Anda di halaman 1dari 41

BAB II

PROFIL PUSKESMAS LAPAI

2.1 Puskesmas

Pusat kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah

unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Menkes RI.,

2014).

Puksesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang

menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan (Menkes, RI., 2014).

Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas

merupakan program kesehatan dasar, meliputi:

1. Promosi kesehatan

2. Kesehatan lingkungan

3. KIA & KB

4. Perbaikan gizi

5. Pemberantasan penyakit menular

6. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik

(laboratorium dan farmasi).

2.1.1 Sejarah Puskesmas Lapai


Puskesmas Lapai adalah Puskesmas yang terletak di Komplek Griya

Mawar Sembada Indah Kecamatan Nanggalo. Puskesmas Lapai pada awalnya

merupakan Puskesmas Pembantu dari Puskesmas Nanggalo Siteba Padang yang

berdiri sejak tahun 1983 dengan alamat Jalan Pulau Talena RT IV RW IV

Kelurahan Kampung Lapai dengan wilayah kerja 4 (empat) kelurahan.

Namun dengan seiringnya perkembangan Kota Padang Pada Tahun 1988

Puskesmas Lapai ditingkatkan statusnya menjadi Puskesmas Induk dengan

wilayah kerja :

a. Kelurahan Lapai

b. Kelurahan Kampung Olo

c. Kelurahan Tabing Banda Gadang

Dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai Puskesmas Induk,

Puskesmas Lapai mempunyai 1 (satu) Puskesmas Pembantu, yaitu: Pustu Tabing

Banda Gadang (didirikan tahun 1995).

Pada Tahun 2001 terjadi lagi Pemekaran Kecamatan di wilayah Kota

Padang dan Puskesmas Lapai mendapat wilayah kerja 3 (tiga) Kelurahan, yaitu:

a. Kelurahan Kampung Lapai

b. Kelurahan Kampung Olo

c. Kelurahan Tabing Banda Gadang

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat pada tahun 2005

dilaksanakan penambahan ruangan dan rehab Puskesmas. Pada Tahun 2009

Gedung Puskesmas Lapai rusak berat karena gempa sehingga pada tanggal 14

Februari 20013 diresmikan bangunan baru Puskesmas Lapai yang beralamat di


Komplek Griya Mawar Sembada Indah RT VII RW I Kelurahan Kampung Lapai

Kecamatan Nanggalo.

Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas Lapai mempunyai satu

Puskesmas Pmebantu yaitu Puskesmas Pembantu Tabing Banda Gadang serta

dibantu 3 (tiga) Poskoskel, yaitu:

a. Poskoskel Kampung Lapai

b. Poskoskel Kampung Olo

c. Poskoskel Tabing Banda Gadang

2.1.2 Profil Puskesmas

2.1.2.1 Gambaran Umum Organisasi

a) Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas

1) Geografi

Puskesmas Lapai terletak di Komplek Griya Mawar Sembada,

yang termasuk dalam wilayah Kelurahan Kampung Lapai Kota Padang.

Puskesmas Lapai didirikan atas tanah seluas 705 m2 dengan luas bangunan

520 m2. Lalau lintas utama di daerah tersebut terdapat di Jalan Jhoni

Anwar yang terletak di dekat Puskesmas, yang merupakan lalu lintas 2

(dua) arah yaitu dari jalan Khatib Sulaiman ke Siteba dan dari Lapai ke

Gunung Pangilun dan sebaliknya.

Luas wilayah kerja Puskesmas Lapai lebih kurang 2000 km2,

dengan batas-batas:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kurao Pagang dan

Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Utara;


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gurun Lawas dan

Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Utara.

Puskesmas Lapai terletak di Kecamatan Nanggalo, dengan wilayah

kerja sebanyak 3 kelurahan yaitu:

a. Kelurahan Kampung Lapai.

b. Kelurahan Kampung Olo.

c. Kelurahan Tabing Banda Gadang.

2) Kondisi Demografi

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Lapai pada tahun 2019

yaitu 24.725 jiwa dengan distribusi kependudukan menurut kelurahan

sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Kependudukan Menurut Kelurahan Tahun 2019


No Kelurahan Luas wilayah Jumlah Jumlah PKK
penduduk
1 Kampung Lapai 111 Ha 11.250 2.424 KK
2 Kampung Olo 101 Ha 7.087 1.855 KK
3 Tabing Banda 91 Ha 6.388 1.440 KK
Gadang
Jumlah 303 Ha 24.725 5.719
3) Sarana Kesehatan dan Pendidikan

Puskemas Lapai didirikan diatas tanah seluas 705 m 2 dengan luas

bangunan 520 m2. Sarana yang tersedia meliputi fasilitas sarana pelayanan

langsung (medis dan keperawatan) dengan tidak langsung (penunjang

medis). Kegiatan yang direncenakan adalah kegiatan upaya kesehatan

wajib yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,

regional dan global serta yang mempunyai daya tingkat tinggi untuk

peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

b) Gambaran Umum Puskesmas Lapai

Dari awal tahun diberdirikannya Puskesmas Lapai Kota Padang hingga

saat ini, Puskesmas terus berkembang dengan melengkapi sarana dan prasarana

Puskesmas. Hingga saat ini sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas Lapai

adalah sebagai berikut;

1. Gedung yang representative dan didukung dengan 1 buah Puskesmas

Pembantu dan 3 buah poskoskel

2. EKG

3. Santun Lansia (Pelayanan khusus untuk lansia)

4. Pelayanan khusus untuk hipertensi dan diabetes mellitus

5. Ruang Laktasi

6. Ruang Konsultasi Gizi dan Sanitasi

7. Klinik IVA
c) Visi & Misi Puskesmas

Visi

“Terwujudnya Puskesmas andalan masyarakat dalam pelayanan kesehatan

yang professional menuju masyarakat Lapai sehat”.

Misi

a) Menyelenggarakan kesehatan dasar yang professional, bermutu,

komunikatif merata, terjangkau dan memuaskan.

b) Menciptakan kemandirian masyarakat untuk berprilaku sehat dan hidup

dalam lingkungan yang sehat.

c) Menciptakan kondisi kerja yang baik, nyaman, aman dan sejahtera bagi

staff sebagai tempat kebanggan untuk berkarya dan berprestasi.

d) Menjadi puskesmas pendidikan yang bermutu.

e) Memberdayakan seluruh komponen pendukung dalam pembangunan

kesehatan.

f) Menyelenggarakan system informasi puskesmas yang bermutu.

d) Motto Puskesmas

Dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, setiap

pegawai Puskesmas Lapai bekerja sesuai dengan motto “Melayani Dengan

Setulus Hati”.

e) Tata Nilai Puskesmas

Tata nilai Puskesmas Lapai yaitu “LAPAI OKE” (Loyalitas, Akuntabel,

Profesionalisme, Amanah, Inovatif, Optimal, Kekeluargaan, Efektif).

2.1.3 Sarana dan Prasarana Puskesmas Lapai


Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas Lapai

mempunyai sarana antara lain :

Sarana kesehatan lainnya yang ada diwilayah kerja Puskesmas Lapai yaitu:

1. Posyandu Balita : 18 buah

2. Posyandu Lansia : 6 buah

3. Praktek Dokter : 6 buah

4. Bidan Praktek Swasta : 5 buah

5. PKB dan SUB PKB :16 buah

6. PUSTU : 1 buah di Kelurahan Tabing Gadang

7. POS KB : 4 buah

8. Poskoskel : 3 buah

9. 1 buah mobil Puskel

10. 6 buah kendaraan roda dua

Sarana pendidikan yang ada diwiliayah kerja Puskesmas Lapa:

- Sekolah Taman Kanak-kanak : 14 buah

- Sekolah Dasar Negeri/Swasta : 12 buah

- Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama : 3 buah

- Sekolah Menengah Umum : 1 buah

- Perguruan Tinggi : 4 buah

- Sekolah Luar Biasa : 2 buah

2.1.4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Lapai


Tabel 2. Jumlah Tenaga di Puskesmas Lapai
No Nama Pendidi Tugas Tempat Keter
kan Pokok Tugas angan
1. dr. Inna FK Pimpinan Puskesmas
Rokendry Puskesmas
Azwar
2. dr. Lindawati FK Koor UKP Puskesmas
3. dr. Liza FK Dokter Puskesmas
Andriani, M.Kes
4. drg. Nashrullah FKG Dokter Puskesmas
Zahar Gigi
5. drg. Nelvia FKG Dokter Puskesmas
Violet Gigi
6. drg. Delvita FKG Koor Puskesmas
Putri UKM
7. Hj. Gusnimar, S1 Adm. Tata Puskesmas
S.sos Negara Usaha
8. Hj. Zuherwita Pekarya Bend. Puskesmas
Kes.Atas Barang
dan Aset
9. Mike Komala D III Pel. Gizi, Puskemas
Sari, AMG Gizi BPUMC
10. Rislamiati, D IV Pel. Puskesmas
S.SiT Kesling Sanitasi,
Juru
pungut
11. Yesmitawati D III Pel. Puskesmas
Abda, AMKL Kesling Sanitasi
12. Sri Rahayu D III UKS Puskesmas
Ningsih, Amd. Perawat
Kep
13. Y D Setyarini, D III Pel. BP Puskesmas Sekol
Amd. Kep Perawat Umum ah
14. Wakina Pitri, D III PJ. BP Puskesmas
Amd. Kep Perawat Umum
15. Erna Welita, D III P2 Puskesmas
Amd. Kep Perawat Surveilens
, Campak,
Diare, dan
PTM
16. Ariza Darani, D III Bendahara Puskesmas
Amd.Kep Perawat Bbud
17. Asma SPK BP Puskesmas
Umum,
Mata THT
No Nama Pendidi Tugas Tempat Keter
. kan Pokok Tugas angan
18. Novita SKM Ka. Tata Puskesmas
Anggraini, SKM Usaha
19. Daheni Rizal, D III PTM Poskoskel
Amd. Keb Bidan
20. Emi Safnita, D III Pel. Pustu
Amd. Keb Bidan Kebidanan
21. E. Nilam Safitri, D III Imunisasi Puskesmas
Amd. Keb Bidan
22. Wellisra, Amd. D III KIA Anak Puskesmas
2.1.5 Program Pokok Puskesmas

2.1.5.1 Upaya Kesehatan Masyarakat

Upaya kesehatan masyarakat meliputi :

- Pelayanan kesehatan ibu hamil

- Pelayanan kesehatan ibu bersalin

- Pelayanan kesehatan bayi baru lahir

- Pelayanan kesehatan balita

- Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar

- Pelayanan kesehatan pada usia produktif

- Pelayanan kesehatan pada usia lanjut

- Pelayanan kesehatan penderita hipertensi

- Pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus

- Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat

- Pelayanan kesehatan orang terduga tuberculosis

- Pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV

2.1.6 Sasaran Pelayanan Kesehatan

Sasaran pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Lapai tahun 2019

adalah sebagai berikut:

No Jenis Sasaran Jumlah

.
1. Penduduk 24.725
2. Bayi 429
3. Balita 1.674
4. WUS 6.862
5. Ibu hamil 474
6. Ibu Bersalin 451
7. Ibu Nifas 459
2.1.7 Upaya Kesehatan Perorangan

Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:

 Rawat jalan

 Pelayanan gawat darurat

 Pelayanan satu hari (one day care)

 Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

2.1.8 Program Kesehatan Gigi dan Mulut

Program Puskesmas khusus Kesehatan Gigi dan Mulut dibagi menjadi

empat, yaitu :

1. BP Gigi

2. UKGS

3. UKGM

4. Integrasi KIA

2.2 Sejarah Pandemi

Sejarah mencatat pada awal abad 20 adalah pertama kali terjadi pandemik

influenza, tahun 1918 pandemik pertama yang diakibatkan oleh virus influenza

H1N1 atau lebih dikenal flu Spanyol yang terjadi di tiga lokasi berbeda yang

berjauhan yaitu Brest di Prancis, Boston di Amerika Serikat dan Freetown di

Sierra Lione. Flu Spanyol memiliki tingkat keganasan yang sangat tinggi

,menyerang manusia dengan usia 20 – 40 tahun, dan menyebabkan 180-360 juta

jiwa meninggal (Panton, 2006). Pandemi 1918, influenza yang melanda hampir

setiap bagian dunia, yang juga dikenal sebagai "Flu Spanyol", pertama kali

muncul di AS dan pada bulan April tahun yang sama di sebuah konstitusi Inggris

di kota Prancis bernama Rouen, di mana ia telah disebut "La Grippe". Selama
tahun 1918, Eropa dihancurkan oleh Perang Dunia Pertama, dan Spanyol sebagai

negara netral memiliki waktu untuk menangani penyakit dan konsekuensinya serta

mengklaim namanya. Oleh karena itu, fakta ilmiah yang paling dapat diandalkan

untuk penyakit tersebut berasal dari Spanyol, memberikan kesan yang salah

kepada komunitas internasional bahwa Spanyol adalah zona yang paling terkena

dampak. Flu telah menyebar bersama pasukan militer di seluruh Prancis dan dari

sana ke seluruh Eropa, menutup lingkarannya di AS (Duncan, 2003).

Memasuki abad 20 pandemi yang terjadi adalah pandemi influenza. Dalam

abad lalu tercatat tiga pandemi flu. Yang pertama dan terburuk adalah flu Spanyol

yang terjadi pada tahun 1918 di tiga lokasi yang saling berjauhan: Brest di

Perancis; Boston di Amerika Serikat; dan Freetown di Sierra Leone. Penyakit itu

memiliki tingkat kematian tinggi dan yang mengherankan orang berusia 20

sampai 40 tahun yang jatuh menjadi korban dan bukan mereka yang tua renta.

Penyakit flu juga mampu bergerak dengan sangat cepat dengan membunuh 25 juta

orang dalam waktu enam bulan. Seperlima warga dunia terinfeksi. Sampai hari

ini, asal jenis flu manusia itu belum pernah ditemukan tetapi penelitian baru yang

dilakukan oleh Institut Penyakit Menular pada Angkatan Bersenjata Amerika

Serikat mengisyaratkan bahwa kemungkinan besar penyakit influenza berasal dari

burung.

Pandemi influenza "Spanyol" tahun 1918-1919, yang menyebabkan 50 juta

kematian di seluruh dunia, tetap menjadi peringatan yang tidak menyenangkan

bagi kesehatan masyarakat. Banyak pertanyaan tentang asal-usulnya, ciri-ciri

epidemiologi yang tidak biasa, dan dasar dari patogenisitasnya masih belum

terjawab. Ciri unik dari pandemi ini adalah sebagian besar membunuh orang
dewasa muda, sedangkan 99% kematian terjadi pada usia di bawah 65 tahun,

dengan lebih dari setengahnya terjadi pada penyakit antara usia 20 hingga 40

tahun (Connor, 2000). Pandemi flu Spanyol selama tahun 1918 disebabkan oleh

strain virus influenza A subtipe H1N1 yang sangat mematikan (Taubenberger,

2006).

Dalam tabel di bawah ini, Flu Spanyol (Spanish Flu) yang disebut juga strain

H1N1, mewabah pada tahun 1918-1919.

1732-1733 1857-1858

1781-1782 1889-1890

1800-1802 1918-1919

1830-1833 1957-1958

1847-1848 1968-1968

Secara global diperkirakan korban yang meninggal 50-100 juta, dari 200 juta-

1 milyar jiwa terinfeksi di seluruh dunia. Dari 13 studi yang dilakukan antara

tahun 1918-1919, korban yang meninggal termasuk ibu hamil 23-71% dari total

penduduk.

Flu Asia (Asian Flu) yang mewabah pada tahun 1957-1958, disebut strain

H2N2, karena sudah merupakan perpaduan antar gen virus, dimulai dari

kelompok unggas liar, ayam ke itik, kemudian ke manusia. Diperkirakan korban

yang meninggal akibat virus ini antara 60.000-70.000 jiwa.

Kemudian pada tahun 1968-1969 virus mewabah di Hongkong dan disebut

Hongkong Flu. Wabah ini disebut strain H3N2, yang merupakan kombinasi

genetik dari dua virus bebek dan 4 virus dari manusia. Di Amerika diperkirakan

korban meninggal sebanyak 40.000 jiwa akibat virus ini (Taubenberger, 2006).
Flu burung tidak dikenal menyerang manusia sampai ditemukan kasus di

Hongkong ini menyerang 18 orang dan menewaskan enam diantaranya. Kematian

diakibatkan radang paru-paru dan gangguan pernafasan, gagal ginjal dan

komplikasi lainnya. Gejala timbulnya penyakit ini sama dengan influwnza biasa

yaitu demam, batuk dan sebagainya. Walaupun manusia punya kekebalan

terhadap virus influenza namun pada kasus flu burung inu tubuh kita

belumterbiasa dengan varietas virus yang baru ini (King, 2005).

Ilmuwan mengidentifikasikan variasi jenis dari virus influenza berdasarkan

dua protein kunci yang ditemukan di permukaan tubuhnya. Dua jenis tersebut

adalah hemagglutin (H) dan neuraminidase (N). Terdapat 15 subtipe utama dari

protein jenis H dan 9 jenis dari protein jenis N. Virus yang ditemukan di

Hongkong disebut H5N1 karena protein kunci yang ditemukan di permukaan

tubuhnya dalah dari subtype H5 dan N1. Beberapa unggas di Eropa dan bagian

timur Amerika Serikat mengalami wabah dari jenis H7 yang dipercaya kurang

berbahaya bagi manusia (King, 2005).

Gambar 1. Virus unggas dan mamalia bekerja melalui mutasi (sisi kanan).

Triple-reassortant swine influenza, Influenza A - strain virus subtipe H1N1.

Gambar 2. . Bangsal influenza di Rumah Sakit Walter Reed, di Washington, DC

selama pandemi flu Spanyol tahun 1918-1919.


2.2.1 HIV

HIV / AIDS adalah pandemi global yang berkembang secara perlahan selama

beberapa dekade di benua yang berbeda, dan populasi yang berbeda, membawa

tantangan baru dengan setiap iterasi baru dan untuk setiap kelompok baru yang

terkena dampaknya. Ini dimulai pada awal 1980-an di AS, menyebabkan

keprihatinan publik yang signifikan karena HIV pada saat itu pasti berkembang

menjadi AIDS dan akhirnya, hingga kematian. Ekspansi awal HIV ditandai

dengan penyebarannya terutama di antara populasi gay dan dengan mortalitas

yang tinggi, yang mengarah pada perundungan sosial dan stigma yang buruk di

lingkungan masyarakat.

HIV mengenai sekitar 40 juta orang di seluruh dunia (tingkat prevalensi:

0,79%) . Ini menyebabkan sekitar satu juta kematian setahun di seluruh dunia

(turun dari hampir dua juta pada tahun 2005) [53]. Meskipun mewakili fenomena

kesehatan masyarakat global, epidemi HIV sangat mengkhawatirkan di beberapa

negara Afrika Sub-Sahara (Botswana, Lesotho, dan Swaziland), di mana

prevalensinya mencapai 25% [54]. Di AS, sekitar 1,2 juta orang hidup dengan

HIV dan sekitar 12.000 meninggal setiap tahun (turun dari lebih dari 40.000 per

tahun pada akhir 1990-an) (Cohen dkk, 2008).

2.2.2 Cacar Air

Cacar adalah penyakit yang sangat menular sehingga Edward Jenner

mengembangkan vaksin pertama di dunia pada tahun 1798. Disebabkan oleh virus

Variola, itu adalah penyakit yang sangat menular dengan erupsi kulit yang
menonjol (pustula) dan kematian sekitar 30%. Ini mungkin bertanggung jawab

atas ratusan juta kematian di abad kedua puluh saja. Karena upaya global yang

terkoordinasi dengan baik mulai tahun 1967 di bawah kepemimpinan Donald

Henderson, cacar diberantas dalam waktu satu dekade setelah melakukan

pemberantasan dalam skala global (Tarantola dan Hendersen, 2016).

2.2.3 SARS

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan wabah pertama di

abad kedua puluh satu yang berhasil menyita perhatian publik. Disebabkan oleh

virus SARS Corona (SARS-CoV), itu dimulai di Cina dan mempengaruhi kurang

dari 10.000 orang, terutama di Cina dan Hong Kong, tetapi juga di negara lain,

termasuk 251 kasus di Kanada (Toronto).

Tingkat keparahan virus ini adalah gejala pernafasan dan angka kematian

sekitar 10% menyebabkan masalah kesehatan masyarakat global. Karena

kewaspadaan sistem kesehatan masyarakat di seluruh dunia, wabah tersebut dapat

diatasi pada pertengahan 2003. Wabah ini adalah salah satu wabah akut pertama

yang memiliki aspek kesehatan mental yang dipelajari dalam proses dan

setelahnya, di berbagai belahan dunia dan masyarakat yang berbeda,

menghasilkan data berharga tentang efek wabah infeksi akut pada individu,

keluarga, dan individu yang terkena dampak. seluruh komunitas, termasuk

masalah kesehatan mental yang dihadapi penyedia layanan kesehatan (Smith,

2006).

2.2.4 Ebola

Virus Ebola, endemik di Afrika Tengah dan Barat, virus ini dibawa oleh

kelelawar buah yang berfungsi sebagai reservoir, muncul dalam wabah di desa
terpencil di Guinea pada bulan Desember 2013. Penyebaran sebagian besar di

dalam keluarga, mencapai Sierra Leone dan Liberia, di mana ia berhasil

menghasilkan wabah besar selama beberapa bulan berikutnya, dengan lebih dari

28.000 kasus dan lebih dari 11.000 kematian. Sejumlah kecil kasus terdaftar di

Nigeria dan Mali, tetapi wabah tersebut dapat diatasi dengan cepat. Wabah Ebola,

yang merupakan wabah infeksi Ebola terbesar hingga saat ini, menjadi terkenal

secara global setelah seorang penumpang dari Liberia jatuh sakit dan meninggal di

Texas pada bulan September 2014, menginfeksi dua perawat yang merawatnya,

dan menyebabkan kekhawatiran publik yang signifikan. kemungkinan wabah

Ebola di AS. Hal ini mengarah pada upaya kesehatan masyarakat dan militer yang

signifikan untuk mengatasi wabah dan membantu menahannya di lokasi

(Operation United Assistance) (Kalra dkk, 2014).

2.2.5 Zika

Virus Zika tidak banyak orang tahu yaitu virus dorman yang ditemukan pada

monyet rhesus di Uganda. Sebelum tahun 2014, satu-satunya wabah yang

diketahui di antara manusia tercatat di Mikronesia pada 2007. Virus itu kemudian

diidentifikasi di Brasil pada 2015, setelah wabah penyakit ringan yang

menyebabkan ruam merah muda datar, mata merah, demam, nyeri sendi dan sakit

kepala, menyerupai demam berdarah. Ini adalah penyakit yang dibawa oleh

nyamuk (Aedes Aegypti), tetapi dapat ditularkan secara seksual. Meskipun

perjalanannya ringan, yang awalnya membuatnya biasa-biasa saja dari perspektif

kesehatan masyarakat, infeksi Zika dapat menyebabkan sindrom Guillain-Barre

pada orang dewasa dan, lebih tragis, menyebabkan mikrosefalia parah pada anak-
anak yang belum lahir dari ibu yang terinfeksi (risiko sekitar 1%) (Kindhauser

2016).

2.3 Corona Virus Disease 19 (Covid-19)

Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu

coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus

disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan,

Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai saat ini sudah

dipastikan terdapat 65 negara yang sudah terjangkit virus ini (data WHO, 1 maret

2020) ((PDPI, 2020). Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien

berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan,

Provinsi Hubei Tiongkok (Huang, et.al., 2020). Sampel isolat dari pasien

diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis

betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).

Pada tanggal 11 Februari 2020 World Health Organization memberi nama

virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-

CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19)

(WHO, 2020). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah

dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring

dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah

satu pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”. (Channel

News Asia, 2020). Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat

menular dari manusia ke manusia (Relman, 2020). Sampai saat ini virus ini

dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.

Berdasarkan data sampai 25 November ditemukan kasus sebanyak


60,240,123 jiwa positif, 1,417,859 penduduk dunia mengalami kematian akibat

Covid-19 (Worlddometer, 2020). Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah

merupakan kejadian yang pertama kali. Tahun 2002 severe acute respiratory

syndrome (SARS) disebakan oleh SARS-coronavirus (SARS-CoV) dan penyakit

Middle East respiratory syndrome (MERS) tahun 2012 disebabkan oleh MERS-

Coronavirus (MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000 (1000-an

kasus MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10%

sedangkan MERS lebih tinggi yaitu sekitar 40%. (PDPI, 2020).

2.3.1 Pengertian Covid-19

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan

tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronaviridae. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan

protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan

salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk

penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus

kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang) (Wang,

2020). Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat

diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu

56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik,

formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam

menonaktifkan virus (Wang, 2020; Korsman, 2012).

2.3.2 Patogenesis dan Patofisiologi

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan


kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi,

kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus

yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat

membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu.

Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan

untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk

kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory

syndrome (MERS) (PDPI, 2020). Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri

melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari

Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama,

penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada

dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-

nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S

berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting

enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring,

paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,

ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri

vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi

gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis

virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap

selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian

bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah

itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus
dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel

gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul

penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).

2.3.2 Manifestasi Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.

Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan

kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue,

mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.

Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat

perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis

metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi

dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan

tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,

dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom

klinis yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020). Berikut sindrom klinis

yang dapat muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020).

a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala

yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat

disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala,

dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia

dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau


atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan

demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki

gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.

b. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak

ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat

ditandai dengan batuk atau susah bernapas

c. Pneumonia berat. Pada pasien dewasa:

 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran

napas

 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),

distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.

26

2.4 USG

Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode

skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap

ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila telah

didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan prioritas masalah. Langkah

skoring dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar akar

masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring 1-5 dan

nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya, pengertian

urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut (Kotler dkk,

2001):

a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan

dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk

memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.

b. Seriousness

Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat

yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan

isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah

penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan

yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah

lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri

sendiri.

c. Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi

berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin

memburuk kalau dibiarkan.

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas

masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan

dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi,

serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak

atau tidak masalah tersebut diselesaikan.


b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat

dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh

terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak.

c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah

tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.

Penggunaan metode USG dalam penentuan prioritas masalah dilaksanakan

apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang

sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari masalah

itu sendiri. Adapun keterangan pemberian skor dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Keterangan pemberian Skor


5 Sangat penting
4 Penting
3 Netral
2 Tidak penting
1 Sangat tidak
Penting

2.5 Diagram Fishbone

1. Pengertian Fishbone

Diagram ini disebut diagram tulang ikan karena bentuknya seperti

kerangka ikan (tulang-tulang ikan). Diagram ini sering juga disebut Diagram

Ishikawa, sesuai dengan penemunya, yaitu Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas

Tokyo pada tahun 1943 (Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004).

Diagram ini pertama kali digunakan oleh Prof. Kaoru Ishikawa untuk

manajemen kualitas di perusahaan Kawasaki, yang selanjutnya diakui sebagai

salah satu pioner pembangunan dari proses manajemen modern. Diagram

Ishikawa adalah alat yang membantu untuk mengidentifikasi penyebab masalah.


Diagram Ishikawa memiliki gambaran menyeluruh dari penyebab yang

menimbulkan masalah dengan representasi terstruktur semua penyebab yang

menghasilkan efek. Ada hubungan antara semua penyebab dan seseorang dapat

mengidentifikasi akar penyebab masalah.

Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone adalah

permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada

bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan

pada sirip dan durinya. Scarvada (2004) menyatakan Diagram fishbone ini dapat

diperluas menjadi diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram). Diagram

Fishbone diagram berbasis teknik diagram yang menggabungkan Brainstorming

dengan jenis Mind Map, mendorong untuk mempertimbangkan semua

kemungkinan penyebab masalah, bukan hanya masalah yang paling jelas Format

diagram sebab akibat secara umum ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 1. Diagram Fishbone (Eddy Herjanto, 2007)


Gambar 2. Diagram Fishbone

2. Tujuan Diagram Fishbone


Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) adalah diagram sebab- akibat

yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi masalah kinerja. Diagram

tulang ikan menyediakan struktur untuk diskusi kelompok sekitar potensi

penyebab masalah tersebut. Tujuan utama dari diagram tulang ikan adalah untuk

menggambarkan secara grafik cara hubungan antara akibat dan semua faktor yang

berpengaruh pada akibat ini.

Pembuatan diagram ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang

mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau penyimpangan (sebagai

akibat dari sebab-sebab). Dengan diketahui hubungan antara sebab dan akibat

suatu masalah, maka tindakan pemecahan masalah akan mudah ditentukan

(Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004)

Fishbone Diagrams adalah alat analisis yang menyediakan cara sistematis

melihat efek dan penyebab yang membuat atau berkontribusi terhadap efek

tersebut. Karena fungsi diagram Fishbone, dapat disebut sebagai diagram sebab-
akibat (Watson, 2004). Fungsi dasar diagram tulang ikan adalah untuk

mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul

dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.

3. Manfaat Diagram Fishbone


Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik

pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau

manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah.

Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain (Kuswadi dan

Erna Mutiara, 2004) :

1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.

Penggunaan Diagram Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis

permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan

permasalahan pada masalah prioritas.

2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan

tim/organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan

utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan

utama.

3. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan

menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan

sumbang saran mengenai penyebab munculnya masalah. Berbagai

sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari

penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk

menentukan penyebab yang dominan.


4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah

ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi

akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.

5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan

memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat

dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan.

6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.

Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang

telah dibuat.

7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan

menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Secara umum manfaat lain dari proses pembuatan diagram tulang ikan adalah

antara lain:

● Merupakan latihan dalam menggunakan logika bagaimana mencari faktor-


faktor penyebab dan hubungannya dengan akibat.

● Diagram ini merupakan alat (pemandu) dalam diskusi kelompok secara


sistematis

● Dapat diperoleh kemungkinan penyebab yang sebanyak mungkin yang


menimbulkan suatu akibat

● Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah dari suatu masalah.

● Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

● Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.

● Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.

● Membuat issue secara lengkap dan rapi.


● Menghasilkan pemikiran baru.

4. Langkah-langkah pembuatan Diagram Fishbone


Diagram tulang ikan atau sebab akibat merupakan pendekatan terstruktur

yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan

penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada

(Gasversz (1997: 112)). Terdapat 6 langkah yang harus dilakukan dalam

melakukan analisis dengan diagram tulang ikan yaitu:

A. Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan

bahwa masalah tersebut merupakan suatu pernyataan masalah

(problem statement).

Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang

diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012). Pada langkah

pertama ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah pernyataan masalah

(problem statement). Pernyataan masalah tersebut kemudian diinterpretasilan

sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”.

Selanjutnya menuliskan problem statement disebelah kanan diagram dan

menggambar sebuah kotak yang mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut

dan membuat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak.


Gambar 3. kesepakatan permasalahan utama

B. Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin


Identifikasi ini dilakukan dengan metode brainstorming. Menurut Scarvada

(2004), penyebab permasalahan dapat dikelompokkan dalam enam kelompok

yaitu materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan peralatan),

manpower (sumber daya manusia), methods (metode), mother nature/environment

(lingkungan), dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan Fontana (2011)

mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh yaitu manpower (SDM),

machines (mesin dan peralatan), methods (metode), materials (bahan baku),

media, motivation (motivasi), dan money (keuangan). Kelompok penyebab

masalah ini ditempatkan di Diagram Fishbone pada sirip ikan. Pada tahap kedua

ini, dilanjutkan dengan pengisian penyebab masalah yang disepakati seperti pada

gambar berikut:

Gambar 4. identifikasi penyebab masalah


C. Identifikasi kategori penyebab
Dimulai dari garis horizontal utama, membuat garis diagonal yang menjadi

cabang. Setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang ditulis. Sebab ini

diinterpretasikan sebagai cause, secara visual dalam fishbone seperti tulang ikan.

Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk

akal dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain.

Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:

1. Machine (mesin atau teknologi)


2. Method (metode atau proses)
3. Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi)
4. Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power
(pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya)
5. Measurement (pengukuran atau inspeksi)
6. Milieu / Mother Nature (lingkungan)

Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:

1. Product (produk/jasa)
2. Price (harga)
3. Place (tempat)
4. Promotion (promosi atau hiburan)
5. People (orang)
6. Process (proses)
7. Physical Evidence (bukti fisik)
8. Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas)

Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:

1. Surroundings (lingkungan)
2. Suppliers (pemasok)
3. Systems (sistem)
4. Skills (keterampilan)
5. Safety (keselamatan)
Kategori di atas hanya sebagai saran, bisa digunakan kategori lain
yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori

biasanya sekitar 4 sampai dengan 6 kategori.

D. Menemukan sebab potensial

Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi

brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana

sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan

dibawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan. Sebab-sebab

ditulis dengan garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis

diagonal. Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang”

lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horizontal tadi. Satu sebab bisa ditulis di

beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan beberapa kategori.

E. Mengkaji kembali

Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang

mungkin, kemudian dikaji kembali urutan penyebab hingga ditemukan akar

penyebabnya. Setelah itu tempatkan akar penyebab masalah tersebut pada

cabang yang sesuai dengan kategori utama sehingga membentuk seperti

tulang-tulang kecil dari ikan. Selanjutnya adalah menginterpretasikan dan

mengkaji kembali diagram sebab akibat tersebut mulai dari masalah awal

hingga ditemukannya akar penyebab tersebut.

F. Mencapai kesepakatan
Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang muncul

secara berulang, didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab

itu, sehingga sudah dapat dilakukan pemilihan penyebab yang paling penting

dan dapat diatasi. Selanjutnya adalah memfokus perhatian pada penyebab

yang terpilih melalui konsensus tersebut untuk hasil yang lebih optimal.

Penerapan hasil analisis dengan menggunakan diagram tersebut adalah dengan

cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta

memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang

dilakukan itu efektif dengan hilangnya penyebab masalah yang dihadapi.

5. Kelebihan dan Kekurangan Diagram Fishbone

Kelebihan Fishbone diagrams adalah dapat menjabarkan setiap masalah

yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat menyumbangkan

saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut. Sedangkan kekurangan

Fishbone diagrams adalah opinion based on tool dan didesain membatasi

kemampuan tim/pengguna secara visual dalam menjabarkan masalah yang

mengunakan metode “level why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan

benar-benar besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya

voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling mungkin yang terdaftar

pada diagram tersebut.

2.7 Pengertian Solving Cycle

Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam

menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang


akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik,

1994:151).

Pemecahan masalah (problem solving) didefinisikan sebagai suatu proses

penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang

diperoleh dan hasil hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005).

Mu’Qodin (2002) mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan

suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan

alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan

dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan

melakukan suatu tindakan yang tepat.

Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem

identification untuk ke tahap sintesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh

masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension untuk

mendapatkan solusi dalam penyelesaian masalah tersebut.

Pendapat lain menyatakan, problem solving adalah suatu pendekatan

dimana langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat

kuantitatif yang umum sedangkan langkah-langkah berikutnya sampai dengan

pengelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik.

Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental yang

melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah. Tujuan utama

dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala dan mencari solusi yang

terbaik dalam menyelesaikan masalah (Reed, 2000). Problem Solving merupakan

gabungan dari alat, keterampilan dan proses. Disebut alat karena dapat membantu
dalam memecahkan masalah mendesak atau untuk mencapai tujuan, disebut skills

(keterampilan) karena sekali mempelajarinya maka dapat menggunakannya

berulang kali, disebut proses karena melibatkan sejumlah langkah. Problem

solving cycle merupakan proses yang terdiri dari langkah – langkah

berkesinambungan yang terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara

spesifik, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif

terbaik, menguraikan alternatif terbaik menjadi rencana operasional dan

melaksanakan rencana kegiatan serta mengevaluasi hasil kegiatan.

2.2 Bentuk-bentuk Problem Solving

Ada beberapa bentuk problem solving menurut Chang, D’Zurilla dan

Sanna (2004), yaitu :

1. Rational Problem Solving

Sebuah bentuk problem solving yang konstruktif yang didefinisikan

seperti rasional, berunding dan aplikasi yang sistematik dalam kemampuan

menyelesaikan masalah. Model ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu :

a. Identifikasi Masalah

Problem solving memncoba mengelompokkan dan mengerti masalah yang

dihadapi dengan mengumpulkan banyak spesifikasi dan fakta konkrit

tentang kemungkinan masalah, mengidentifikasi permintaan, rintangan

dan tujuan yang realistik dalam menyelesaikan masalah.

b. Mencari Solusi Alternatif


Fokus pada tujuan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan mencoba

untuk mengidentifikasi banyak solusi yang memungkinkan termasuk yang

konvensional.

c. Mengambil Keputusan

Problem solving mengantisipasi terhadap keputusannya dalam solusi yang

berbeda, mempertimbangkan, membandingkan dan kemudian memilih

yang terbaik atau solusi yang efektif yang paling berpotensial.

d. Mengimplementasi Solusi dan Pembuktian

Seseorang harus berhati-hati dalam menerima dan mengevaluasi solusi

yang menjadi pilihan setelah mencoba untuk melaksanakan solusi tersebut

kedalam situasi masalah dalam kehidupan nyata.

2. Mengabaikan Kata Hati

Ini adalah salah satu pola karakteristik penyelesaian masalah yang

difungsional dalam usaha aktif yang digunakan dalam strategi

menyelesaikan masalah dan tekhniknya, tetapi usaha ini menyempit,

implosif, berhati-hati, sangat cepat, dan tidak lengkap.

3. Bentuk Menghindari

Masalah Bentuk ini adalah salah satu karakteristik penyelesaian masalah

yang disfungsional berupa penundaan, pasif atau tidak melakukan apapun

dan ketergantungan.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Problem Solving

Menurut Rahmat (2001) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi proses

dalam problem solving yaitu motivasi, kepercayaan dan sikap yang salah,

kebiasaan dan emosi. 1. Motivasi


Motivasi yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan motivasi yang

tinggi akan membatasi fleksibilitas.

2. Kepercayaan dan Sikap yang Salah

Asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa

kebahagiaandapat diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami

kesulitan ketikamemecahkan penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak

cermat menghambat efektifitas pemecahan masalah.

3. Kebiasaan

Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah

hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada

pendapat otoritas menghambat pemecahan masalah yang efisien. Ini menimbulkan

pemikiran yang kaku ( rigid mental set ), lawan dari pemikiran yang fleksibel

(flexible mental set).

4. Emosi

Dalam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional.

Emosi ini mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat

mengesampingkan emosi. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang

begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi silit untuk berpikir

efisien.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving

1. Kelebihan metode problem solving

● Dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-

hari
● Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan

memecahkan masalah secara terampil

● Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif

● Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.

● Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

● Berpikir dan bertindak kreatif.

● Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

● Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

● Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

● Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dengan tepat.

● Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya dunia kerja.

2. Kekurangan metode problem solving

● Memerlukan cukup banyak waktu

● Melibatkan lebih banyak orang

● Dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan

dan menerima informasi dari guru

● Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah

● Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal

terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan

mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep

tersebut.
● Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan

metode pembelajaran yang lain.

● Kesulitan yang mungkin dihadapi

2.8 Analisis Masalah

Definisi masalah:

1. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

2. Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi yang

diharapkan.

3. Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yang sekarang terjadi

belumlah sempurna.

No INDIKATOR Target Capaian Ket


1. Balita Stunting 28% 5,69%
2. Proporsi penderita 5-15% 25%
TBC
3. Pandemi Covid-19

Dari beberapa uraian definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

masalah adalah di temukan antara kesenjangan antara harapan dan kenyataan atau

kesenjangan antara target dan pencapaian. Permasalahan yang dihadapi oleh poli

gigi puskesmas Lapai di masa pandemi ini adalah diantaranya :

1. Cakupan balita yang menderita stunting sebesar -5,69%

2. Cakupan proporsi penderita TBC sebesar 25%

3. Temuan kasus covid-19 per bulan Mei sampai November berjumlah 263

orang positif covid-19 di Puskesmas Lapai.

Menentukan Prioritas Masalah


Dari masalah-masalah yang ditemukan tersebut terlebih dahulu akan

ditentukan prioritas masalahnya mengingat terbatasnya sumber daya langkah

awal yang diambil adalah dengan menentukan prioritas SPM. Untuk

memprioritaskan SPM tersebut di gunakan metode USG (Urgency, Seriuosness,

Growth).

Definisi USG adalah suatu metode USG yang merupakan cara dalam

menetapkan urutan prioritas, dengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya,

dan adanya kemungkinan berkembangnya masalah dengan menentukan skala nilai

1-5 atau 1-10.

1. Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak, atau

tidak masalah tersebut diselesaikan.

2. Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut terhadap

produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan

sistem atau tidak.

3. Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut

berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

MASALA URGENC SERIOUSNE GROWT TOTA RANKIN


H Y SS H L G
Cakupan 7 7 7 21 3
balita yang
menderita
stunting
sebesar
-5,69%

Cakupan 9 9 8 26 2
proporsi
penderita
TBC
sebesar
25%
Temuan 10 10 10 30 1
kasus
covid-19
per bulan
Mei
sampai
November
berjumlah
263 orang
positif
covid-19 di
Puskesmas
Lapai.

Berdasarkan tabel USG di atas, didapatkan hasil bahwa prioritas masalah

yang dihadapi Puskesmas Lapai tahun 2020 adalah Temuan kasus covid-19 per

bulan November berjumlah 263 orang positif di Puskesmas Lapai.

Anda mungkin juga menyukai