TEXTBOOK READING
TRAUMA
(Ralph. L. Slepian. Yao & Artusio’s Anesthesiology Problem – Oriented Patient management,
4 th Edition. Yao Fun – Sun (ED). Lippincott-Raven Publisher. Philadelphia – New York )
C. Penatalaksanaan Intaoperasi
1. Apa yang anda monitor dari pasien ini ?
2. Bagaimana cara anda untuk induksi anestesi ?
3. Zat apa yang anda gunakan untuk rumatan anestesi?
4. Jenis pelumpuh otot apa yang anda pilih ?
5. Lima menit setelah intubasi, peak airway pressure meningkat dari 20 cmH 2O menjadi
40 cmH20. Apa saja penyebab yang mungkin ?
6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis tension pneumothoraks ?
7. Apa penatalaksanaan tension pneumothorax ?
8. Pasien kehilangan darah terus-menerus dan hematokrit tinggal 18 %. Jenis darah apa
yang anda berikan jika tipe dan reaksi silang tidak lengkap ?
9. Tindakan pencegahan apa yang diambil jika diberikan > 2 U Whole Blood Tipe O Rh
negatif tanpa reaksi silang?
10.Komplikasi apa yang berhubungan dengan transfusi darah ?
11.Apa yang penting diperhatikan dalam transfusi masif ?
12.Komplikasi apa yang berhubungan dengan transfusi masif ?
13.Dapatkah diketahui jumlah pergeseran kurva disosiasi oksigen-hemoglobin ?
14.Apa defenisi hipotermia ?
1
Trauma
A.2. Organ apa yang umumnya cidera pada trauma tumpul abdomen ?
Pada trauma tumpul abdomen, organ yang umumnya cidera adalah lien, hepar, ginjal dan
usus. Umumnya, trauma tumpul abdomen menempati angka kematian tertinggi dibanding
trauma penetrasi/tembus. Alasannya multifaktor dan termasuk didalamnya kesulitan
dalam menegakkan diagnosis dan sering berhubungan dengan trauma organ lain seperti
trauma kepala, trauma dada dan fraktur.
Schwartz SI (ed): Principles of Surgery, 6 th ed, p193. New York, McGraw-Hill, 1994
Siegel JH (ed): Trauma: Emergency Surgey and Critical Care, p 889. New York, Churchill
Livingstone, 1987
Feliciano DV, Moore EE, Mattox KL (eds): Trauma, 3rd ed, p 133. Stamford, CT, Appleton &
Lange, 1996
Schwartz SI (ed): Principles of Surgery, 6 th ed, p195-196. New York, McGraw-Hill, 1994
2
Trauma
Schwartz SI (ed): Principles of Surgery, 6 th ed, p193. New York, McGraw-Hill, 1994
3
Trauma
Gangguan Asam-Basa
Asidosis metabolik hampir selalu berhubungan dengan suatu syok. Sebagai akibat dari
penurunan aliran darah atau perfusi yang rendah, pengangkutan oksigen ke organ vital
menurun dan akhirnya terjadi perubahan metabolisme dari aerob ke anaerob. Hal ini akan
menyebabkan produksi asam laktat sebagai produk akhir dari metabolisme
karbondioksida. Peningkatan asam laktat menyebabkan asidosis metabolik.
Capan LM, Miller SM, Tumdorf h (es): Anesthesia and Intensive Care, pp 84-89.
Philadelphia. JB Lippincott, 1991
Schwartz SI (ed): Principles of Surgery, 6 th ed, p120. New York, McGraw-Hill, 1994
Stene JK, Gerarde CM (eds): Trauma: Anesthesia, pp 100-110. Baltimore, Williams &
Wilkins, 1991
4
Trauma
Terapi pertama syok hemoragik adalah usaha untuk menstabilisasi hemodinamik melalui
pemberian cairan dan darah yang diperlukan untuk meningkatkan perfusi jaringan dan
pengangkutan oksigen.
Kruskall MS, Mintz PD, Bergin JJ et al: Transfusion therapy in emergency room medicine.
Ann Emerg Med 17:327-335,1988
A.11. Apakah anda memilih kristaloid atau koloid untuk penanganan syok hipovolemik ?
Larutan dengan hemoglobin bebas dapat mempertahankan hemodinamik dan transpor
oksigen yang adekuat pada pasien sehat yang kehilangan darah sebanyak 30 % dari
volume darah total. Sekarang, timbul beberapa kontroversi mengenai penggunaan
kristaloid atau koloid untuk terapi syok hipovolemik.
Yang menganjurkan penggunaan kristaloid menganggap bahwa pada syok
hipovolemik terjadi kehilangan cairan baik di intravaskuler maupun di interstitial dan
dapat digantikan oleh kristaloid. Manfaat lain kristaloid adalah menurunkan viskositas
darah sehingga dapat meningkatkan perfusi. Manfaat khusus dari Ringer laktat adalah
laktat dimetabolisme menjadi bikarbonat yang dapat berfungsi sebagai buffer pada
keadaan asidosis. Terakhir, secara ekonomi, harga kristaloid lebih murah dibandingkan
dengan koloid. Karena kristaloid akan keluar dari intravascular dan masuk ke interstisial,
maka diperlukan jumlah yang lebih banyak sehingga timbul kekhawatiran terjadinya
edema pulmonum maupun perifer meskipun dari penelitian tidak membuktikannya.
Yang menganjurkan penggunaan koloid menganggap bahwa sangat sedikit cairan
yang diperlukan untuk mengatasi syok hipovolemik. Koloid dapat meningkatkan tekanan
onkotik, yang menahan masuknya cairan interstitiel ke intravaskular sehingga dapat
mencegah terjadinya edema pulmonum. Akan tetapi, jika terjadi kebocoran membran
kapiler alveolus di paru, maka koloid dapat memperburuk edema pulmonum. Kerugian
lain koloid adalah dapat terjadi disfungsi tubulus ginjal setelah resusitasi.
Sebagai kesimpulan, kristaloid memiliki lebih banyak manfaat dibandingkan koloid
sehingga kami menggunakan kristaloid untuk resusitasi pada syok hipovolemik.
A.12. Adakah manfaat pemberian dextran atau hetastarch (hespan) pada terapi syok
hipovolemik ?
Dextran dan hetastarch adalah larutan polisakarida sintetik dengan berbagai berat
molekul. Dextran 40, dextran 70, dan hetastarch telah digunakan sebagai volume
ekspander. Dextran relatif murah, dapat meningkatkan volume darah secara efektif dan
menurunkan viskositas darah. Akan tetapi, kekurangannya perlu untuk dipertimbangkan.
Dextran mengganggu proses pembekuan melalui coating platelets dan menghalangi
typing dan reaksi silang melalui coating eritrosit. Sebagai tambahan, insidens reaksi
anafilaktik dilaporkan sekitar 0,07 %-1,1 % dengan penggunaan dextran.
Saat ini cairan tersebut kurang digunakan dalam penanganan syok hipovolemik.
5
Trauma
Richardson JD (ed): Trauma: Clinical Care and Pathophysiology, pp 29-34. chicago, Year
Book Medical Publisher, 1987
Rossi EC, Simon TL, moss GS et al (eds): Principiles of Transfusion Medicine, pp 628-629.
Baltimore.Williams & Wilkins, 1996
A.13. Adakah manfaat penggunaan hipertonik saline dalam penanganan syok hipovolemik ?
Hipertonik saline saat ini digunakan untuk resusitasi pada beberapa rumah sakit Karena
efeknya yang singkat maka tidak dapat digunakan secara tunggal. Akan tetapi, jika
hipertonik saline 7,5 % dikombinasikan dengan dextran 70, maka akan tercapai
keberhasilan resusitasi. Dosis optimal yang dianjurkan adalah 4 ml/kg saline 7,5 % dalam
12 % dextran 70.
Keuntungan hipertonik saline adalah konsentrasi natriumnya besar, sehingga
sedikit total volume yang digunakan untuk resusitasi. Bahaya utama yang timbul adalah
hipernatremia yang menyebabkan dehidrasi otak. Namun, pada pasien dengan tekanan
intrakranial tinggi, dehidrasi otak dapat menurunkan TIK.
Pada saat ini, terlalu banyak kontrovesi yang muncul untuk merekomendasikan
penggantian regimen ini. Lebih lanjut, diperlukan uji klinik yang memperlihatkan fungsi
hipertonik saline dalam resusitasi.
Miller RD (ed): Anesthesia, 4th ed, pp 1643; 2166. New York, Curchill Livingstone, 1994
Rossi EC, Simon TL, moss GS et al (eds): Principiles of Transfusion Medicine, pp 628-629.
Baltimore.Williams & Wilkins, 1996
C. Penatalaksanaan Intraoperatif
C.1. Apa yang anda monitor dari pasien ini ?
Pemasangan monitor noninvasif rutin antara lain elektrokardiogram (EKG), tekanan darah,
monitor oksigen, pulse oksimeter, end-tidal CO 2, stetoskop esofageal, suhu, dan kateter
Foley.
Monitor noninvasif pada pasien ini juga meliputi pemasangan jalur arteri dan
kateter vena sentralis. Jalur arteri digunakan untuk pengambilan contoh darah dan
monitor tekanan darah secara langsung. Jalur vena sentralis membantu menentukan
status volume cairan pasien. Kateter Swan-Ganz dapat sebagai indikator jika pasien
memperlihatkan tanda-tanda gagal jantung.
6
Trauma
C.5. Lima menit setelah intubasi, peak airway pressure meningkat dari 20 cmH 2O menjadi 40
cmH20. Apa saja penyebab yang mungkin ?
Tension pneumothorax
Bronchospame
Intubasi endobronchial
Edema pulmonum
Sekret
Kerusakan dalam sirkuit anestesi atau endotracheal tube
Capan LM, Miller SM, Turndorf H (eds): Trauma: Anesthesia and Intensive Care, p
&1.Philadelphia. JB Lippincott, 1991
Stene JK, Gerarde CM (eds): trauma: Anesthesia, pp 79-81. Baltimore, William&Wilkins,
1991
Capan LM, Miller SM, Turndorf H (eds): Trauma: Anesthesia and Intensive Care, p32.
Philadelphia. JB Lippincott, 1991
Moylan Ja (ed): trauma Surgery, p 130. Philadelphia, Jb Lippincott, 1988
Stene JK, Gerarde CM (eds): trauma: Anesthesia, pp 209. Baltimore, William&Wilkins, 1991
7
Trauma
Capan LM, Miller SM, Turndorf H (eds): Trauma: Anesthesia and Intensive Care, p32.
Philadelphia. JB Lippincott, 1991
Stene JK, Gerarde CM (eds): trauma: Anesthesia, pp 210. Baltimore, William&Wilkins, 1991
C.8. Pasien kehilangan darah terus-menerus dan hematokrit tinggal 18 %. Jenis darah apa
yang anda berikan jika tipe dan reaksi silang tidak lengkap ?
Pasien ini harus diberikan transfusi darah secepat mungkin. Packed Cell Tipe O Rh negatif
merupakan donor universal. Jenis darah ini dapat diberikan sementara disiapkan tipe
darah yang spesifik untuk pasien. Kapan saja tipe darah spesifik siap, maka darah tersebut
dapat diganti. Akan tetapi, jika transfusi awalnya menggunakan Whole Blood Tipe O Rh
negatif dan telah > 2 U diinfuskan, maka hanya darah Tipe O Rh negatif yang dapat
diberikan selanjutnya. Biasanya sebelum pasien masuk ke kamar operasi, telah dilakukan
pemeriksaan reaksi silang golongan darah di ruang gawat darurat yang memerlukan waktu
5-10 menit dalam mempersiapkan darah tipe spesifik untuk ditransfusikan.
Huestis DW, Bove JR, Case J: Practical Blood Transfusion, 4 th ed, pp 218-220. Boston, Little
Brown, 1988
Kruskall MS, Mintz PD, Bergin JJ et al: Transfusion therapy in emergency room medicine.
Ann emerg Med 17:331-333,1988
C.9. Tindakan pencegahan apa yang diambil jika diberikan > 2 U Whole Blood Tipe O Rh
negatif tanpa reaksi silang?
Plasma dari Whole Blood Tipe O Rh negatif mengandung antibodi anti A dan anti B yang
dapat menyebabkan reaksi hemolitik dengan sel darah tipe A dan tipe B jika diberikan
dalam jumlah yang signifikan. Sehingga, hanya darah tipe O Rh negatif yang dapat terus
diberikan, meskipun hal ini dapat menyebabkan hemolisis minimal terhadap eritrosit
pasien sendiri. Pasien tidak boleh menerima tipe darah spesifik sampai ditetapkan bahwa
level anti A dan anti B turun cukup rendah dan aman untuk transfusi darah tipe spesifik.
Biasanya memerlukan waktu 2 minggu.
8
Trauma
Reaksi transfusi
Demam terjadi sekitar 1,0 % pada semua tranfusi. Pada pasien yang sadar, hal ini
biasanya tidak menjadi halangan untuk mengurangi laju infus.
Reaksi alergi dengan akibat reaksi silang darah yang tepat berupa peningkatan suhu,
pruritus dan urtikaria. Hal ini sulit didiagnosa pada pasien yang teranestesi. Terapi
meliputi pemberian antihistamin dan penghentian tranfusi.
Reaksi hemolitik terjadi jika diberikan darah yang tidak cocok. Disebabkan oleh aktivasi
sistem komplemen, dan dapat mengancam jiwa. Pada pasien yang sadar tampak
demam, menggigil, dyspnea dan nyeri substernal dan lumbar, sampai hipotensi.
Dibawah pengaruh general anestesi tanda satu-satunya yang dapat dilihat adalah
hipotensi. Juga, jika hemoglobin bebas tidak terdapat dalam plasma atau urine, hal ini
juga menjadi indikasi suatu reaksi transfusi. Pelepasan substansi oleh sel hemolisa
dapat memicu terjadi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan gagal ginjal
akut. Terapi berupa penghentian transfusi segera. Hipotensi ditangani dengan hidrasi,
dan jika diperlukan dapat diberikan obat-obat vasopressor dan inotropik.
Volume urine harus ditingkatkan melalui hidrasi, loop diuretik, dan atau mannitol.
Meskipun kegunaannya belum jelas, natrium bikarbonat dapat digunakan untuk
alkalinisasi urine untuk meningkatkan kelarutan dari produk degradasi hemoglobin.
Resiko terjadinya reaksi hemolitik pada transfusi dengan golongan darah (ABO) yang
tidak cocok adalah 1 : 33.000 dari seluruh transfusi eritrosit. Kemungkinan timbulnya
reaksi hemolitik yang fatal tidak dapat ditentukan, tapi diperkirakan sekitar 1: 500.000
sampai 1: 800.000.
Penularan Penyakit
Penularan penyakit melalui transfusi merupakan masalah yang serius. Human
Immunodeficiency Virus (HIV), Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C (non-A, non-B), dan
Cytomegalovirus dapat ditularkan melalui transfusi. Karena tingginya resiko penularan
penyakit melalui tiap unit darah atau komponen darah yang diberikan, maka harus
diteliti dengan hati-hati sebelum diberikan. Insiden terinfeksi HIV post transfusi adalah
antara 1:450.000 – 1:600.000 tiap unit darah. Resiko penularan hepatitis B post
transfusi adalah kira-kira 1:200.000 unit. Resiko hepatitis C serokonversi post transfusi
adalah 0,03 % (1 : 3.300) per unit darah transfusi. Malaria, sipilis, penyakit Lyme,
penyakit Cagas, dan penyakit yang lain juga dapat ditularkan melalui transfusi. Dengan
adanya suatu larutan baru nonhemoglobin yang beredar, maka darah akan sedikit
digunakan untuk transfusi dan penularan penyakit melalui transfusi dapat dikurangi.
Mikroembolisasi
Mikroembolisasi dapat timbul dari transfusi darah atau komponennya. Darah simpan
akan membentuk mikoragregasi yang terlalu kecil untuk dikeluarkan melalui filter
darah standar 170 . Sedang dikembangkan filter yang lebih kecil untuk mengeluarkan
partikel-partikel tersebut. Akan tetapi, jika menggunakan filter darah ukuran 20-40 ,
maka angka transfusi akan menurun drastis karena meningkatnya resistensi filter.
Beberapa laporan awal menyebutkan bahwa mikroagregasi ini dapat menyebabkan
disfungsi pulmonum, tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
9
Trauma
Kruskall MS, Mintz PD, Bergin JJ et al: Transfusion therapy in emergency room medicine.
Ann emerg Med 17:329-331,1988
Miller RD (ed): Anesthesia, 4th ed, p 1633. New York, Churlchill-Livingstone, 1994
Practice guidelines for blood component therapy: A report by ASA Task Force on Blood
Component Therapy. Anesthesiology 84:732-734, 1996
10
Trauma
jumlah kalium yang sedikit karena kebanyakan plasma telah dikeluarkan. Akan tetapi,
pada syok dengan hipoperfusi dan asidemia, dapat timbul hiperkalemia.
Hipokalemia juga dapat terjadi setelah transfusi masif. Sitrat yang
dimetabolisme menjadi bikarbonat, menghasilkan alkalosis metabolik yang dapat
menyebabkan hipokalemia. Sebagai tambahan, transfusi eritrosit yang mengikat kalium
juga dapat menimbulkan hipokalemia.
Ketidakseimbangan asam-basa menjadi masalah setelah transfusi masif. Darah
simpan bersifat asidosis dengan pH 6,8 dan hal ini dapat memperberat asidosis yang
menyertai syok. Akan tetapi, asidosis ini mudah reversibel jika disimpan dalam perfusi
normal, sehingga tidak diperlukan pemberian tambahan bikarbonat dengan jumlah
yang berbeda untuk tiap unit transfusi. Akan tetapi, jika asidosis metabolik menetap,
maka diperlukan pemberian sodium bikarbonat. Seperti halnya, sitrat dari darah simpan
dan laktat dari Ringer laktat juga dimetabolisme menjadi bikarbonat dan dapat
menyebabkan alkalosis metabolik.
Kerusakan fungsi hemoglobin secara teori mungkin dapat timbul akibat transfusi
masif. Kadar 2,3–Diphosphoglycerate (2,3-DPG) menurun dalam darah simpan. Hal ini
akan menyebabkan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin bergeser ke kiri dan oksigen
akan terikat kuat dengan molekul hemoglobin. Akan tetapi, tidak ada penelitian yang
memperlihatkan efek samping akibat hal ini.
Hipotemia terjadi akibat transfusi darah simpan yang bersuhu dingin. Sehingga,
dianjurkan pemberian normal saline hangat sebelum darah ditransfusikan. Sebagai
tambahan, semua cairan yang diberikan seharusnya melalui alat pemanas untuk
membantu mencegah hipotermia.
Miller RD (ed): Anesthesia, 4th ed, p1624-1632. New York, Churlchill-Livingstone, 1994
Feliciano DV, Moore EE, Mattox KL (eds): Trauma, 3 rd, pp717-718, 955. Stamford, CT,
Appleton & Lange, 1996
Stene JK, Gerarde CM (eds): trauma: Anesthesia, pp 340-341. Baltimore,
William&Wilkins, 1991
11
Trauma
Feliciano DV, Moore EE, Mattox KL (eds): Trauma, 3 rd, pp717-718, 955. Stamford, CT,
Appleton & Lange, 1996
Feliciano DV, Moore EE, Mattox KL (eds): Trauma, 3 rd, pp 957-958. Stamford, CT,
Appleton & Lange, 1996
Stene JK, Gerarde CM (eds): trauma: Anesthesia, pp 343-347. Baltimore,
William&Wilkins, 1991
Landers DF, Hill GE, Wong KC, Fox IJ: Blood transfusion-induced immunomodulation.
Anesth Analg 82:187-204,1996
12
Trauma
Practice guidelines for blood component therapy: A report by ASA Task Force on Blood
Component Therapy. Anesthesiology 84:732-747, 1996
13
Trauma
C.19 Jika pasien ini merupakan anggota sekte keagamanaan saksi Jehovah, apakah anda
akan memberikan transfusi darah ?
Para saksi Jehovah dikenal sangat menolak transfusi darah dan produknya. Mereka
percaya bahwa harapan untuk hidup abadi akan hilang jika mereka menerima transfusi
darah. Oleh karena ini tindakan transfusi darah merupakan suatu pelanggaran fisik.
Mereka akan menolak transfusi darah lengkap, packed red cells, leukosit, plasma dan
trombosit. Akan tetapi, mereka membolehkan penggunakan kardiopulmonar bypass,
dialisis, atau peralatan lain seperti halnya pemberian darah selama operasi di mana
peredaran ekstrakorporeal tidak dihentikan. Dalam kepercayaan mereka sama sekali
tidak melarang penggunaan albumin, imunoglobulin atau preparat hemofilia ; di mana
produk tersebut harus diputuskan sendiri oleh yang bersangkutan. Mereka dapat
menerima semua cairan pengganti selain darah, seperti koloid, kristaloid, dextrans, atau
pengangkut oksigen pengganti darah.
Hak seorang saksi Jehovah untuk menolak transfusi darah adalah mutlak.
Pengadilan telah menegakkan hak-hak mereka untuk menolak transfusi darah.
Kebanyakan saksi Jehovah mengambil langkah legal untuk membebastugaskan
kewajiban personil medis. Kebanyakan membawa kartu siaga medis yang berisi berbagai
keinginan mereka dan biasanya mereka telah menunjuk wakil atau pengganti sebagai
pembuat keputusan. Sebagai tambahan, komunikasi yang terbuka dan terus terang
harus terbentuk antara pasien, ahli bedah dan ahli anestesi.
Seorang ahli anestesi dapat menolak untuk menanganani pasien jika
tindakannya bersifat elektif. Pada situasi darurat, dibutuhkan tindakan yang legal dan
etis. Dan sebaliknya, setiap orang dewasa yang cakap juga mempunyai hak untuk
menolak setiap terapi dan diterapi sesuai dengan keinginannya.
C.20. Jika seorang anak anggota saksi Jehovah menderita syok hemoragik, apa yang akan
anda lakukan ?
Merawat seorang anak membutuhkan perhatian yang lebih besar dan sering diperlukan
suatu tindakan legal yang berlawanan dengan keinginan orang tua dari anak tersebut.
Tindakan tersebut dipertanyakan oleh para saksi Jehovah yang mencari perawatan
medis yang baik untuk anak mereka, saat menuntut bahwa setiap tindakan tersebut
harus mempertimbangkan kepercayaan dalam keluarga mereka. Seorang dokter dapat
mengajukan izin ke pengadilan untuk memberikan transfusi darah terhadap anak di
bawah umur dari sekte ini. Pada keadaan yang sangat darurat, dapat diberikan darah
tanpa pemberitahuan ke pengadilan.
Solusio Hemoglobin
Saat ini hemoglobin dapat dibuat dari darah manusia yang tidak segar. Dalam vaskular,
hemoglobin bebas mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen dan cepat
dilepaskan ke jaringan. Hemoglobin dapat dibuat dan dilarutkan dalam suatu media
isotonik dengan filtrasi di renal yang rendah, waktu yang lama di dalam intramuskular
dan menjaga P50 oksigen tetap normal. Cairan hemoglobin dapat menambah volume
darah sirkulasi dan menyediakan oksigen jaringan yang adekuat pada binatang
14
Trauma
percobaan. Efek yang merugikan dari solusio hemoglobin ini antara lain bersifat toksik
terhadap ginjal dan meningkatkan tekanan darah sistemik dan pulmonal. Sebagai
catatan, pada tahun 1992 telah dirancang pengganti human recombinant hemoglobin
yang berfungsi seperti hemoglobin normal, tapi tidak memerlukan reaksi silang, tidak
menularkan penyakit dan tidak cepat kadaluarsa.
Liposome-Encapsulated Hemoglobin
Hemoglobin ini dibuat bermembran dan berkapsul yang memungkinkan untuk
menambah 2,3 – DPG atau inositol hexafosfat pada membran sehingga dapat mengatur
P 50 sesuai dengan sel darah merah. Secara teori, hemoglobin berkapsul memiliki waktu
dalam intravaskular lebih lama dan kapasitas untuk mengangkut oksigen lebih besar.
Membran hemoglobin ini dicoba dimodifikasi agar dapat mengurangi terbentuknya
endapan hemoglobin dalam sistem retikuloendotelial sehingga meningkatkan waktu di
intravaskular.
Perflurocarbons
Perflurocarbons merupakan bahan sintetik yang mempunyai kemampuan memecah
oksigen. Perfluorocarbons tidak lagi digunakan karena diperlukan Pa O 2 yang tinggi agar
perluorocarbons dapat membawa sejumlah kecil oksigen yang telah dipecah.
Selanjutnya pengganti darah ini akan meningkatkan kapasitas angkut oksigen dengan
efek samping yang minimal. Dengan manfaat yang lebih banyak maka bahan-bahan
tersebut dapat menggantikan transfusi sel darah merah. Saat ini tidak dianjurkan
pemberian pengganti darah artifisial.
Biro GP: Perflurocarbon-based red blood cell substitutes. Transfusion Medicine Reviews
7:84-85. 1993
Dietz NM, Joyner MJ, Warner MA: Blood Substitutes: Fluid,drugs, or miracle solutions?
Anesth analg 82:390-405, 1996
Miller RD (ed): Anesthesia, 4th ed, p 1643. New York, Churlchill-Livingstone, 1994
Rudolph AS: Encapsulated hemoglobin: current issues dan future goals. Ant Cells Blood
Substitues Immobilization Biotechnol 2:347-360, 1994
15
Trauma
Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK (eds): Clinical Anesthesia, 3 rd ed, pp 1371-1372.
Philadelphia, JB Lippincott, 1997
Feliciano DV, Moore EE, Mattox KL (eds): Trauma, 3 rd ed, p 1107-1109. Stamford, CT,
Appleton & Lange, 1996
Schwartz SI (ed): Principles of Surgery, 6 th ed, p123-126. New York, McGraw-Hill, 1994
Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK (eds): Clinical Anesthesia, 3 rd ed, pp 1371-1372.
Philadelphia, JB Lippincott, 1997
Feliciano DV, Moore EE, Mattox KL (eds): Trauma, 3 rd ed, p 1107-1109. Stamford, CT,
Appleton & Lange, 1996
Schwartz SI (ed): Principles of Surgery, 6 th ed, p123-126. New York, McGraw-Hill, 1994
D.3. Dalam ruang pemulihan, anda dipanggil untuk melihat pasien ini karena oligouria. Apa
yang anda evaluasi dan terapi apa yang akan anda berikan untuk pasien ini ?
Oligouria adalah penurunan produksi urine < 0,5 ml/kgBB/jam.
Gagal ginjal dapat dibagi dalam 3 kategori :
Prerenal
Gagal ginjal prerenal biasanya disebabkan oleh curah jantung yang rendah akibat
hipovolemia atau gagal jantung. Dapat diketahui melalui pemeriksaan denyut jantung,
tekanan darah, tekanan vena sentralis, tekanan kapiler pulmonal, dan curah jantung.
Jika penyebabnya hipovolemi maka diberikan cairan secara bolus. Jika penyebabnya
karena gagal jantung, maka diberikan obat inotropik dan diuretik.
Renal
Gagal ginjal intrarenal umumnya berhubungan dengan trauma toksik atau iskemia.
Trauma toksik disebabkan oleh penurunan tekanan perfusi yang mengakibatkan
disfungsi sel-sel ginjal. Trauma toksik juga disebabkan oleh bahan/zat yang
mempengaruhi fungsi tubulus ginjal berpengaruh terhadap aliran darah ginjal. Pada
pemeriksaan urinalisis terdapat sel-sel dan atau silinder yang menjadi indikasi gagal
ginjal akut. Pasien dengan gagal ginjal intrarenal dapat berumur pendek atau berlanjut
ke gagal ginjal kronik tergantung dari beratnya akibat yang ditimbulkan. Saat ini,
dopamin (2-3 g/kg/menit) dapat digunakan untuk dilatasi arteriole afferent renalis.
Diuretik, obat dari golongan lain sering digunakan untuk meningkatkan produksi urine.
Sebelum pemberian diuretik, pastikan pasien dalam keadaan normovolemik.
Furosemide, obat loop diuretik, dan mannitol, cairan diuresis osmotik, keduanya
16
Trauma
Postrenal
Terjadinya oligouria postrenal mungkin disebabkan adanya obstruksi pada traktus
urinarius sehingga penyebab obstruksi harus dihilangkan. Biasanya diperlukan irigasi
atau mengganti Kateter Foley dengan yang baru. Pertimbangkan kemungkinan terjadi
kecelakaan intraoperasi yang menyebabkan obstruksi postrenal.
Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK (eds): Clinical Anesthesia, 3 rd ed, pp 1376-1378.
Philadelphia, JB Lippincott, 1997
Feliciano DV, Moore EE, Mattox KL (eds): Trauma, 3 rd ed, p 1141-1145. Stamford, CT,
Appleton & Lange, 1996
17