Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BLOK 7
SISTEM RESPIRASI
KELAS A
Anggota Kelompok :
1. Reggina Rahma 1861050014
2. Wulan Novita 1861050096
3. Jonathan Josafat 1861050116
4. Khufitha Tasya 1861050134
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 17 September 2019 hari Selasa di
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran UKI.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengamati pengaruh zat kimia terhadap eritrosit
2. Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara
makroskopik atau mikroskopik.
3. Membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin
(HbO2) dan dapat terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin.
4. Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopik atau mikroskopik.
C. Tinjauan Pustaka
Darah
Darah merupakan jaringan yang ditemukan di dalam system kardiovaskuler.
Darah berfungsi sebagai alat transport didalam tubuh dan juga mempertahankan
keseimbangan air, asam basa serta mengatur suhu tubuh dalam batas-batas normal.
Darah terdiri atas plasma darah dan sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit).
Kadar zat-zat yang larut dalam darah ini selalu dalam batas-batas tertentu dan
selalu dalam keseimbangan dinamik. Perubahan dalam susunannya memberi
gambaran metabolisme zat yang terdapat dalam darah dan juga memberi gambaran
tentang fungsi jaringan yang berhubungan dengannya.
Cairan Serebrospinal
cairan serebrospinal merupakan cairan bening yang berada di otak dan sterna
serta ruang subarachnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis (sumsum
tulang belakang). Cairan ini memiliki tekanan yang konstan dan memiliki ruangan-
rungan yang saling berhubungan satu sama lain.
Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus choriodeus ventriculus lateralis,
yaitu suatu ruangan yang terletak di dalam otak manusia yang kemudian cairan yang
dihasilkan dialirkan ke ventrikel lateralis. Cairan serebrospinal berfungsi sebagai
peredam mekanis terhadap kejut. Cairan ini juga memberikan pelumasan antara
tulang dan sekitarnya dan otak dengan sumsum tulang belakang. Ketika seseorang
mengalami cedera kepala, cairan ini bertindak sebagai bantal yang akan
meminimalisir atau mengurangi efek daripada cedera tersebut.
Fungsi utama dari cairan serebrospinal ini adalah untuk melindungi sistem saraf
pusat yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dari trauma berupa
tekanan atau benturan dari luar. Selain itu, cairan serebrospinal juga dapat berperan
dalam mempertahankan lingkungan cairan agar sesuai dengan otak.
Dapat diibaratkan bahwasanya cairan serebropinal adalah air yang digunakan
untuk mengapungkan otak. Sehingga apabila terjadi tekanan atau benturan, tidak
langsung mengenai otak, sehingga dapat meminimalkan cedera yang terjadi.
Cairan serebrospinal dapat menunjang keseimbangan komposisi jaringan di
dalam tengkorak. Bersama dengan otak dan darah yang berada di dalam kapiler,
ketiganya berperan dalam menjaga tekanan intrakranial (tekanan dalam ruang
tengkorak) dalam batas yang normal. Menurut postulat Kellie Monroe, jika salah
satu dari ketiga komponen tersebut jumlahnya melebihi batas normal, maka akan
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Komposisi cairan ini terdiri dari
campuran plasma darah dan cairan interstitial (air, elektrolit, oksigen, karbon
dioksida, glukosa, beberapa leukosit (terutama limfosit) dan sedikit protein.
Antibodi
suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel B limfosit (salah stau jenis sel darah
putih/leukosit). Antibodi memiliki struktur tertentu dan telah teraktivasi sehingga
menjadi sel plasma. Antibodi ini merupakan sistem pertahanan tubuh melalui sistem
kekebalan tubuh (imunitas) untuk membunuh dan menetralisir zat-zat asing yang
masuk ke dalam tubuh yang dapat membahayakan tubuh, seperti bakteri, virus atau
zat kimia lainnya.
Secara umum, Antibodi pada manusia memiliki dua fungsi yang terpisah. Yaitu :
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari ketahan eritrosit dalam berbagai konsentrasi NaCl
2. DASAR PERCOBAAN
Sel darah merah mempunyai daya tahan terhadap larutan sekitarnya.
3. CARA KERJA
1. Siapkan 10 tabung reaksi dengan campuran :
Derajat Hemolisis
Tabung Air (ml) NaCl 2 % (ml) % NaCl
1 10 -
2 9 1
3 8 2
4 7,5 2,5
5 7 3
6 6,5 3,5
7 6 4
8 5,5 4,5
9 5 5
10 4,5 5,5
4. PEMBAHASAN
Apakah yang dimaksud dengan resistensi osmotik ?
Uji fragilitas osmotik eritrosit (juga disebut resistensi osmotik eritrosit) dilakukan
untuk mengukur kemampuan eritrosit menahan terjadinya hemolisis (destruksi
eritrosit) dalam larutan yang hipotonis.
1. TUJUAN PERCOBAAN
Mengamati pengaruh zat kimia terhadap eritrosit
2. LANDASAN TEORI
Penghancuran sel-sel darah merah terjadi setelah mengalami tiga sampai empat
bulan. Sel-sel darah merah mengalami disintegrasi, melepaskan Hb ke dalam darah dan
debris sel yang rusak itu disisihkan dari sirkulasi oleh system makrofag yang terdiri dari
sel-sel khusus di dalam hati, limpa, sum-sum tulang dan nod limfa. Sel-sel makrofag ini
melakukan fagositosis debris. Fragmennya dicerna dan dilepaskan ke dalam darah.
Unsur protein globin dari hemoglobin mengalami degradasi menjadi asam amino.
3. CARA KERJA :
1. Siapkan 6 buah tabung dengan 10 ml NaCl 0.9 % dalam setiap tabung
2. Kemudian tambahkan ke dalam tabung masing-masing :
Tabung
A : 2 tetes air + 2 tetes darah
B : 2 tetes kloroform + 2 tetes darah
C : 2 tetes eter + 2 tetes darah
D : 2 tetes aseton + 2 tetes darah
E : 2 tetes toluene + 2 tetes darah
F : 2 tetes alcohol + 2 tetes darah
3. Kocok dan tunggu ½ jam
4. Perhatikan apakah terjadi hemolysis
4. HASIL :
(GAMBAR SEBELUM)
(GAMBAR SETELAH)
5. PEMBAHASAN
1. Pada hasil percobaan didapatkan bahwa warna larutan lama kelamaan akan
berubah menjadi pucat pada bagian atasnya secara perlahan-lahan
2. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh kadar zar pelarut yang diberikan
3. Karna zat pelarut yang diberikan sedikit, efek hemolisis yang muncul pun sedikit
Pada larutan hipotonis, sel darah merah akan pecah karena cairan hipotonis
masuk ke dalam sel darah merah sampai mengisi penuh dan akhirnya membran pecah,
sedangkan pada larutan hipotonis akan terjadi sebaliknya.
2. LANDASAN TEORI
Test ini peka dan berguna untuk menyatakan adanya darah. Jangan
menggunakan larutan guaiac terlalu pekat, sebab presipitas bahan – bahan resin
yang banyak akan menutupi warna biru yang terbentuk. Zat – zat lain seperti susu,
nanah, dan liur juga memberi hasil positif, tetapi setelah dididihkan 15 – 20 detik zat
– zat ini tidak lagi memberikan warna biru, sedangkan darah yang telah dididihkan
tetap memberi hasil positif.
3. CARA KERJA
1. Pada 5 ml darah encer tambahkan larutan guaiac 2% dalam alcohol tetes
demi tetes sampai terjadi kekeruhan
2. Tambahkan H2O2 3% tetes demi tetes sampai timbul warna biru.
3. Ulangi terhadap:
- Darah yang dididihkan 30 detik
- Darah yang lebih encer
4. HASIL
5. PEMBAHASAN
Percobaan darah samar sangat sensitive untuk dapat menentukan ada atau
tidaknya darah, dan sangat bisa menunjukan darah yang tidak terlihat sekalipun.
percobaan ini harus dilakukan diruang khusus, sehingga pada kesempatan kali ini
percobaan tidak dilakukan.
2. LANDASAN TEORI
Tes terhadap darah samar untukmengetahui adanya perdarahan kecil yang
tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik Prinsip
pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai enzim peroksidase akan
menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan
mengoksidasi zat warna tertentu yang menimbulkan perubahan warna.
3. CARA KERJA
1. Sediakan 3 buah tabung reaksi
2. Isi setiap tabung dengan 2 ml darah dengan pengenceran 1:200, 1:400, 1:1.000.000
3. Ke dalam masing – masing tabung reaksi tambahkan 3 tetes larutan benzidin dalam
asetat glasial jenuh dan 1ml H2O2 3%
4. HASIL
5. PEMBAHASAN
Percobaan ini, darah yang telah dilakukan pengenceran dengan berbagai macam
konsentrasi diambil sebanyak masing – masing 2 ml. Setelah itu ditambahkan 3 tetes
benzidin dan 1 ml H2O2 3 % maka terjadi perubahan warna dari coklat menjadi biru
tua. Warna biru tua terbentuk karena adanya Hb dalam darah yang mendekomposisi
H2O2 menjadi 2H2O dan O2. O2 yang bebas akan mengoksidasi benzidin menjadi
derivatnya yang berwarna biru (benzidin blue), dalam hal ini bisa dikatakan bahwa
O2 bertindak sebagai oksidator dan benzidin bertindak sebagai reduktor. Dikutip
oleh Munawaroh (2009) cit. Junquera (1997), hemoglobin (Hb) merupakan salah
satu komponen penyusun darah dan merupakan suatu derivat porfirin yang
mengandung besi serta berfungsi dalam hal pengikatan dan pengangkutan O2. Hb
berfungsi membawa CO2 dari jaringan tubuh, dengan aktifitas ini, maka Hb juga
membantu terciptanya keseimbangan asam basa dalam darah.
6. Hasil :
Tabung Warna
A. Kontrol Merah, tidak ada endapan.
B. Dengan stokes Terbentuk endapan, sehingga warna
menjadi merah pekat.
Setelah dikocok Warna kembali merah seperti control,
dan endapan hilang.
tabung B
tabung A tabung B (setelah dikocok)
7. Pembahasan :
percobaan kali ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa Hb dapat mengikat O2
menjadi HbO2 dan senyawa ini dapat terurai kembali menjadi deoksiHb + O2. Dalam
keadaan tereduksi, Fe dalam Hb dapat mengikat O2 menjadi HbO2 dan HbO2 akan
melepas O2 pada penambahan reaksi stokes (pereduksi lemah). Maka dari itu pada
hasil percobaan tabung A (HbO2) sebagai control bewarna merah, sementara pada
tabung B (deoksiHb) yang diberikan larutan stokes warna berubah menjadi merah
pekat karena terjadi proses pelepasan O2. Namun, pada tabung B setelah dikocok
warna kembali merah seperti tabung A
VI. METHEMOGLOBIN
1. TUJUAN PERCOBAAN : memperlihatkan bila besi dalam molekul hemoglobin
dioksidasi menjadi fe3+ maka terbentuk methb yang tidak bias mengtikat oksigen.
2. LANDASAN TEORI : Dalam keadaan lain, muatan Fe yang terdapat pada pusat hem
dapat menjadi Fe3+. Hal ini dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa
pengoksidasi. Hemoglobinnya disebut hemoglobin teroksidasi atau methemoglobin
(MetHb) atau Hb (Fe3+). Methemoglobin ( MetHb ) adalah suatu hasil oksidasi
hemoglobin yang tidak mempunyai kemampuan lagi untuk mengangkut oksigen.
Banyak zat misalnya amin aromatik, senyawa nitro aromatik, klorat serta
senyawa nitrit dapat menyebabkan pembentukan MetHb. Mekanismenya
adalah karena terjadinya oksidasi Fe dalam Hb dari ferro menjadi ferri. Oksidasi ini
mengubah warna hb menjadi coklat kehitaman
7. PEMBAHASAN
1. Pada Percobaan A2 warna metHb menjadi coklat kehitaman karena
terjadinya oksidasi Fe dalam Hb dari ferro menjadi ferri
2. Pada Percobaan A3 warna metHb menjadi Hitam Pekat karena metHb
tereduksi
3. Darah yang didalamnya juga terkandung ion fe2+ dengan penambahan
K3Fe(CN)6 33% akan mengalami oksidasi menjadi fe3+ dan terbentuklah
metHb. MetHb ini tidak bisa mengikat oksigen sehingga terdapat gelembung
gelembung O2.
a. Protein Sederhana
1) Albumin, protein larut dalam air dan larutan garam encer.
2) Globulin, tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan encer garam.
3) Histon, protein basa karena banyak mengandung asam amino bermuatan positif.
4) Globin, mengandung arginin dan triptofan dalam jumlah sama, mengandung histidin
juga tetapi tidak mengandung isoleusin.
5) Glutelin, tidak larut dalam larutan netral tapi larut dalam basa dan asam encer.
6) Prolamin, banyak terdapat pada sayuran. Tidak larut dalam alkohol absolut.
b. Protein Kompleks
1) Fosfoprotein, hidrolisisnya menghasilkan asam amino dan asam fosfat.
2) Glikoprotein, merupakan turunan karbohidrat.
3) Khromoprotein, protein dengan gugus prostetik yang berpigmen.
4) Nukleoprotein
5) Lipoprotein
6) Flavoprotein
7) Metaloprotein. (Soedarmo et al., 1988)
Protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat
tertentu, yaitu protein globuler dan protein serabut. Pada protein globuler, rantai polipeptida
berlipat-lipat rapat menjadi bentuk globuler atau bulat padat. Sedangkan protein serabut
merupakan molekul serabut panjang dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu
sumbu dan tidak berlipat menjadi bentuk globuler ( Lehninger, 1997 ).
3. CARA KERJA :
1). Campurkan 3 ml serum dengan 3 ml (NH4)SO4 jenuh
2). Endapan putih terbentuk
3). Saring dan masukkan endapan ke dalam 3 ml NaCl 1 %
4). Kocok sampai endapan larut, ambil 2 ml larutan
5). Campurkan 2 ml larutan tadi + 2 ml NaOH 10% + 3 tetes CuSO4 (tes biuret(
6). Perhatikan warna yang terjadi
7). Pada filtrat tambahkan kristal (NH4)2SO4 sampai jenuh
8). Kembali terbentuk endapan putih
9). Saring dan lakukan tes biuret terhadap filtrat
4. HASIL :
5. PEMBAHASAN::
Tabung yang berisi serum dan (NH 4)2SO4 mengalami pengendapan. Terbentuk
endapan putih pada dasar tabung reaksi. Setelah butir ke 3 dan 4 dilakukan,
endapan yang terbentuk perlahan larut kembali. Hal tersebut disebabkan karena
garam pekat dapat mengendapkan albumin. Kelarutan protein akan berkurang
bila ke dalam larutan protein ditambahkan garam- garam anorganik.
Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi,
sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein
untuk mengikat air karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air
yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang (Simanjuntak, 2003).
Faktor yang menyebabkan endapan kembali larut yaitu sifat albumin yang larut
dalam air. Jadi percobaan sesuai dengan prinsip kerja dan literatur.
Uji biuret dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dalam protein.
Larutan peptida yang ditambahkan NaOH dan CuSO 4 menghasilkan warna ungu.
Hal tersebut terjadi karena Cu akan berikatan dengan N dalam kondisi basa
menghasilkan Cupripotasium biuret yang berwarna ungu. Jadi pada percobaan
terbukti bahwa protein yang diuji memiliki ikatan peptida. Menurut
Sastrohamidjojo (2009), dalam tes biuret, larutan protein dibuat alkali dengan
menambah NaOH dan ditetesi larutan CuSO 4 (reagen biuret), jika uji positif
berwarna ungu. Hal tersebut terjadi karena protein mengandung gugus
karboksil dan asam amida, selain itu juga ada faktor yang mempengaruhi yaitu
penambahan NaOH dan CuSO4.
Reaksi daiatas adalah reaksi keseimbangan, tapi apabila udara yang masuk ke dalam
tubuh cukup banyak, maka pada akhirnya reaksi akan bergeser ke kanan sampai semua
karboksihemoglobin habis menjadi oksihemoglobin yang memang diperlukan tubuh
manusia.
2. CARA KERJA :
Encerkan 2 ml darah dengan 8 ml air. Bagilah dua cairan ini. Alirkan dari alat
pembentuk CO ke dalam tabung. OksiHb akan berubah menjadi karbonmonoksiHB.
Bandingkan warna kedua tabung tadi.
1). Tambahkan pereaksi stokes pada kira kira 1 ml masing masing larutan tsb diatas
2). Encerkan 1 ml dari masing masing larutan di atas dengan 4 ml air. Bandingkan
warna kedua cairan tadi. Oksi hb bewarna kekuning-kuningan, sedangkan
karbonmonoksiHb kemerah-merahan.
3. HASIL
4. PEMBAHASAN