Review Press, 1976); Yernando Henrique Cardoso dan Enzo Valetto, Dependency and Development 1 Latin America (Berkeley. Uni- versity California Press, 1979); dan Andre Gunder Frank, Capitalism and Underdevelopment in Latin “Ameriru: Historical Studies of Chile and Brazil (New York & London: Monthly Review Press, 1960), © Rostow meiihat perubatian sosial, yang dia sebut “pembangunan”, sebagai proses evolusi peria- Janan dari tradicional ke modern. Dalam buku nya, The Stage of Economie Growth, Rostow ment ‘bagi perubahan sosial dalam lima tahapan pen banyunan berwatak positivistiickapitalistik: ma- syarakat tradisional; berkembang menjadi pre- kondisi tinggal landas; masyarakat tingyal lan das; masyarakat pematangan pertumbakan, dan; masyarakat modern, yakni masyarakat industri yang disebut Rostow sebagai "masyarakat kon Sums massa tinggi" righ mass consumption); What, Mansour Fakit, Rwatulinya Teori Pemba~ ngunan dan Globalisast Wogyakarta: Insist Press dan, Pustaka Pelajar, 2001), hal. 55:57. 120 Prisena, Vol. 98, No. 3, 2019 asing untuk berlomba menguasai ribuan-— bahkan ratusan ribu—hektar tanah di Indonesia dalam pelbagai bentuk konsesi kehutanan dan, erfambangan yang memicu terjadinya peram- Pasan tanch, konflik agraria, pelangaran WAM, dau perusakan lingkungan, See: Hkulasi kapitalistik, kedua sektor ekstraletif itu, me- nyumbang peningkatan produ ulamanya; kar Yu, migas, dan emas.” Dengan demikiaa, aktor utama peaggerak modernisasi dan pemba- Agunan (kapitalistik dan otoriter) aclalah negara melalui aparaturnya: birolwat sipil dan mifiter.”” Model kebijakan seperti itu dikenal sebagai Jalan kapitalisme negara," pemerintah tidak se- Penuhnya mengadopsi ekonomi liberal dengan meminimalisasi intervensi negara dalam wrusan ekonomi, melainkan menjadi motor penggerak utama ekonomi melalui kapitalisme kroni seka- Tigus menjadi pelayan kepentingan kapitalisme global melalui pelbagai investasi modal asing di sektor sumber daya alam, Di masa pascaReformasi, oligarki dengan cepat melakukan konsolidasi di tengab surat nya gerakan-poptlar,”” yang mengakibatkan ® Aniara tahun 1967-1971, nila ckspor kayu dan migas masingmasing naik 47 kal lipat dan 4 kali fiat. ‘Sementara itu, nilai penanaman modal asing men capai 2,5 milar dolar AS; hat, Mochtar Mavocd, Ekonomi dan Struktar Politik Orde Barn Qakarta: LP3ES, 1989) dan Dianto Bachriadi, Merana di Ten- ‘koh Kelimpahan Qakarta: Kisam, 1908), hal, 6364. *° Di masa Orde Baru, banyak pecwira Angkatan Da- rat dikirim ke AS untuk belajar sekaligus menjadi ‘bagian dari Konspirasi kepentingan kapitalisme glo- bal, Khususnya AS, di Indonesia: lihat, $ Indro ‘Tyahjono, “Peran Militer dalam Sistem Politik di Indonesia Sampai Jatubnya Rezira Socharto*, da- Jam Jumnal Wacana, edisi 17, Tahun I, 2004, hal, 54, + James Petras, Critical Perspectives on Imperial. ism and Social Class in the Third World (New York: Monthly Review, 1978), hal. 86-87, -Tentang perspektt kritis hagaimana oligarki mampu mengonsolidasikan dan menyesuaikan disi dalam sistem demokrasi prosedural serta mempertahan- kkan kesenjangan ekonomi di Indonesia; lihat, misalnya, artikel pengantar Michael Ford dan “Thomas B Pepinsky, “Melampaui Otigarki? Bahasan Keitis Kelurasavian Politik can Kesenjangan Ekonomi di Indonesia’, dalam Prisma, Volume 33, No.1, 2014. aya perubahan struktur 30sial yang g, far don berkeadilan di Indonesia, Kon, an sepert itu membuka peluang Besar bagi pene integrasian Kembali ekonomi nasional ke mai tori kapitalisme global. Odeatasi pembangy, ckonomi Indonesia kemudian ditegaskan post siden Susilo Bambang, Yudhoyono dalam pep, temuan para chief executive officer (CEO) Appe di Nusa Dua, Bali, 6 Oktober 2013, Dalany, pidato pembukaan, SBY mengatakan, “Untuk mempercepat pembangunan, pada Mej Pott heont weluncurtan Master Plan Peres patan dan Perlvasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MPSED) 2011-2025. Dalam waktu 14 tahun ke depan, kami menargetkan 450 mila, dolar AS untuk investasi di 22 kegiatan exo. nomi utama, yang terintegrasi dalam delapan program, yangz mencakup pertambangaa, ener. gi, indust, kelautan, pariwisata, dan telekom. nikasi. Karena itu, Master Plan ini memberikan kesempatan besar bai investor internasional, Akhimya, dalam kapasitas sebagai Kepala Perma. ‘saran Perusahaan Indonesia (chief salesperson of Indonesia Inc), saya mengundang Anda untuk memperbesar bisnis dan kesempatan investasi cj Indonesia”. Pidato tersebut menjadi penanda bara bagi Komitmen negara sepenuhnya.mengundang modal asing untuk berinvestasi di semua bidang di Indonesia melalui mantra: “investasi, inves. tasi, investasil”, yang kemudian dilanjutkan pe merintahan Jokowi dengan mantra baru: “kerja, erja, kerjal” Dengan demikian, adalah sebuah kekeliruan bila metihat trajektori pembangunan ekonomi SBY dan Jokowi sama sekali berbeda dan tidak saling mengait. Kisah sukses pem- bangunan Jokowi yang banyak dipuji eksponen liberal di Indonesia justru memperoleh lan- dasan politik dan yuridisnya dati pemerintahan sebelumnya Strategi pembangunan yang telah ditermpeh Pemerintah, yakni kebijakan ekonomi berories- ‘asi pasar dengan mengundang modal sebesis- besarnya untuk berinvestasi, mekanisme pe" bangunan melalui utang, meminimalisasi inter Vensi negara dalam urusan ekonomi, kebijaka upah murah, dan memangkas subsidi sosial, Rox Murtadho, Kritik Bhonamt Politik: RAPS gad sii mum kebijakan jeebut oleh para ekonom dan per iberalisme setidaknya memili ties ko, Seen wlama, Pertama, menaikkan peran pace jebibi peran pemerintah) dalam. oes "le son ekouomni dan mediasi arus barang dan m gel (aiealul penghapusan bantuan dan patolnn jarea, perdagangan bebas, nilai tukar yang jrentaken pasar, dan lainzin, Xedwa, mecing, jatkan peran dan ingkcup serta hale mili solr svasta (melalui swastanisasi, deregulasi, dan iainain). Ketiga, mengycembar-gemborkin ga. gasan kebijakan ekonomi yang kat melalui anggaran berimbang, flekstbiltas pasar tenaga kerja, laju inflasi rendah, dan laindlain,”™ yang Kerap Reforma ‘aria da Perhutanan Sosial: Untuk * Rakyat atau Korporasi? Gagasan landreform mmeul kembali-dalam_ kebijakan pemerintah pada tahun 2001 dengan lahirnya TAP MPR No. TX/2001 tentang Pem- baruan Agraria dan Pengetolaan Sumber Daya ‘Alam, yang ditindaklanjuti dengan Keppres. No. 34/2003 dengan memberi mandat kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk mela- kukan penyempurnaan UUPA." '3}aJoon Chang dan Ilene Grabel, Membongkar Mitos Neolib: Upaya merebut Kembali Makna ‘Pembangunan (Wogyakarta: Insist Press, 2004), hal. 12, 1Untuk raga pandangan dan teisir para altvis agraria terhadap TAP MPR 1X/2001 What. Irwan Ninwana et al,, Landreform di Desa: Seri Panduan Pendidikan dan Pengorganisasian (Yogyakarta: Read Book, 2003), hal. 4047; Achmad Ye"eub, “Agenda Neoliberalisme dalam Metals. Agia indonesia”, dalam Tejo Pumomo (ek), Melanson Neoliberatisme Qakarta: Federasi Serikat akan, pay sions U Gunawan Wiradl, Reforma GLIPA, What, Gunawan Witad), fal Agora nie Pemuda, Gakscte: Sexretariat Ting ‘Desa, 2005), hal. 32 ToOPIK 124, Di cra pemerintahan Jokowi, Reforma Ageia mulai digulirkan kembali sebagai prio- Filas nasionel yang ditetapkan dalam Rencana Pembanjunan Jangka Menengah Nasional (RUJMN) 2016-2019," dan distur tebih Janjut dalam Peratucan Presiden No. 45/2016 tentang. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017 dan disusul dengan Perpres No. 86/2018 ten tang Reforma Agraria. Program Keforma Agraria (RA) dikerjakan di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonc- mian dengan dibentukaya sebuah tim melalui ‘Surat Keputusan Nomor 73 tahun 2027 tentang Tim Reforma Agraria pada Mei 2017. Tim ter- sebut terdiri dari tiga kelompok kerja (Pokja) dan satu unit sekretariat. Pokja I bidang pele- pasan kawasad hutan dan perbutanan sosial diketuai Menteri LHK, Pokja ft bidang legalisast dan redistribusi tanah diketuai Menteri ATR/ Kepala BPN, dan Pokia III bidang pemberda yaan ekonomi masyarakat diketuai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan ‘Transmigrasi. Fokus kebijakan agraria pemerintahan Jokowi adalah legalisasi dan redistribusi asct yang disebut Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) seluas 9 juta hektar‘dan perhutanan sosial 12,7 juta hektar sampai dengan tahun 2019." Yang dimaksud sebagai substansi Refor- ma Agraria (RA) pemerintahan Jokowi juga 36"Rincana Pembangiinan Jangka Menengzh Nasio- nal 201520197, dalam https//wrw.bappenas.0.id/ id/Gatr-dan informasiutama/dokumen-perenca: ssaun-dan-pelaksanaan/dokumen-rencana-pem- ‘dangunan-nasional/rpip-2005-2025/rpjmn-20L- 2019/ 27 Dari luasan tersebut, ditargetkan 45 juia heltar untuk legalisasi aset terdlii dari 39 juta hektar untuk sertificast tanah-tanah warga dan 0,6 juta hektar untuk lahan transmigrasi. Sisanya sehias juta hektar dialokasikan untuk redistribusi aset yang terdisi dari 0,4 juta heletar dari lahan hake ‘guna usaha (HGU) yang telah habis masa berkaku- nya dan yang ditelantarkan, serta 4,1 juta hektar dari pelepasan Kawasan hutan negara; that hitps:/ /yww.ekon.g0id/esliping/download/4329/2984/ 27.10.2018-rilistalkshow-kebutanan.pat 122: Prisma, Vol. 38, No. 3, 2019 mencakup di dalamnya Perbutanan Sosial (PS), Namun demikian, berbeda dengan RA yang tar etnya berupa pemberian hak kepemitikan alas TORA, target PS pada pemberian izin penge- lolaan hutan negara atau pengakuan hutan adat dengan subjek ponerimanya masyarakat dan pemeriatah di perdesaan, Dalam Pedoman Identifikasi, Verifikasi, dan Penctapan Tanah Objek Reforma Agraria dan Areat Periutanan Sosial di Tinghat Kabu- paten yang diterbitkan oleh Kantor Staf Pre siden Republik Indonesia (KSP), yang dimake sud sebagai reforma agvaria oleh pemerintahan Jokawi adalah “|..J kebijakan, legalisasi, dan pro- gram pemerintah yang diniatkan dan dlijatankan ‘sebagai svatu operasi yang terkoordinasi dan sistematis untuk: (a) mendistribusikan kepemi- likan tanah, mengakui Waimellaim, dan halchak atas tanaby; (6) memberikan akses pemanfaatan fanah, sumber daya alam, dan hakchak atas tanah; (b) memberikan akses pemanfaatan tanah, sumber daya alam, dan wilayal; dan (c) menciptakan kekuatan produktif baru secara koleldif di desa dan kawasan pedesaan. Ketiga hat tersebut dimaksudkan untuk meningkat- an status, kekuasaan, dan pendapatan absolut mauptn relatif masyarakat miskin, sehingga terjadi perubshan kondisi masyarakat miskin atas penguasaan tanah/lahan sebelum dan setelah adanya kebjjakan, legislasi, dan program tersebut’,”* Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan Reforma Agraria adalah “penyediaan kepastian ‘tendrial bagi masyarakat yang tanahnya berada alan Kkonflik agraria, mengidentifikasi subyek penerina dan obyel tanah-tanah yang akan di- atur kembali hubungan kepemilikaonya, me- ngatasi kesenjangan penguasaan tanah dengan mendistribusikan dan imelegatisasiken Tanah- tanah Obyek Reforma Agraria CORA) secara Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, Pe doman Hentifikasi, Verifikasi, dan Penetapan Ta- nah Objek Reforma Agraria dan Areal Perhutanan Sosial di Tingkat Kabupaten Gakarta: KSP, 2017), hal. 3, Kelompok maupun perorangan sebagai mej, milk rakyat, mengentaskan kemiiskinan deny, perbaikan tata guna tanah dan membenny kckuatan-kekuatan produktif baru, memast tersedianya dukungan kelembagean ai rintah pusat dan daerah, dan memampuken desa untuk mengatur penguasean, pemilikay, penggunaan dan pemanfaatan tanah, su daya alam, dan wilayah ketola desanya?.” Hingga menielang althir masa jabatannye, redisuibusi tanah scbagaimana dijanjikan beh, banyak tereatigasi. Narnun demikizn, persoalan fundamentalnya bukanlah pada program yang di. janjikan sudah atau belum terealisas! atau sehe. rape iuasan lahan yang telah diredistribus tainkan pada program RAPS itu senditi yang merupakan sebuah persoalan, sebab kehijalcan ‘tersebut merupakan bagian integral dari skema pembangunan ekonomi neoliberal. Sebagai sebuah program yang memakai terminclogi “Reforma Agraria”, RAPS telah mengaburkan substansi perjuangan pembaruan agratia sefati Pertanyaannya, jenis reforma agraria seperti apa ang tengah dijalankan pemerintah Jokowijlka benar bisa dianggup schagai Reforma Agraria? Secara ideologis, Reforma Agraria dibagi menjadi tiga jalan utama, yakni model kapitalis me, model sosialisme, dan model neopopulisme. ‘Sedangkan berdasar peran dominan yang men. jalankannya terbagi menjadi dua, yakni agrarian reform by grace dengan peran pemerintah sangat dominan dalam pelaksanaan reforma agraria Serta agrarian reform by leverage dengan peran rakyal secara terorgunisasi melalui organisasi tani yang sangat besar dan dijamin oleh peraturan perundang-undangan nasjonal Bila merujuk kategorisasi i atas, maka Pertanyaan ekonomi politikaya apakah idcologi iber “Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, Polak aan Reforma Agraria, Arahan Kantor Stof Presiden: Priovitas Nasion oi XSP, 2017),

Anda mungkin juga menyukai