Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH INDIVIDU

DAMASKUS, BAGHDAD, KAIRO, DAN CORDOBA

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Sejarah Sosial Islam

Dosen Pengampu :

Prof Dr. H. Machasin, M.A

Oleh :

Hidayatu Syarifah

NIM: 20201021005

MAGISTER SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2021
A. Latar Belakang Masalah
Islam telah lahir sejak 1400 tahun silam. Agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW mengalami masa kejayaan. Puncak kejayaan Islam terjadi pada
masa Abasiyyah yang berbasis di Baghdad pada tahu 750 M hingga 960 M. selain
kemajuan di dunia ilam juga ditandai dengan berkembangnya sejumlah kota-kota
besar seperti Damaskus, Baghdad, Cairo, Cordoba dan kota-kota besar lainnya.
Tumbuh dan berkembangnya kota-kota tersebut tidaklah lepas dari aspek
kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan tatanan administrasi pemerintahan kota tersebut.
Dari berbagai aspek dari berbagai bidang tersebutlah yang menjadikan kota-kota
tersebut mampu berdiri dengan baik dan tertata. Selain itu juga dapat menunjukkan
bahwa Islam pernah mewarnai perjalanan sejarah kota-kota tersebut. Sehingga sisa-
sisa peradaban muslim masih terlihat hingga sekarang. Berikut adalah sedikit
pembahasn mengenai kota-kota yang pernah menjadi kejayaan Islam dan sedikit
penjelasan tentang kehidupan sosial pada saat itu.
B. Pembahasan
1. Damaskus
Kota Damaskus merupakan wilayah kekuasaan Muslim. Secara geografis,
Damaskus terletak di sebelah Barat Daya Suriah. Ibu kota Republik Arab Suriah itu
berada di oasis suatu dataran separuh gersang. Damaskus juga berbatasan dengan
Peguunungan Anti-Libanon di sebelah Timur. Di sebelah Tenggara kota ini
berdekatan dengan Beirut, Lebanon. Damaskus juga dialiri sungai Barada yang telah
mengaliri air selama ribuan tahun. Kota ini merupakan salah satu kota tertua.
Damaskus dibangun sekitar 3000 SM.1
Damaskus memiliki julukan yaitu “permata dari timur”. Dalam bahasa Arab,
kota ini disebut Dimasyq asy-Syam dan disingkat Dimasyq atau asySyam saja oleh
warga Damaskus. Menurut cerita lain, nama Damaskus adalah pemberian oleh
sejumlah sarjana kepada putra Hermes yang bernama Damaskus. Damaskus menetap
di wilayah yang kini disebut Damaskus. Asal usul nama Damaskus memang penuh
kronik dan mitos. Sebuah mitos menyebutkan bahwa sebutan Damaskus berasal dari
nama istri dewa air, yaitu Damakina.2 Damaskus merupakan kota yang sering
diduduki bangsa lain dan menjadi rebutan bagi bangsa-bangsa.

1
Heri Ruslan Dkk, Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam, (Jakarta: Harian Republika, 2011), hlm. 4.
2
Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Damaskus, (Jakarta: Tazkia Publishing,
2012), hlm. 4.
Sejak menjadi wilayah Islam pada masa Kekhalifahan Muawiyah bin Abu
Sofyan (602-680 M) pendiri Dinasti Umayyah mengumumkan sistem
pemerintahannya sebagai kerajaan, sejarah mencatat bahwa kemajuan umat Islam
dalam bidang ilmu dan seni arsitektur Islam telah dimulai semenjak Dinasti ini
memegang tampuk kekuasaan. Keputusan perubahan sistem pemerintahan ini ikut
mengubah sendi kehidupan lain, dari cara berpakaian hingga tempat tinggal (istana).
Di tengah Kota Damaskus berdiri dengan megah istana Umayyah yang membentang
ke Barat Daya hingga Gunung Hermon. Istana tersebut bernama Al-khadra (hijau)
yang didirikan oleh Muawiyyah. Kemudian pada masa pemerintahan Al-Walid bin
Abd Malik, istana tersebut diperbarui dan dipercantik. Letak Istana berdampingan
dengan Masjid Umayyah.3
Muawiyah sebagai khalifah pertama Dinasti Umayyah dipandang berhasil
menciptakan budaya baru dalam sistem pemerintahan negara dan kehidupan
beragama. Budaya baru yang diperkenalkan dalam pemerintahan Muawiyah antara
lain : membangun dinas pos termasuk penyediaan kuda dan perlengkapannya;
mengangkat qadi atau hakim sebagai profesi; memerintahkan prajurit-prajuritnya
untuk mengangkat senjata-tembok bila mereka berada di hadapannya; membuat
“anjung” di dalam masjid tempatnya sembahyang, untuk menjaga keamanan dirinya
dari serangan musuh-musuhnya ketika ia sedang sembahyang. Langkah ini
dilanjutkan oleh putra Abdul Malik, Walid (705-715 M). Ia membangun panti-panti
asuhan untuk orang-orang cacat; pekerja untuk pembangunan rumah-rumah dibayar
sebagai pegawai; membangun infrastruktur, berupa jalan-jalan raya yang meng-
hubungkan antarwilayah. Selain itu, Walid juga membangun gedung-gedung
pemerintah, masjid-masjid, bahkan juga pabrik. Di masanya, masyarakat mencapai
puncak kemakmuran.4
Pada masa Al- Walid Abd Malik sistem sosial dalam masyarakat di seluruh
kerajaan terbagi menjadi beberapa 4 kelas.5 Yang pertama adalah kelas tertinggi
adalah kelas para penguasa Islam, anggota keluarga kerajaan, dan dan kaum aristrokat
Arab. Kelas yang kedua adalah para mualaf (mawali). Para mualaf menempati posisi
terendah pada kamunitas Islam. Hal ini dilakukan untuk menyetarakan status mualaf

3
Philip K. Hitti, History Of Arabs: From The earliest Times to The Present. Diterjemahkan oleh Cecep
Lukman Yasin dan Dedi SLamet Riyadi, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006), hlm 370.
4
Fadlil Munawwar Manshur, Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab pada Masa Dinasti
Umayyah, Jurnal Humaniora Vol XV. No. 2 Juli, 2003, hlm 174.
5
Philip K. Hitti, History, hlm 289-290.
dengan muslim Arab.. kemudia kelas yang ketiga adalah terdiri dari anggota sekte dan
para pemilik kitab suci, seperti Yahudi, Kristen, dan Saba yang telah membuat
perjanjian dengan umat Islam. Kemudian kelas keempat merupakan kelas paling
rendah adalah budak.6 Meskipun pada saat itu Islam melestarikan perbudakan yang
telah lama dianut oleh rumpun smeit kuno dan legalitasnya diakui oleh perjanjian
lama, namun Islam memperbaiki kondisi para budak.7
2. Baghdad
Baghdad kota ketiga yang menjadi pusat peradaban Islam. Kota yang berdiri
pada tauhn 762-767 oleh kekhalifahan Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah Al-
Mansur . kota ini dibangun si bekas sebuah perkampungan Persia. Dalam jangka watu
satu generasi sejak didirkannya kota tersebut Baghdad telah menjadi pusat pendidikan
dan perdagangan.8
Baghdad menurut namanya dijadikan sebuah Ibukota sayap Timur
Kerajaanya. Baghdad yang terletak disebelah utara Sungai Eufrat dan sebelah barat
laut Teluk Persia. Sebelum mencapai puncak kejayaan pada abad ke-8 M, Baghdad
telah ditempati manusia pada tahun 4000 SM. Persia, Romawi serta Yunani silih
berganti menguasai Baghdad. Pada tahun 634 M, Khalid Bin Walid menaklukan
Persia. Awalnya Baghdad belum begitu diperhitungkan, karena pada saat itu umat
Islam justru menjadikan Kufah dan Basrah sebagai basis pertahanan. Kota Baghdad
mulai memegang peranan penting, ketika Dinasty Abbasiyah mampu menggulingkan
Dinasty Ummayah yang berpusat di Damaskus, sehngga pusat kekuasaan beralih ke
Bagdad di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Ja‟far Al Mansur kalifah kedua dari
Abbasiyah. Ia pun menyulap perkampungan kecil menjadi sebuah kota baru.
Pemilihan Baghdad sebagai pusat pemerintahan didasarkan pada berbagai
pertimbangan, seperti politik, kemanan, sosial serta geografis. Al-Mansur mengirim
sejumlah ahli untuk meneliti Baghdad. Kondisi tanah, udara serta lingkungan benar-
benar dipertimbangkan. Setelah dinilai layak, barulah khalifah memutuskan Baghdad
sebagai Ibu Kota Dinasty Abbasiyah.9
Khalifah meletakkan batu pertama dengan tanganya sendiri di tepi Barat
Tigris. Ia memperkerjakan 100.000 arsitek, pengrajin, pandai besi, tukang kayu ters,

6
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 43.
7
Philip. K Hitti, History, hlm. 291.
8
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hlm. 433.
9
Heri Ruslan, Menyusuri, hlm. 12.
dan buruh lainnya dari berbagai darerah yang berbeda. Pembuatan kota Baghdad
selama empat tahun lamanya.10 Atatnan kota Baghdad dirancang dengan berbentuk
bundar. Sehingga Baghdad dijuluki sebagai kota bundar. Sekeliling Baghdad
dikelililngi oleh tembok sebanyak dua lapis. Tembok yang besar dan tingginya
mencapai 90 kaki. Di luar tembok dibangun parit. Disetiap pintu gerbang terdapat
menara pengawas dan tempat beristirahat dengan ukiran yang indah. Setelah wafat Al-
Mansur, khalifah selanjutnya juga terus melakukan pembangunan. Sehingga baghdan
menjadi pusat peradaban, pendidikan, ilmu penegtahuan, perdagangan, ekonomi, dan
politik.11
Selain perkembangan dalam perdaban intelektul dan lainya. Baghdad juga
mampu menghapus sistem kesukuan primitif yang menjadi pola organisasi sosial
Arab muali runtuh pada Masa Abbasiyah, yang didirikan dari berbagai unsur asing.
Bahkan dalam persoalan memilih istri dan Ibu untuk anak-anaknya. Para khalifah
tidak menjadikan darah keturunan Arab sebagai patokan. Pada masa awal Abbasiyah
kaum wanita cenderung menikmati tingkat kebebasan yang sama dengan kaum wanita
pada masa Umayyah. Pada masa itu banyak perempuan yang berhasil mengukir
prestasi dan berpengaruh di pemerintahan, baik dari kalangan atas maupun kalangan
bawah. Selain itu juag meminum minuman berakohol juga sering dikonsumsi bareng-
bareng atau sendirian. Gaya hidup masyarakat pada periode Abbasiyah adalah
berendam di tempat pemandian umum. Tempat pemandian itu terdiri dari beberpa
kamar dan lantai yang bermotif mozaik.12
Posisi teratas dalam tingkatan sosiall ditempati oleh khalifah dan keluarganya,
para penjabat pemerintahan, keurunan Bani Hasyim dan orang disekitar mereka.
Kelompok terakhir merupakan para prajurit dan pengawal istana, sahabat dekat, para
mauwla dan pembantu.13 Sedangkan masyarakat kelas atas yang berada di bawah
kelas aristocrat terdiri atas para penulis sastra, orang terpelajar, seniman, pengusaha,
pengrajin dan pekerja professional, sedangkan masyarakat kelas bawah membentuk
mayoritas pendududk negara yang terdiri atas petani, pengembala, dan penduduk sipil
yang menjadi penduduk asli dan berstatus sebagai dzimmi.

10
Philap. K Hitti, Capital Cities of Arab Islam, (Canada: University of Minnesota Press, 1973), hlm. 86.
11
Heri Ruslan, Menyusuri, hlm. 14-15.
12
Philip. K Hitti, History hlm. 416.
13
Ibid., hlm. 426.
3. Kairo
Kairo (Mesir) dibangun pada 17 Sya‟ban 358 H atau 969 M oleh panglima
perang dinasti fatimiyah yang beraliran Syiah, Jawhar al Siqli, atas perintah Khalifah
Fatimiyah Al Mu‟izz Lidnillah (953-975 M), sebagai ibu kota kerajaan dinasti dinasti
ini. Kairo mempunyai bentuk kota seperti segi empat. Di sekeliling kota kairo
dibangun tembok besar dan tinggi. Tembok ini memanjang dari Masjid Ibnu Thulun
sampai Qol‟at al-Jabal,kemudian dari Jabal al- Muqattam hingga ke tepi sungai Nil.
Daerah yang dilalui oleh tembok kini disebut Al-Husainiyyah, bab Al-Luk, Syibra,
dan Ahya Bulaq.14
Setelah pembangunan kota kairo selesai lengkap dengan istananya, Al Siqli
mendirikan Masjid Al-Azhar pada 17 Ramadhan 359 H (970 M). masjid ini
berkembang menjadi sbuah universitas besaryang sampai sekarang masih berdiri
megah. Nama Al-Azhar diambil dari Al-Zahra, yang merupakan julukan Fatimiyah,
putri nabi Muhammad SAW dan Istri Ali bin Abi Thalib, Imam pertama Syiah.
Berdirinya kota Kairo sebgai Ibukota kerajaan Dinasti Fatimiyah membuat Baghdad
mendapat saingan.15 Kota Kairo mengalami tiga kali masa kejayaan, yaitu pada masa
Shalahuddin Al-Ayyubi dan di bawah Baybars dan Al-Nashir pada masa Kerajaan
Mamluk. Kemudian puncaknya terjadi pada masa Al-Mu‟izz dan anaknya (975-996
M) yang dapat disejajarkan deng Harun Al-Rasyid dan Al-Ma‟mun di Baghdad.
Al-Mu‟izz melaksanakan tiga kebijakan besar, yaitu pembaharuan dalam
bidang administrasi, ekonomi, dan toleransi beragama. Dalam bdang Administrasi ia
mengangkat wazir (menteri) untuk melaksanakan tugas-tugas kenegaraan.16 Wazir
dibagi menjadi beberapa kelas. Kelas tertinggi adalah menteri keamanan yang
mengatur tentata dan urusan perang, kemudian menteri dalam negeri, menteri urusan
rumah tangga, dan yang terakhir menteri sekretaris negara yang terdiri dari para
qadhi.17. kemudian dalam bidang ekonomi, ia memberi gaji khusu kepada tentara,
personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya. dalam bidang agama,
diadakannya empat lembaga peradilan, dua untuk madzhab Syi‟ah dan dua untuk
Madhab Sunni.18
Mesir merupakan negara yang paling lama mersakan kekuasaan Fatimiyah.
Penerus „Ubaydillah al-Mahdi menanamkan karakteristik khas budaya mereka yang
sangat berpengaruh. Fatimiyah bersam dengan dinasti-dinasti sebelumnya Iksidiyah
dan Thulun disebut sebagai era-Arab-Persia yang berbeda dengan era Persia-Turki
pada periode Ayyubiyah dan Mamluk. Dapat dikatakan bahwa periode Arab murni
adalah sebelum dinasti Thulun. Pada dinasti Ayyubiyah memperkenalkan semangat
dan budaya kerajaan besar Saljuk ke Afrika. Hal ini terlihat dalam bidang kesenian,
industry, gerakan politik dan keilmuanya. Sedangkan pada periode fatimiyah ini
kebudayaan yang mendominasi adalah kebudayaan Persia. Namun elemen paling

14
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban, hlm. 442.
15
Abd Rahim Yunus, Abu Haif, Sejarah Islam Pertengahan, ( Yogyakarta: Ombak, 2013), hlm. 330.
16
Ibid., hlmn. 331.
17
Philip. K. Hitti, History of Arabs, hlm 800.
18
Abd Rahim Yunus, Sejarah Islam Pertegahan, hlm. 331.
penting dalam populasi masyarakat Mesir adalah orang-oarng koptik yang terarabkan.
Populasi utama ini bertahan di bawah kekuasaan rezim ultra-syiah, meski masyarakat
umum bermadzhab Sunni.19
Menurut al Nashir I Khusraw seorang Persia yang menjadi propagandis sekte
Islamiyah meninggalkan sebuah catatan tentang Mesir ia mengatakan bahwa istana
Khalifah memperkerjakan 30.000 orang, 12.000 orang diantaranya adalah pelayan
dan 1.000 orang pengurus kuda. Selain itu juga terdapat tujuh buah perahu berukuran
150 kubik dengan 60 tiang pancangberlabuh ditepian sungai nil, Jalan-jalan diberi
atap dan diterangi oleh lampu, penjaga toko menjual harga barang dengan harga yang
telah ditetapkan. Mesir juga dikatakan sebgai ota yang aman. Terlihat dari toko
perhiasan dan tempat penukaran uang yang tidak pernah dikunci saat ditinggal oleh
pemoliknya. Sehingga penduduk kota merasakan ketenangan dan kemakmuran.20
4. Cordoba
Cordoba merupakan salah satu kota besar yanga ada di Andalusia. Cordoba
merupakan kota lama yang dibangun kembali dengan gaya Islam. Pada tahun 711 M
kota ini pertama kali dimasuki oleh Islam yang dipimpin oleh pasukan Thariq bin
Ziyad. Ketika Abdurraman I masuk ke Andalusia, ia mejadikan Cordoba sebagai Ibu
Kota Pemerintahan dari Dinasti Spanyol.21 Misi penaklukan yang dilakukan Tariq bin
Ziad dilakukan atas perintah Musa bin Nusair, yang merupakan Gubernur Afrika
Utara, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik (705-715) dari Dinasti
Umayyah yang berpusat di Damaskus. Spanyol dikuasai oleh 700 tentara kaveleri
Islam di bawah pimpinan panglima Perang Mugith Ar-Rumi sehingga dengan mudah
dapat menguasai Cordoba. Selain Cordoba tentara Islam juga menakhlukan wilayah-
wilayah lain di Spanyol, seperti Toledo, Sevile, Malaga serta Elvira.22
Pada masa Bani Umayyah Cordoba mengalami perkembangan pesat. Banyak
bangunan baru yang didirikan seperti istana dan masjid. Kota ini juaga diperluas
dengan membangun jembatan berarsitekstur Islam gaya Romawi. Selain itu Cordoba
juga dikenal sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak dan kain sulaman dari
sutra. Selain terkenal sebagi pusat kerajinan Cordoba juga terkenal sebagai pusat ilmu
pengetahuan. Di kota ini berdiri Universitas Cordoba dengan perpustakaan besar yang
memiliki 400.000 judul buku. Pada mas Al-Hakim yang merupakan anak dari
Abdurrahman I ilmu pengetahuan dan sastra mencapai masa keemasan di Andalusia.
Sehingga Cordoba menjadi tempat lahirnya orang-orang yang memajukan

19
Philip. K. Hitti, History of Arabs, hlm. 797.
20
Ibid., hlm. 798-799.
21
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban, hlm. 459.
22
Heri ruslan, Menyusuri Kota, hlm. 134.
perkembangan bahasa dan sastra Arab. Seperti Abu Amr Ahmad bin Muhammad bin
Abd. Rabbih dan Abu Anir Abdullah bin Syuhaid. Selain itu dalam bidang
kedokteran, Cordoba menjadi pusat aktivitas medis yang melahirkan ilmuwan
terkemuka seperti Ibnnu Rusyd. Pada tahun 786 M dibangun sebuah masjid yang
terbuat dari marmer dan kubah besar yang diberi nama Masjid Cordoba. Pada masa
Al-hakim di Cordoba terdapat 491 masjid, 900 pemandian umum, dan mendirikan
saluran air dari pegunungan sepanjang 80 km, hal ini dikarenakan air di kota tidak
dapat diminum.23
Pada masa Al-Hakim juga terdapat 170 wanita yang berprofesi sebagai penulis
kitab suci Al-Quran dengan huruf kufi yang indah. Anak-anak fakir miskin pun bisa
belajar secara gratis di 80 sekoalah yang disediakan khalifah. Pendidikan yang tnggi
pun diimbangi dengan keejahteraan masyrakatnya. Pemerintahan Andurrahman II
telah menciptakan ketentraman bagi rakyatnya. Sepertoga dari penerimaan tahunan
yang mencapai 6,245 juta keeping emas digunakan untuk belanja negara. Sisanya,
dialokasikan untuk pengembangan pertanian, industri dan perdagangan. Sehingga
rakyat pun sejahtera.24
Namun kesejahteraan masyarakat pada masa itu harus berakhir akibat
kemundurannya dinasti Ummayah hal ini disebabkan adanya persoalan pelik yang
muncul karena adanya dua elemen penduduk, yaitu Kristen dan Muslim selain itu juag
adanya kecemburuan sosial antara Muslim Arab Lama dan Muslim Muallaf Spanyol.
Sejak kebijakan yang diterapkan oleh penduduk Arab dalam memperlakukan
warganya di Spanyol pada dasarnya tidak berbeda dengan wilayah-wilayah taklukkan
lainnya. yakni pajak penghasilan dibebankan kepada Kristen dan Yahudi dengan
besaran bervariasi pertahunnya sesuai ekonomi pembayar pajak. Perempuan, anak-
anak, kaum jompo, orang miskin para rahib, dan penderita penyakit kronis dibebaskan
dari pembayaran pajak. Pajak tanah rata-rata sebesar 20% dari hasil panen, pajak juga
diambil dari kaum dzimmi. Selain itu wilayah-wilayah yang diperoleh melalui perang,
bersamaan denga property gereja dan para raja yang melarikan diri dari Spanyol
diambil alih dan dibagi-bagikan diantara para penakhluk dan menjadi milik pribadi.
Sedangkan budak dibiarkan menjadi petani di dataran tersebut dan menyerahkan
empat perlima hasil panen kepada tuan barunya. Di luar wilayah siataan tanah milik
negara, sedangkan budak hanya mendapatkan sepertiga dari hasil panen. Sejumlah
23
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban, hlm. 460.
24
Heri Ruslan, Menyusuri Kota, hlm. 138.
tanah juga diberikan kepada serdadu Suriah dan Arab yang didatangkan untuk
menumpas pemberontakan.25
C. Kesimpulan
Kejayaan Islam yang menyebar laus ke luar Jazirah Arab. Selain menyiarkan
ajaran agama. Para para pemimpin Islam juag turut dalam menyebarkan budaya, ilmu
penegetahuan, teknologi, pada setiap wilayah dan mayarakat yang disambanginya.
Peradaban Islam yang terjadi di berbagai kota-kota yang pernah menjadi kejayaan
Islam pada masa dibawa oleh para Khalifah-khalifah penerus. Kehidupan sosial yang
terjadi di kota Damaskus, Baghdad, Cairo, dan Cordoba yang dibawa oleh para
khalifah yang memimpin disetiap kota membawa perubahan kebudayaan dan tatanan
sosial dlaam masyarakat kota. Selain itu Islam juga merambah masuk di Afrika, Asia
Pasifik, dan Eropa.

DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: Diva Press, 2015.
Antonio, Muhammad Syafii. Ensiklopedia Peradaban Islam Damaskus. Jakarta:
Tazkia Publishing. 2012.
Hitti, Philip. K . Capital Cities of Arab Islam. Canada: University of Minnesota Press.
1973.
Hitti, Philip K. History Of Arabs: From The earliest Times to The Present.
Diterjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi SLamet Riyadi. Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta. 2006.
Manshur, Fadlil Munawwar. Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab pada
Masa Dinasti Umayyah. Jurnal Humaniora Vol XV. No. 2 Juli, 2003.
Ruslan, Heri. Dkk, Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam. Jakarta: Harian Republika,
2011
Sunanto, Musyrifah Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media, 2003.
Yunus, Abd Rahim dan Abu Haif. Sejarah Islam Pertengahan. Yogyakarta: Ombak,
2013.

25
Philip. K Hitti, Histori of Arabs, hlm. 648-649.

Anda mungkin juga menyukai