Anda di halaman 1dari 10

Miniriset

Psikologi olahraga

DISUSUN OLEH :

Juan Claudio Tarigan (6193321023)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN


OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
Kata Pengantar
Alhamdulilah, segala puja dan puji serta rasa syukur yang sedalam-dalamnya
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan miniriset ini.Miniriset yang mengenai:
“psikologi siswa penjaskes” ini disusun dalam rangka tugas mata kuliah psikologi
olagraga .Penulis menyampaikan dan mengharapkan semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis, mahasiswa dan para pembaca semuanya. Namun
makalah ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan
selanjutnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
a) Latar belakang masalah
Konsentrasi seolah-olah merupakan istilah yang tidak asing bagi banyak
orang namun pada kenyataannya tidak terlalu mudah untuk dicarikan batasannya.
Niedeffer (1993) mengemukakan bahwa demikian banyak orang membahas
tentang konsentrasi tetapu tidak terlalu banyak yang dapat mendefinisikannya
secara tepat. Para pelatih pada umumnya beranggapan bahwa kemenangan atlet
merupakan indicator konsentrasi; artinya jika ia memenangkan oertandingan, ia
berkonsentrasi dengan baik selama pertandingan. Sebaliknya, jika ia gagal
memenangkan pertandingan, konsentrasi yang dilakukan tidak efektif Schmid dan
Paper (1993) mengemukakakn bahwa konsentrasi merupakan hal yang amat
penting bagi seorang atlet dalam menampilkan kinerja olahraganya.

Kehilangan konsentrasi dalam sekejap dapat menyebabkan seorng atlet


kehilangan gelar juara. Seorang petinju yang tampak demikian superior dari satu
babak ke babak lainnya dapat terpukul jatuh (KO) terkena “lucky bloew” pada
bagian rahangnya.peristiwa ini dapat berlangsung hanya dalam waktu sekejap,
pada saat petinju tersebut kehilangan konsentrasi, mungkin karena terlalau asyik
melakukan serangan sehingga melupakan pertahanannya.Seorang pemananah
dapat kehilangan angka karena anak panahnya melesat keluar dari sasaran pada
saat ia kehilangan konsentrasi. Padahal, satu anak panah bernilai 10 apabila tepat
pada sasaran. Kehilangan angka dari satu anak panah berarti kehilangan 10 angka
suatu rentang skor yang amat besar dalam olahraga panahan.Seorang pemain
sepak bola gagal memasukkan bola dari titik penalty karena pada saat menendang
ia kehilangan konsentrasi. Padahal jika tendangannya membuahkan gol, regunya
akan memenangkan pertandingan. Kegagalan penalti membuat pertandingan harus
diperpanjang, dan akhirnya regunya mengalami kekalahan.

Atlet seringkali mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian pada


tugasnya dalam bertanding. Weinberg dan Gould (1995) mengemukakan bahwa
hal ini terjadi karena adanya sejumlah kondisi seperti berikut ini.Terpaku pada

2
kejadian di masa lalu. Dalam hal ini perhatian atlet sangat dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalunya, terutama pengalaman buruk, misalnya kalah dalam
bertanding atau mengalami cedera. Akibatnya ketika ia tengah bertanding ia
mendadak takut kalah atau takut cedera. Selanjutnya perilakunya dipengaruhi pleh
rasa takut yang menimbulkan tindakan ragu-ragu untuk mengambil
keputusan.Terpaku pada kejadian yang akan dating. Sebagai contoh misalnya atlet
terlalu memikirkan akibat social jika ia menderita kalah. Ia menjadi takut gagal.
Akibatnya usahanya terarah pada usaha mengatasi ketakutan gagal, bukan
menenangkan pertandingan,Terpaku pada bermacam-macam isyarat secara
simultan. Dalam keadaan ini pikiran dan perasaan atlet mengalami kejenuhan
karena memperoleh bermacam-macam stumulasi secara serentak, dan ia tidak
dapat menanggulanginya dengan memilah stimulasi yang penting dan tidak
penting. Semua isyarat tercampur aduk secara tidak terorganisir di dalam
benaknya, dan sulit baginya untuk menentukan kearah mana seharusnya ia
memusatkan perhatiannya.Terlalu khawatir dengan masalah teknis. Dalam hal ini
misalnya atlet terlalu memikirkan bagaimana gaya pukulan yang baik seharusnya
dilakukan; jadi proses otomatisasi gerak atas hasil belajar mengalami hambatan.

1. Tujuan

Tujuan pembuatan miniriset ini adalah untuk mengidentifikasi masalah terhadap


konsentrasi atlet dalam sebuah pertandingan.

2. Manfaat

Manfat penelitian miniriset ini adalah agar atlet dapat mengatur konsentrasi pada
saat melakukan pertandingan,karena konsentrasi sangat berpengaruh terhadap
psikologis seorang atlet dapat mengakibatkan fatal apabila tidak dapat
dikendalikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

gangguan konsentrasi dapat menghambat penampilan kinerja olahraga


atlet; karenanya atlet harus mampu berkponsentrasi secara baik. Selanjutnya,
kemampuan konsentrasi seseorang tidak diperoleh begitu saja melainkan harus
melalui serangkaian proses latihan. Seorang pemananah dapat kehilangan angka
karena anak panahnya melesat keluar dari sasaran pada saat ia kehilangan
konsentrasi. Padahal, satu anak panah bernilai 10 apabila tepat pada sasaran.
Kehilangan angka dari satu anak panah berarti kehilangan 10 angka suatu rentang
skor yang amat besar dalam olahraga panahan.

Seorang pemain sepak bola gagal memasukkan bola dari titik penalty
karena pada saat menendang ia kehilangan konsentrasi. Padahal jika
tendangannya membuahkan gol, regunya akan memenangkan pertandingan.
Kegagalan penalti membuat pertandingan harus diperpanjang, dan akhirnya
regunya mengalami kekalahan.

Betapa seringnya kita menemukan peristiwa-peristiwa olahraga seperti


contoh di atas. Sebaliknya, meyadari lawan tengah kehilangan konsentrasi dapat
membuka peluang atlet untuk merebut kesempatan mengugguli lawan. Lemparan
bola basket pada satu detik terakhir seringkali menentukan kemenangan suatu
regu bola basket pada kompetisi NBA yang demikian ketat. Kesalahan hakim
garis menyebut bola masuk padahal keluar pada permainan tenis ataupun
bulutangkis dapat berakibat fatal bagi pemain. Kesalahan sebut itu dapat dianggap
“unfair” oleh atlet yang bersangkutan, sehingga konsentrasinya memudar, dan
permainannya menjadi kacau. Ketika lawan melihat kondisi ini, lawan kemudian
menggunakan kesempatan ini untuk menyerang dan akhirnya mengungguli
perolehan angka.Konsentrasi merupakan aspek yang demikian penting dalam
olahraga, tidah hanya pada saat pertandingan, tetapi juga pada saat latihan.

4
Hal-Hal Yang Menggangu Konsentrasi

Atlet seringkali mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian pada


tugasnya dalam bertanding. Weinberg dan Gould (1995) mengemukakan bahwa
hal ini terjadi karena adanya sejumlah kondisi seperti berikut ini.

 Terpaku pada kejadian di masa lalu. Dalam hal ini perhatian atlet sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalunya, terutama pengalaman buruk,
misalnya kalah dalam bertanding atau mengalami cedera. Akibatnya ketika
ia tengah bertanding ia mendadak takut kalah atau takut cedera.
Selanjutnya perilakunya dipengaruhi pleh rasa takut yang menimbulkan
tindakan ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
 Terpaku pada kejadian yang akan dating. Sebagai contoh misalnya atlet
terlalu memikirkan akibat social jika ia menderita kalah. Ia menjadi takut
gagal. Akibatnya usahanya terarah pada usaha mengatasi ketakutan gagal,
bukan menenangkan pertandingan,
 Terpaku pada bermacam-macam isyarat secara simultan. Dalam keadaan
ini pikiran dan perasaan atlet mengalami kejenuhan karena memperoleh
bermacam-macam stumulasi secara serentak, dan ia tidak dapat
menanggulanginya dengan memilah stimulasi yang penting dan tidak
penting. Semua isyarat tercampur aduk secara tidak terorganisir di dalam
benaknya, dan sulit baginya untuk menentukan kearah mana seharusnya ia
memusatkan perhatiannya.
 Terlalu khawatir dengan masalah teknis. Dalam hal ini misalnya atlet
terlalu memikirkan bagaimana gaya pukulan yang baik seharusnya
dilakukan; jadi proses otomatisasi gerak atas hasil belajar mengalami
hambatan.

Strategi Latihan Konsentrasi

1. Mampu memusatkan perhatian pada sekurang-kurangnya 4 arah perhatian


(factor eksternal dan internal, serta konsentrasi pada bidang yang luas dan
bidang yang sempit) yang merupakan obyek konsentrasi atlet. Program

5
latihan harus diarahkan agar atlet sekurang-kurangnya dapat mengarahkan
perhatiannya pada 4 dimensi tertentu.
2. Mampu mengalihkan serta memindahkan perhatian dari satu obyek isyarat ke
obyek ke obyek isyarat lain dalam waktu singkat. Pada kenyataannya di
lapangan ke 4 wilayah dimensi perhatian tersebut harus diperhatikan atlet
secara bergantian, adakalanya atlet harus memperhatikan lebih dari satu
wilayah. Untuk itu, program latihan harus diarahkan pada kondisi di mana
atlet mampu mengubah serta mengalihkan perhatiannya dari suatu saat
tertentu ke saat lainnya, dari wilayah tertentu ke wilayah lainnya, dalam
waktu yang relative singkat sesuai dengan kebutuhan. Misalnya seorang
pegolf harus mampu memusatkan perhatian pada situasi lapangan,
kemiringan tanah, tekanan angin, arah lintasan bola, denyut nadi, koordinasi
motorik dan lain-lain dalam waktu yang hampir bersamaan.
3. Mengoptimalkan kondisi atlet. Program latihan harus diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi atlet. Dengan keberadaan atlet pada kondisi
optimum, ia akan lebih tangguh menghadapi berbagai tantangan dan
konsentrasinya tidak akan mudah terganggu.
4. Mengoptimalkan kecenderungan spesifik atlet. Setiap atlet memiliki
kecenderungan tertentu. Program latihan harus diarahkan untuk
meningkatkan kecenderungan atlet yang bersifat positif dan meredam
kecenderungan negatifnya. Misalnya, jika atlet cenderung memiliki
kecemasan bawaan, hal ini harus diatasi secepatnya. Sebaliknya, optimalisme
atlet perlu lebih ditingkatkan
5. Meningkatkan kemampuan spesifik atlet. Setiap atlet memiliki kemampuan
spesifik tertentu yang berbeda dari kemampuan atlet lainnya. Program latihan
harus diarahkan untuk meningkatkan kemampuan spesifik atlet ini; dengan
demikian atlet yang akan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dan ia
akan lebih mudah memusatkan konsentrasinya pada upaya menunjukkan
keterampilannya. Hal ini akan membawa dampak yang jauh lebih baik
daripada sekedar membiarkannya merasa kurang memiliki kemampuan
tertentu.

6
6. Mencegah keraguan. Dengan memberikan berbagai pelatihan keterampilan
secara terprogram, atlet akan lebih memiliki percaya diri dan ia akan mebih
mampu mengatasi perasaan ragu-ragunya dalam membuat keputusan. Jika
keyakinan atlet lebih besar, kemampuannya untuk mempertahankan
konsentrasi akan lebih baik pula.
7. Mengubah gugahan fisiologis untuk memperbaiki konsentrasi. Jika missal
suatu saat atlet terganggu konsentrasinya karena cedera, program latihan
dapat diarahkan pada upaya memperbaiki kondisi fisiologis atlet sehingga
konsentrasinya akan menjadi lebih baik. Misalnya melalui latihan meditasi
atlet akan lebih mampu meredam rasa sakitnya, sehingga sensitivitas rasa
sakit dihambat; akibatnya atlet akan lebih mudah memusatkan konsentrasinya
pada tugas. mampu meredam rasa sakitnya, sehingga sensitivitas rasa sakit
dihambat; akibatnya atlet akan lebih mudah memusatkan konsentrasinya pada
tugas
8. Mengubah arah konsentrasi untuk mengubah gugahan fisiologis. Teknik
hipnosis dengan menggunakan isyarat pengganggu (disctracting cue)
merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menyususn program
dengan dasar pertimbangan butir 8 ini. Hal ini serupa dengan cara seorang
dokter memberikan suntikan pada seorang anak sambil mengajaknya bicara
dan memperlihatkan gambar sehingga konsentrasi anak terfokus pada cerita
dan gambar, dan rasa sakit akibat suntikan dapat diabaikan. Seorang pemain
sepak bola yang cedera akibat terkena tackling keras dapat tetap
berkonsentrasi untuk membuat gol jika perhatiannya diarahkan pada
kemampuannya untuk mencetak gol, karena perilakunya lebih terfokus pada
upaya menampil kan keterampilan daripada merasakan sakit.

7
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Konsentrasi merupakan aspek yang demikian penting dalam olahraga,


tidah hanya pada saat pertandingan, tetapi juga pada saat latihan.Konsentrasi
seolah-olah merupakan istilah yang tidak asing bagi banyak orang namun pada
kenyataannya tidak terlalu mudah untuk dicarikan batasannya. Niedeffer (1993)
mengemukakan bahwa demikian banyak orang membahas tentang konsentrasi
tetapu tidak terlalu banyak yang dapat mendefinisikannya secara tepat. Para
pelatih pada umumnya beranggapan bahwa kemenangan atlet merupakan
indicator konsentrasi; artinya jika ia memenangkan oertandingan, ia
berkonsentrasi dengan baik selama pertandingan. Sebaliknya, jika ia gagal
memenangkan pertandingan, konsentrasi yang dilakukan tidak efektif Schmid dan
Paper (1993) mengemukakakn bahwa konsentrasi merupakan hal yang amat
penting bagi seorang atlet dalam menampilkan kinerja olahraganya. Komponen
utama konsentrasi adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian pada suatu hal
tertentu dan tidak terganggu oleh stimulus internal maupaun eksternal yang tidak
relevan. Stimulus internal adalalah gangguan sensoris maupun pikiran seperti
perasaan lelah, cemas dan sebagainya. Stimulus eksternal adalah gangguan dari
luar diri seperti misalnya sorak sorai penonton, ejekan penonton, kesalahan
keputusan wasit dan lain-lain.

SARAN

Sebaiknya seorang atlet dapat menguasai ataupun mengontrol emosinya apabila


pada saat pertandingan.dan seorang pelatih dapat menenangkan atletnya dengan
memebri support terbaik.

8
Daftar pustaka

Berry Chitra. 2010. Konsentrasi Dalam Olahraga. Diakses dari


berrychuka.blogspot.com. Yogyakarta
 Dramaturgi. 2008. Definisi Konsentrasi. Diakses dari dramaturgi.blogspot.com.
Yogyakarta
   Braden, Vick; Wool, Robert. 1993. Mental Tennis : How to Psych Yourself to a
Winning. Canada: Little, Brown and Company.

Anda mungkin juga menyukai