Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 12

DASAR - DASAR ILMU PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :
Dra. WIRDATUL AINI, M.PD

OLEH :
NAMA : WIKA FITRIA
NIM : 21053111
DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS : EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PERMASALAHAN - PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN

1. PERMASALAHAN PENDIDIKAN

A. MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN


Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh
pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia
untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak
usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena
kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan
pendidikan itu telah dinyatakan di dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada Bab XI, Pasal 17 berbunyi:
“Tiap-tiap warna negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi
murid suatu sekolah jika syarat-syarat Yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada
sekolah itu dipenuhi.”
pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/ keluarga yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain:
a. Sistem Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts System
(Instructional Management by Parent, Community and, Teacher).
b. SD kecil pada daerah terpencil
c. Sistem Guru Kunjung.
d. SMP Terbuka (ISOSA — In School Out off School Approach).
e. Kejar Paket A dan B.
f. Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.

B. MASALAH KUANTITAS PENDIDIKAN


Masalah kuantitas pendidikan merupakan masalah yang menyangkut banyak murid yang harus
ditampung di dalam system pendidikan atau sekolah. Masalah ini timbul karena calon murid
yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya daya tampung. Kesempatan
memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Permasalahan ini mencuat
terutama di SD pada tahun-tahun lampau. Tapi saat ini masalah itu sudah bisa teratasi, apalagi
dengan telah banyaknya didirikan SD swasta yang dengan kata lain dapat mengatasi
permasalahan kuantitas pendidikan. Sisa permasalahan ini ada pada anak-anak yang tinggal di
daerah terpencil.

C. MASALAH KUALITAS PENDIDIKAN


Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini
terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya
harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru
saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain
atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya
menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki
pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru.
Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur
mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.
Hal ini berhubungan dengan kualitas guru yang rendah, sarana belajar yang kurang memadai
dan tidak meratanya jumlah lulusan tiap jenjang pendidikan. Guru-guru tentunya punya harapan
terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Banyak orang yang menjadi
guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru – guru lama yang
sudah mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka
memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Sarana
pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan, terutama bagi
penduduk di daerah terbelakang.
Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang
benar-benar dipakai untuk hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka
tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya antara lain kondisi sekolah
yang memprihatinkan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu.
a. Faktor internal
Meliputi jajaran pendidikan seperti departemen pendidikan nasional, dinas pendidikan daerah
dan juga sekolah.
b. Faktor eksternal
Masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu
sebagai objek dari pendidikan.

D. MASALAH EFEKTIFITAS PENDIDIKAN


Pendidikan dikatakan efektif ialah bila hasil yang dicapai sesuai dengan rencana/program
yang dibuat sebelumnya (tepat guna, bila rencana mengajar (persiapan mengajar) yang dibuat
oleh guru atau silabus yang dibuat oleh dosen sebelum mengajar/memberikan kuliah terlaksana
secara utuh dengan sempurna, maka pelaksanaan perkuliahan tersebut dikatakan efektif,
sempurna disini meliputi semua komponen perencanaan seperti tujuan, materi/bahan, strategi,
evaluasi.
Sebaiknya dikatakan kurang efektif apabila komponen-komponen rencana tidak terlaksana
dengan sempurna, misalnya tujuan yang ingin dicapai tidak tercapai semuanya, materi tidak
tersajikan semuanya, stretegi belajar mengajar tida tepat, evaluasi tidak dilakukan sesuai dengan
rencana. Masalah efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidian dengan
dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa yang
diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Pendidikan
merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu, yaitu berupa
kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya namun belum
menunjukkan kemampuan dan karakteristik sesuai dengan kualifiksi yang diharapkan berarti
adalah masalah efektivitas pendidikan.

E. MASALAH EFISIENSI PENDIDIKAN


Pendidikan dikatakan efesiensi bila penggunaan sumber daya yang ada (waktu,tenaga,biaya)
tepat sasaran. Kadar efesiensi itu tergantung pada pemberdayaan sumberdaya tersebut. Bila yang
terjadi misalnya tidak hemat (boros) waktu, biaya tenaga tidak berfungsi secara optimal maka
kadar efesinsi rendah (tidak/kurang efesien).
Analisa seperti ini dapat diarahkan pada unsur-unsur terkecil dari ketiga kriteria tersebut.
Misalnya apakah waktu yang digunakan sesuai dengan jadwal/rencana, apakah guru mengajar
atau dosen memberi kuliah minimal sama dengan jam wajib belajar setara dengan pegawai
negeri.
Jika peserta didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik kelas,
putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efesiensi pendidikan. Masalah efesiensi
pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi. Masalah tersebut dapat diketahui dari adanya
kegagalan seorang mahasiswa.
Masalah efisiensi pendidikan berkenaan dengan proses pengubahan atau transformasi masukan
produk (raw input) menjadi produk (output). Salah satu cara menentukan mutu transformasi
pendidikan adalah mengitung besar kecilnya penghamburan pendidikian (educational wastage),
dalam arti mengitung jumlah murid/mahasiswa/peserta didik yang putus sekolah, meng-ulang
atau selesai tidak tepat waktu.

F. MASALAH RELEVANSI PENDIDIKAN


Telah dijelaskan bahwa tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah
seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka
ragam seperti sektor produksi, sektor jasa, dan lain-lain. Baik dari segi jumlah maupun dari segi
kualitas. Jika sistem pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor
pembangunan baik yang aktual (yang tersedia) maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria
yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Sebenarnya kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan
kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain
sebagai berikut:
• Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.
• Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.
• Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat digunakan sebagai pedoman
oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan
yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau indtitusi yang membutuhkan tenaga kerja,
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak
siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di
atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan
tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk
bekerja.

2. SOLUSI UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN


a. Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecaan masalah yang telah sedang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
langkah-langkat di tempui melaluai cara konvesional dan cara inovatif.
a. Cara konvensial
1) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres atau ruang belajar
2) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sisteme pergantian pagi dan sore)
Sehubungan dengan itu yang perlu dikalahkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat atau keluarga yang kurang mampu
agar mau menyekolahkan anaknya.
b. Cara inovatif
1) Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat,orang tua, dan guru) atau inpacts system
(Instrutional Management by Parent, Community and teacher). Sistem tersebut di rintis di
sekolah dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
2) SD kecil pada daerah terpencil
3) Sistem guru kunjung.
4) Kejar paket A dan B.
5) Belajar jarak jauh, seperti Universitas terbuka.

b. Kuantitas Pendidikan
Untuk mengatasi masalah kuantitas pendidikan itu perlu adanya perhatian yang lebih dari
pemerintah agar anak-anak yang tinggal di daerah terpencil ikut merasakan pendidikan.
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah antara lain dengan membangun SD negeri di
daerah-daerah yang msih minim kuantitas pendidikannya, dan tentunya sekolah yang
dibangun juga dilengkapi sarana dan prasarana yang lengkap untuk menunjang proses
belajar mengajar.

c. Kualitas Pendidikan
Upaya pemecahan masalah kualitas pendidikan dapat ditempuh dengan cara sebagai
berikut.
1. Seleksi yang ketat terhadap calon yang akan masuk sekolah lanjutan atau tempat kerja.
2. Pelatihan dan pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui latihan,
penataran, seminar dan lain-lain.
3. Peyempurnaan dan pemantapan kurikulum agar tidak mudah mengalami perubahan.
4. Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar.
5. Penggunaan alat peraga, buku paket dan laboratorium secara tepat.
6. Pemantapan peraturan dalam berbagai ujian, baik itu ujian sekolah atau ujian
kenegaraan.
7. Pengawasan dan penelitian proses pendidikan oleh pemilik ke tiap sekolah.

d. Efektifitas Pendidikan
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat
belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan demikian pendidikan baik guru maupun dosen dituntut untuk dapat meningkatkan
keefektifan pembelajaran agar materi pembelajaran yang diajarkan tersebut dapat berguna. Untuk
meningkatkan efektivitas pendidikan, yaitu dengan menentukan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan.

e. Efisiensi Pendidikan
Permasalahan Efesiensi pendidikan dapat dipecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan
seperti.
a. Berorientasi pada peserta
Prinsip berorientasi pada peserta didik berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya
memusatkan perhatian pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi
dari peserta didik.
b. Pemanfaatan sumber belajar
Pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran peserta didik hendaknya dapat
memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkannya.

f. Relevansi Pendidikan
Permasalahan relevansi pendidikan dapat dipecahkan melalui cara-cara sebagai berikut.
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi agar
tercipta manusia yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan relevansi pendidikan dengan
kebutuhan dunia usaha dan industri.
b. Peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan jaminan keejahteraan tenaga
kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan
pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat menunjukkan apa yang pernah ia dapatkan selama
menempuh pendidikan.
c. Melakukan pembaruan sistem pendidikan, termasuk kurikulum. Seperti menyusun
kurikulum yang mengacu pada standar nasional yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai
dengan kepentingan setempat.

SUMBER

http://yulidelvika.blogspot.com/2018/11/masalah-masalah-pokok-pendidikan.html?m=1

http://deasafira18.blogspot.com/2018/05/pemerataan-efesiensi-dan-efektivitas.html?m=1

Umar tirtaraharja & S. L. La sulo, pengantar pendidikan, cet. Kedua(Jakarta:rineka


cipta, 2005)h. 226-238.

Anda mungkin juga menyukai