Anda di halaman 1dari 16

SINTESIS ZEOLIT DARI SILIKA ABU AMPAS TEBU (BAGASSE) DENGAN

METODE HIDROTERMAL

Oleh

Aditya Anugrah Sahyani


2117011094

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : SINTESIS ZEOLIT DARI SILIKA ABU AMPAS TEBU


(BAGASSE) DENGAN METODE HIDROTERMAL
Nama Mahasiswa : Aditya Anugrah Sahyani
No. Pokok Mahasiswa : 2117011094
Jurusan : Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Bandar Lampung, April 2021

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Kimia Dosen Pembimbing


FMIPA Unila

Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. Dr. Mita Rilyanti, M.Si.
NIP. 197407052000031001 NIP. 195907061988111001

ii
ABSTRAK

SINTESIS ZEOLIT DARI SILIKA ABU AMPAS TEBU BAGASSE) DENGAN


METODE HIDROTERMAL

Oleh
Aditya Anugrah Sahyani

Kerja praktik ini dilakukan untuk mensintesis zeolit dari silika yang diperoleh dari abu
ampas tebu (bagasse) dengan menggunakan metode hidrotermal. Pada metode ini untuk
mendapatkan silika dari abu ampas tebu (bagasse), mula-mula ampas tebu dicuci terlebih dahulu
dengan asam sitrat 5%, kemudian dikeringkan dengan oven dan difurnace pada suhu 600ºC. Abu
ampas tebu yang dihasilkan
Kemudian diambil sebanyak 5 gram, diekstrak dengan 125 mL larutan NaOH 2 M sambil
diaduk dan dipanaskan sampai mendidih (kurang lebih selama 1 jam). Untuk memaksimalkan
proses ekstraksi, campuran didiamkan selama kurang lebih 12 jam pada suhu kamar. Campuran
tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman no.42 sehingga diperoleh filtrat
yang berwarna kuning kecoklatan. Filtrat kemudian ditambahkan larutan HCl 1 M setetes demi
setetes sehingga terbentuk hidrogel pada pH optimumnya yaitu pada pH 6. Hidrogel kemudian
dibiarkan selama kurang lebih 48jam untuk memaksimalkan pembentukan gel dan proses
dekantasi. Gel kemudian didekantasi dan dicuci dengan aquades dan selanjutnya dikeringkan
dengan oven pada suhu 90 °C selama 24 jam. Rendemen yang di dapat yaitu sebesar 26,6%.

Kata Kunci: Sintesis zeolit, silika abu ampas tebu (bagasse), ekstraksi silika, metode hidrotermal.

iii
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR GAMBAR

v
DAFTAR TABEL

vi
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang
Tebu merupakan bahan baku yang digunakan pada industri gula dan
etanol. Dalam memproduksi gula, batang tebu dihancurkan untuk mengekstrak jus
tebu yang kemudian diproses menjadi gula. Sisa batang tebu yang telah hancur
dan patah, dikenal dengan ampas tebu (sugarcane bagasse/ SCB) [1]. Suatu pabrik
gula menghasilkan sampah SCB dalam jumlah yang banyak. Sekitar 3 ton SCB
dihasilkan dari setiap 10 ton tebu (Hajiha et al., 2015). Nilai ini rata-rata setiap
tahunnya dihasilkan 54 juta ton SCB diseluruh dunia (Ju et al., 2011).
Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), ampas
tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu yang digiling (Akhinov, A. F.,
dkk, 2010). Dari jumlah tersebut, 60%-nya digunakan untuk bahan bakar ketel
sedangkan kelebihannya dijual dan banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak,
bahan baku pembuatan pupuk, bahan baku pembuatan kertas, media pertumbuhan
jamur merang dan industri pembuatan papan-papan buatan. Sehingga nilai
ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan ampas tebu tersebut masih cukup
rendah (Mubin, A dan Fitriadi, R, 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Miftakhul, H.M. (2012), hasil analisa XRF terhadap abu bagasse diketahui bahwa
dalam abu bagasse mengandung mineral-mineral yang serupa Si, K, Ca, Ti, V,
Mn, Fe, Cu, Zn, dan P. Karena kandungan silika dalam abu bagasse besar maka
abu bagasse berpotensi sebagai bahan baku pembuatan silika gel sehingga
mempunyai nilai tambah yang lebih dengan memanfaatkan limbah padat yang
dihasilkan oleh pabrik gula.

2.2. Tujuan Kerja Praktik


Tujuan dari kerja praktik ini adalah:
1. Mengekstrak silika dari ampas tebu menggunakan pelarut alkali dengan
suhu pembakaran ampas tebu dan pH pembentukan hidrogel silika pada
kondisi optimum.
2. Mengkarakterisasi silika hasil ekstraksi.
3. Melakukan sintesis zeolit secara hidrotermal dengan sumber silika dari abu
ampas tebu.
4. Mengkarakterisasi zeolit hasil sintesis.

2.3. Manfaat Kerja Praktik


Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai
ekstraksi silika abu ampas tebu (bagasse) menggunakan pelarut alkali dengan
suhu dan pH optimum yang selanjutnya dapat digunakan untuk mensintesis zeolit
dengan menggunakan metode hidrotermal.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan secara ringkas tinjauan tentang zeolit, khususnya
zeolit berstruktur MFI, meliputi perkembangan metoda sintesis dalam kaitannya
sebagai katalis dan beberapa teknik karakterisasi untuk mengetahui kristalinitas,
porositas dan morfologi zeolit.

2.1. Tinjauan Umum Tentang Zeolit


Secara umum zeolit merupakan material kristalin dengan kerangka yang
dibangun oleh tetrahedral alumina (AlO4)– dan silika (SiO4) yang membentuk
struktur bermuatan negatif dan mempunyai pori dan rongga dalam skala
molekular. Muatan negatif pada kerangka zeolit dinetralkan oleh kation yang
terikat lemah. Selain kation, rongga zeolit juga terisi oleh molekul air yang
berkoordinasi dengan kation. Rumus umum zeolit adalah
Mx/n[(AlO2)x(SiO2)y].mH2O dengan M adalah kation bervalensi n+,
(AlO2)x(SiO2)y adalah kerangka zeolit yang bermuatan negatif dan H2O adalah
molekul air dalam kerangka zeolit (Aiello, R. dkk., 1987, Beck, L. W. dan Davis,
M. E., 1998, Harvey, G. dan Dent Glasser Lesley, S., 1989).
Zeolit sebagai material kristalin mikropori disintesis secara hidrotermal
dari bahan baku larutan natrium aluminat, natrium silikat, dan natrium hidroksida.
Kondisi hidrotermal khas ditemukan dalam kerak bumi, dimana beberapa zeolit
alam ditemukan. Sintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, waktu,
dan pH serta penambahan ion templet (SDA). Pada tahun 1961 Barrer dan Denny
mensintesis zeolit menggunakan kation amonium kuarterner (senyawa organik)
(Barrer, R. M. dan Denny, P. J., 1961). Penambahan kation organik ke dalam gel
aluminosilikat dapat meningkatkan pembentukan unit-unit primer dan unit
bangunan sekunder (secondary building unit, SBU) yang juga akan
mempengaruhi ukuran kerangka zeolit (rasio Si/Al). Penggunaan komponen
organik ini berperan dalam memulai sintesis terutama saat pertumbuhan kristal
zeolit silikat. Sejumlah zeolit silika tinggi (Si/Al = 5–100) dikristalisasi
menggunakan kation organik dalam gel aluminosilikat pada suhu 100-200 C.
Sebagai contoh zeolit β (BEA) dengan rasio Si/Al 5–100 disintesis menggunakan
kation tetraetilamonium (TEA+). Kation amonium kuarterner sekarang lebih
dikenal sebagai SDA (Structure-Directing Agent).
2.1.1. Zeolit ZSM-5 (MFI)
Zeolite Socony Mobil-5 (ZSM-5) merupakan zeolit yang memiliki struktur MFI.
Parameter struktur kristal zeolit MFI disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter struktur kristal zeolit MFI

2
ZSM-5 yang memiliki pori berbentuk rongga tiga dimensi berukuran sedang
dengan cincin-10, dengan dua jenis saluran berbentuk lurus dan zig zag berukuran
0,54 × 0,56 nm dan 0,51 nm × 0,55 nm. Komposisi anhidrat dari ZSM-5 adalah
MxAll,lSi94,9O192, dimana M adalah campuran kation Na dan tetraalkil (Olson,
D. H. dkk., 1981). Kerangka unit bangunan sekunder (Secondary building unit,
SBU) terdiri dari 12 T atom (T = Si dan/ Al) yang ditunjukkan pada Gambar II.1
bagian (a). Masing-masing SBU dapat berikatan satu sama lain membentuk rantai
yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Secondary building unit (SBU) ZSM-5 (a) dan bentuk rantai dari SBU
2.1.2. Sintesis Zeolit MFI
Pada dasarnya sintesis zeolit dapat dilakukan secara sederhana dan mudah,
akan tetapi melibatkan proses kimia yang rumit seperti pelarutan-pengendapan,
polimerisasi-depolimerisasi, dan nukleasi-kristalisasi. Sejumlah variabel sangat
berpengaruh dalam pembentukan zeolit, antara lain komposisi dan sumber
reaktan, rasio Si/Al, alkalinitas, kandungan air, kandungan kation anorganik,
kandungan templet organik, pelarut, suhu, penuaan, pengadukan,dan pembenihan.
Komposisi reaktan dalam campuran reaksi sangat berpengaruh pada
kristalisasi zeolit tipe tertentu. Parameter lain yang juga berhubungan dengan
variasi komposisi adalah sumber reaktan (silika, alumina, ion alkali), rasio Si/Al,
alkalinitas, kandungan air, kandungan atau jenis kation anorganik, kandungan
kation organik (SDA), serta pelarut (Corma, A. dan Davis, M. E., 2004).
2.1.3. Sintesis Zeolit MFI Menggunakan Metoda Hidrotermal
Istilah hidrotermal berasal dari bidang ilmu geologi yang menggambarkan
perilaku air pada temperatur dan tekanan tinggi yang membawa perubahan pada
lapisan kerak bumi dan pembentukan berbagai macam batuan dan mineral.
Sintesis secara hidrotermal mengacu pada reaksi yang terjadi pada kondisi suhu
tinggi dan tekanan tinggi (>100 °C, > 1 bar) dalam larutan air dalam sistem
tertutup. Suhu yang digunakan berada di atas titik didih pelarut yang digunakan,
yang dalam hal hidrotermal menggunakan air sebagai pelarut. Bila digunakan

3
pelarut (solvent) lain, sintesis ini secara umum disebut sebagai sintesis
solvotermal (Ismunandar, 2006).
2.1.4. Peran Pengarah Struktur (Structure-directing Agent, SDA) dalam
Sintesis Zeolit MFI
Barrer dan Denny untuk pertama kali memperkenalkan kation organik,
tetrametilamonium (TMA+) dalam sintesis zeolit dengan ratio Si/Al yang lebih
tinggi pada tahun 1960-an (Barrer, R. M. dan Denny, P. J., 1961). Kation TMA+
berperan sebagai SDA dalam pembentukan unit bangunan sekunder (Secondary
Building Units, SBU). Selanjutnya beberapa kation amonium kuarterner
digunakan untuk sintesis zeolit dengan rasio Si/Al tinggi yang lebih lebar
(SiO2/Al2O3 ≥ 20) dan akan dihasilkan zeolit-zeolit silika tinggi baru. Pada tahun
1982, Wilson, dkk. melaporkan sekelompok saringan molekul aluminofosfat yang
disintesis menggunakan ion amina organik dan amonium kuarterner sebagai
templet dan SDA (Barrer, R. M. dan Denny, P. J., 1961, Wilson, T. T. dkk.,
1982).

4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat Kerja Praktik
Kerja praktik dilaksanakan selama tiga bulan (Febuari – April 2016) di
Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas ampung. Karakterisasi
sampel menggunakan X-Ray Fluoresence (XRF) dilakukan di Laboratorium
Institut Teknologi Bandung, X-Ray Diffraction (XRD), dan Scanning Electron
Microscope (SEM).

4.2. Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam kerja praktik ini antara lain adalah neraca
analitik, oven, gelas kimia, gelas ukur, spatula, corong kaca, corong Buchner,
hotplate stirrer, Erlenmeyer, furnace, spinbar, batang pengaduk, labu ukur, mortal
dan alu, dan pipet tetes.

4.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Ekstraksi Silika dari Abu Ampas Tebu
Untuk mendapatkan silika dari abu ampas tebu maka terlebih dahulu
dilakukan proses pembakaran ampas tebu. Ampas tebu yang telah dicuci dengan
asam sitrat 5% dan dikeringkan dengan oven kemudian difurnace dengan suhu
600°C di Laboratorium Geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Bandung. Sebanyak 5 gram abu ampas tebu diekstrak dengan 125 mL larutan
NaOH 2 M sambil diaduk dan dipanaskan sampai mendidih (kurang lebih selama
1 jam). Selanjutnya campuran dibiarkan mencapai suhu kamar selama 12 jam
untuk memaksimalkan proses pengekstraksian. Kemudian disaring menggunakan
kertas saring Whatman no.42 sehingga diperoleh filtrat yang berwarna kuning
kecoklatan. Filtrat kemudian ditambahkan larutan HCl 1 M tetes demi tetes
sehingga terbentuk hidrogel dengan pH 6. Hidrogel kemudian dibiarkan 48jam
untuk memaksimalkan pembentukan gel dan proses dekantasi. Gel kemudian
didekantasi dan dicuci dengan aquades dan selanjutnya dikeringkan dengan oven
pada suhu 90 °C selama 24 jam. Silika yang didapatkan selanjutnya
dikarakterisasi dan dijadikan prekursor untuk sintesis zeolit.
3.3.2. Karakterisasi Silika
Karakterisasi silika menggunakan X-Ray Fluoresence (XRF) untuk
mengetahui komposisi senyawa yang dihasilkan dari proses ekstraksi. Analisis X-
Ray Diffraction (XRD Bruker D8 Advance, Cu Kα, λ = 1,5406 Å) juga dilakukan
untuk menetukan fasa dari silika hasil ekstraksi serta menetukan tingkat
kristalinitas. Scanning Electron Microscope (SEM) juga dilakukan untuk
mengkonfirmasi morfologi dari silika.
3.3.3. Sintesis Zeolit
Silika yang didapat dari hasil ekstraksi abu ampas tebu (bagasse) yang
telah dikarakterisasi kemudian disintesis secara hidrotermal dengan suhu 170 °C

5
selama 72 jam. Selanjutmya crude produk disaring dan dicuci dengan akuades.
Padatan hasil sintesis dikeringkan dengan oven pada suhu 90 °C.
3.3.4. Karakterisasi Zeolit
Zeolit hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction
(XRD) untuk mengkonfirmasi kristal hasil sintesis. Scanning Electron Microscope
(SEM) digunakan untuk melihat morfologi kristal zeolit hasil sintesis.

6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasannya dipaparkan
pada bab ini. Hasil dan pembahasan dikelompokkan atas 4 bagian: (i) studi
sintesis ZSM-5 berpori hierarki dengan variasi suhu pengeringan gel prekursor:
struktur dan sifat fisikokimia, (ii) studi sintesis ZSM-5 berpori hierarki dengan
reduksi penggunaan Structure-Directing Agent (SDA), (iii) studi efektivitas
metoda kristalisasi bantuan-uap (steam-assisted crystallization, SAC) vs
hidrotermal konvensional (HT) dalam sintesis ZSM-5 pada berbagai konsentrasi
SDA, dan (iv) studi sintesis ZSM-5 berpori hierarki tanpa penambahan senyawa
organik menggunakan metoda benih-SAC.

5.1. Studi Sintesis ZSM-5 dengan Variasi Suhu Pengeringan Gel


Prekursor: Struktur dan Sifat Fisikokimia
Sebelum dihidrotermal dengan metoda kristalisasi bantuan-uap (steam-
assisted crystallization, SAC), gel prekursor dikeringkan terlebih dahulu pada
berbagai suhu. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh suhu pengeringan gel
prekursor pada kristalisasi kerangka ZSM-5.

5.2. Sintesis dan Karakterisasi Struktur ZSM-5 dengan Variasi Suhu


Pengeringan Gel Prekursor
Dalam penelitian ini sintesis ZSM-5 dilakukan menggunakan metoda
kristalisasi bantuan-uap (steam-assisted crystallization, SAC) dengan
perbandingan molar 1SiO2:0,005Al2O3:0,13NaOH:0,05TPABr:37,5H2O. Dalam
perbandingan molar ini digunakan TPABr sebagai SDA dengan konsentrasi 5 kali
lebih rendah dari yang digunakan peneliti sebelumnya (Wang, J. dkk., 2009) dan
melakukan beberapa modifikasi meliputi komposisi molar, sumber silika, sumber
alumina, dan sumber SDA. Bahan-bahan pereaksi disiapkan dengan perbandingan
stoikiometris, selanjutnya dicampurkan dan diaduk hingga merata (berbentuk
slurry) dan dievaporasi sehingga berbentuk gel kering.

Gambar 2 Foto SEM ZSM-5 yang disintesis menggunakan gel yang dikeringkan
pada suhu (a) 50 C dan (b) 100 C.

7
5.3. Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Gel Prekursor pada
Pembentukan ZSM-5 Menggunakan SDA Konsentrasi Rendah
Hubungan antara suhu pengeringan prekursor gel dengan volume
mikropori (Vmikro) dan luas permukaan (SBET) ZSM-5 yang disintesis
menggunakan SDA konsentrasi rendah disajikan pada Gambar IV.9. ZSM-5 yang
disintesis menggunakan gel yang dikeringkan pada suhu 100 C mempunyai
volume mikropori dan luas permukaan lebih besar dibanding gel yang dikeringkan
pada suhu ruang maupun 50 C.

5.4. Studi Sintesis ZSM-5 dengan Reduksi Penggunaan Structure-


Directing Agent (SDA)
Pada tahap awal penelitian ini, sintesis zeolit MFI (ZSM-5) pori hirarki
dilakukan menggunakan metoda steam-assisted crystallization (SAC) dengan
rasio Si/Al = 20 dan TPA/Si = 0,24 dengan memodifikasi metoda yang telah
dilakukan oleh Wang, dkk. (2009). Gel kering dibuat dengan mengevaporasi
prekursor gel pada suhu 100 C dan dihidrotermal pada suhu 150 C selama 1
hari.

8
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sintesis ZSM-5 menggunakan metoda kristalisasi bantuan uap (steam-
assisted crystallization, SAC) merupakan salah satu teknik sintesis yang dapat
mengkonversi gel kering menjadi partikel zeolit dengan bantuan uap air.
Kristalisasi ZSM-5 dengan metoda SAC dipengaruhi oleh suhu pengeringan gel
prekursor. ZSM-5 tidak dapat disintesis menggunakan gel prekursor yang
dievaporasi pada suhu ruang dan diproses dengan reaksi hidrotermal selama 5
hari. Pengeringan gel pada suhu ruang tidak merangsang terjadinya polimerisasi
anion polisilikat dan anion aluminat untuk membentuk unit-unit primer. Proses
hidrotermal pada suhu 150 C hanya menyebabkan terjadinya kondensasi
oligomer-oligomer silika membentuk kerangka Si-O-Si yang kaku (rigid).

5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk melengkapi penelitian serta
melanjutkan sintesis ZSM-5 pori hirarki tanpa penambahan senyawa organik ini
adalah :
Menguji aktivitas katalitik ZSM-5 pori hierarki hasil sintesis pada reaksi
esterifikasi benzil alkohol dengan asam heksanoat.
Mempelajari teknik sintesis ZSM-5 pori hierarki dengan teknik benih-SAC
menggunakan sumber silika yang diekstrak dari limbah yang memiliki kandungan
silika tinggi seperti sekam padi atau bagasse.

9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai