Anda di halaman 1dari 7

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 7 No 2 Desember. 2019


Diterbitkan oleh Universitas Airlangga
Doi: 10.20473/jaki.v7i2.2019.116-122

PENGARUH INTENSITAS BUDAYA ORGANISASI TERHADAP


KEPUASAN KERJA
Pengaruh Intensitas Budaya terhadap tujuan Kerja
* Prasiska Ramadyaning Utami1, E. Maria Kristine Sitohang2
1Perhimpunan Kesehatan Masyarakat Indonesia Provinsi Jawa Timur, Indonesia
2Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Indonesia
* Korespondensi: prasiska.ramadyaning.utami-2015@fkm.unair.ac.id

ABSTRAK

Latar belakang: Organisasi perlu memperhatikan kepuasan kerja para anggotanya untuk mencapai tujuannya. Pada tahun
2011, Puskesmas Airlangga melakukan survei kepuasan kerja dengan target 80%. Namun, target tersebut belum tercapai.
Kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah budaya dalam organisasi.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intensitas budaya organisasi terhadap
kepuasan kerja pegawai Puskesmas Airlangga.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 – Juni 2012 dengan desain penelitian cross sectional.
Sampel penelitian menggunakan teknik total populasi. Variabel bebas penelitian ini adalah intensitas budaya
organisasi. Sedangkan variabel terikatnya adalah kepuasan kerja. Data dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan analisis tabulasi silang antara intensitas budaya organisasi dan kepuasan kerja.Hasil: Aspek budaya
organisasi yang paling berpengaruh adalah kerjasama yang mencapai 73,9%. Aspek kepuasan kerja dengan tingkat
sangat memuaskan adalah aspek pekerjaan dan rekan kerja yang mencapai 78,3%. Aspek budaya organisasi yang
paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah kepercayaan sebesar 83,3%. Namun, budaya organisasi
mempengaruhi kepuasan kerja dengan persentase 92,3% secara keseluruhan.
Kesimpulan: Hasil penelitian menyimpulkan bahwa intensitas budaya organisasi merupakan faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai di Puskesmas Airlangga. Rekomendasi bagi organisasi
adalah meningkatkan aspek kebersamaan budaya organisasi.

Kata kunci: intensitas budaya organisasi, kepuasan kerja, organisasi.

ABSTRAK

Latar Belakang: Organisasi perlu memperhatikan aspek kepuasan kerja anggotanya untuk mencapai tujuan.
Pada tahun 2011 PLK UNAIR melakukan survei terhadap kepuasan kerja karyawan dengan target kepuasan
kerja sebesar 80%, namun target tersebut belum tercapai. tujuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya adalah budaya yang ada di dalam organisasi tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intensitas budaya organisasi terhadap kepuasan
kerja karyawan PLK UNAIR Surabaya.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada November 2011 – Juni 2012 dengan desain penelitian cross-sectional.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total populasi. Variabel bebas penelitian
adalah intensitas budaya organisasi, sedangkan variabel penelitian adalah kepuasan kerja. Data dianalisis
secara deskriptif dengan tabulasi silang antara intensitas budaya organisasi dengan kepuasan kerja.
Hasil: Intensitas budaya organisasi kuat yang paling tinggi adalah aspek budaya organisasi kerjasama sebesar
73,9%. Aspek kepuasan kerja yang memiliki kepuasan sangat puas adalah aspek pekerjaan dan aspek rekan
kerja sebesar 78,3%. Aspek budaya organisasi yang paling kuat mempengaruhi kepuasan adalah kepercayaan
sebesar 83,3%. Tetapi, secara keseluruhan aspek budaya mempengaruhi kepuasan kerja dengan presentasi
sebesar 92,3%.
Kesimpulan: Intensitas budaya organisasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja
karyawan PLK UNAIR. Rekomendasi untuk pihak organisasi untuk melakukan upaya peningkatan terhadap
aspek budaya organisasi kebersamaan.

Kata kunci: intensitas budaya organisasi, kepuasan kerja, organisasi.

Diterima: 6 November 2018 Diterima: 7 Mei 2019 Diterbitkan: 23 Oktober 2019

PENGANTAR Tahun 2016, kesehatan adalah wadah yang digunakan untuk


menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif,
Perkembangan upaya kesehatan tidak lepas kuratif, maupun rehabilitatif yang dilaksanakan oleh pemerintah
dari peran pemerintah dalam meningkatkan fasilitas pusat, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Pelayanan
kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik kesehatan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu yang pertama
Indonesia Nomor 47 Tahun

Pengaruh Organisasi... 116 Utami; Sitohang


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 7 No 2 Desember. 2019
Diterbitkan oleh Universitas Airlangga
Doi: 10.20473/jaki.v7i2.2019.116-122

tingkat kesehatan, tingkat kedua kesehatan, budaya organisasi yang kuat dan lemah (Robbins,
dan tingkat ketiga kesehatan. 2015). Kuat atau lemahnya budaya organisasi dapat
Puskesmas Airlangga Surabaya merupakan dilihat dari anggotanya yang menyelesaikan tugas
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berlokasi di sesuai dengan istilah dan nilai budaya organisasi.
Universitas Airlangga. Memiliki dua klinik yang terletak di
kampus B dan kampus C. Visinya adalah menjadi Organisasi yang memiliki budaya yang kuat
penyelenggara kesehatan holistik bagi mahasiswa, staf, dan dapat memiliki efek yang berarti pada perilaku
masyarakat dengan menerapkan “managed care” untuk anggota. Nilai utama organisasi dipegang teguh oleh
menciptakan sumber daya manusia produktif yang sehat. anggota budaya organisasi yang kuat. Kuatnya
Puskesmas Airlangga merupakan suatu budaya organisasi yang kuat mempengaruhi kepuasan
organisasi karena terdiri dari orang-orang yang kerja dan penurunan jumlah pegawai dan kinerja
mempunyai struktur organisasi tertentu dan bekerja organisasi secara keseluruhan (Robbins, 2015). Ketika
sama untuk mencapai tujuan yang berkaitan budaya organisasi yang mapan sesuai dengan
dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. karyawan, ada kemungkinan besar bagi karyawan
Hasibuan (2011) menjelaskan bahwa organisasi untuk mencapai kepuasan kerja mereka.
adalah sistem formal, terstruktur, dan terkoordinasi
dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk Kepuasan kerja merupakan evaluasi terhadap
mencapai tujuan. Karakteristik utama organisasi perasaan karyawan terhadap pekerjaannya, puas atau
diringkas sebagai 3P: Tujuan, Orang, dan Rencana tidak puas (Indrasari, 2017). Hasibuan (2010) menyatakan
(Novita, Sunuharjo dan Ruhana, 2016). NS bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
organisasi harus memiliki tujuan yang jelas. Dalam menggairahkan dan mencintai pekerjaan. Definisi ini sama
organisasi, manusia merupakan salah satu faktor dengan pendapat Syahyono (2016), bahwa kepuasan kerja
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan akan muncul jika karyawan menikmati pekerjaannya dan
rencana organisasi adalah strategi, sistem, desain, lingkungannya, sedangkan perasaan tidak puas akan
dan struktur yang digunakan untuk memotivasi orang muncul jika karyawan tidak menikmati pekerjaannya.
untuk mencapai tujuannya. Kepuasan kerja merupakan perilaku positif yang dirasakan
Kehidupan organisasi tidak lepas dari oleh karyawan terhadap pekerjaannya yang dipengaruhi
oleh penilaian situasi kerja (Robbins dan Judge, 2012).
budaya organisasi yang disesuaikan dengan
Situasi kerja dapat menjadi salah satu motivasi bagi
organisasi. Schein (2016) menjelaskan bahwa:
karyawan untuk mencapai kepuasan kerjanya dalam
“Budaya organisasi adalah pola asumsi organisasi. Kepuasan kerja merupakan cerminan perasaan
karyawan tentang senang atau tidak senang, nyaman atau
dasar bersama yang telah dipelajari suatu
tidak nyaman dengan lingkungan kerja dimana karyawan
kelompok ketika memecahkan masalah
tersebut bekerja (Wibowo, Musadieq, dan Nurtjahjono,
adaptasi eksternal dan integrasi internal,
2014). Ivanchevich (2014) menjelaskan bahwa kepuasan
yang telah bekerja cukup baik untuk
kerja adalah perilaku setiap orang terhadap pekerjaannya.
dianggap valid dan oleh karena itu, untuk
Kepuasan kerja dihasilkan dari persepsi karyawan tentang
diajarkan kepada anggota baru sebagai
pekerjaan mereka dan tingkat kesesuaian antara individu
cara yang benar untuk mempersepsikan,
dan organisasi.
berpikir, dan merasakan dalam kaitannya
dengan masalah-masalah tersebut”.
Organisasi harus mengukur kepuasan kerja
Oleh karena itu, budaya organisasi merupakan anggotanya untuk mengetahui kesesuaian antara
pola asumsi umum yang digunakan untuk memecahkan individu dan realitas tugas organisasi. Puskesmas
masalah, menciptakan karyawan yang dapat beradaptasi Airlangga Surabaya melakukan survei untuk
dengan lingkungan dan merangkul anggota organisasi. mengukur kepuasan kerja karyawan setiap
Robbins dan Judge (2012) menjelaskan bahwa budaya tahunnya, dan target kepuasan kerja karyawan
organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang adalah 80%. Pengukuran kepuasan kerja karyawan
dianut oleh para anggotanya, dan akan membedakan satu menggunakan Job Descriptive Index (JDI). JDI
organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi merupakan salah satu kuesioner yang paling
sering diartikan sebagai nilai-nilai, simbol-simbol yang populer digunakan untuk mengukur kepuasan kerja
dimiliki oleh organisasi dan dipahami serta dipatuhi oleh dan terdiri dari 72 pertanyaan. JDI mengukur lima
seluruh anggota untuk menciptakan suatu organisasi yang faktor kepuasan kerja secara umum, yaitu kepuasan
berbeda dengan organisasi lainnya (Hakim dan Hadipapo, terhadap pekerjaan, gaji, pengawasan, promosi,
2015). dan rekan kerja (Tasios dan Giannouli, 2017).
Budaya organisasi di Puskesmas Airlangga
didasarkan pada nilai dasar misinya yaitu kualitas Distribusi frekuensi kepuasan kerja pada tahun
pelayanan prima, sedangkan nilai umumnya 2011 dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek,
adalah disiplin, kerjasama, dan kebersamaan, dan yaitu aspek pekerjaan, gaji, pengakuan, pengawasan,
rekan kerja, kesempatan berkembang, dan situasi
antar keyakinan atau kepercayaan. Kelima aspek
kerja. Hal ini menunjukkan bahwa 4 dari 7 aspek
yang juga menjadi nilai dasar budaya organisasi
kepuasan kerja belum tercapai, yaitu aspek gaji,
diharapkan dapat diterapkan oleh setiap anggota
pengakuan, pengawasan, kesempatan untuk
organisasi dalam memberikan pelayanan kepada
berkembang. Ada 3 dari 7 aspek pencapaian target
pasien. Hal ini yang membedakan Puskesmas
kepuasan kerja, yaitu aspek pekerjaan, rekan kerja, dan
Airlangga dengan Puskesmas lainnya.
situasi kerja. Berdasarkan data tersebut, permasalahan
Kehidupan organisasi yang dilihat dari penelitian ini adalah bahwa empat aspek belum
mencapai tujuan organisasi, namun 3 dari 7 pekerjaan
budaya organisasi dapat dipisahkan dalam

Pengaruh Organisasi... 117 Utami; Sitohang


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 7 No 2 Desember. 2019
Diterbitkan oleh Universitas Airlangga
Doi: 10.20473/jaki.v7i2.2019.116-122

aspek kepuasan dicapai di Puskesmas Airlangga Sedangkan aspek budaya organisasi yang memiliki
pada tahun 2011. intensitas sedang adalah aspek kebersamaan.
Berdasarkan permasalahan kepuasan kerja, Namun intensitas budaya organisasi cukup tinggi
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi yaitu sebesar 56,5%.
hubungan antara intensitas budaya organisasi dengan Hasil di atas menunjukkan bahwa Puskesmas
kepuasan kerja pegawai di Puskesmas Airlangga. Airlangga memiliki budaya organisasi yang kuat
dengan intensitas budaya organisasi yang cukup
METODE kuat dan kuat secara keseluruhan. Oleh karena itu,
aspek budaya organisasi yang paling berpengaruh
Penelitian ini menggunakan desain potong yang mendukung intensitas budaya organisasi
lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah kerjasama. Hasil ini sama dengan penelitian
pegawai Puskesmas Airlangga sebanyak 23 orang. yang dilakukan oleh Hatta, Musnadi, dan Mahdani
Sampel substansial sebanyak 23 orang. Penelitian (2017) yang menunjukkan bahwa kerjasama dapat
dilakukan baik di Puskesmas Airlangga kampus B berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja
maupun kampus C pada bulan Mei 2012. Data anggota. Selain itu, kerjasama juga dapat
penelitian ini diperoleh dari data primer dan data mempengaruhi kinerja anggota. Berdasarkan
sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Panggiki, Lumanauw,
tertutup tentang intensitas budaya organisasi dan dan Lumintang (2017) menunjukkan bahwa adanya
kepuasan kerja. Responden terdiri dari dokter, kerjasama antara karyawan dan pimpinan dapat
perawat, staf administrasi, dan staf lain di meningkatkan kinerja karyawan.
Puskesmas Airlangga. Sedangkan data sekunder Robbins (2015) menjelaskan budayaitu NS
diperoleh dari operasional. Hasilnya, data dianalisis organisasi terbagi menjadi budaya organisasi yang
menggunakan aplikasi SPSS dengan menggunakan kuat dan budaya organisasi yang lemah. Budaya
analisis deskriptif dan analisis tabulasi silang antara organisasi di Puskesmas Airlangga dikategorikan
intensitas budaya organisasi dan kepuasan kerja. sebagai budaya organisasi yang kuat karena nilai
utama organisasi, aspek kerjasama, ditangani secara
intensif dan dianut oleh karyawan. Hasil penelitian
ini juga didukung oleh penjelasan Robbins (2015)
HASIL DAN DISKUSI tentang karakteristik budaya yang kuat yaitu
menurunnya tingkat pengunduran diri karyawan,
Pengukuran Budaya Organisasi Puskesmas tingginya kesepakatan anggota tentang apa yang
Airlangga Surabaya perlu dipertahankan dan sangat dihormati oleh
Hasil penelitian menunjukkan pengukuran organisasi, dan adanya pembinaan yang kohesif,
intensitas budaya organisasi di Puskesmas Airlangga loyalitas, dan komitmen organisasi. Selanjutnya
menurut Pabundu (2010) terdapat beberapa ciri
melalui aspek kualitas pelayanan prima, disiplin,
budaya yang kuat yaitu,
kerjasama, kebersamaan, dan kepercayaan.

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa aspek


budaya organisasi yang paling kuat adalah aspek
kerjasama yang mencapai 73,9%. pada

Tabel 1. Distribusi Intensitas Budaya Organisasi.


Intensitas Budaya Organisasi
Aspek Budaya Organisasi
Lemah Sedang Kuat Total
n % n % n % n %
Kualitas layanan yang sangat baik 0 0,0 11 47.8 12 52.2 23 100.0
Disiplin 0 0,0 8 34.8 15 65.2 23 100.0
Kerja sama 0 0,0 6 26.1 17 73.9 23 100.0
Kebersamaan 1 4.3 17 73.9 5 21.7 23 100.0
Memercayai 1 4.3 10 43.5 12 52.2 23 100.0
Seluruh budaya organisasi 0 0,0 10 43.5 13 56,5 23 100.0

Kejelasan nilai dan keyakinan adalah nilai dan keyakinan yang telah ditentukan oleh
dan keyakinan organisasi mencakup beberapa hal organisasi. Distribusi nilai dan keyakinan budaya
yang disepakati oleh anggota organisasi dan juga organisasi tergantung pada bagaimana
didefinisikan secara jelas. Nilai dan keyakinan menyebarkan budaya organisasi untuk diadopsi
organisasi dapat dinilai dari slogan, motto, filosofi oleh semua anggota dan menjadi warisan yang
organisasi, visi atau tujuan organisasi, dan prinsip- diberikan oleh pemimpin kepada anggota baru.
prinsip organisasi. Kejelasan nilai dan keyakinan Sosialisasi dan sistem pewarisan budaya
tertuang dalam misi Puskesmas Airlangga dengan organisasi dapat dilakukan melalui orientasi dan
nilai dasar kualitas pelayanan prima, serta nilai pembinaan kepada anggota baru. Pembinaan
dasar umum kedisiplinan, kebersamaan kerjasama, kepada anggota baru dilakukan oleh pimpinan
dan kepercayaan. atau senior organisasi. Puskesmas Airlangga
berusaha mendistribusikan nilai dan keyakinan
Distribusi nilai dan keyakinan berkaitan dengan seberapa dengan mensosialisasikan visi dan misinya
banyak orang yang menerima dan menganut nilai tersebut kepada anggota baru.

Pengaruh Organisasi... 118 Utami; Sitohang


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 7 No 2 Desember. 2019
Diterbitkan oleh Universitas Airlangga
Doi: 10.20473/jaki.v7i2.2019.116-122

Sedangkan pewarisan budaya seperti kedisiplinan, disebabkan oleh kerjasama sebagai aspek budaya
kerjasama, kebersamaan, dan kepercayaan dilakukan organisasi yang paling substansial dan kebersamaan
oleh para senior sebagai panutan bagi para anggota sebagai aspek yang paling rendah di antara persentase
baru. Dari hasil diskusi menunjukkan bahwa aspek keseluruhan aspek budaya organisasi. Dengan demikian,
kualitas pelayanan prima, disiplin, kerjasama, hasil pengukuran menggunakan analisis tabulasi silang
kebersamaan, dan kepercayaan telah dianut oleh terhadap intensitas budaya organisasi meliputi kerjasama,
seluruh karyawan. kebersamaan, dan kepuasan kerja karyawan secara
Memang, berdasarkan distribusi keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 3.
intensitas budaya organisasi, hal ini

Tabel 2. Indeks Deskriptif Pekerjaan.


Tingkat Kepuasan
Kurang puas Sedang Sangat puas Total
Aspek Kepuasan Kerja Puas
n % n % n % n %
Pekerjaan 0 0,0 5 21.7 18 78.3 23 100.0
Gaji 5 21.7 10 43.5 8 34.8 23 100.0
Pengawasan 2 8.7 9 39.1 12 52.2 23 100.0
Promosi 8 34.8 8 34.8 7 30.4 23 100.0
Teman sekerja 0 0,0 5 21.7 18 78.3 23 100.0
Kepuasan Kerja Secara Keseluruhan 0 0,0 9 39.1 14 60.9 23 100.0

Pengukuran Kepuasan Kerja di Puskesmas gaji, jaminan sosial, tunjangan, fasilitas yang diberikan, dan
Airlangga promosi. Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2015)
pengukuran dari karyawan' pekerjaan
menunjukkan bahwa kompensasi finansial berpengaruh
kepuasan di Puskesmas Airlangga dilakukan dengan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
menggunakan JDI berdasarkan aspek pekerjaan Faktor kepuasan fisik adalah faktor yang
karyawan, gaji, pengawasan, promosi, dan rekan berhubungan dengan kondisi fisik, lingkungan kerja,
kerja seperti disajikan pada Tabel 2. dan fisik karyawan. Jika faktor ini terpenuhi maka
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa aspek kepuasan kepuasan kerja dapat tercapai. Faktor fisik meliputi:
kerja yang dirasakan karyawan adalah aspek pekerjaan dan jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu
aspek rekan kerja mencapai 78,3%. Kepuasan kerja responden istirahat, peralatan kerja, suhu ruangan, penerangan,
secara keseluruhan adalah 60,9% atau tingkat sangat puas. pertukaran udara, kesehatan karyawan, dan usia.
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa karyawan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
menikmati pekerjaannya karena cara memberikan tugas yang Pangestu, Mukzam, dan Ruhana (2017), faktor
menarik bagi karyawan dan kesempatan untuk belajar serta lingkungan fisik berpengaruh signifikan terhadap
memiliki tanggung jawab terhadap tugas tersebut. Selain itu, kepuasan kerja karyawan.
karyawan Puskesmas Airlangga merasa terpesona dengan Faktor kepuasan sosial adalah faktor yang
pasangannya karena pasangannya bekerja secara kooperatif berhubungan dengan interaksi sosial antara karyawan
dan mereka membangun hubungan yang baik, sehingga dengan orang lain, pimpinan, dan karyawan lain dari
karyawan senang melakukan pekerjaannya (Haris, 2017). pekerjaan yang berbeda. Faktor tersebut meliputi rekan
kerja yang solid, pemimpin yang adil dan bijaksana,
Selain itu, karyawan cukup puas dengan aspek serta arahan dan perintah yang adil. Menurut penelitian
gaji sebesar 43,5%. Hal ini menunjukkan bahwa Madjid dan Widiastuti (2013), faktor sosial berpengaruh
karyawan percaya bahwa gaji yang diterima cukup dari positif terhadap kepuasan kerja karyawan, oleh karena
segi jumlah dan kewajaran. Hasil penelitian itu jika faktor sosial meningkat maka kepuasan kerja
menunjukkan bahwa kepuasan gaji berpengaruh karyawan juga akan meningkat.
terhadap kepuasan karyawan. Andalen dan Darmastuti Faktor kepuasan psikologis merupakan faktor yang
(2015) menjelaskan bahwa kepuasan terhadap gaji yang berhubungan dengan kondisi psikologis setiap karyawan.
diterima menunjukkan bahwa seseorang akan merasa Jika faktor ini terpenuhi maka kepuasan kerja dapat
puas jika gajinya sesuai dengan harapan. Jika gaji yang tercapai. Faktor tersebut meliputi minat, ketenangan dalam
diterima sesuai dengan harapan maka kepuasan kerja bekerja, sikap terhadap pekerjaan, bakat, dan keterampilan.
karyawan akan sangat terpuaskan. Sedangkan promosi Berdasarkan penelitian Madjid dan Widiastuti (2013), faktor
dirasakan kurang memuaskan karyawan dan hanya psikologis seperti ketenangan berpengaruh terhadap
mencapai 34,8%. Bisa jadi karena promosi atau kepuasan kerja karyawan. Karyawan akan merasa puas
kesempatan untuk berkembang belum ada. dalam bekerja jika pada kenyataannya mereka merasa lebih
Kepuasan kerja adalah perilaku positif yang besar dari yang diharapkan. Dari 4 faktor yang
berkaitan dengan kemampuan beradaptasi karyawan mempengaruhi kepuasan kerja, faktor yang paling dominan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti adalah pekerjaan dan rekan kerja yang solid.
faktor kepuasan finansial, faktor kepuasan fisik,
faktor kepuasan sosial, dan faktor kepuasan Pengaruh Intensitas Budaya Organisasi terhadap
psikologis (Abadiyah dan Purwanto, 2016). Kepuasan Kerja
Kepuasan finansial merupakan faktor yang Berdasarkan pengukuran dari NS Intensitas
menunjukkan terpenuhinya keinginan karyawan terhadap budaya organisasi, aspek budaya organisasi yang
kebutuhan finansial yang diterima untuk memenuhi kebutuhan diterapkan di Puskesmas Airlangga menunjukkan
sehari-hari. Jika faktor ini terpenuhi maka kepuasan kerja dapat bahwa secara keseluruhan budaya organisasi
tercapai. Faktor keuangan meliputi sistem dan tergolong budaya organisasi yang kuat.

Pengaruh Organisasi... 119 Utami; Sitohang


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 7 No 2 Desember. 2019
Diterbitkan oleh Universitas Airlangga
Doi: 10.20473/jaki.v7i2.2019.116-122

Menurut JDI, secara keseluruhan kepuasan kerja karyawan dibandingkan dengan intensitas budaya organisasi
terpuaskan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penelitian yang cukup kuat sebesar 33,3%. Aspek kebersamaan
ini menganalisis pengaruh intensitas budaya organisasi intensitas budaya organisasi lemah sebesar 100%
yang meliputi kerjasama, kebersamaan, dan budaya atau sangat puas, sedangkan intensitas budaya
organisasi secara keseluruhan terhadap kepuasan kerja organisasi kuat mencapai 80,0% atau sangat puas
karyawan seperti terlihat pada Tabel 3. dibandingkan intensitas budaya organisasi cukup
Berdasarkan Tabel 3, aspek budaya organisasi kuat sebesar 53,0%. Aspek kepercayaan dengan
kualitas pelayanan prima dengan intensitas budaya intensitas budaya organisasi lemah mencapai 0%
organisasi kuat mencapai 75,0% atau sangat puas sangat puas, sedangkan intensitas budaya organisasi
dibandingkan dengan intensitas budaya organisasi kuat memiliki kepuasan kerja puas sebesar 83,3%
cukup kuat sebesar 45,5% dan menunjukkan kepuasan atau sangat puas dibandingkan dengan intensitas
kerja puas. Aspek disiplin dengan intensitas budaya budaya organisasi cukup kuat sebesar 40,0%.
organisasi yang kuat mencapai 73,3% atau sangat puas Dengan demikian, secara keseluruhan aspek budaya
dibandingkan dengan intensitas budaya organisasi yang organisasi dengan intensitas budaya organisasi kuat
cukup kuat sebesar 37,5%, dan juga menunjukkan mencapai 92,3% atau sangat puas dibandingkan
kepuasan kerja yang memuaskan. Aspek kerjasama dengan intensitas budaya organisasi cukup kuat
dengan intensitas budaya organisasi yang kuat sebesar sebesar 20,0% sangat puas.
70,6% atau sangat puas

Tabel 3. Pengaruh Intensitas Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.


Tingkat Kepuasan
Intensitas Budaya Organisasi Masing-Masing Cukup Puas Sangat puas Total
Aspek n% n% n %
Kualitas layanan yang sangat baik

Cukup kuat 6 54.5 5 45.5 11 100.0


Kuat 3 25.0 9 75.0 12 100.0
Total 9 39.1 14 60.9 23 100.0
Disiplin
Cukup kuat 5 62.5 3 37.5 8 100.0
Kuat 4 26.6 11 73.3 15 100.0
Total 9 39.1 14 60.9 23 100.0
Kerja sama
Cukup kuat 4 66.7 2 33.3 6 100.0
Kuat 5 29.4 12 70.6 17 100.0
Total 9 39.1 14 60.9 23 100.0
Kebersamaan

Lemah 0 0,0 1 100.0 1 100.0


Cukup kuat 8 47.0 9 53.0 17 100.0
Kuat 1 20.0 4 80.0 5 100.0
Total 9 39.1 14 60.9 23 100.0
Memercayai

Lemah 1 100.0 0 0,0 1 100.0


Cukup kuat 6 60.0 4 40.0 10 100.0
Kuat 2 16.7 10 83.3 12 100.0
Total 9 39.1 14 60.9 23 100.0
Keseluruhan Budaya Organisasi
Cukup kuat 8 80.0 2 20.0 10 100.0
Kuat 1 7.7 12 92.3 13 100.0
Total 9 39.1 14 60.9 23 100.0

Berdasarkan uraian Tabel 3, kepercayaan 83,3%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kerjasama
merupakan aspek budaya organisasi dengan intensitas merupakan aspek budaya organisasi yang paling kuat
budaya organisasi kuat yang paling berpengaruh dianut oleh karyawan, namun aspek kepercayaan lebih
terhadap kepuasan kerja dan tercapainya berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Di sisi lain

Pengaruh Organisasi... 120 Utami; Sitohang


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 7 No 2 Desember. 2019
Diterbitkan oleh Universitas Airlangga
Doi: 10.20473/jaki.v7i2.2019.116-122

Di sisi lain, budaya organisasi secara keseluruhan semakin banyak kepuasan kerja yang akan dicapai di
mempengaruhi kepuasan kerja dan mencapai 92,3%. Hal Puskesmas Airlangga. Hasil ini menunjukkan bahwa
ini menunjukkan bahwa ada delapan faktor budaya intensitas budaya organisasi di Puskesmas Airlangga
organisasi yang mempengaruhi kepuasan kerja. Oleh berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai.
karena itu, meskipun kepercayaan memiliki pengaruh
paling kuat terhadap kepuasan kerja dibandingkan aspek Berdasarkan penelitian ini diharapkan
lainnya, budaya organisasi secara keseluruhan Puskesmas Airlangga dapat meningkatkan aspek
menunjukkan bahwa aspek tersebut dapat mempengaruhi budaya organisasi yang masih lemah bagi sebagian
kepuasan kerja jika diterapkan secara bersamaan. kecil pegawai, seperti kerjasama dan kepercayaan.
Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dengan demikian, intensitas budaya organisasi
oleh Tumbelaka, Habsji, dan Nimran (2016) bahwa budaya secara keseluruhan akan meningkat, dan kepuasan
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja akan meningkat. Penelitian lebih lanjut tentang
kerja. Pendapat ini mendukung pernyataan bahwa budaya kondisi organisasi saat ini di Puskesmas Airlangga
organisasi yang kuat akan menghasilkan kepuasan kerja perlu dilakukan untuk mengukur kembali budaya
yang tinggi dan sebaliknya. Selain itu, menurut penelitian organisasi dan kepuasan kerja karyawan dengan
Jufrizendkk., (2018), budaya organisasi memiliki nilai menggunakan metode pengukuran yang berbeda.
positif yang signifikan dan berpengaruh langsung
terhadap kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh KONFLIK KEPENTINGAN
Wahyuniardi dan Renaldo (2018) juga menyatakan bahwa
budaya organisasi mempengaruhi kepuasan kerja secara Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik
signifikan dan langsung. kepentingan untuk artikel ini.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmadi
(2016), semakin banyak aspek budaya organisasi yang REFERENSI
sesuai dengan keinginan karyawan maka akan semakin
tinggi kepuasan kerja yang akan dicapai. Hal ini juga Abadiyah, R. dan Purwanto, D. (2016) 'Pengaruh
terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Budaya Organisasi , Kompensasi terhadap
Theresiadkk., (2018) bahwa budaya organisasi juga Tujuan Kerja dan Kinerja Pegawai Bank di
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja yang Surabaya', Jurnal Bisnis, Manajemen, dan
dapat ditanamkan pada kinerja karyawan. Berdasarkan Perbankan, 2(1), hlm. 49–66.
penelitian yang dilakukan oleh Nasution, Musnadi, dan Andalen, A. dan Darmastuti, I. (2015) 'Pengaruh tujuan
Faisal (2018), budaya organisasi berpengaruh positif dan Gaji, Pengembangan Karyawan, dan Dukungan
signifikan terhadap kepuasan kerja anggota dalam Organisasional terhadap Turnover Intention
organisasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mariati dan (Studi pada Karyawan PT. Asuransi Tokio
Mauludin (2018) menunjukkan bahwa budaya organisasi Marine Indonesia)',Jurnal Manajemen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan Diponegoro, 4(4), hlm. 1–13.
kerja karyawan sehingga dapat mencapai kinerja dan
tujuan organisasi dengan baik. Ini mungkin meningkatkan
Darmadi (2016) 'Pengaruh Budaya Organisasi
intensitas budaya organisasi untuk mencapai kepuasan
dan Iklim Organisasi terhadap Tujuan
Kerja dan Dampaknya terhadap Kinerja di
kerja yang lebih. Oleh karena itu, budaya organisasi
Yayasan Tenaga Kerja Indonesia', Jurnal
sangat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Eksekutif, 13(2), hlm. 264–285.
Hakim, A. dan Hadipapo, A. (2015) 'Peran
KESIMPULAN Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di
Penelitian ini menyimpulkan bahwa intensitas Wawotobi', Ekobis, 16(1), hlm. 1–11. Haris, H.
budaya organisasi di Puskesmas Airlangga. Selain itu, (2017) 'Pengaruh tujuan Kerja dan
seluruh budaya organisasi seperti kualitas pelayanan Komitmen Organisasi terhadap Kualitas
prima, disiplin, kerjasama, kebersamaan, dan Layanan di PT. Asuransi Jasindo (Persero)
kepercayaan dianggap sebagai budaya organisasi Kantor Cabang Korporasi dan Ritel Bandung',
yang paling kuat. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya,
Namun ada dua aspek aspek budaya 19(2), hlm. 135-151. doi: 10.23917/
organisasi yang dianggap lemah oleh sebagian dayasaing.v19i2.5513.
kecil pegawai di Puskesmas Airlangga. Sedangkan Hasibuan, MSP (2010) Manajemen Sumber
di antara kelima aspek kepuasan kerja, karyawan Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
merasa sangat puas dengan aspek pekerjaan dan Hasibuan, MSP (2011)Manajemen: Dasar,
rekan kerja. Kepuasan kerja karyawan secara Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
keseluruhan berada pada tingkat yang sangat Bumi Aksara.
memuaskan. Namun, aspek gaji dinilai cukup Hatta, M., Musnadi, S. dan Mahdani (2017)
memuaskan. 'Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kerjasama
Intensitas budaya organisasi seperti kualitas Tim dan Kompensasi terhadap Tujuan Kerja
pelayanan prima, disiplin, kerjasama, kebersamaan, dan serta Dampaknya pada Kinerja Karyawan
kepercayaan merupakan salah satu faktor yang PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh',Jurnal
mempengaruhi kepuasan kerja karena intensitas budaya Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan
organisasi yang kuat mencapai 92,3%. Ini berarti karyawan Bisnis Unsyiah, 1(1), hlm. 70–80.
merasa sangat puas dengan pekerjaan mereka dan rekan
kerja mereka. Dengan demikian, semakin banyak aspek
Indrasari, M. (2017) Kerja dan Kinerja
Karyawan Kerja dan Kinerja
intensitas budaya organisasi yang kuat diadopsi,

Pengaruh Organisasi... 121 Utami; Sitohang


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 7 No 2 Desember. 2019
Diterbitkan oleh Universitas Airlangga
Doi: 10.20473/jaki.v7i2.2019.116-122

Karyawan Tinjauan dari Dimensi Jurnal Riset, Ekonomi, Manajemen, Bisnis,


Iklim Organisasi. edisi pertama dan Akuntansi, 5(2), hlm. 3018–3027.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka. Robbins, SP (2015)Perilaku Organisasi:
Ivanchevich, JM (2014) Perilaku Organisasi Konsep, Kontroversi, Aplikasi. edisi
dan Manajemen. edisi ke 10 ke-7 Jakarta: Pearson Indonesia.
London: Publikasi Sage. Robbins, SP dan Hakim, TA (2012) Perilaku
Jufrizen dkk. (2018) 'Pengaruh Organisasi Organisasi. edisi ke-2 Jakarta:
Budaya dan Etos Kerja Islami Terhadap Salemba Empat.
Kepuasan Kerja Dosen Tetap, Komitmen Santoso, DO (2015) 'Pengaruh Kompensasi Finansial
Organisasi dan Prestasi Kerja Pada dan Non Finansial terhadap tujuan Kerja
Perguruan Tinggi Islam Swasta di Kota Karyawan Akor Global',Jurnal AGORA, 3(1),
Medan', Konferensi Internasional Studi hlm. 56–61. Schein, EH (2016)Budaya
Ekonomi (ICOES) ke-1 2018. Pematang Organisasi dan
Siantar, hlm. 179–186. Madjid, A. dan Kepemimpinan. edisi ke-5 San Fransisco:
Widiastuti, T. (2013) 'Faktor-faktor Jossey Bass.
yang Mempengaruhi Kerja Karyawan di PT. Syahyono (2016) 'Analisis Akibat Situasi Kerja ,
Intrias Mandiri Sejati (IMS)',Jurnal Aset, tujuan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap
15(2), hlm. 71–80. Kinerja', Jurnal Administrasi dan
Mariati and Mauludin, H. (2018) 'Efek dari Budaya Kebijakan Publik, 6(2), hlm. 52–72.
Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Tasios, T. dan Giannouli, V. (2017) 'Deskriptif Pekerjaan
Kinerja Pegawai, Kepuasan Kerja Sebagai Index (JDI): Studi Reliabilitas dan Validitas
Variabel Intervening (Studi Pada Staf di Yunani',Arsip Penilaian
Sekretariat Kabupaten Pasuruan)', Jurnal Psikologi, 7(1), hlm. 61–91.
Bisnis dan Manajemen IOSR, 20(8), hlm. 30– Theresia, L dkk. (2018) 'Pengaruh Budaya, Pekerjaan
39. doi: 10.9790/487X-2008013039. Kepuasan dan Motivasi Terhadap Kinerja
Nasution, EH, Musnadi, S. dan Faisal (2018) Dosen/Karyawan, dalamKonferensi
'Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Internasional tentang Teknik Industri dan
Aktivitas dan Dampaknya terhadap Kinerja Manajemen Operasi. Bandung, hlm. 2541–
Pegawai Kanwil Direktorat Jendral 2552.
Kekayaan Negara Aceh', Jurnal Magister Tumbelaka, SSX, Habsji, T.Al dan Nimran, U.
Manajemen, 2(1), hlm. 123–134. (2016) 'Pengaruh Budaya Organisasi
Novita, Sunuharjo, BS dan Ruhana, I. (2016) terhadap tujuan Kerja, Komitmen
'Pengaruh Kerja dan Komitmen organisasional dan Intention to Leave
Organisasional terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan PT. Bitung Mina
(Studi pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Utama)', Jurnal Bisnis dan Manajemen,
Tbk Witel Jatim Selatan, Malang)', Jurnal 3(1), hlm. 94– 108.
Administrasi Bisnis, 34(1), hlm. 38–46. Wahyuniardi, R. dan Renaldo, HN (2018)
Pabundu, T. (2010)Budaya Organisasi dan 'Pengaruh Kepemimpinan
Peningkatan Kinerja Perusahaan. edisi ke- Transformasional dan Budaya Organisasi
3 Jakarta: Bumi Aksara. terhadap Tujuan Kerja serta Dampaknya
Pangestu, ZSD, Mukzam, MD dan Ruhana, I. pada Kinerja Karyawan', Jurnal Teknik
(2017) 'Pengaruh Lingkungan Kerja Industri, 19(2), hlm. 118–126. doi:
terhadap tujuan Kerja',Jurnal 10.22219/JTIUMM.Vol19.No2.108-126.
Wibowo, M., Musadieq, M.Al dan Nurtjahjono, GE
Administrasi Bisnis, 43(1), hlm. 157-162. (2014) Pengaruh Lingkungan Kerja
Panggiki, AC, Lumanauw, B. dan Lumintang, G. terhadap' Tujuan Kerja Karyawan (Studi
G. (2017) 'Pengaruh Kompensasi, Kerjasama pada Karyawan PT. Telekomunikasi
Tim, dan Tujuan Kerja terhadap Kinerja Indonesia Tbk. Kandatel Malang)', Jurnal
Karyawan pada AJB Bumiputera 1912 Administrasi Bisnis, 16(1), hlm. 1–9.
Cabang SAM Ratulangi',

Pengaruh Organisasi... 122 Utami; Sitohang

Anda mungkin juga menyukai