Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
Pada Pratikum Satuan Operasi materi “Evaporasi” terdiri atas sejumlah
penggunaan alat dan bahan. Untuk alat yang digunakan berupa Rotary Evaporator
yang digunakan sebagai alat pengubah larutan gula dari bentuk cair menjadi uap¸
Erlenmeyer 500mL digunakan sebagai wadah larutan dan timbangan analitik
digunakan sebagai alat ukur massa bahan. Sementara untuk bahan yang
digunakan berupa larutan gula konsentrasi 5%;10%;20% sebagai bahan
pengujian.
Untuk tahap evaporasi diawali dengan pengambilan larutan gula
konsentrasi 5% ; 10% ; 20% sebanyak 500mL kemudian dimasukkan ke dalam
labu alat bulat. Setelah itu larutan dimasukkan ke dalam alat Rotary Evaporator
kemudian labu alat kosong juga ikut dimasukkan sebagai pelarut yang akan
diuapkan. Selanjutnya dilakukan pengaturan suhu evaporator sebesar 60oC
kemudian dievaporasi selama 20 – 300 menit dengan tekanan 135mBar. Setelah
mencapai batas waktu ketentuan, lakukan pencatatan waktu dan tekanan yang
diperlukan. Kemudian dilakukan penimbangan produk pekat lalu lakukan
pembuatan neraca massa total dan komponen. Lakukan pengulangan proses
terhadap seluruh sampel berikutnya dan catat hasil perolehan ke dalam tabel DHP.

4.2 Analisa Hasil


4.2.1 Data Hasil Percobaan
Pada data hasil pembuatan larutan gula didasarkan atas parameter
pengukuran berupa konsentrasi serta larutan awal yang terdiri dari larutan gula
(mL) dan air (mL). Pada parameter konsentrasi 5% diperoleh larutan gula
sebanyak 100mL dan air 900mL. Pada parameter konsentrasi 10% diperoleh
larutan gula sebanyak 200mL dan air 800mL. Pada parameter konsentrasi 15%
diperoleh larutan gula sebanyak 300mL dan air 700mL. Pada parameter
konsentrasi 20% diperoleh larutan gula sebanyak 400mL dan air 600mL. Dan pada
parameter konsentrasi 25% diperoleh larutan gula sebanyak 500mL dan air
500mL. Perolehan nilai ini didasarkan dari perhitungan konsentrasi larutan gula
yang menerapkan persamaan rumus V1 x M1 = V2 x M2. Untuk variable V1
dinyatakan sebagai volume larutan gula awal, V2 dinyatakan sebagai volume
larutan gula yang akan diencerkan, M1 dinyatakan sebagai konsentrasi larutan
gula awal dan M2 dinyatakan sebagai konsentrasi larutan gula yang akan
diencerkan. Untuk variable M1 sebagai nilai konsentrasi larutan gula awal
diasumsikan memiliki konsentrasi 50% dan variabel V2 bernilai sebesar 1000mL
untuk keseluruhan perhitungan. Nilai ketentuan yang telah ada sebelumnya dalam
tabel akan diinput ke dalam persamaan rumus dengan nilai V1 yang akan dicari,
V2 1000mL, M1 50% dan M2 diperoleh dari parameter konsentrasi (5% ; 10% ;
15% ; 20% ; 25%).
Pada data tabel hasil percobaan didasarkan atas parameter pengukuran
berupa konsentrasi, massa(gr) awal ; akhir, brix(%) awal ; akhir, volume(mL) awal
; akhir, dan waktu (menit). Pada parameter konsentrasi 5% diperoleh massa awal
1013gr dan akhir 713gr, brix awal 6,2% dan akhir 9%, volume awal 1000mL dan
akhir 703mL dengan durasi waktu 30menit. Pada parameter konsentrasi 10%
diperoleh massa awal 1035gr dan akhir 790gr, brix awal 11,2% dan akhir 15%,
volume awal 1000mL dan akhir 751mL dengan durasi waktu 35menit. Pada
parameter konsentrasi 15% diperoleh massa awal 1054gr dan akhir 847gr, brix
awal 17,8% dan akhir 23,1%, volume awal 1000mL dan akhir 773mL dengan
durasi waktu 37menit. Pada parameter konsentrasi 20% diperoleh massa awal
1066gr dan akhir 861gr, brix awal 22% dan akhir 27,6%, volume awal 1000mL dan
akhir 798mL dengan durasi waktu 40menit. Pada parameter konsentrasi 25%
diperoleh massa awal 1106gr dan akhir 903gr, brix awal 28,8% dan akhir 34,1%,
volume awal 1000mL dan akhir 819mL dengan durasi waktu 43menit.
Pada hasil data tabel neraca massa total didasarkan atas parameter
pengukuran berupa konsentrasi dan massa total yang mencangkup nilai feed(gr),
produk(gr), dan uap(gr). Untuk parameter konsentrasi telah ditetapkan
sebelumnya pada persentase 5% ; 10% ; 15% ; 20% ; 25%, massa feed berturut
– turut 1013 ; 1035 ; 1054 ; 1066 ; 1106, dan massa produk berturut – turut 713 ;
790 ; 847 ; 861 ; 903. Dari neraca massa total hanya massa uap yang belum
diketahui sehingga perlu dilakukan perhitungan dari nilai parameter yang ada
dengan menggunakan persaman rumus Mf = Mp + Mv. Untuk variable Mf
dinyatakan sebagai massa bahan masuk cair atau massa feed(kg), Mp dinyatakan
sebagai massa produk pekat (kg) dan Mv dinyatakan sebagai massa uap air (kg).
Setelah itu dilakukan penginputan nilai yang tersedia ke dalam persamaan rumus
mencari nilai Mv atau massa uap air(kg). Dengan demikian hasil perhitungan
massa uap atas dasar penggunaan rumus diperoleh nilai berturut – turut sebesar
300kg, 245kg, 207kg, 205kg, dan 203kg.
Pada hasil data tabel jumlah uap air didasarkan atas parameter
pengukuran berupa konsentrasi, massa uap air (kg), waktu (menit) dan jumlah uap
air (gr/menit). Untuk parameter konsentrasi telah ditetapkan sebelumnya pada
persentase 5% ; 10% ; 15% ; 20% ; 25%, massa uap air diperoleh dari perhitungan
sebelumnya dengan nilai berturut – turut 300kg, 245kg, 207kg, 205kg, 203kg, dan
waktu telah ditetapkan sebelumnya 30, 35, 37, 40, dan 43 menit. Untuk
perhitungan jumlah uap air setiap menitnya dapat menggunakan persamaan
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑢𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟
rumus 𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
. Setelah dilakukan penentuan rumus

selanjutnya dilakukan penginputan nilai yang tersedia atau yang telah ada ke
dalam persaman rumus jumlah uap air. Dengan demikian hasil perhitungan jumlah
uap air untuk setiap menitnya atas dasar penggunaan rumus diperoleh nilai
berturut – turut sebesar 10 ; 7 ; 5.595 ; 5.123 ; 4.720 gr/menit.

4.3 Hubungan Antara Konsentrasi Larutan dengan Waktu Evaporasi


Dari data hasil praktikum menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
larutan maka waktu yang digunakan dalam proses evaporasi akan semakin lama.
Hal ini didasarkan oleh pernyataan bahwa konsentrasi larutan memiliki pengaruh
kuat terhadap lama proses evaporasi sehingga dari hal ini akan menyebabkan
proses distribusi panas mengambil waktu lebih untuk menjangkau seluruh bagian
larutan. Semakin banyak zat terlarut maka semakin banyak juag zat yang harus
dipanaskan sehingga dari hal ini akan memerlukan durasi waktu yang lebih lama.
Selain itu konsentrasi yang tinggi juga menyebabkan konduktivitas panas menurun
sehingga menyebabkan rambat panas melemah. Dengan demikian dari data hasil
praktikum dinyatakan telah sesuai pada pernyataan literature yang dibuktikan dari
kesamaan hubungan pengujiannya (Putri dan Hardani, 2015).

4.4 Hubungan Antara Kadar Air dengan Laju Penguapan


Terjadinya penurunan kadar air dan larutan gula dapat dipengaruhi oleh
laju penguapan. Hal ini bisa saja terjadi akibat dasar pernyataan yang menyatakan
bahwa kenaikan laju penguapan akan mempengaruhi kenaikan suhu serta
menyebabkan larutan gula dan kadar air mengalami penurunan. Terjadinya
penurunan dapat dipicu oleh kadar air yang terdapat dalam larutan yang diuapkan
dalam bentuk gas dan disalurkan ke lingkungan sekitar. Dari hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya kepekatan tinggi pada larutan yang dipicu oleh laju
penguapan selama proses evaporasi dan dengan hal ini juga akan menyebabkan
kadar air larutan mengalami proses evaporasi yang berlangsung secara cepat.
Dengan demikian dari data hasil praktikum dinyatakan telah sesuai pada
pernyataan literature yang dibuktikan dari kesamaan hubungan pengujiannya
(Waziroh et al., 2017).

4.5 Hubungan Antara Suhu dengan Waktu Evaporasi


Evaporasi erat kaitannya dengan suhu dan lama proses evaporasi. Pada
praktikum materi evaporasi dalam pengujiannya memanfaatkan penggunaan suhu
60⁰C. Atas dasar teorinya dapat dinyatakan bahwa semakin tinggu suhu yang
digunakan selama prosesnya maka semakin banyak kadar air yang diuapkan.
sehingga dari pernyataan tersebut, peningkatan laju penguapan akan menekan
durasi proses evaporasi dengan menyebabkan penggunaan waktu selama
prosesnya menjadi singkat. Namun dari hal ini, selama proses evaporasi peru
untuk diperhatikan nilai titik didih larutan yang akan dievaporasi. Apabila titik didih
larutan bersifat sensitif maka penggunaan suhu perlu diminimalkan. Dan untuk hal
ini dapat dilakukan menggunakan prinsip penurunan titik didih pelarut dengan
menurunkan tekanan diatas permukaan cairan menjadi lebih rendah dari tekanan
atmosfer. Dengan demikian dari data hasil praktikum dinyatakan telah sesuai pada
pernyataan literature yang dibuktikan dari kesamaan hubungan pengujiannya
(Muhlisin et al., 2015).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada Pratikum Satuan Operasi materi “Evaporasi” terdiri atas sejumlah
tujuan dimana praktikan diharapkan mampu memahami prinsip evaporasi, mampu
memahami sistem kerja dari alat rotary evaporator, mampu mengetahui proses
evaporasi pada larutan gula. Dalam materi ini diperlukan sejumlah penggunaan
alat dan bahan berupa rotary evaporator, erlenmeyer 500 ml, timbangan analitik,
dan larutan gula konsentrasi 5%;10%;15%;20%;25% bervolume 500 ml. Dari
keseluruhan tahap pengolahan terdapat sejumlah fungsi perlakuan seperti
penimbangan untuk mengetahui massa produk pekat.
Pada data hasil pembuatan larutan gula untuk parameter konsentrasi 5%
diperoleh larutan gula sebanyak 100mL dan air 900mL. Konsentrasi 10% diperoleh
larutan gula sebanyak 200mL dan air 800mL. Konsentrasi 15% diperoleh larutan
gula sebanyak 300mL dan air 700mL. Konsentrasi 20% diperoleh larutan gula
sebanyak 400mL dan air 600mL. Konsentrasi 25% diperoleh larutan gula
sebanyak 500mL dan air 500mL. Pada tabel hasil percobaan untuk konsentrasi
5%, 10%, 15%, 20%, 25% diperoleh massa awal 1013gr, 1035gr, 1054gr, 1066gr,
1106gr dan massa akhir 713gr, 790gr, 847gr, 861gr, 903gr, brix awal 6,2%, 11,2%,
17,8%, 22%, 28,8% dan brix akhir 9%, 15%, 23,1%, 27,6%, 34,1%, keseluruhan
volume awal 1000mL dan volume akhir 703mL, 751mL, 773mL, 798mL, 819mL
dengan penggunaan waktu 30menit, 35menit, 37menit, 40menit, 43menit. Untuk
hasil perhitungan massa uap diperoleh nilai berturut – turut sebesar 300kg, 245kg,
207kg, 205kg, dan 203kg. Dan untuk hasil perhitungan jumlah uap air untuk setiap
menitnya diperoleh nilai berturut – turut sebesar 10 ; 7 ; 5.595 ; 5.123 ; 4.720
gr/menit.

3.2 Saran
Praktikan diharapkan mampu menguasai materi terlebih dahulu sebelum
diadakannya praktikum untuk kemudahan pembelajaran. Praktikan diharapkan
mampu melakukan perhitungan terhadap seluruh proses evaporasi. Pada
perkuliahan secara daring diharapkan penggunaan video praktikum lebih banyak
ditampilkan dan pada proses olah data atau perancangan grafik dapat lebih
dijelaskan secara detail demi kejelasan pemahaman visual praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aliwarga L, Windi SK, Agung P. 2019. Pengaruh temperature dan tekanan dalam
proses evaporasi asam 6-aminopenisilat. Jurnal Rekayasa Bahan Alam
Dan Energi Berkelanjutkan. 3(1): 15-19
Cabas JJ, Pertuz MF, Gazabon OD, Zapata VJ, Castellanos HE, Cárdenas CA,
Sánchez JF, Jimenez G, Mora C, Sanz FA, Collazos CA. 2019. Robust
control of an evaporator through algebraic riccati equations and dk
iteration. In International Conference On Computational Science And Its
Applications 1(1): 731-742
Faputri AF. 2016. Desain evaporator dan pengujian kondisi operasi optimal pada
desain peralatan. Jurnal Teknik Patra Akademika, 7(02): 17-22
Hapsari F dan Sujati NM. 2019. Efisiensi kinerja evaporator pada pengolahan
limbah radioaktif cair pusat teknologi limbah radioaktif batan. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(4): 48-58
Junaidi, Hesip WH, Amir S, Sri WS. 2020. Kontrol kecepatan dan temperature
dengan teknik purse width medulation untuk aplikasi hot plate stirrer
berbasis aduino. Jurnal Fisika Flux. 17(1): 37-39
Komariah LN, Heriyanto H, Ariko AZ, Armando F. 2018. Monitoring fouling dan
jadwal pembersihan condenser dalam crude distiller unit pada pabrik
pengilangan minyak bumi. Jurnal Teknik Kimia, 24(2): 40-46
Lastriyanto A dan Aulia AI. 2021. Analisa kualitas madu singkong (gula
pereduksi, kadar air, dan total padatan terlarut) pasca proses
pengolahan dengan vacuum cooling. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi
Hasil Peternakan, 9(2): 110-114
Li J and Wang C. 2020. An evaporation correction approach and its
characteristics. Journal of hydrometeorology, 21(3): 519-532
Muhlisin A, Yusuf H, Rini Y. 2015. Uji performansi dan keseimbangan massa
evaporator vaacum double jaket tipe water jet dalam proses
pengolahan gula merah tebu. Jurnal Ketehnikan Pertanian Tropis dan
Biosistem. 3(1): 22-24
Paramawati R, Mardison M, Gultom RY, Mulyantoro FX, Triwahyudi S. 2012.
Rekayasa prototipe mesin evaporator vakum. Jurnal Engineering
Pertanian. 8(2): 83-91
Reo AR, Berhimpon S, Montolalu R. 2017. Metabolit sekunder gorgonia
(Paramuricea Clavata). Jurnal Ilmiah Platax 5(1): 42-48
Sorour MA, Mostafa SR, Bo SSM. 2013. A case study of orange juice
concentration by recompression evaporation techniques. Journal of
Food Process Engineering, 36(3): 337-342
Storia EA, dan Prabowo. 2016. Pengaruh derajat brix terhadap karakteristik
perpindahan panas pada evaporator robert system quintuple effect di
pg. Gempolkrep. Jurnal Tehnik ITS. 5(1): 90-99
Susanti, dan Pairus B. 2016. Perbandingan metode ekstraksi maserasi dan
refluks terhadap kadar fenolite dan ekstrak tingkol jagung (Zea Mays
L). Koversi. 5(2) : 87-90
Trambauer P, Dutra E, Maskey S, Werner M, Pappenberger F, Van Beek LPH,
Uhlenbrook S. 2014. Comparison of different evaporation estimates over
the african continent. Hydrology And Earth System Sciences, 18(1): 193-
212
Waziroh E, Ali DY, Istianah N. 2017. Proses Termal Pada Pengolahan Pangan.
UB Press. Malang
Wirawan J, Idkham M, Chairani S. 2013. Analisis evapotranspirasi dengan
menggunakan metode thornthwaite, blaney criddle, hargreaves, dan
radiasi. Rona Teknik Pertanian, 6(2): 451-457
Yashashiri HR, Javalyikar AS, Mane LB, Kale SS, Chikodip B. 2017. Application
of magnetic stirrer for influencing extraction method on tehctona grandis as
analgenic activitu. International Journal Of Phomaceatival And Clinical
Research. 9(6) : 634-637
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Muhlisin A, Hendrawan Y, Yulianingsih R. 2015. Uji performansi dan


keseimbangan massa evaporator vakum double jacket tipe water jet
dalam proses pengolahan gula merah tebu (Saccharum officinarum
L.). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 3(1): 24 – 36.
Putri E, dan Hardani W. 2015. Studi perpindahan panas dan massa pada
evaporasi nira di dalam falling film evaporator dengan adanya aliran udara.
Jurnal ITS 1(1): 1-10
Waziroh E, Ali DY, Istianah N. 2017. Proses Termal pada Pengolahan Pangan.
Universitas Brawijaya Press, Malang.

Anda mungkin juga menyukai