Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Perkenalan Narasumber
Sahabat Beasiswa Chapter Jakarta kembali menyelenggarakan Schotalk edisi keenam pada
hari Sabtu, 23 Desember 2017. Schotalk kali ini mengusung tema “Break the Unbreakable,
Reach your Dreams” dengan narasumber yang sangat inspiratif yaitu Mukhlish Jamal Musa
Holle. Kak Mukhlish lahir di Malang, pada tanggal 22 November 1992. Kak Mukhlish
memiliki banyak prestasi yang cemerlang. Beliau merupakan lulusan Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013. Setelah itu, beliau berkesempatan mendapatkan
beasiswa untuk jenjang S2 di Hokkaido University, Japan dan lulus dengan IPK yang sangat
sempurna yaitu 4,00. Kak Mukhlish juga merupakan salah satu penerima beasiswa LPDP
untuk jenjang S3 di Oxford University, Inggris. Saat ini Kak Mukhlish berprofesi sebagai
dosen di Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada.
Kak Mukhlish memiliki beragam prestasi dalam bidang akademis. Beberapa di antaranya
adalah Research Grant Awardee- LPPM Lecture Student Collaboration Program 2012),
Finalist of National Biology Microteaching Simulation, UPI Bandung (2013), Bayer Young
Enviromental Envoy Semi Finalist in Regional Competition (2013), Travel Grant Awardee-
Japan Foundation Asia Center (2015), 2nd Best Presentation on ISCES Ecosystem and
Wildlife Category (2016), Stage 2 Innovator, Shell Ideas (2016), dan tentunya masih banyak
lagi prestasi lainnya yang mengundang decak kagum. Tidak hanya berprestasi dalam bidang
akademis, Kak Mukhlish juga turut aktif dalam organisasi sosial selama berkuliah di UGM
dan di Jepang. Beliau pernah menjabat sebagai Coordinator of Human Research Division,
Biology Orchid Study Club, UGM (2012), 14th Tunza Youth ECO Generation Ambassador,
Japan Representative (2015-2016), Secretary of Indonesian Student Association in Sapporo,
Japan (2015), dan masih banyak lainnya. Selain aktif dalam kegiatan sosial, beliau pernah
berpartisipasi dalam berbagai konferensi internasional salah satunya adalah menjadi
pembicara pada ajang The 53th . Annual Meeting of ATBC, dengan tema penelitian Structure
and Diversity of Urban Forests in Malang City, Indonesia 201: a study of Tropical Forest
Sustainability (2016).
B. Pemaparan Materi
1. Moderator: Kak Mukhlis, bisa tolong terangkan sebenarnya apa beasiswa LPDP itu?
Narasumber: Beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) merupakan beasiswa
yang ditawarkan oleh Kementrian Keuangan guna menunjang pendidikan masyarakat
Indonesia. Beasiswa LPDP sendiri dapat dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain
Beasiswa Pendidikan Indonesia (untuk jenjang Master dan Doktoral baik di dalam
maupun luar negeri), Beasiswa Afirmasi (Master dan Doktoral baik dalam dan luar negeri,
khusus untuk masyarakat yang tinggal di wilayah 3T, berpresiasi, dan kurang mampu/
penerima beasiswa Bidikmisi), Beasiswa Penelitian Tesis dan Disertasi, hingga Bantuan
dana Rispro. Namun yang berhubungan dengan studi lanjut adalah Beasiswa Pendidikan
Indonesia dan Beasiswa Afirmasi yang menempuh jalur pendaftaran yang sama namun
hanya berbeda passing grade dan persyaratannya.
2. Moderator: Apa perbedaan dari setiap program yang di tawarkan di atas, Kak?
Narasumber: Jadi secara umum, tidak ada perbedaan dari segi jalur pendaftaran dan
tahapannya, namun yang membedakan hanya persyaratannya. Beasiswa Afirmasi ditujukan
khusus bagi pendaftar yang pernah mendapatkan Beasiswa Bidikmisi, atau yang berasal dari
wilayah Indonesia Timur, dan juga pendaftar yang memiliki prestasi baik tingkat nasional
maupun internasional.
3. Moderator: Apa saja syarat yang harus dipersiapkan sebelum mendaftar Beasiswa LPDP?
Narasumber : Berikut adalah persyaratan untuk mendaftar Beasiswa LPDP secara umum,
karena ada beberapa persyaratan khusus yang mungkin berbeda untuk Beasiswa Pendidikan
Indonesia dan Beasiswa Afirmasi, dkk. Untuk informasi lebih lanjut dapat mengacu pada
buku Panduan Pendaftaran Beasiswa LPDP di https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/
Surat keterangan berbadan sehat dan bebas narkoba (DN+LN) dan bebas TBC (LN);
Surat rekomendasi;
Memiliki dan memilih bidang keilmuan yang sesuai dengan bidang keilmuan sasaran LPDP;
Memilih program studi dan Perguruan Tinggi yang sesuai dengan ketentuan LPDP (ada di
list);
Menulis essay (500 sampai 700 kata) dengan tema: “Kontribusiku Bagi Indonesia” dan
“Sukses Terbesar dalam Hidupku”;
Usia maksiumum adalah 35 tahun (S2) dan 40 tahun (S3);
Mempunyai Letter of Acceptance (LoA) Unconditional dari Perguruan Tinggi tujuan yang
ada dalam daftar LPDP/IPK>3,00 dan Sertifikat Bahasa Inggris;
Skor Bahasa Inggris minimal: TOEFL ITP*500/IBT* 61/IELTS™ 6,0/TOEIC* 600(DN)
dan TOEFL ITP* 550/ TOEFL IBT* 79/ IELTS™ 6,5/ TOEIC* 750 (LN);
Menulis rencana studi S2 atau menulis ringkasan proposal penelitian (S3);
Selengkapnya bisa mengacu pada buku Panduan Pendaftaran Beasiswa LPDP
4. Moderator: Menurut informasi yang saya terima, tahun ini terdapat beberapa perubahan
dalam prosedur pendaftran Beasiswa LPDP mulai dari waktu pendaftaran hingga proses
seleksinya. Bagaimana tahapan mendaftar Beasiswa LPDP?
Narasumber: Iya, benar sekali. Untuk tahun ini ada satu tahapan tambahan yaitu online
assessment
Secara umum, tahapan seleksi Beasiswa LPDP dibagi menjadi 3:
a. Seleksi Administrasi:
Pastikan berkas kita lengkap dan diajukan sebelum deadline. Tidak memungkinkan
berkas tidak lolos seleksi administrasi.
b. Seleksi Online Assessment:
Seleksi ini semacam psikotes. Tips dari saya, jadilah diri sendiri saja. Namun ada
beberapa orang yang benar-benar berusaha menjawab pertanyaan sesempurna mungkin
bukan sesuai dengan kondisi kita. Secara pribadi saya tidak tahu bagaimana sistem
penilaian namun ada informasi bahwa di tahap ini, 50% dari pendaftar tidak lanjut ke
tahap selanjutnya.
c. Seleksi Substansi:
-Interview: Bagian yang paling penting
-Essay on the spot: seperti tes IELTS writing task 2
-Leaderless Discussion Group: Intinya tidak mendominasi, menghargai pendapat orang
lain, dan menjawab seobyektif mungkin.
Sedangkan untuk tahapan lainnya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk
tahun ini juga periode pendaftarannya sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Sebelumnya dibuka 4 kali setahun untuk DN dan LN. Sedangkan tahun ini hanya satu
kali untuk DN dan satu kali untuk LN. Namun untuk tahun depan, masih belum ada
informasi akan sama seperti ini atau berubah jadwalnya.
5. Moderator: Sehubungan dengan perubahan prosedur tersebut, apa hambatan yang dilalui
Kak Mukhlish dalam mendaftar Beasiswa LPDP? Dan bagaimana cara menyikapinya?
Narasumber : Kalau dengan perubahan prosedur, saya pribadi tidak banyak mengalami
kendala, namun lebih ke tantangan dalam mendaftar ke kampus tujuan.
6. Moderator: Apa alasan yang mendasari Kak Mukhlish mendaftar Beasiswa LPDP?
Narasumber:
Secara pribadi, saya memilih Beasiswa LPDP karena berbagai alasan:
Beasiswa untuk menempuh studi S3 di Inggris sangatlah sedikit. Chevening yang
ditawarkan oleh pemerintah UK hanya untuk program Magister. Kebanyakan
beasiswa untuk program S3 ditujukan untuk mahasiswa dari UK dan EU.
Saya memiliki visi yang sama dengan LPDP untuk membangun Indonesia dan di sini
saya memang pasti akan kembali ke Indonesia sehingga LPDP adalah pilihan tepat.
Bagi yang dari awal berniat untuk bekerja di luar negeri, mungkin kurang sesuai
dengan LPDP namun peluang lolos selalu ada.
Beasiswa LPDP setahu saya adalah salah satu yang paling aman secara finansial dan
banyak menawarkan tambahan komponen pembiayaan lainnya seperti dana riset.
7. Moderator: Apa alasan Kak Mukhlish memilih Oxford University yang merupakan salah
satu Universitas terbaik di dunia sebagai tempat untuk melanjutkan S3? Apa itu cita-cita
kakak sejak kecil?
Narasumber: Sebenarnya, awalnya saya tidak berani mendaftar karena nama besarnya dan
persyaratannya yang dulu belum bisa saya penuhi, namun seiring berjalannya waktu, saya
semakin percaya diri dan semakin ingin mengenyam pendidikan di salah satu universitas
tingkat dunia.
Selain itu ada beberapa alasan lain saya memilih Oxford:
Reputasinya yang tidak diragukan. Di semua perankingan selalu masuk 10 besar
dunia dan menurut THE WUR, Oxford menduduki peringkat satu dunia untuk dua
tahun berturut-turut.
Tidak terletak di ibukota, saya tidak begitu suka kehidupan di kota besar seperti
London, ditambah lagi dengan masa studi S3 selama 4 tahun sehingga lokasi yang
nyaman namun tetap terjangkau menjadi pertimbangan kuat.
Untuk bidang ekologi tropis, jika ingin meniliti ekosistem tropis di Asia Tenggara,
Eropa adalah tempat yang lebih baik dibandingkan dengan universitas di negara lain.
Selain itu, Bapak Teori Ekologi Komunitas berasal dari Oxford dan di sana saya
akan belajar bidang Ekologi Komunitas tersebut. Jadi, belajar Ekologi Komunitas
dari tempat yang menjadi sumber dari ilmu sendiri adalah pilihan terbaik bagi saya.
Saya adalah akademisi di Universitas yang perlu mengembangkan teori-teori dan
penelitian. Dan Oxford sendiri merupakan universitas yang berfokus pada riset dan
pengembangan teori.
8. Moderator: Apa saja kendala yang dihadapi saat mendaftar di Oxford, Kak?
Narasumber:
Bagi saya pribadi, kesulitan yang saya hadapi adalah:
Mengumpulkan keberanian untuk mendaftar.
Butuh waktu lebih dari 3 tahun bagi saya untuk akhirnya berani mendaftar di salah
satu kampus terbaik dunia. Sebelumnya saya terlalu menganggap rendah diri sendiri
padahal setelah melalui seluruh tahap seleksi masuk ke Oxford, tidak lebih susah
daripada Ujian Nasional ketika sekolah.
Mendapatkan professor yang ingin menerima.
Karena studi S3 sangat erat dengan penelitian yang melibatkan pembimbing, jadi
saya perlu untuk menghubungi professor yang sekiranya sesuai bidangnya dengan
saya dan sanggup untuk membimbing. Saya mencoba untuk menghubungi beberapa
professor di kampus ternama dunia, namun tidak banyak yang merespon positif.
Hampir berputus asa, namun pada akhirnya ada professor di Oxford yang bersedia
membimbing.
Menyiapkan syarat Bahasa Inggris.
Bagi saya yang baru belajar Bahasa Inggris secara intensif selepas studi S1,
mendapatkan skor yang dibutuhkan untuk mendaftar kampus bukanlah hal yang
mudah. Ditambah lagi dengan reputasi Oxford yang tinggi dan mensyaratkan skor
IELTS minimal 7,5 di departemen yang saya daftar. Beruntung, meski skor kurang,
pihak Oxford tetap memberikan LoA unconditional.
9. Moderator: Pertanyaan terakhir sebelum sesi tanya jawab, apa tips dan trik untuk
mahasiswa semester awal atau akhir yang ingin melanjutkan studi dengan Beasiswa LPDP
atau beasiswa luar negeri lainnya?
Narasumber:
Tips dan trik untuk studi lanjut dengan Beasiswa LPDP
Be well prepared. Tidak mendadak dan dipersiapkan sejak jauh hari segala berkas
yang diperlukan.
Jadi orang yang seimbang dari segi akademik dan sosial. IPK selama di atas 3 tidak
akan menjadi masalah. Selain IPK, sebisa mungkin punya pengalaman penelitian,
publikasi, atau presentasi ilmiah.
Perbanyak diskusi dengan orang yang lebih berpengalaman.
Pastikan kita memang perlu untuk studi lanjut, bukan sekedar untuk mengikuti tren
sehingga benar-benar tahu urgensi dari mendaftar Beasiswa LPDP.
Pastikan kita tahu apa yang ingin kita lakukan untuk Indonesia. Dengan ini, kita
dapat mengetahui manfaat dari ilmu yang akan kita dapatkan untuk Indonesia,
Buktikan komitmen dengan track record yang sesuai dengan rencana studi. Track
record dapat bermacam-macam, tidak selalu peneltian dan IPK, namun bisa juga
dengan pengalaman menjuarai lomba, melakukan aktivitas sosial, dll.
Berdoa. Doa orang tua dan orang terdekat bisa jadi lebih didengar daripada doa kita
sendiri.
Moderator: Jadi, harus dipersiapkan secara matang ya kak dan tidak menganggap rendah diri
sendiri.
Narasumber: Iya, benar sekali. Proses tidak instan dan kegagalan termasuk dalam prosesnya. Jadi,
tidak perlu patah semangat jika mengalami kegagalan.
Tambahan: Bisa diperjelas kenapa lebih susah, Kak? Lalu, apakah sempat ditanyakan
waktu wawancara LPDP karena menggunakan beasiswa yang berbeda saat S2?
Jawab: Lebih sulit beasiswa S2 karena lebih sedikit yang lolos, ketika wawancara tidak
sempat ditanyakan terkait beasiswa S2 yang tidak pakai LPDP.
Pertanyaan:
Setelah saya hitung IPK saya kemungkinan tidak akan sampai 3,7? Apakah syarat itu
mutlak ya? Kalau saya dapat LoA dari professor apakah tetap harus segitu
standarnya?
Apakah bedanya penerimaan ke kampus dan penerimaan professor untuk
membimbing? Kalau kampus tidak menerima tapi ada professor yang mau
membimbing berarti tetap tidak dapat ya? Jadi, harus diterima kedua-duanya ya?
Selain IPK, Oxford mempertimbangkan aspek apa lagi ya untuk menutupi IPK saya
yang kurang dari persyaratan?
Pada saat mau daftar Oxford sempat tida percaya diri, kah? Waktu itu apa hal yang
membuat Mas tidak percaya diri untuk daftar ke Oxford? Dan bagaimana cara
mengatasi atau menutupinya?
Jawaban:
Menurut saya dicoba saja meski tidak sampai 3,7, tetapi ditutupi dengan kelebihan
lainnya. Setahu saya ada juga yang bisa lolos meski tidak sampai 3,7.
Penerimaan ke professor itu hanya untuk memastikan kalau beliau punya research
project atau ada slot untuk membimbing, karena beberapa professor memiliki
banyak mahasiswa dan tidak bisa membimbing, jadi sebelum mendaftar ke
kampusnya, menurut saya sebaiknya menghubungi professor dahulu, tapi kalau S2
sepertinya tidak perlu.
Selain IPK, bisa dengan pengalaman riset/publikasi ilmiah/presentasi di
konferensi, bisa juga dengan aktivitas sosial atau volunteer
Tentu saya sempat merasa tidak percaya diri apalagi ketika melihat profil orang-
orang yang sudah lolos ke Oxford, namun saya berprinsip, kita tidak tahu hasilnya
jika tidak mencoba, dan kebetulan ada teman yang terus menyemangati saya untuk
terus daftar ke Oxford.
6. Anti-UI, Fisika
Pertanyaan:
Apakah waktu beasiswa S2 di Jepang, kita harus sudah dapat professor di Jepang
atau tidak?
Ada beasiswa apa saja untuk kuliah di Jepang khususnya S2?
Jawaban:
Kalau di Jepang, karena S2 nya berbasis riset berbeda dengan di negara lain yang
basisnya kelas, jadi memang perlu kontak professor dulu.
Ada banyak seperti MEXT, INPEX, Ajinomoto, LPDP, dkk.
7. Nisa- UNJ, Biologi
Pertanyaan:
Apa saja perbedaan dari sistem pendidikan antara UK dan Jepang? Mungkin dari hal
kedekatan dengan dosen, beban mata kuliah, dll.
Jawaban:
Untuk sistem pendidikan di Uk, saya belum banyak tahu karena saya belum berangkat,
namun sejauh yang saya tahu di Eropa secara umum pendidikannya tidak seketatdi Jepang.
Kalau di Jepang, aktivitas laboratorium 24 jam dalam semunggu. Sementara untuk
kedekatan dengan dosen, karena Jepang masih sangat kental budaya timurnya, jadi unggah
ungguh terhadap dosen masih sangat kuat. Sedangkan di Eropa, dosen lebih seperti kolega.
8. Muna-IPB Kehutanan
Pertanyaan:
Kak Jamal, apakah perlu kita mencari tahu kepribadian calon professor kita? Karena katanya
ada juga professor yang mungkin menyulitkan kita nantinya.
Jawaban:
Hal demikian memang terjadi, namun kalau saya, pertama yang saya lakukan adalah cari
kesesuaian dengan bidang ilmunya dulu, setelah cocok baru ke kepribadiannya.
D. Penutup
Pesan dari Narasumber
Terimakasih atas perhatian dan kesempatannya. Jangan pernah takut bermimpi dan
mencoba. Yakin saja kalau rezeki sudah ada yang mengatur dan pasti kita akan diberikan
jalan yang terbaik dari-Nya. Yang mencoba saja belum tentu dapat, apalagi yang tidak
mencoba sama sekali. Jadi, tidak perlu khawatir selama niat kita baik. Oh iya, cerita lebih
detail tentang perjalanan menuju Oxford dapat dilihat di
https://mukhlishholle.wordpress.com/2017/10/27/si-tukang-tidur-yang-hampir-tidak-lulus-
un-sma-kini-tembus-dan-raih-beasiswa-untuk-studi-di-university-of-oxford-uk/ Silakan juga
jika masih ada yang ingin didiskusikan, bisa kontak saya melalui:
Email: holle.mukhlish@gmail.com
IG: @mjamalh
Pastikan sebelum bertanya untuk mengenalkan diri dan coba mencari informasinya terlebih
dahulu di internet, karena terkadang saya menemui orang yang bertanya sesuatu yang sudah
jelas ada di guideline atau ada banyak di internet.
Moderator: Jangan menganggap rendah diri sendiri ya kak sebelum mencoba. Terkadang
kita tidak menyadari kekuatan hebat dalam diri kita. Gagal dan berhasil adalah hal yang
selalu berdampingan. Jadi, tidak perlu takut mencoba.
Narasumber: Benar sekali, orang Indonesia itu cerdas namun terkadang sudah tidak percaya
diri terlebih dahulu.