Ujian Akhir Semester Arsitektur Tropis - Rezcky Aditya Pratama Laeto - F22116105
Ujian Akhir Semester Arsitektur Tropis - Rezcky Aditya Pratama Laeto - F22116105
Ujian Akhir Semester Arsitektur Tropis - Rezcky Aditya Pratama Laeto - F22116105
ARSITEKTUR TROPIS
GENAP 2020/2021
LAPORAN PRAKTIKUM
EVALUASI DESAIN HUNIAN TETAP (HUNTAP) ARCOM MAMBORO
BERDASARKAN KONSEP DESAIN ARSITEKTUR TROPIS
PRODI S1 ARSITEKTUR
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patutlah dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya oleh tuntunan dan pemeliharanNyalah seluruh kegiatan belajar
mengajar selama proses perkuliahan baik dalam jaringan (daring) maupun tatap
muka serta kegiatan survey langsung ke objek penelitian yang telah dilakukan guna
mendapatlan data secara maksimal dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Melalui kegiatan belajar mengajar selama perkuliahan mata kuliah
Arsitektur Tropis yang telah dilakukan ini, sangat diharapkan banyak ilmu atau
pelajaran baru yang kami peroleh serta mampu untuk kami aplikasikan ke dalam
suatu objek atau project yang nantinya akan kami lalui.
Ucapan terimakasih juga patut di berikan tim dosen yang sudah bersedia
tanpa lelah mengajarkan ilmu-ilmu baru selama proses perkuliahan, kepada orang
tua tercinta juga diucapkan terima kasih yang mendalam sudah mendukung
kegiatan perkuliahan kami baik dari segi materi maupun moral, dan kepada teman-
teman yang sudah bersama mengikuti proses selama kegiatan perkuliahan
berlangsung baik dalam jaringan (daring) maupun tatap muka, serta melakukan
kegiatan survey langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang maksimal
yang akan di analisis lebih jauh.
Semoga survey atau penelitian yang telah dilakukan selama beberapa hari
dapat di tuangkan kedalam sebuah laopran yang baik dan maksimal, sehingga dapat
di pergunakan sebagai salah satu kajian atau dasar pertimbangan secara terus
menerus untuk mengkaji iklim lebih lanjut di kota palu.
Kondisi iklim tropis lembab tersebut di atas ternyata tidak seluruhnya dapat
mendukung keberlangsungan aktifitas manusia tropis secara nyaman. Dalam
banyak hal justru sebagian besar tuntutan kenyamanan fisik manusia tidak sesuai
dengan kondisi iklim yang ada. Dengan kelembaban yang tinggi, manusia tropis,
yang melakukan aktifitas kantor, sekolah, dan lainnya, cenderung menghindari air
hujan mengenai tubuhnya. Air hujan yang membasahi pakaian dirasakan
sebagai faktor yang membuat manusia merasa tidak nyaman, di mana kulit terasa
lengket. Sementara itu hal semacam ini tidak terlalu dirisaukan oleh mereka yang
berdiam di iklim dengan kelembaban rendah, seperti di kawasan sub-tropis.
Dengan kelembaban rendah di kawasan semacam ini, air hujan yang membasahi
tubuh dan pakaian akan segera kering dengan sendirinya, sehingga manusia
tidak perlu cemas tersiram air hujan atau salju. Di lain pihak, dengan radiasi
matahari yang cukup tinggi, ditambah suhu udara yang tinggi manusia tropis
cenderung menghindari sengatan matahari langsung karena dapat
mengakibatkan ketidaknyamanan termal. Sedangkan mereka yang tinggal di
daerah dengan iklim dingin cenderung tidak mengkhawatirkan hal ini, di mana
radiasi langsung matahari justru dapat membantu menghangatkan tubuh mereka di
luar musim panas. Dengan kelembaban yang tinggi, manusia tropis cenderung
memerlukan angin yang lebih kencang agar uap air (keringat) yang berada pada
permukaan kulit cepat menguap dan memberikan efek dingin terhadap tubuh,
sehingga kenyamanan termal dapat dicapai. Untuk itulah pergerakkan angin di
sekitar dan di dalam bangunan menjadi sangat penting bagi penyelesaian
problematik arsitektur tropis terutama dalam kaitannya dengan pencapaian
kenyamanan termal bagi penghuni bangunan.
Lingkup pembahasan laporan kerja praktik ini adalah hasil kerja praktik
selama proses survey berupa data statistic selama beberapa hari pengukuran yang
telah di lakukan di lokasi object penelitian.
Batasan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini akan difokuskan pada
proses analisis berdasarkan hasil penelitian yang berupa data statistic selama di
lapangan yang kemudian merujuk pada proses perancangan desain baru yang
mampu memaksimalkan potensi yang ada agar mendapatkan kondisi kenyamanan
termal yang baik dan berkualitas.
Adapun tujuan dan manfaat dari dilakukannya kerja praktek ini antara lain yaitu:
- Menerapkan ilmu perencanaan yang berbasis tropis yang telah diperoleh
mahasiswa selama masa kuliah terdahulu dalam kehidupan nyata di luar kegiatan
perkuliahan/studio;
- Melatih dan memperluas wawasan mahasiswa dalam pengembangan kreativitas
dan pemecahan permasalahan di bidang arsitektur tropis;
- Menganalisis dan memahami pengelolaan sebuah data yang berbasis pada proses
yang telah dilakukan untuk mengetahui kondisi thermal suatu bangunan;
- Melatih mahasiswa untuk menganalisis kondisi thermal suatu bangunan serta
mampu membuat suatu desain bangunan yang responsive terhadap iklim dan
lingkungan;
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Pola pikir yang memandang arsitektur tropis sebagai sebuah desain yang
memiliki karakter / ciri khusus yang hanya dimiliki arsitektur di daerah tropis yang
berbeda dengan arsitektur yang berada di daerah yang beriklim non tropis.
2.2.3 The new screen & Louver Kitsch paradigm, (stereotypical image dari
pengendalian iklim).
–
Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap
iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam
desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi yang
sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan berada dalam ruangan yang
merupakan salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis. Meskipun konsep
rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk
(tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren
yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya penggunaan material tertentu
sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan
material asli yang diekspos lainnya .
1. Kenyamanan Thermal
Untuk mendapatkan kenyamanan thermal dapat dilakukan
denganmengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan
membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi
langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas
dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan
panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan
terhambat. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan
bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih
kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit
karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat
diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan
pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk
memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :
3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke
dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk
mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device).
Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal
bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C. Hal ini sering kali terjadi
pada permukaan bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.
4. Penerangan Alami pada Siang Hari
Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :
Komponen langit.
Komponen refleksi luar
Komponen refleksi dalam
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar
pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah
:
Dampak jangka pendek atau dampak yang langsung bisa dinikmati dengan
penerapan konsep arsitektur tropis adalah :
Dampak yang akan di nikmati beberapa tahun kemudian, jika arsitektur tropis
diterapkan adalah :
Light Meter adalah alat yang dipakai untuk mengukur jumlah cahaya yang
masuk. dengan membandingkan dengan ASA, aperture dan shutter speed yang
digunakan, maka Light Meter dapat menentukan cahaya yang masuk, sudah
“pas”, “under” (kurang) atau “over” (lebih).
Pengukuran curah hujan bisa dilakukan dengan alat pengukur khusus yang
disebut pluviometer atau rain gauge.
Gambar 1. Hasil Pengukuran Temperatur (°C) dan Kelembaban Luar (%) di Huntap Mamboro ARKOM
Gambar 2. Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Outdoor (lux) di Huntap Mamboro ARKOM
Gambar 3. Hasil Pengukuran Curah Hujan (mm) di Huntap Mamboro ARKOM
Gambar 4. Hasil Pengukuran Kecepatan (m/s)dan Arah Angin (ø) di Huntap Mamboro ARKOM
Gambar 5. Distribusi Frekuensi Kecepatan (%) di Huntap Mamboro ARKOM
Pada pengukuran hari pertama tingkat kelembapan mencapai angka 85% dan
bergerak ke angka 50%, sedangkan temperature awalnya berada dikisaran angka
23 derajat celcius kemduian bergerak naik hingga mendacapai angka 34.8 derajat
celcius, dengan berlandaskan angka ini dapat dikatakan pada hari pertama
pengukuran cuaca dalam bangunan mula-mula cukup dingin kemudian suhu naik
ssehingga membuat suhu bangunan menjadi panas
b) Hari Ke dua 11/06
Pada pengukuran hari Ke dua tingkat kelembapan mencapai angka 83% dan
bergerak ke angka 52%, sedangkan temperature awalnya berada dikisaran angka
25 derajat celcius kemduian bergerak naik hingga mendacapai angka 35.5, derajat
celcius, dengan berlandaskan angka ini dapat dikatakan pada hari pertama
pengukuran cuaca dalam bangunan mula-mula cukup dingin kemudian suhu naik
ssehingga membuat suhu bangunan menjadi panas.
Pada pengukuran hari Ke tiga tingkat kelembapan mencapai angka 85% dan
bergerak ke angka 65%, sedangkan temperature awalnya berada dikisaran angka
25.8 derajat celcius kemduian bergerak naik hingga mendacapai angka 33 derajat
celcius, dengan berlandaskan angka ini dapat dikatakan pada hari pertama
pengukuran cuaca dalam bangunan mula-mula cukup dingin kemudian suhu naik
ssehingga membuat suhu bangunan menjadi panas.
d) Hari Ke empat 13/06
j) Hari Ke Sepuluh
Pada pengukuran pertama kecepatan angin dapat di lihat berdasarkan data yang
ada angka tertinggi pada luar ruangan berkisar di angka 3.25 m/s pada jam 14.37
atau mulai memasuki waktu soree haru dan yang paling terendah berkisar di angka
0.40 m/s pada jam 18.00 atau sudah memasuki waktu malam hari.
Berdasarkan data juga terlihat kecepatan angin tertinggi terdapat di antara jam
14.37 hingga 14.47, dan pada sore hari kecepatan angin sudah mulai menurun
hingga malam hari. Sedangkan pada ruang dalam kecepatan angin tertinggi hanya
terdapat pada jam 18.00 dan terendah pada jam 17.38, selang waktu tersebutlah
rentan waktu kecepatan angina yang dapat di rasakan dalam ruangan bangunan.atau
hanya berkisar sekitar 20 menit.
4.4.2 12/06/2021
Pada pengukuran ke dua kecepatan angin bervariasi per tiap jamnya apa ruang
luar, kecepatan angin pada hari ini juga terdapat di pagi hari dimana terdapat pada
jam 9.50 kemudian turun dan naik lagi mulai 1.20 m/s pada jam 10.05 dan naik
pada jam 10.08 hingga mencapai 1.43 m/s dan terjadi variasi kecepatan per tiap
menitnya, kemudiann kecepatan mulai konstan pada jam 16.57 yang berkisar di
angka 1.44 m/s hingga1.08 m/s dan bertahan hingga jam 17.16.
Pada ruang dalam kecepatan angina terdapat pada jam 13.58 yang berkisar di
angka 1 m/s dan kecepatannya mulai bervariasi naik turun hingga berkahir pada
waktu 14.18 dengan kecepatan tertinggi 1.18 m/s
4.4.3 13/06/2021
Pada pengukuran ke tiga dapat terlihat dalam data bahwa dalam ruangan tidak
terdapat kecepatan angina, melihat data tersebut dapat di analisis bahwa pada saat
pengukuran tersebut kondisi cuaca sedang hujan sehingga angin tidak dapat
menembus ruangan.
Sedangkan di luar ruangan kecepatan angina terdapat pada jam 15.30 atau sore
hari kemudian terdapat lagi pada jam 17.26 dengan kecepatan 0.34 m/s atau sangat
dan konstan hingga jam 17.43 mulai dari kecepatan 0.15 m/s hingga 0.25 m/s.
4.4.4 14/06/2021
Kecepatan angina pada pengukuran berdasarkan data yang ada, terlihat pada luar
ruangan kecepatan angina sudah terdapat pada jam 9.00 pagi dengan kecepatan
mencapai 1.20 m/s kemudian intens terasa pada jam 14.56 yang mencapai angka
1.90 m/s yang mulai bervatiasi hingga jam16.54 mulai dari 0.50 m/s hingga
tertinggi mencapai angka 2.20 m/s pada jam 15.00.
Kemudian pada ruang dalam kecepatan angina terasa pada jam 14.56 yang
mencapai kecepatan 1.1 m/s dan muai bervariasi dari yang paling terendah pada
jam 16.34 dengan kecepatan 0.10 m/s dan tertinggi pada jam 15.15 dengan
kecepatan mencapai 1.50 m/s.
4.4.5 15/06/2021
Kecepatan angin pada pengukuran berdasarkan data yang ada, terlihat pada
ruang dalam bangunan tidak terdapat kecepatan angina, sehingga berdasarkan data
yang ada dapat di katakana bahwa pada wakut pengkuran sementara terjadi hujan
sehingga kecepatan angina tidaka dapat menembus dalam ruangan, sedangkan di
luar ruangan kecepatan angin hanya terdapat pada jam 15.30 pada angka 0.75 m/s
dan mulai bervariasi hingga berakhir pada jam 15.47 dengan kecepatan angina
mencapai 0.21 m/s. dengan kata lain bahwa pengkuran berdasarkan data yang ada
kecepatan atau intensitas angina tidak begitu terasa pada proses pengukuran.
4.5 Analisis Kondisi Visual Bangunan
4.5.1 10/06
Berdasarkan data yang ada dapat di lihat pada pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan terdapat angka 0 lux – 2200 lux, berdasarkan data yang ada dapat di
analisis bahwa intensitas cahaya yang masuk cukup berlebihan sehingga dapat
menimbulkan naiknya suhu ruangan
4.5.3 12/06
Berdasarkan data yang ada dapat di lihat pada pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan terdapat angka 0 lux – 400 lux, berdasarkan data yang ada dapat di
analisis bahwa intensitas cahaya yang masuk bersifat cukup dan nyaman untuk
menerangi ruangan dalam.
4.5.4 13/06
Berdasarkan data yang ada dapat di lihat pada pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan terdapat angka 0 lux – 200 lux, berdasarkan data yang ada dapat di
analisis bahwa intensitas cahaya yang masuk masih kurang, dan melihat data
kelembapan pada hari yang sama dapat di simpulkan bahwa kondisi cuaca pada saat
pengukuran sedang terjadi hujan sehingga intensitas cahaya yang masuh tidak
begitu banyak.
4.5.5 14/06
Berdasarkan data yang ada dapat di lihat pada pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan terdapat angka 0 lux – 2200 lux, berdasarkan data yang ada dapat di
analisis bahwa intensitas cahaya yang masuk cukup berlebihan sehingga dapat
menimbulkan naiknya suhu ruangan dan membuat ketidaknyamanan bagi
pengguna atau penghuni ruangan.
4.5.6 15/06
Berdasarkan data yang ada dapat di lihat pada pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan terdapat angka 0 lux – 300 lux, berdasarkan data yang ada dapat di
analisis bahwa intensitas cahaya yang masuk masih kurang, dan melihat data
kelembapan pada hari yang sama dapat di simpulkan bahwa kondisi cuaca pada saat
pengukuran sedang terjadi hujan sehingga intensitas cahaya yang masuh tidak
begitu banyak.
.
4.5.7 16/06
Berdasarkan data yang ada dapat di lihat pada pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan terdapat angka 0 lux – 200 lux, berdasarkan data yang ada dapat di
analisis bahwa intensitas cahaya yang masuk masih kurang, dan melihat data
kelembapan pada hari yang sama dapat di simpulkan bahwa kondisi cuaca pada saat
pengukuran sedang terjadi hujan sehingga intensitas cahaya yang masuh tidak
begitu banyak.
4.5.8 17/06
Berdasarkan data yang ada dapat di lihat pada pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan terdapat angka 0 lux – 1100 lux, berdasarkan data yang ada dapat di
analisis bahwa intensitas cahaya yang masuk cukup untuk menerangi ruangan dan
masih dalam batas wajar, dan melihat data kelembapan pada hari yang sama dapat
di simpulkan bahwa kondisi cuaca pada saat pengukuran sedang terjadi hujan
namun intensitas cahaya masih dapat masuk ke dalam ruangan.
4.5.8 17/06
Berdasarkan data yang ada dapat di lihat pada pengukuran intensitas cahaya
dalam ruangan terdapat angka 0 lux – 500 lux, berdasarkan data yang ada dapat di
analisis bahwa intensitas cahaya yang masuk cukup untuk menerangi ruangan dan
masih dalam batas wajar, dan melihat data kelembapan pada hari yang sama dapat
di simpulkan bahwa kondisi cuaca pada saat pengukuran sedang terjadi hujan atau
berawan namun intensitas cahaya masih dapat masuk ke dalam ruangan.
12000
10000
Intensitas Cahaya (Lux)
8000
6000
4000
2000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Gambar 8. Intensitas Cahaya Indoor dan Outdoor Sampel 2 Kolong Lantai (Siang Hari), Pengukuran
Manual Berdasarkan Grid
5000
4500
4000
3500
Intensitas Cahaya (Lux)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25
Gambar 9. Intensitas Cahaya Indoor dan Outdoor Sampel 2 Lantai 2 (Siang Hari), Pengukuran Manual
Berdasarkan Grid
Desain teras yang ada
dengan bentuk atap
pelana dan overstek
yang tidak jauh
membuat intensitas
cahaya mataharu dapat
masuk secara maksimal.
5000
4500
4000
3500
Intensitas Cahaya (Lux)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25
Gambar 10. Intensitas Cahaya Indoor dan Outdoor Sampel 2 Lantai 2 (Siang Hari), Pengukuran Manual
Berdasarkan Grid
Beberapa bukaan kecil
pada area bangunan di
tambah dengan material
yang dapat
memantulkan cahaya,
membuat ruangan
mendapat intensitas
cahaya yang tinggi
namun jika tidak
terkendali maka suhu
ruangan akan
meningkat.
5000
4500
4000
3500
Intensitas Cahaya (Lux)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25
Sedangkan di area
dalam bangunan
terdapat celah pada area
atas bangunan yang
menjadi sumber cahaya
untuk masuk kemudian
terdapat juga area
bukaan seperti jendela
pada area dalam
bangunan yang menjadi
sumber tambahan untuk
mendapat intensitas
cahaya alami.
Meskipun demikian
inetnsitas cahaya yang
masuk masih belum
optimal ke dalam
bangunan.
5000
4500
4000
3500
Intensitas Cahaya (Lux)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25
4.7.5 Dapur
Intensitas cahaya pada teras tergolong cukup tinggi dengan melihat data
yang ada berkisar di angka 100 lux hingga 300 lux melihat data ini dapat di analisis
bahwa ruang ini mendapat intensitas cahaya yang cukup untuk menerangi di siang
hari, meskipun demikian intensitas cahaya pada ruang ini masih tergolong belum
maksimal, di sebabkan kondisi ruang yang bersifat fleksible dengan ruang lainnya
sehingga pembagian cahaya memungkinkan untuk tidak merata ke seluruh bagian
ruangan.
Kondisi Pencahayaan Lantai 2 di Siang Hari
5000
4500
4000
3500
Intensitas Cahaya (Lux)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25
4.7.6 Kamar
Intensitas cahaya pada teras tergolong cukup tinggi dengan melihat data
yang ada berkisar di angka 200 lux hingga 300 lux melihat data ini dapat di analisis
bahwa ruang ini mendapat intensitas cahaya yang cukup untuk menerangi di siang
hari.
5000
4500
4000
3500
Intensitas Cahaya (Lux)
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
- Pentingnya memahami kondisi iklim sebelum melakukan sebuah
perancangan agar mendapatkan data yang lebih akurat sehingga dapat
menyesuaikan dengan desain yang akan di bangun
- Pentingnya memahami serta mengkaji jenis material yang akan di gunakan
dalam sebuah bangunan
- Perlu mengkaji lebih jauh tentang aktifitas serta orientasi bangunan terhadap
iklim agar dapat menyesuaikan kondisi termal dalam bangunan sehingga
standar kenyamanan mampu di terapkan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/305187085_ARSITEKTUR_TROPIS_
DAN_BANGUNAN_HEMAT_ENERGI
https://www.google.com/search?q=alat+pengukur+kecepatan+angin&safe=strict
&hl=en&sxsrf=ALeKk00_ssPdzi3ZqzklJhZd2jiS8yKMNQ:1625261050068&sou
rce=lnms&sa=X&ved=0ahUKEwicyLmcqcXxAhUGlEsFHaf3CooQ_AUIuAIoA
A&biw=1366&bih=635
https://www.s-gala.com/blog-post/lumen-lux
https://altaintegra.com/id/publikasi/artikel/aspek-kenyamanan-termal-pada-
arsitektural-indonesia/
https://www.google.com/maps/dir//Mamboro,+North+Palu,+Palu+City,+Central+
Sulawesi/@-
0.7985355,119.8764955,530m/data=!3m1!1e3!4m8!4m7!1m0!1m5!1m1!1s0x2d8
be9f1dd08c9f3:0xd22639a8282b47e2!2m2!1d119.8930904!2d-0.7934601
http://arsitektur-indonesia.com/arsitektur/perancangan-arsitektur-daerah-tropis/