Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI CLOUD COMPUTING DI BEBERAPA INSTANSI PEMERINTAHAN

Faiq Wildana

IMPLEMENTASI CLOUD COMPUTING DI BEBERAPA INSTANSI


PEMERINTAHAN
Cloud Computing Implementation in Several Government Institutions

Faiq Wildana
Puslitbang Aptika dan IKP, Badan Litbang SDM, Kemenkominfo
Jl. Medan Merdeka Barat No.9, Jakarta Pusat 10110, Telp: 021-3800418
E-mail: faiq001@kominfo.go.id

Naskah diterima tanggal 25 September 2017, direvisi tanggal 27 November 2017, disetujui tanggal 15 Desember 2017

Abstract
Along with the development of cloud computing technology, several government institution are ready to use cloud
computing, even some have started implementing this technology. Currently cloud computing has just recently adapted
in Indonesia. It is important to know the comparison and usage analysis of some instituitions that have been used. This
study used a qualitative approach with interview instrument conducted for each instituition. Respondents who become
the object of this research are LKPP, BIG, Balai IPTEK-net BPPT, and Ministry of Communications and Informatics.
The four instituitions are selected because it is a central instituition that has been implemented cloud computing with a
wide range of services. The method of analysis used is a comparative method which compares cloud computing
services. Comparative analysis approach is issues and challenges of cloud computing. The study produces an overview
of the application of cloud computing in government instituitions along with suggestions that should be done.

Keywords : Cloud Computing, Government Institutions, Comparison, Implementation

Abstrak
Seiring dengan perkembangan teknologi cloud computing, beberapa instansi pemerintahan sudah merencanakan
pemanfaatan cloud computing, bahkan sudah ada yang mulai memanfaatkan teknologi ini. Sedangkan cloud computing
belum lama ini baru mulai diadaptasi di Indonesia. Kiranya penting untuk mengetahui komparasi dan analisis
pemakaian oleh beberapa instansi yang sudah menggunakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
instrumen wawancara yang dilakukan kepada masing-masing instansi. Responden yang menjadi objek penelitian ini
yaitu LKPP, BIG, Balai IPTEK-net BPPT, dan Kementerian Kominfo. Keempat instansi tersebut dipilih karena
merupakan instansi pusat yang diketahui sudah menerapkan cloud computing dengan jangkauan layanan yang luas.
Metode analisis yang digunakan adalah metode komparatif dimana membandingkan keempat objek penelitian terkait
layanan cloud computing yang diberikan. Analisis komparasi menggunakan pendekatan isu dan tantangan cloud
computing. Studi menghasilkan gambaran penerapan cloud computing di instansi pemerintahan beserta saran yang
seharusnya dilakukan.

Kata Kunci : Cloud Computing, Institusi Pemerintah, Komparasi, Implementasi

menggunakan teknologi tersebut. Pihak


PENDAHULUAN perusahaan tidak perlu repot-repot menyiapkan
infrastuktur serta maintenance server mereka
Komputasi awan (cloud computing) sendiri, yang artinya memangkas biaya
yang sudah biasa kita dengar saat ini perusahaan. Pihak perusahaan juga dapat
merupakan perkembangan komputasi yang dengan leluasa memilih layanan yang sesuai
sudah terjadi sejak 50 tahun terakhir ini. Cloud dan dapat diubah sesuai kebutuhan kapan saja.
computing dikenal karena fleksibilitas serta Apabila dilihat dari keuntungan-keuntungan
biayanya yang murah (cost saving). Hal tersebut akan menjadi pertimbangan yang tepat
tersebut menjadi alasan paling mendasar bagi bagi pemerintah untuk menggunakan cloud
banyak perusahaan sehingga umum computing. Dimana salah satu fokus

1
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 2 (Oktober - Desember 2017) Hal.: 97-108

pemerintah yaitu berorientasi kepada layanan pemerintahan lain, tanpa perlu memusingkan
publik. Pemerintah dapat lebih fokus pada infrastruktur pendukung di belakangnya.
“layanan publik”nya serta urusan terkait

Gambar 1. Global Cloud Readiness Scorecard

Berdasarkan data global cloud computing. Selain pemerintah harus berbenah


computing scorecard tahun 2016, dari 24 di sisi policy environment, seharusnya
negara yang menjadi 80% pasar teknologi pemerintah juga tidak boleh ketinggalan
informasi (information technology/IT) dunia menggunakan teknologi cloud computing.
menunjukkan Indonesia berada pada urutan 20 Untuk dapat menerapkan kebijakan terkait
(Business Software Alliance, 2016). Data cloud computing secara tepat ada baiknya
tersebut memberikan gambaran kesiapan pemerintah memanfaatkan teknologi tersebut,
negara terhadap cloud computing dilihat dari agar bisa merasakan pengalaman menggunakan
sisi kebijakannya (privacy environment). (experience) secara langsung.
Komponen kebijakan yang dilihat antara lain Seiring dengan perkembangan
Data privacy, Security, Cybercrime, Intelectual teknologi cloud computing, saat ini sudah ada
property rights, Support for Industry-Led beberapa instansi pemerintahan yang sudah
Standards & International Harmonization of merencanakan pemanfaatan cloud computing,
Rules, Promoting Free Trade, IT Readiness & bahkan sudah ada juga lembaga yang sudah
Broadband Deployment. Menurut Frost and mulai memanfaatkan teknologi ini.
Sullivan (Chandrasekaran & Kapoor, 2011) Pemanfaatan teknologi cloud computing dirasa
faktor keamanan (security) merupakan aspek dapat membantu pemerintah dalam
yang paling penting bagi adopsi cloud mengintegrasikan data, selain itu dari sisi
computing di pemerintahan. pengguna akan lebih hemat biaya dan waktu,
Tanpa melihat nilai dari scorecard bebas resiko dan juga tidak perlu menyediakan
dapat kita simpulkan bahwa Indonesia ruangan atau tempat lagi (space). Beberapa
merupakan salah satu pasar IT khususnya instansi yang sudah menggunakan teknologi
cloud
cloud computing diantaranya LKPP (Lembaga karena merupakan instansi pusat yang
Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah) diketahui sudah menerapkan cloud computing
yang digunakan untuk menangani banyak dengan jangkauan layanan yang luas. Metode
LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) analisis yang digunakan adalah metode
terkait e-procurement; BIG (Badan Informasi komparatif dimana membandingkan keempat
Geospasial) digunakan untuk memudahkan objek penelitian terkait layanan cloud
akses dan sharing data-data spasial mereka; computing yang diberikan. Analisis
Balai IPTEKnet BPPT (Balai Jaringan komparasinya menggunakan pendekatan isu
Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan tantangan cloud computing yang
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) digunakan oleh Zwattendorfer dkk
dengan Government Cloud Service-nya, dan (Zwattendorfer, Stranacher, Tauber, &
Kementerian Kominfo (Kementerian Reichstädter, 2013)
Komunikasi dan Informatika) yang digunakan
untuk mendukung kinerja instansi. Perkembangan Cloud Computing
Menurut Voas dan Zhang (Voas &
Metode Penelitian Zhang, 2009) ada enam fase perkembangan
Penelitian ini menggunakan pendekatan komputasi hingga sampai pada cloud
kualitatif dengan instrumen wawancara yang computing:
dilakukan kepada kepala, admin, operator dan 1. Mainframe Computing
staf yang mengelola cloud computing di 2. PC Computing
masing-masing instansi. Responden yang 3. Network Computing
menjadi objek penelitian ini yaitu LKPP, BIG, 4. Internet Computing
Balai Iptek-net BPPT, dan Kementerian 5. Grid Computing
Kominfo. Keempat instansi tersebut dipilih

Gambar 2. Fase Perkembangan Cloud Computing (Voas & Zhang, 2009)

Pada mulanya orang-orang penggunaan PC dengan keyboard dan monitor


menggunakan Mainframe yang dapat diakses sendiri (Stand-alone PC) diminati karena
oleh banyak user melalui jendela terminal dapat memenuhi kebutuhan pribadi tanpa
(Fase Mainframe Computing). Selanjutnya, terhubung dengan Mainframe (Fase PC

99
Computing). Penggunaan PC pribadi Cloud computing memiliki karakteristik
terkendala masalah resource sharing, sehingga utama yang membedakannya dengan
dibentuklah jaringan yang saling traditional IT. Semua syarat tersebut harus
menghubungkan PC dengan PC dalam jaringan dipenuhi agar dapat disebut sebagai cloud
lokal (Fase Network Computing). Fase Network computing (NIST, 2011). Lima karakter utama
Computing berkembang menjadi jaringan- Cloud computing antara lain :
jaringan lokal yang terhubung secara global 1. Broad Network Access
(Fase Internet Computing). Perkembangan Suatu sistem atau layanan dapat
selanjutnya mengarah pada pembagian beban dikatakan cloud computing apabila dapat
komputasi dan penyimpanan (komputasi diakses melalui internet. Media akses tidak
terdistribusi) secara transparan (Fase Grid selalu menggunakan PC ataupun laptop namun
Computing). Akhirnya, pada Fase cloud bisa dengan menggunakan smartphone, tablet
computing kita dapat memanfaatkan sumber atau handheld/gadget yang lain. Sehingga
daya yang ada dengan mudah sesuai kebutuhan dimanapun kapanpun asalkan tersedia akses
melalui internet. internet dapat memakai layanan cloud
Menilik pada definisinya, cloud computing.
computing menurut NIST (National Institute 2. On-demand Self Service
of Standards and Technology) Instituition U.S, Sesuatu yang dapat diakses melalui
Department of Commerce yaitu “a model for internet saja tidak bisa disebut sebagai cloud.
enabling ubiquitous, convenient, on-demand Sebuah situs web berita tidak dapat dikatakan
network access to a shared pool of cloud apabila tidak ada interaksi antara
configurable computing resources (e.g., pengguna dan server tersebut. Cloud
networks, servers, storage, applications, and computing mensyaratkan pengguna dapat
services) that can be rapidly provisioned and memilih layanan sesuai yang diinginkan secara
released with minimal management effort or mandiri atau swalayan.
service provider interaction.” Sementara 3. Rapid Elasticity
definisi menurut Gartner dalam situsnya, “a Selain dapat memilih layanan sendiri,
style of computing in which scalable and pengguna juga harus dapat mengatur tingkat
elastic IT-enabled capabilities are delivered as layanan yang diinginkan untuk bisa disebut
a service using Internet technologies.” sebagai cloud computing. Pengaturan tingkat
Dari beberapa pengertian di atas dapat layanan ini juga termasuk untuk berhenti dari
didefinisikan Cloud Computing atau layanan. Dan efek dari pengaturan yang diubah
Komputasi Awan sebagai bentuk layanan tersebut dapat dirasakan dengan cepat juga.
menggunakan internet yang digunakan oleh 4. Resource Pooling
banyak user dan dapat dipersonalisasi (diatur) Infrastruktur seperti storage, memory,
dengan mudah tanpa pengguna perlu dan processor berada dalam satu tempat atau
mengetahui kerumitan infrastruktur di balik itu. biasa disebut sebagai data center (bisa terdiri
dari banyak server). Data center harus dapat
diatur agar dapat digunakan oleh banyak
pengguna. Paling umum dilakukan adalah
dengan cara virtualisasi agar satu server dapat
digunakan oleh sejumlah pengguna.
5. Measured Service
Kapasitas layanan yang diberikan harus
dapat diukur. Artinya ada perbedaan kapasitas
layanan tidak hanya ada satu pilihan saja. Ini
Gambar 3. Karakteristik Cloud Computing merupakan dasar transparansi pengukuran
(NIST, 2011) biaya layanan, walaupun tidak semua penyedia
layanan cloud selalu memasang tarif (ada yang server sendiri. Infrastruktur pendukung
gratis, dengan resource dan layanan yang berjalannya server disediakan oleh penyedia
minim) jasa. Operating system dipilih oleh pengguna
Apabila dilihat dari jenis layanan yang kemudian diinstalasi dan dibantu oleh
dasarnya, cloud computing dapat dibedakan peyedia jasa. Contoh: Penyedia jasa sewa
menjadi 3, antara lain : server. Penyedia jasa menyediakan server bagi
pengguna. Pengguna bebas menggunakan
space tersebut.

Pengukuran Cloud Computing


Salah satu cara untuk pengukuran cloud
computing dapat dilihat dari ROI atau return
on investment-nya. ROI adalah salah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan
untuk operasinya perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan (Munawir, 2007).
Gambar 4. Jenis Layanan Cloud Computing Namun pengukuran menggunakan ROI ini
(Community Server Blogs, 2015) umum digunakan oleh perusahaan swasta,
bukan oleh lembaga pemerintahan. Karena
1. SaaS (Software as a Service) perusahaan swasta kebanyakan berorientasi
Bentuk layanan yang dapat diberikan pada profit.
Cloud Computing dimana pengguna tinggal Ada 8 cara mengukur ROI dari Cloud
memakai saja. Semua kebutuhan sudah Computing menurut Skilton (Skilton, 2010).
disediakan oleh penyedia jasa (provider). Cara pengukuran Skilton mengacu pada pada
Pengguna hanya perlu mengakses KPI (Key Performance Index) maka akan
menggunakan internet. Contoh: Email publik. terkonsentrasi pada IT capacity dan IT
Pengguna menggunakan layanan email, dimana Utilization. Namun sudah diterjemahkan dari
semua aspek mendasar komputasi, jaringan, sudut pandang keuntungan bisnis. Diantaranya,
OS, aplikasi dan juga data dikelola oleh Kualitas perubahan layanan, Total efisiensi
penyedia jasa, misalnya Google. Kita hanya biaya, Kecepatan penyediaan layanan,
memakai saja. Peningkatan Keuntungan dan Penghematan
2. PaaS (Platform as a Service) biaya, Pemakaian yang dinamis, Manajemen
Bentuk layanan yang diberikan cloud resiko dan kepatuhan yang meningkat,
dimana pengguna disediakan wadah untuk Pemanfaatan Utilitas, Peningkatan skill dan
mengembangkan dan meletakkan aplikasi serta kemampuan.
mengelolanya. Sisanya ditangani oleh penyedia Pendekatan lain dilakukan oleh
jasa. Contoh: Facebook games. Facebook Zwateendorfer dkk yaitu melalui isu dan
menyediakan API agar developer dapat tantangan cloud computing yang dipakai oleh
meletakkan games-nya di Facebook. Pengguna (Zwattendorfer, Stranacher, Tauber, &
bertanggung jawab sendiri atas berjalannya Reichstädter, 2013) yaitu keamanan, proteksi
aplikasi dan data yang dimiliki. dan pemenuhan data, interoperabilitas dan
portability, manajemen identitas dan akses,
3. IaaS (Infrastructure as a Service) serta auditing. Mereka menggunakannya dalam
Bentuk layanan yang diberikan cloud penelitian penggunaan cloud computing di e-
dimana kita diberikan tempat untuk mengelola government di beberapa negara Eropa.
Pendekatan ini lebih cocok dan sudah Rencana penerapan cloud computing di
digunakan khususnya di instansi pemerintahan LKPP dilaksanakan pada awal tahun 2016,
terkait cloud computing. dalam dua tahap :
Pertama, tahap uji coba menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN jasa sewa cloud kepada pihak ketiga. Jenis
sewa cloud akan menggunakan private cloud
Berdasarkan hasil wawancara yang agar terjamin kerahasiaan datanya. Tahap ini
dilakukan kepada kepala, admin, operator dan bertujuan untuk mencoba dan mengukur
staf yang mengelola cloud computing di empat kesiapan LKPP dalam menerapkan cloud
sampel instansi pemerintahan didapatkan computing.
gambaran implementasi teknologi cloud Kedua, tahap pembangunan cloud
computing di masing-masing instansi. computing secara mandiri oleh LKPP. Cloud
computing mandiri inilah yang nantinya akan
LKPP digunakan untuk menyokong sistem e-
LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan procurement. Sehingga data-data critical dan
Barang/Jasa Pemerintah) merupakan lembaga confidential dapat dikelola sendiri oleh LKPP.
yang bergerak di bidang pengembangan, Web sistem e-procurement juga akan
perumusan dan penetapan kebijakan terkait dikembangkan lebih lanjut agar kualitas
pengadaan barang/jasa pemerintah. LKPP saat pelayanan LPSE lebih baik.
ini menangani 630 LPSE (Layanan Pengadaan
Secara Elektronik) di masing-masing instansi BIG
dan pemerintah provinsi maupun kota. Masing- Badan Informasi Geospasial (BIG)
masing LPSE menangani servernya sendiri dan yang sebelumnya bernama Badan Koordinasi
standar data tidak seragam. Integrasi dan Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)
komunikasi data dengan LPSE yang berada di merupakan instansi pemerintahan non
pusat dapat dilakukan dengan mudah, namun kementerian yang menyediakan informasi
untuk LPSE yang berada di tiap daerah lebih geospasial sejak tahun 2012. Geospasial adalah
susah ditangani karena faktor jarak. Oleh aspek keruangan yang menunjukan lokasi,
karena itu, LKPP mencoba menerapkan letak, dan posisi suatu obyek yang berada di
teknologi Cloud Computing dimana client-nya bawah, pada, di atas permukaan bumi yang
nanti adalah LPSE di seluruh Indonesia. dinyatakan dalam sebuah sistem koordinat
Rencana pengembangan pemanfaatan referensi tertentu. BIG telah memiliki data
teknologi cloud computing LKPP ditangani center yang digunakan untuk mendukung
oleh Direktorat Pengembangan Sistem Jaringan Informasi Geospasial Nasional di 53
Pengadaan Secara Elektronik. Pemanfaatan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah,
cloud computing bertujuan untuk mendukung dimana data-data geospasial harus terintegrasi
sistem e-procurement yang saat ini sudah dan penyebarluasan informasinya dioptimalkan
berjalan. E-procurement digunakan untuk dengan menggunakan jaringan informasi.
membantu proses pengadaan barang/jasa di Awalnya untuk pengoptimalan jaringan
semua LPSE di Indonesia agar lebih efektif dan informasi, BIG membangun server-server di
efisien. Dengan dikembangkannya cloud daerah sebagai simpul jaringan, namun ternyata
computing diharapkan monitoring LPSE dapat hasilnya tidak maksimal karena keterbatasan
ditangani dengan mudah, karena standar data, SDM dan infrastruktur di daerah. Karena
file dan aplikasi diatur langsung oleh LKPP keterbatasan tersebut akhirnya BIG
sendiri. Kemudahan juga akan dirasakan oleh memanfaatkan teknologi cloud computing
LPSE karena tinggal memakai saja dan tidak untuk membangun 300 simpul jaringan virtual.
perlu biaya lagi untuk menangani server Kegiatan tersebut termasuk dalam Kegiatan
sendiri. Prioritas tahun 2015 Kedeputian Bidang
Infrastruktur Informasi Geospasial (IIG) yaitu Balai IPTEK-net BPPT
“Penyediaan Layanan Sistem Simpul untuk Balai IPTEKnet (Balai Jaringan
K/L dan Pemda dengan Teknologi Cloud Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
Computing Geospasial”. merupakan salah satu unit kerja di bawah
Teknologi cloud computing digunakan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
BIG untuk memfasilitasi pemerintah- Teknologi) yang bergerak di bidang teknologi
pemerintah daerah agar lebih mudah untuk informasi. Awalnya IPTEKnet memberikan
mengakses data-data spasial, dan layanan jasa ISP (Internet Service Provider)
meminimalisir terjadinya tumpang tindih data untuk instansi-instansi pemerintahan. Namun
sesuai dengan kebijakan One Map Policy. seiring dengan perkembangan teknologi
Kebijakan One Map Policy pertama kali informasi dan komunikasi yang berkembang ke
tercetus atas perintah langsung dari Presiden arah teknologi cloud computing maka pada
Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2010 tahun 2010 IPTEKnet merubah jasa layanannya
lalu dan masih terus dilaksanakan sampai menjadi penyedia Government Cloud Services
sekarang. (GCS). Tidak jauh berbeda dengan layanan jasa
Pengembangan cloud computing di BIG cloud computing yang dikembangkan oleh
ini dimulai pada tahun 2012 untuk pihak swasta, sebagai penyedia jasa cloud
memfasilitasi pelayanan simpul jaringan. computing untuk instansi pemerintahan Balai
Cloud computing yang digunakan oleh BIG IPTEKnet memiliki pilihan-pilihan paket yang
sudah diujicobakan di beberapa daerah, ditawarkan sesuai kebutuhan meliputi jasa
diantaranya di provinsi Jawa Timur, Kabupaten hosting, storage, dan server. Jasa tersebut
Sampang, Kabupaten Kulonprogo, dan diberi nama e-Gov Cloud.
Kabupaten Pasaman Barat. e-Gov Cloud bertujuan untuk
Pengadaan teknologi cloud computing memudahkan instansi pemerintahan, baik pusat
di BIG menggunakan pihak ketiga dengan maupun daerah, dalam implementasi e-
teknologi informasi cloud computing yang Government. Kelebihan e-Gov Cloud yang
termasuk ke dalam jenis layanan IaaS dikembangkan oleh Balai IPTEKnet ini adalah
(Infrastructure as a Service), dimana pihak selain dari segi harga yang lebih murah
ketiga hanya menyediakan infrastruktur IT dibandingkan penyedia jasa cloud computing
seperti RAM, prosesor, dan tempat swasta, keamanan data instansi pemerintahan
penyimpanan data (storage) secara virtual yang menggunakan e-Gov Cloud ini juga lebih
sedangkan untuk sistem operasi dan aplikasi- terjamin karena Balai IPTEKnet membangun
aplikasi yang di-install kedalam cloud server sendiri, dan pengelolaannya pun
disiapkan oleh BIG sendiri. BIG menggunakan langsung dilakukan oleh pihak Balai
aplikasi open source untuk penyimpanan data. IPTEKnet. Untuk menunjang pengembangan e-
Pemanfaatan teknologi cloud jenis IaaS ini Gov Cloud, Balai IPTEKnet membangun data
berjalan lancar dan tidak ada masalah berarti center dengan standar internasional yang
yang dirasakan BIG. berlokasi di Serpong dan Durentiga, serta
Saat ini BIG mencoba mengembangkan membangun Data Recovery Center (DRC) di
cloud dengan jenis layanan SaaS (Software as Batam.
a Service), namun terbentur kendala karena Layanan cloud computing yang
tidak adanya pihak ketiga yang dapat diberikan oleh Balai IPTEKnet sudah
membangun aplikasi spasial. Selain itu, BIG mencakup IaaS, PaaS, dan SaaS. Balai
juga mencoba untuk mengembangkan sendiri IPTEKnet juga menyediakan aplikasi e-
DaaS (Database as a Service). Government seperti aplikasi persuratan,
monitoring dan evaluasi yang dapat langsung
digunakan dalam sistem cloud computing yang
diberikan oleh Balai IPTEKnet. Mitra
pengguna jasa layanan cloud computing Balai termasuk ke dalam jenis layanan IaaS. Selain
IPTEKnet ini adalah instansi pemerintah pusat itu, PDSI sudah menerapkan SiMAYA yang
dan daerah, beberapa instansi yang sudah digunakan di seluruh unit dan satuan kerja
menggunakan jasa Balai IPTEKnet antara lain sebagai bagian dari implementasi e-
Kementerian PANRB, BPPT, Lemigas, government di lingkungan Kementerian
Pemkot Bogor, Pemkot Depok dan Pemkot kominfo. SiMAYA termasuk dalam jenis
Yogyakarta. layanan PaaS dan SaaS sekaligus.
Saat ini Balai IPTEKnet sedang Awalnya, sistem cloud computing yang
merencanakan pengembangan jaringan untuk digunakan berbasis open source. Namun,
meningkatkan fasilitas jasa layanan cloud seiring dengan banyaknya permintaan server
computing mereka. Rencana pengembangan maka PDSI mengembangkan sistem cloud
yang akan dilakukan adalah dengan high computing sendiri dengan dibantu instalasinya
availability network configuration dengan oleh pihak ketiga. Sesuai dengan permintaan
perangkat khusus, redundancy local loop server dari tahun ketahun, pada tahun 2013
dengan jalur yang berbeda, serta penambahan sudah dibangun 20 server virtual, meningkat
kapasitas UPS. pada tahun 2014 ditambah lagi menjadi 40
server virtual, dan pada tahun 2015 bertambah
Kementerian Komunikasi dan Informatika lagi menjadi 80 server.
Kementerian Komunikasi dan Salah satu contoh pelayanan permintaan
Informatika sebagai salah satu kementerian server virtual yang diberikan PDSI adalah
yang fokus pada perkembangan Teknologi website http://skim.kominfo.go.id yang
Informasi dan Komunikasi sudah digunakan oleh Badan Litbang SDM untuk
menggunakan teknologi cloud computing sejak melakukan survei penelitian secara online.
tahun 2013. Pusat Data dan Sarana Informatika
(PDSI) merupakan salah satu unit kerja di Komparasi Penggunaan Layanan Cloud
Kementerian Kominfo yang fokus Computing
mengembangan sistem cloud computing untuk Dari hasil yang telah didapat melalui
mendukung kinerjanya. PDSI melayani wawancara tersebut di atas dapat
permintaan server dari direktorat teknis internal dikomparasikan penggunaan layanan cloud
Kominfo yang membutuhkan, dengan computing di pemerintahan yang dapat dilihat
memberikan server virtual. Layanan tersebut pada tabel 1.

Tabel 1. Komparasi Penggunaan Layanan Cloud Computing di Intansi Pemerintahan


Instansi
Pemerintah Alasan Menggunakan Jenis Skala
Tujuan Implementasi
Cloud Computing Layanan Layanan
LKPP LPSE menangani server sendiri, Monitoring LPSE SaaS 630 LPSE Mandiri,
Data tidak seragam, integrasi di berbagai Dalam
server dengan server LPSE daerah proses
susah
BIG Keterbatasan SDM Memenuhi SaaS 300 node Menggunakan
dan infrastruktur “One Map PaaS Pihak ketiga
daerah Policy” (DbaaS) IaaS,
Sudah berjalan
Balai IPTEK- Penyedia Government Cloud e-Gov Cloud IaaS Kementerian dan Mandiri,
Net BPPT Service dari pemerintahan untuk instansi PaaS institusi pemerintah sudah berjalan
(lebih dipercaya) pemerintahan SaaS
Kementerian Pemenuhan server virtual Pemenuhan SaaS Seluruh kantor Mandiri,
Kominfo kebutuhan internal PaaS kementerian kominfo sudah berjalan
IaaS di pusat dan
daerah
Komparasi dilakukan dengan mengacu Software as a Service (SaaS). Misal untuk
pada isu dan tantangan cloud computing yang pengelolaan data yang seragam maka perlu
dipakai oleh Zwateendorfer dkk standar basis data sampai pada level teknisnya
(Zwattendorfer, Stranacher, Tauber, & sama. Jadi untuk data cloud yang ingin dikelola
Reichstädter, 2013) yaitu keamanan, proteksi bersama sebaiknya layanan yang diberikan
dan pemenuhan data, interoperabilitas dan adalah SaaS. Dapat dilihat pada tabel bahwa
portability, manajemen identitas dan akses, semua instansi pemerintah sudah menggunakan
serta auditing. SaaS.
Dari sisi keamanan, proteksi dan Aspek portabilitas sudah ada namun
pemenuhan data, seharusnya penyediaan kurang fleksibel. Karena kebanyakan instansi
infrastruktur dari perangkat keras, perangkat pemerintahan masih dalam tahap awal
lunak serta jaringan dan lainnya dibangun pengembangan. Instansi banyak menggunakan
secara mandiri oleh pemerintah, bukan dari aplikasi berbasis web. Keuntungan aplikasi
pihak ketiga. Ini diperlukan untuk alasan berbasis web bisa juga diakses melalui
keamanan data, karena data yang menyangkut smartphone, namun terkadang masih kurang
informasi suatu negara seharusnya bersifat nyaman apabila belum ada tampilan khusus
rahasia kecuali untuk data-data tertentu yang mobile-nya. Akan lebih baik apabila bisa
masih bisa dibagikan ke publik (open access). dikembangkan versi aplikasi yang ter-install
Atau data-data tertentu yang hanya bisa berbasis android ataupun iOS.
diberikan kepada publik namun dengan tujuan Dari sisi manajemen identitas dan
tertentu bisa dengan seizin institusi (Undang- akses, hendaknya diberikan dashboard atau
undang Keterbukaan Informasi, 2008). Dengan halaman pengaturan layanan bagi penyedia
pemenuhan penyelenggaraan layanan cloud layanan jenis IaaS dan PaaS. Untuk SaaS
computing secara mandiri dapat meminimalisir biasanya langsung kepada lapisan pengguna
isu keamanan tersebut. Hal ini masih terlihat paling bawah, sehingga tidak diperlukan. Dari
pada salah satu responden. Namun kembali keempat responden belum menyediakan
pada data-data yang dikelola, apabila memang kemudahan pengaturan layanan. Pemenuhan
open access bisa juga menggunakan pihak atau pengubahan tingkat layanan masih
ketiga. dijalankan secara manual. Misal pengguna
Selain itu faktor teknis dan manajemen ingin menambah kapasitas penyimpanan data
pengelolaan keamanan informasi, serta sisi masih dilakukan dengan cara menghubungi
auditing dari penyelenggaraan juga harus pihak penyelenggara. Apabila ada dashboard
diperhatikan. Pemenuhan unsur teknis dan atau halaman khusus untuk itu maka akan
manajemen keamanan informasi sebaiknya memberikan kemudahan bagi pengguna.
mengacu pada standar keamanan seperti ISO Akhirnya, pemenuhan layanan cloud
27001 tentang Manajemen Keamanan computing akan terasa bedanya dengan web-
Teknologi Informasi (International client based apabila didukung dengan
Organization for Standardization, 2017) serta infrastruktur yang bisa memenuhi skalabilitas
Permen Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi dan kecepatan yang mumpuni sehingga bisa
Elektronik (Peraturan Pemerintah No 82 tahun melayani semua pengguna. CAPEX dari
2012, 2012). infrastruktur Cloud Computing sangat besar,
Dari sisi interoperabilitas dan namun apabila dibandingkan dengan
portabilitas, hendaknya penyedia cloud kegunaanya untuk banyak pengguna apalagi
computing memberikan level servis yang sama jika disewakan maka akan memberikan
pada setiap klien, kecuali bagi yang memang pendapatan yang bisa digunakan untuk meng-
menyediakan layanan cloud bagi pihak lain. upgrade dan maintenance sistem dan
Untuk pemenuhan interoperabilitas, langsung perangkat.
berkaitan dengan jenis layanan tertentu yaitu
Isu Lambatnya Cloud Computing Diadopsi SaaS. Ini sudah digunakan oleh keempat
Selain keempat responden yang sudah responden. Instansi pemerintah yang memang
menerapkan layanan cloud computing, masih mengelola banyak data dengan klien yang
banyak instansi pemerintah yang belum diharapkan memiliki standar data yang sama
menggunakan cloud computing. Faktor yang bisa menerapkan Cloud Computing tipe
menjadi kendala antara lain: (1) Data center layanan SaaS.
pribadi masih menjadi pilihan dari banyak Penerapan Cloud Computing dari empat
kalangan termasuk di instansi Pemerintah. Ini responden masih dalam proyek percobaan
tidak terlepas dari faktor kerahasiaan informasi, (trial) atau masih dalam tahap awal belum
keamanan data, dan masih merasa belum perlu sampai 5 tahun. Mengingat ini teknologi baru,
berpindah ke cloud, karena data center yang wajar bagi penyelenggara dan pengguna butuh
ada masih bisa dipakai. (2) Proses migrasi akan waktu untuk berpindah teknologi. Dari sisi
menyita waktu sedangkan proses bisnis harus penyelenggara masih menjaring minat pasar,
tetap berjalan. Perlu perencanaan bersama sedangkan dari sisi pengguna masih belum
lintas sektor pemerintahan dari atas sampai percaya sepenuhnya, sehingga baru mencoba.
bawah sehingga secara perlahan bisa
bermigrasi ke cloud computing. (3) Minimnya Saran
riset juga menjadi salah satu penyebab cloud Untuk dapat mempercepat proses
computing lambat diterapkan. Riset-riset yang adopsi cloud computing khususnya di instansi
valid dan dengan hasil yang positif akan pemerintahan, maka beberapa hal yang perlu
memacu penggunaan cloud computing. Riset- diperhatikan diantaranya: Perlunya
riset intern juga perlu dilakukan karena kondisi, perencanaan bersama lintas sektor
kemampuan, dan kebutuhan internal instansi pemerintahan dari atas sampai bawah sehingga
masing-masing berbeda. (4) Cloud computing secara perlahan bisa bermigrasi ke cloud
merupakan teknologi yang masih terbilang baru computing; Perlunya studi kesiapan (feasibility
di Indonesia. Jumlah sumber daya manusia study) terkait kemampuan, dan kebutuhan
yang ahli di bidang cloud computing masih internal instansi masing-masing karena
sedikit. Selain itu, sumber daya manusia yang kondisinya berbeda-beda; Perlunya sarana
paham secara teknis dan operasional juga peningkatan ketrampilan sumber daya manusia
diperlukan untuk keberlangsungan teknologi secara teknis dan operasional untuk
ini. keberlangsungan teknologi ini.

PENUTUP Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih
Simpulan kepada Puslitbang Aptika dan IKP, Badan
Berdasarkan analisis diatas dapat Litbang SDM, Kominfo, dimana tulisan ini
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. merupakan bagian dari studi yang pernah
Penyelenggaraan layanan cloud computing di dilakukan di Puslitbang Aptika dan IKP dalam
empat instansi pemerintah sudah melakukan rangka pembuatan Buku Saku Cloud
penyediaan infrastrukur secara mandiri, artinya Computing yang dibiayai dari DIPA tahun
sadar dengan isu keamanan yang berhubungan 2015 Puslitbang Aptika dan IKP.
dengan kepemilikan infrastruktur. Ada satu
responden yang menggunakan pihak ketiga,
namun disarankan mengadakan secara mandiri DAFTAR PUSTAKA
apabila data memang tergolong rahasia dan Business Software Alliance. (2016). BSA Global
menyangkut informasi negara yang berbahaya. Cloud Computing Scorecard - A Blueprint for
Isu interoperabilitas yang sering Economic Opportunity. The Software
diperbincangkan bisa diatasi dengan penerapan Alliance.
Chandrasekaran, A., & Kapoor, M. (2011). State of
Cloud Computing in the Public Sector – A
Strategic analysis of the business case and
overview of initiatives across Asia Pacific.
Frost and Sullivan.
Community Server Blogs. (2015). Diambil kembali
dari MSDN BLog:
msdnshared.blob.core.windows.net/media/MS
DNBlogsFS/prod.evol.blogs.msdn.com/
CommunityServer.Blogs.Components.Weblog
Files/00/00/00/84/18/metablogapi/5277.image
_38F744F2.png
International Organization for Standardization.
(2017, December 11). Diambil kembali dari
ISO/IEC 27000 family - Information security
management systems:
https://www.iso.org/isoiec-27001-information-
security.html
Munawir, S. (2007). Analisa Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Liberty.
NIST. (2011). Visual Model of Cloud Computing
Definition. National Institute of Standards and
Technology.
Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2012. (2012).
Penyelenggaraan Sistem dan Teransaksi
Elektronik. Indonesia.
Skilton, M. (2010, May 28). 8 ways to measure
cloud ROI. Dipetik March 13, 2017, dari
Network Asia:
http://www.networksasia.net/article/8-ways-
measure-cloud-roi-1275010162/page/0/1
Undang-undang Keterbukaan Informasi. (2008,
April 30). Undang-undang No 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi. Indonesia.
Voas, J., & Zhang, J. (2009). Cloud Computing:
New Wine or Just a New Bottle? IT
professional, 15-17.
Zwattendorfer, B., Stranacher, K., Tauber, A., &
Reichstädter, P. (2013). Technology-Enabled
Innovation for Democracy, Government and
Governance Cloud Computing in E-
Government Accross Europe - A Comparison.
Lecture Notes in Computer Science Volume
8061 (hal. 181-195). Springerlink.

Anda mungkin juga menyukai