Anda di halaman 1dari 7

Nama : Andriansyah Nugraha

NIM : 2164190025
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Pancasila Di Tengah
Konfigurasi Ideologi

A. Pancasila, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial


Pancasila lahir di arena politik gagasan pemikir Indonesia yang religius,
konfigurasi idiologi dunia, sebagai Konsensus para pejuang dan pemikir nasionalis
Islamis dengan pemikir nasionalis sekuler, Yang mayoritas muslim dengan dukungan
nasionalis Non muslim.
Pancasila lahir dari masyarakat sendiri yang religius dan Pluralis tidak paparkan
dalam satu teks atau semacam kitab Suci seperti declaration of America
independence di Amerika Serikat atau the comunist manifesto (manifesto komunis).

1. Posisi Ideologi Pancasila


Ideologi kanan dari barat merupakan penerapan liberalisme karena menganut
persaingan bebas dalam sistem demokrasi dan kapitalis yang bersifat serba swasta.
Sebaliknya idiologi kiri merupakan penerapan sosialisme dan komunisme karena
mengharamkan persaingan bebas dalam demokrasi rakyat dan ekonomi sosialis yang
bersifat serba negara.
Pancasila memadukan peran negara dan peran swasta secara seimbang dan
dinamis sebagai negara kekeluargaan sebagai negara kesejahteraan. Posisi Pancasila
sebagai idiologi tengah yang mencerminkan nilai nilai dasar Islam, sejalan juga
dengan karakter Muslim Indonesia yang dikenal sebagai Umatan Wasathan atau
Islam jalan tengah.
Amerika serikat dan sekutunya dikenal sebagai blok liberal kapitalis atau blok
Barat. Sebaliknya Uni Soviet dan sekutunya populer sebagai blok sosialis komunis
atau blok Timur. Negara negara yang tidak termasuk dalam kedua blok tersebut
seperti Indonesia dan negara negara lain terutama di Asia dan Afrika, menamakan
dirinya non blok. Prinsip non-blok bagi Indonesia merupakan implikasi politik luar
negeri bebas aktif, sesuai Pancasila sebagai idiologi tengah.

2. Gagasan Pemikir Pancasila


Manusia sebagai makhluk yang berakal, memiliki kemampuan yang terbatas
dalam menemukan kebenaran, sehingga manusia harus dibimbing oleh Wahyu dari
Tuhan. Artinya manusia hanya bisa menemukan kebenaran hakiki, atas bimbingan,
Rahmat, dan Hidayah Tuhan Yang Maha esa, melalui Wahyu nya kepada para nabi
dan rosul nya.
Para pemikir atau intelektual Indonesia seperti Soekarno, Moh Hatta,
Muhammad Yamin,A. A. Maramis, Agus Salim, Wahid Hasyim, Ki Bagoes
Hadikusoemo, Abikoesno Tjokrosoedjono, Soepomo, Abdul Kahar Muzakkir, Ahmad
Soebardjo dan tokoh lainnya.
Pandangan dan asumsi dasar para pemikir tersebut, jelas tidak sejalan dengan
asumsi dasar idiologi Libertarian memandang manusia sebagai makhluk yang berakal
dan mampu secara mandiri menemukan kebenaran. Pandangan dan asumsi dasar
para pemikir tersebut, jelas tidak sejalan dengan asumsi dasar idiologi Libertarian
memandang manusia sebagai makhluk yang berakal dan mampu secara mandiri
menemukan kebenaran.
Para pemikir dan Perumus Pancasila memandang juga manusia bukan hanya
sebagai makhluk rasional, tetapi juga adalah makhluk bertuhan, yang tidak hanya
mengejar kepentingan material melainkan juga kepentingan spriritual. Pandangan,
keyakinan, dan asumsi dasar tersebut berbeda dengan pandangan dan keyakinan
tentang hakikat kehidupan manusia yang berpusat pada manusia saja. Keyakinan
tersebut menunjukkan pula bahwa manusia sebagai makhluk individu memiliki
kebebasan pribadi sebagai hak asasi nya. sedangkan manusia sebagai makhluk sosial
memiliki tanggung jawab untuk menjaga integrasi dan kesejahteraan masyarakat.
Soekarno juga berpendapat bahwa keadilan sosial yang sudah diterima dalam
pembukaan adalah bentuk protes Yang Maha hebat kepada dasar individualisme dan
liberalisme.
B. Otoritarisme, Kediktatoran, dan Sosialisme
Para pemikir Indonesia dan kaum pergerakan pada umumnya sepakat untuk tidak
meneruskan bentuk kerajaan dan Feodalisme. Mereka sepakat melakukan
pembaruan dan renovasi sosial politik dengan mencita-citakan negara hukum yang
berbentuk kerakyatanAtau republik. Kerakyatan merupakan antitesis dari kerajaan
atau republik. Kerakyatan merupakan antitesis dari kerajaan.

1. Pandangan Para Filsuf Otoritarian


Otoritarian berasal dari kata otoritas yang berarti kekuasaan atau wewenang
yang sah untuk bertindak. Jika kekuasaan itu dilakukan secara sewenang-wenang,
maka disebut otoriter. Istilah otoriter berkembang menjadi paham atau idiologi
dalam politik dalam memimpin dan mengatur negara dengan sebutan idiologi
otoritarian atau Otoritarianisme.
Otoritarian adalah filsafat politik atau idiologi paling tua yang ber tolak dari hasil
olah intelektual sejak filsuf Socrates dan Plato pada jaman Yunani klasik hingga
Niccolo Machiavelli,dan Thomas Hobbes, pada zaman pertengahan dan George Hagel
pada zaman modern.
Otoritarian sebagai aliran filsafat sosial politik berpandangan tentang pentingnya
kekuasaan yang sah kepada sekelompok kecil orang bijak untuk bertindak dan
membuat peraturan untuk memerintah dalam suatu negara. Kamu otoritarian
memandang raja dan C keluarganya patut diberi kekuasaan dan wewenang serta hak
hak istimewa karena dipandang sebagai orang bijak.
Para filsuf otoritarian seperti Plato dan Socrates memandang pentingnya
kesatuan pandangan dan cita cita karena hanya persatuan negara dapat
melaksanakan tugas secara sukses untuk kebaikan semua orang.

2. Upaya Murni Para Filsuf Otoritarian


Idiologi otoritarian melahirkan teori media pers yang disebut teori pers
otoritarian oleh sebab Idiologi otoritarian tersebut melahirkan juga teori media pers
yang disebut teori pers otoritarian oleh siebert, Yang tidak mengenal adanya
kebebasan rakyat Berekspresi. Teori pers otoritarian tidak hanya berlaku abad ke 17
tetapi juga menjadi doktrin di sebagian besar dunia selama ratusan tahun.
C. Liberalisme,Demokrasi,dan Kapitalisme
Idiologi Libertarian berkembang sebagai reaksi total terhadap otoritarian. Idiologi
Libertarian atau liberalisme memutar balikan posisi manusia dan negara
sebagaimana yang dipandang oleh idiologi otoritarian.

1. Pemikiran Para Filsuf Libertarian


Pertanian dibangun di atas asumsi dasar bahwa manusia adalah makhluk yang
berakal dan dengan kekuatan akal dan pikiran manusia mampu menemukan
kebenaran Jon locke merupakan filsuf Inggris abad ke 18 yang sangat berpengaruh
karena ide nya mengenai libertarian. LockeBerpandangan manusia dengan sadar
telah menyerahkan hak pribadinya kepada negara, dengan jaminan negara dadar dan
menjaga hak hak asasi nya. Pemikiran Bkt berpandangan manusia dengan sadar telah
menyerahkan hak pribadinya kepada negara, dengan jaminan negara dadar dan
menjaga hak hak asasi nya. Pemikiran john locke menjadi sumber inspirasi bagi
revolusi Amerika dan Perancis.

2. Demokrasi dan Kapitalisme


Demokrasi sebagai sebuah sistem politik dan pemerintahan memandang bahwa
kekuasaan itu diperoleh dari rakyat berdasarkan hukum sehingga pemerintah yang
dipilih oleh rakyat harus bekerja untuk rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat.
Setiap individu warga negara yang telah dewasa berhak memilih dan dipilih dalam
suatu pemilihan yang bebas, jujur, dan adil. Liberalisme, individualisme, dan
kapitalisme juga berkembang bersama konsepsi kebebasan Berekspresi yang
mencakup kebebasan media pers dalam sistem pers Libertarian. Demokrasi sebagai
sistem politik dalam Libertarian sangat menghargai adanya kebebasan berkumpul
dan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagai bagian dari hak asasi
manusia atau HAM.
D. Komunisme, Demokrasi Rakyat, dan Sosialisme
Komunisme berkembang dari sistem sosial kolektivisme merupakan antitesis
Individualisme yang berkembang bersama liberalisme. Komunisme juga ditolak
karena menganut Ateisme. Liberalisme dan kapitalisme telah berkembang sejak abad
ke 19 dan dikenal sebagai ideologi kanan justru menghalalkan pasar bebas termasuk
menghendaki pasar bebas gagasan. Jika liberalisme dan kapitalisme membela
kepentingan dan kebebasan individu warganya, maka sebaliknya Komunisme
mengutamakan kepentingan kolektif dan tanggung jawab sosial politik warga negara.

1. Gagasan Para Filsuf dan Pemikir Komunis


Komunisme sebagai idiologi kiri merupakan antitesis liberalisme dan kapitalisme
yang bersumber pada olah intelektual John Locke,John Milton,John Stuart Mill,dan
Thimas Jefferson pada zaman perang abad ke 18 dan ke 19. Liberalisme dan
kapitalisme itu disebut sebagai idiologi kanan.

2. Sosialisme dan Peran Negara


Vladimir I. Lenin berpandangan bahwa negara akan menghilang jika masyarakat
menerima prinsip “ setiap orang bekerja, menurut kesanggupan nya, setiap orang
menerima sesuai dengan kebutuhannya “.
Komunisme yang berkembang di Eropa Timur pada permulaan abad ke-20
mengembangkan sistem ekonomi sosialis dan komunistis. Negara negara komunis
menganut sosialisme dan komunisme dalam bidang ekonomi, dengan
mengharamkan pasar bebas. Negara memiliki kekuasaan penuh mengatur dan
mengendalikan ekonomi rakyat untuk mewujudkan keadilan ekonomi dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat. Sejalan dengan itu Komunisme sangat menentang
individualisme dan sebaliknya mengembangkan kolektivisme atau komunalisme yang
artinya masyarakat atau negara lebih penting dari individu dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara karena Komunisme misalnya tidak membolehkan
adanya milik individu.
Ajaran komunisme dikenal sebagai idiologi kiri mengharamkan milik pribadi
dan menolak pasar bebas serta mencita-citakan suatu pemerintah yang tidak boleh
dibatasi kekuasaannya dan bersifat Totaliter.
3. Demokrasi Rakyat dan Demokrasi Nasional.
Komunisme di Cina berkembang atas ide mau Zedong. Dengan menganggap dirinya
penafsir paling murni ajaran Marxisme Leninisme besok komunisme di Cina
berkembang atas ide mao Zedong. Dengan menganggap dirinya penafsir paling
murni ajaran Marxisme Leninisme, Mao melancarkan gagasan mengenai demokrasi
baru.

E. Islamisme, Islam, dan Syariat.


Islamisme adalah idiologi politik yang digagas para pemikir berbeda dengan Islam
karena Islam adalah agama Wahyu yang diturunkan Tuhan kepada nabi Muhammad
SAW. Islam sebagai agama jauh lebih luas daripada Islamisme karena Islamisme
bukan hanya politik tetapi juga politik yang di agamanisasikan. Tibi menulis bahwa
kajian Islamisme disebut islamologi, suatu ilmu sosial yang berbasis riset, yang
mengaitkan realitas keislaman dengan konflik internasional dunia politik. Islamologi
yang mengkaji islamisme pada dasarnya mengkaji relasi antara Islam dengan politik.

1. Gagasan para pemikir Islamis


Pemikir Islam is klasik yang mendukung ide khilafah seperti:
1. Al Gazali (1058-1111 M)
2. Ibnu Taimiyyah (1262-1328 M)
3. Ibnu Khladun
4. Rasyid Ridha (1965-1935)
5. Sayyid Quthb (1906-1966)
6. Al Maududi (1903-1079)
7. Al Rasiq (1888-1966)
Lahirnya antitesis pemerintah sekular terhadap tesis sistem pemerintah Khilafah,
mendapatkan Sintesis, yaitu paham yang lebih modern yang dikembangkan oleh
Muhammad Husein Haekal Dan Fazlur Rahman.
2. Demokrasi, Teokrasi, dan Islamokrasi
Kekuasaan yang bersumber dari rakyat oleh Fazlur Rahman bahwa dari prinsip
prinsip yang disebut dalam Al- Qur’an dan Hadis mengandung makna sistem politik
demokrasi dengan menyebut konsepsi musyawara yaitu bentuk pertukaran gagasan
secara Timbal balik atau diskusi. Demokrasi yang ingin diterapkan oleh Fazlur
Rahman tidak seperti di barat yang bersifat material saja melainkan demokrasi yang
berorientasi pada Etika dan spritual Islam.
Fazlur Rahman selaku pemikir Islamis moderat dari Pakistan tulis dalam
berbagai karyanya bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat menengah yang tidak
ekstrim. Ia juga menyatakan bahwa para pengusaha tidak menganut Elitisme, karena
masyarakat Islam adalah egaliter, terbuka, dan tidak diskriminatif, sebagai ciri
demokrasi. Pandangan Al-Tahtawi, Muhammad Arkoun, Fazlur Rahman tentang
demokrasi, Bersebrangan dengan Pemahaman saya kutub tokoh penting di Mesir
yang menilai demokrasi adalah sistem kafir karena bertentangan dengan kedaulatan
Tuhan. Al-Maududi mengembangkan konsepsi politik islam yang disebutnya Teokrasi
(Teo - Demokrasi) yang berarti pemerintahan yang diberikan kepada manusia
dibatasi yaitu syariat.

Anda mungkin juga menyukai