Anda di halaman 1dari 4

Nama : Farras Nuzila M

NIM : A1C019057
MK : Teknologi Konservasi Tanah dan Air

Metode-Metode Prediksi Erosi


1. PENDEKATAN KOTAK HITAM 
Meliputi: Penyesuaian masukan (curah hujan) dan keluaran (sedimen) 
Persamaan:
Qs= aQw^b
Dimana: 
Qs = banyaknya tanah yang terangkut 
Qw = banyaknya aliran permukaan 
a = konstanta, indeks kehebatan erosi, 
> 7.10-4 → kehilangan tanah berat 
< 3.10-4 → laju erosi tanah rendah 
b = konstanta, 2,0 – 3,0
Kelemahan: tidak ada keterangan tentang bagaimana erosi terjadi
 
2. MODEL KOTAK KELABU 
a. Model Kotak Kelabu untuk DAS
Pengukuran erosi dilakukan di tempat keluarnya sedimen yang kemudian terbawa air
dari DAS tersebut untuk satu kejadian hujan. 
Kelebihan: pengukuran dilakukan di tempat keluarnya sedimen
Kelemahan: Peubah dalam model ini saling berkorelasi sehingga tidak dapat ditemukan
peubah mana yang paling penting. Meski secara statistik mempunyai nilai penjelasan
tinggi, namun secara konseptual, tidak

b. Model Kotak Kelabu untuk bidang tanah


Dikembangkan oleh Weischmeier & Smith (1978). Biasa disebut The Universal Soil Loss
Equation (USLE) 
Kelebihan: mampu membuat prediksi rata-rata erosi jangka panjang dan bisa
dimanfaatkan untuk tempat-tempat atau bangunan dan penggunaan bukan pertanian. 
Kelemahan: tidak dapat memprediksi pengendapan, tidak memperhitungkan
sedimentasi dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai.
Persamaan umum: 
A = R . K . L . S . C . P 
Dimana: 
A = Banyaknya tanah yang tererosi (ton/ha/th) 
R = Indeks erosivitas hujan 
K = Faktor erodibilitas tanah 
L = Faktor panjang lereng 
S = Faktor kecuraman lereng 
C = Faktor vegetasi/penutup tanah 
P = Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah
3. MODEL KOTAK PUTIH
Sampai saat ini model ini belum dipergunakan secara operasional. 
Masukan: Curah hujan, aliran air di permukaan tanah, dan aliran dalam saluran. 
Keluaran: Sedimen yang terangkut oleh aliran air di atas permukaan tanah dan sedimen
yang terangkut dari alur, parit dan saluran.

4. MODEL DETERMINISTIK 
Berlaku persamaan kontinyuitas yang mengasumsi erosi sebagai suatu proses dinamik: 
Masukan – Keluaran = Kehilangan atau penambahan material

5. CREAMS (Chemical, Runoff, and Erosion from Agricultural Management Systems) -


Knisel (1980) 
Pada dasarnya memuat tiga kelompok model: (1) Model hidrologi, (2) Model sedimen,
(3) Model unsur hara dan pestisida 
Syarat: Dipergunakan untuk skala bidang tanah dalam satu satuan pengelolaan dengan
penggunaan tanah yang sama, tanah yang homogen, curah hujan yang sama dan
tindakan pengelolaan yang sama. 
Konsep dasar: Hasil sedimen adalah fungsi pelepasan butir-butir tanah dan diikuti
pengangkutan butir-butir tanah tersebut. Kandungan sedimen dibatasi oleh banyaknya
sedimen yang tersedia oleh pelepasan atau kapasitas transport.

6. Pengukuran Sedimen di Laboratorium


Pendugaan erosi tanah dapat dilakukan di laboratorium dengan bantuan alat
pembangkit hujan (rainfall simulator). Kepadatan tanah, kondisi penutup, kemiringan
dan panjang lereng dapat disimulasikan berdasarkan keadaan yang diinginkan. 
Keuntungan: dimungkinkan dilakukan pengamatan secara detil mekanisme dan proses
terjadinya erosi. 
Kerugian: perilaku erosi tanah di laboratorium tidak sama dengan apa yang terjadi di
lapangan.

7. Modifikasi USLE (MUSLE)


Williams (1975) melakukan modifikasi USLE dengan mengganti faktor R dengan faktor
aliran. MUSLE sudah memperhitungkan baik erosi maupun pergerakan sedimen pada
DAS berdasar pada kejadian hujan tunggal (single event).

8. Pengukuran Sedimen di Lapangan


Pengamatan di lapangan dilakukan menggunakan sistem petak (plot) dengan ukuran,
kemiringan, panjang lereng, dan jenis tanah tertentu (diketahui). Aliran air dan sedimen
yang keluar petak diamati
1. Vegetatif & Biologi
metode vegetatif adalah metode yang menggunakan tanaman atau bagian tanaman
untuk mengurangi daya erosi air hujan dengan tanah. Tujuannya adalah agar air hujan
tidak langsung mengenai tanah serta bertujuan juga untuk mengurangi laju air
permukaan
contoh aplikasinya di lapangan
a. Reboisasi dan penghijauan
Reboisasi adalah penghutanan kembali serta penghijauan adalah penanaman tanaman
pada lahan kritis dan lahan lahan kering supaya tidak terjadi erosi
b. Stirp Cropping
yaitu penanaman berjalur tegak lurus terhadap aliran air/arah angin. Jalur tanamannya
lurus
c. Contour Strip Cropping
yaitu penanaman berjalur sejajar dengan garis kontur. Jalur tanamannya miring. Jalur
tanamannya berbelok belok mengikuti garis kontur pada lahan tersebut 
d. Buffering
yaitu metode penutupan lahan yang memiliki kemiringan curam dengan tanaman keras
e. Winbreaks
yaitu metode penanaman dengan vegatasi secara permanen guna melindungi tanah
dari terpaan angin
f. Penggunaannmulsa, yaitu metode konservasi dengan menutupi lahan/tanaman
dengan bahan penutup (organik atau non organik)

USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka
waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem pertanaman dan pengelolaan tertentu.
Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi lembar atau alur, tetapi tidak dapat
memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing
sungai dan dasar sungai. 
Beberapa ilmuwan menyatakan beberapa kelemahan dari USLE, diantaranya adalah model tersebut
dinilai tidak efektif jika diaplikasikan di luar kisaran kondisi dimana model tersebut dikembangkan.
Adaptasi model tersebut pada lingkungan yang baru memerlukan investasi sumber daya dan waktu
untuk mengembangkan database yang dibutuhkan untuk menjalankannya (Nearing et al., 1994). Over
estimasi yang bisa terjadi dengan penggunaan USLE dapat mencapai 2.000%, penyebabnya adalah
adanya subjektivitas penggunaan data atau karena penggunaan peta skala kecil (Van der Poel dan
Subagyono, 1998).

Meskipun disadari adanya beberapa kelemahan/keterbatasan dari modelmodel empiris, khususnya


USLE, sampai saat ini telah dan masih diaplikasikan secara luas di seluruh karena model tersebut mudah
dikelola, relatif sederhana dan jumlah masukan atau parameter yang dibutuhkan relatif sedikit
dibandingkan dengan model-model lainnya yang bersifat lebih kompleks (ICRAF, 2001; Schmitz dan
Tameling, 2000). USLE juga berguna untuk menentukan kelayakan tindakan 38 Vadari et al. konservasi
tanah dalam perencanaan lahan dan untuk memprediksi non-point sediment losses dalam hubungannya
dengan program pengendalian polusi (Lal, 1994). Pada tingkat lapangan (field scale), USLE sangat
berguna untuk merumuskan rekomendasi atau perencanaan yang berkaitan dengan bidang agronomi
(agronomic proposal), karena dapat digunakan sebagai dasar untuk pemilihan land use dan tindakan
konservasi tanah yang ditujukan untuk menurunkan on-site effect dari erosi (ICRAF, 2001). Salah satu
faktor yang harus disadari oleh para pengguna model ini berhubungan dengan skala penggunaan,
Tarigan dan Sinukaban (2001) menyatakan bahwa USLE berfungsi baik untuk skala plot, sedangkan
untuk skala DAS, hasil prediksi saja dapat berlebihan. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh filter
sedimen yang tidak terakomodasi. Namun USLE bermanfaat dalam hubungannya dengan on-site effect
dari erosi. Tidak demikian halnya dalam hubungannya dengan off-site effect dari erosi, diantaranya
meliputi pengaruh erosi terhadap lingkungan di luar lahan yang tererosi, m

Anda mungkin juga menyukai