Anda di halaman 1dari 21

EKONOMI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

(Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah)

“Konsep Dasar Ekonomi Syariah"

Dosen Pengampu : Muhammad Mujib Baidhowi, SEI.M.E

Disusun Oleh :

Kelompok 4
1. Darma Kristanto (2103031003)

2. Nurul Syamsiah (2103030030)

3. Mellisa Wulandari (2103031013)

4. Tyas Ariyati (2103030036)

AKUNTANSI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

ABSTRAK...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1. Latar Belakang.......................................................................................................1

2. Rumusan Masalah..................................................................................................1

3. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

1. Hubungan Manusia Dengan Ekonomi....................................................................3

2. Dari Homo Economicus ke Homo Ethicus.............................................................7

3. Sifat Manusia Dalam Islam..................................................................................13

BAB III PENUTUP......................................................................................................17

1. Kesimpulan...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18

ii
ABSTRAK

Ekonomi adalah salah satu ilmu sosial yang mengkaji aktivitas


manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukarann, serta
konsumsi barang dan jasa. Oleh karene itu manusia serta ekonomi tidak dapat
dipisahkan, sebab secara otomatis manusia adalah pengerak berasal dari
kegiatan ekonom itu sendiri dan manusia pun akan menerima hasil berasal
dari kegitan ekonomi yang dilakukan. Dalam berjalannya aktivitas ekonomi,
yaitu kebutuhan ekonomi yang sifatnya tidak terbatas, kelangkaan, pilihan,
setra konsep ekonomi. Homo economicus, mendorong semangat berebut dan
bertarung adu kekuatan, yang sudah terbukti tidak henti-hentinya
membentukkan suatu restless society ataupun stressful society. Teresa Lunati,
penulis Ethical Issues in Economics: From Altruism to Cooperation to
Equity, mengemukakan bahwa Homo economicus atau manusia ekonomi
artinya agen individual yang berada pada pusat teori ekonomi neoklasik. Sifat
universalitas manusia dan lebih mendeskripsikan berbagai potensi jiwa
manusia yang selalu berbuat baik sehingga menjadi penghuni surga. Akan
tetapi, juga berpotensi menjadi pembangkang pada pencipta sehingga
menghuni neraka.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ekonomi adalah salah satu ilmu sosial yang mengkaji aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, serta
konsumsi barang dan jasa. oleh karena itu manusia serta ekonomi tak dapat di
pisahkan, sebab secara otomatis manusia adalah penggerak berasal kegiatan
ekonomi itu sendiri dan manusia pun akan menerima hasil berasal kegiatan
ekonomi yang dia lakukan. dalam berjalannya kegiatan ekonomi dikehidupan
sehari-hari ada beberapa faktor penggerak aktivitas ekonomi yang bisa
menghipnotis jalannya aktivitas ekonomi, yaitu kebutuhan ekonomi yang
sifatnya tidak terbatas, kelangkaan, pilihan, serta konsep ekonomi.
Perekonomian dapat berkembang serta mengikuti perkembangan
zaman layaknya manusia, hal tadi terjadi sebab berkembangnya peradaban
insan yg disini artinya menjadi pelaku ekonomi. serta kebutuhan manusia
yang tidak terbatas serta terus berkembang merupakan faktor utama asal
berkembangnya kegiatan ekonomi.

2. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi ini, dan agar tersusun secara sistematis dan
efisien maka timbulah beberapa rumusan masalah diantaranya :
1. Apakah yang dimaksud dengan ekonomi?
2. Apakah penyebab terjadinya hubungan manusia dengan ekonomi?
3. Apa itu Homo Economicus ke Homo Ethicus?
4. Apakah yang dimaksud dengan sifat manusia dalam Islam?

1
3. Tujuan
Dalam membahas materi ini tujuan yang dapat diambil yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian ekonomi
2. Untuk mengetahui fungsi hubungan manusia dengan ekonomi
3. Untuk mengetahui arti Homo Economicus ke Homo Ethicus
4. Untuk mengetahui pengertian sifat manusia dalam Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hubungan Manusia Dengan Ekonomi


Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia
sebagai makhluk sosial dalam memilih serta membangun kemakmuran.
manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya selalu menghadapi masalah
ekonomi. Inti asal masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah
fenomena bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan
indera pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Beberapa faktor
yang mempengaruhi sehingga jumlah kebutuhan seseorang berbeda
menggunakan jumlah kebutuhan orang lain adalah menjadi berikut :

1) Faktor Ekonomi
2) Faktor Lingkungan Sosial Budaya
3) Faktor Fisik
4) Faktor Pendidikan

Sedangkan faktor penggerak aktivitas ekonomi yang


mempengaruhi manusia menjadi makhluk sosial dalam menjalankan
kegiatan ekonomi tersebut ialah:

1) Kebutuhan ekonomi, sifatnya tidak terbatas.


2) Kelangkaan (Scarcity), ketersediaannya terbatas dalam hal kelangkaan
ini masih terdapat beberapa jenis kelangkaan yaitu kelangkaan sumber
daya alam, kelangkaan sumber daya manusia, kelangkaan asal daya
kapital, kelangkaan asal daya pengusaha. contoh masalah di
kelangkaan ialah : ketika kita mempunyai aturan sebesar 300.000
setiap bulan dan kita memiliki berbagai macam kebutuhan hidup
selama satu bulan.pada saat mirip ini kita harus cermat pada
mengguakan aturan tersebut, karena kita memiliki
keterbatasan/kelangkaan sumber daya berupa uang. sebagai akibatnya
Bila kita dapat mengupayakan mengelola sumber daya modal tadi

3
dengan baik kita dapat menabung serta membeli barang yang lebih
bermanfaat buat kita.
3) Pilihan ( cara lain ), penggunaan sumberdaya buat tujuan eksklusif.
4) Konsep ekonomi, dibedakan antara kebutuhan serta keinginan.

Manusia dalam menjalani kehidupan membutuhkan banyak sekali


jenis dan macam-macam barang serta jasa untuk memenuhi kebutuhannya.
manusia sejak lahir hingga meninggal dunia tidak terlepas asal kebutuhan
akan segala sesuatunya. Untuk mendapatkan barang yang diharapkan
diperlukan sumbangan untuk mendapatkan jenis, macam aneka ragam
definisi atau tiap-tiap kebutuhan manusia selamat hidup di dunia.

A. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Tingkat Kepentingan


1) Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer/utama artinya kebutuhan yang sangat
dibutuhkan orang yang harus/wajib untuk dipenuhi. misalnya
artinya bahan pokok / sembako, rumah, sandang, dan lain
sebagainya.
2) Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang dipenuhi ketika
semua kebutuhan pokok utama sudah terpenuhi dengan baik.
Kebutuhan sekunder digunakan untuk memenuhi kebutuhan
utama. misalnya mirip kuliner yang bergizi, pendidikan yang
baik, sandang yang baik, perumahan yang baik, serta sebagainya
yang belum masuk pada kategori mempesona.
3) Kebutuhan Tersier
Kebutuhan tersier merupakan kebutuhan yang terpenuhinya
setelah kebutuhan primer serta kebutuhan skunder. contoh
merupakan mobil, antena parabola, komputer pribadi, dan lain
sebagainya.

4
B. Kebutuhan Manusia Sesuai Sifat

1) Kebutuhan Fisik
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan yang bekerjasama
dengan badan lahiriah atau tubuh seseorang. contohnya seperti
makanan, minuman, pakaian, sandal, pisau cukur, tidur, buang air
kecil dan besar , seks, serta lain sebagainya.
2) Kebutuhan Rohani / Kebutuhan Mental
Kebutuhan rohani ialah kebutuhan yang dibutuhkan seseorang
untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan.
contohnya seperti mendengarkan musik, siraman rohani, beribadah
pada tuhan YME, bersosialisasi, pendidikan, rekreasi, hiburan,
serta lain-lain.
C. Kebutuhan Manusia Berdasarkan Waktu

1) Kebutuhan Sekarang
Kebutuhan kini/sekarang merupakan kebutuhan yang
diperlukan ketika dalam keadaan mendesak. Misalnya kebelet
pipis, makan sebab sangat lapar, pengobatan akibat kecelakaan,
serta lain sebagainya.
2) Kebutuhan Masa Depan
Kebutuhan masa depan merupakan kebutuhan yang bisa
ditunda dan dipenuhi di lain waktu atau ketika pada masa yang
akan datang. contoh yaitu pulang haji, pendidikan tinggi,
pahala buat bekal akherat, membeli kendaraan beroda empat
toyota yang terbaru, dan lain sebagainya.

D. Kebutuhan Manusia Sesuai Subjek / Subyek Penggunanya

1) Kebutuhan Individual /Pribadi


Kebutuhan individu adalah jenis kebutuhan yg dibutuhkan oleh
orang perseorangan secara pribadi. contohnya artinya sikat gigi,
menuntut ilmu, sholat 5 waktu, makan, dan banyak lagi contoh
lainnya.

5
2) Kebutuhan Sosial / Kolektif
Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan akan berbagai barang
serta jasa yang dipergunakan buat memuaskan kebutuhan sosial
suatu kelompok warga . misalnya adalah jalan umum ,
penerangan daerah umum , berserikat mengeluarkan pendapat,
berbisnis, berorganisasi, dan lain-lain.

Makhluk sosial juga dalam melakukan aktivitas yang tidak dapat


dipisahkan dari perjalanan hidupnya dilandasi oleh hal-hal menjadi
berikut:

A. Tindakan Ekonomi.
Tindakan ekonomi adalah setiap usaha manusia yang dilandasi oleh
pilihan yg paling baik dan paling menguntungkan. contohnya: mak
mengolah dengan kayu bakar sebab harga minyak tanah sangat mahal.
Tindakan ekonomi terdiri atas 2 aspek, yaitu:
1) Tindakan ekonomi Rasional, adalah setiap perjuangan manusia
yang dilandasi oleh pilihan yg paling menguntungkan dan
kenyataannya demikian
2) Tindakan ekonomi Irrasional, adalah setiap usaha manusia yang
dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan namun
kenyataannya tidak demikian.

B. Motif Ekonomi
Motif ekonomi adalah alasan ataupun tujuan seseorang sebagai
akibatnya seseorang itu melakukan tindakan ekonomi. Motif ekonomi
terbagi dalam dua aspek :
a. Motif Intrinsik, disebut menjadi suatu hasrat buat melakukan
tidakan ekonomi atas kemauan sendiri.

b. Motif ekstrinsik, dianggap menjadi suatu asa buat melakukan


tidakan ekonomi atas dorongan orang lain.

6
Pada prakteknya terdapat beberapa macam motif ekonomi:
a. Motif memenuhi kebutuhan

b. Motif memperoleh keuntungan

c. Motif memperoleh penghargaan

d. Motif memperoleh kekuasaan

e. Motif sosial / menolong sesama

C.Prinsip ekonomi
Prinsip ekonomi adalah pedoman melakukan tindakan ekonomi
yang didalamnya terkandung asas menggunakan pengorbanan tertentu
diperoleh yang akan terjadi secara maksimal . Prinsip ekonomi artinya
mengeluarkan modal tertentu buat menerima keuntungan yang
maksimal .
Seiring dengan peradaban manusia yang terus berkembang, maka
perekonomian pun terus berkembang kerena manusia adalah faktor
utama dari berkembangnya ekonomi. 1

2. Dari Homo Economicus ke Homo Ethicus


A. Wajah Homo Economicus
Memang, perilaku homo economicus memiliki prinsip maksimalisasi
keuntungan serta minimalisasi pengorbanan (sacrifice). Homo
economicus, mendorong semangat berebut dan bertarung adu kekuatan,
yang sudah terbukti tidak henti-hentinya membentukkan suatu ”restless
society” ataupun “stressful society”. Teresa Lunati, penulis ”Ethical Issues
in Economics: From Altruism to Cooperation to Equity”, mengemukakan
bahwa Homo economicus atau manusia ekonomi artinya agen individual
1
Devi simpuru, 24 September 2011. "MANUSIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN EKONOMI",
http://devisimpuru.blogspot.com/2011/09/manusia-dalam-hubungannya-dengan.html?m=1,
diakses pada 28 Oktober 2021 pukul 20.00.

7
yang berada pada pusat teori ekonomi neoklasik (teori utilitarian, hedonis
serta menitikpusatkan pada diri-sendiri, yang rasionalis serta beretika
individualis) Ia egois, rasional, berupaya buat mencapai utilitas secara
maksimum. Beliau bertindak secara independen serta nonkooperatif,
sebagai atom sosial yang terisolasi tanpa memiliki insting akan warga
sekitarnya, serta perilakunya dimotivasi semata-mata oleh kepentingan-diri
eksklusif secara sempit.
Maka tak heran Jika paras homo economicus terbaru lalu menjadi
tamak serta oportunistik tidak bisa dianggap serta tidak mempercayai
orang lain, tidak mampu memberi komitmen dan akan selalu mendapat
manfaat secara cuma-cuma, bahkan menganggap keegoisannya dan segala
sifat serta perilakunya sebagai hal yang masuk akal. kebalikannya, Homo
ethicus samasekali tidak sama dan bahkan adalah kebalikan asal homo
economicus. tetapi pada sinilah seringkali terjadi masalah. Homo
economicus memperlakukan para pekerja dengan semena-mena, sehingga
sering kali melupakan aspek etika serta moralitas. Padahal menurut
Emmanuel Lévinas, moralitas ialah pengalaman dasar manusia,
pengalaman dasar tadi bersifat etis, pengalaman dasar tersebut artinya
pengalaman buat bertanggung jawab. Eksistensi fenomenologi paling
dasar adalah pengalaman moral sebagai titik tolak pencerahan, perilaku,
dan dimensi penghayatan manusia sekaligus pencerahan dari Tuhan.
Lévinas mengemukakan bahwa kehadiran itu artinya undangan atau
panggilan buat bersikap etis. Siapapun orang lain itu, dikenal atau tidak
dikenal, hadir menjadi panggilan yg harus dijawab6. Bahkan penderitaan
berasal dari orang lain yang hanya dirasakan atau ditangkap melalui
imaginasi, artinya undangan untuk bersikap etis.
Maka sikap yang paling tepat terhadap orang lain pada umumnya, dan
orang yang menderita di khususnya, merupakan sebuah tanggung jawab.
Terhadap penderitaan orang lain, setiap manusia semestinya merasa punya
tanggung jawab sebagai insan buat meringankan bebannya
Di sini solidaritas sosial berarti jawaban etis atau reaksi kemanusiaan
terhadap penderitaan orang lain. Lévinas menyebut hal ini menjadi

8
moralitas “penampakan wajah” atau “Lyan”. Setiap tindakan manusia
wajib mengutamakan “teriakan” objek. saat subjek melihat wajah objek,
subjek wajib mengutamakan apa yang diteriakannya. waktu J.P. Sartre
meneriakan “others is hell” (yg lain merupakan neraka) sehingga wajib
segera dilenyapkan, Lévinas degan tegas berkata yang lain artinya wujud
kebenaran yang harus segera didengarkan (teriakannya) oleh subjek.
Pemikiran Lévinas ini menjadi sangat kontekstual saat kita harus
memasuki ranah usaha dan industri. usaha memaksa sebuah formasi insan
menghasilkan sebuah tingkatan sosial. tingkatan ini menggambarkan
adanya rakyat yang lebih tinggi dan yang lebih rendah kedudukannya. ada
manusia yg mengatur dan terdapat yang diatur. Lévinas akan berkata
bahwa subjek adalah pemimpin dan objek merupakan mereka yang
dipimpin. Tindakan pemimpin wajib mengutamakan “penampakan wajah”
pekerja yang dipimpin.
Oleh karenanya, sikap egosentrisme pengusaha (subjek) wajib
dibuang demi kebenaran yang diteriakan oleh pekerja (objek). ketika
pengusaha sebagai subjek mengabaikan paras objek (pekerja), disinilah
moralitas berteriak meminta sebuah kebenaran. di sinilah pencurian atas
hak pekerja terjadi. Hak pekerja dicuri oleh pengusaha yang menggalang
sebuah ide pragmatisme konstruktif demi sebuah kepuasan diri. waktu
pencurian hak pekerja terjadi, mungkinkah kebenaran moral masih bisa
bersuara?

B. Dari Egosentris Menuju Solidaritas


Lévinas menggunakan istilah totalitè buat menjelaskan totalitas sikap
manusia yang egois, yang senantiasa menjadikan dirinya sebagai sentra
segala. Manusia ialah sentra makna yang memaknai yang lain. Ia
merupaka pusat nilai yang menjadi baku nilai bagi yang lain. Egoisme
manusia memandang realitas lain menjadi obyek kenikmatan dirinya.
Segala sesuatu berputar-putar mengelilingi oleh aku (le Moi), karena oleh
aku merupakan pusat yang mempunyai daya tarik buat mereduksi segala
yang lain ke dalam kesenangan. Sesungguhnya perilaku seperti ini sudah

9
menempatkan manusia di posisi tunggal: saya adalah satu-satunya yang
paling primer. Lévinas menyebutnya ”le Moi comme singularitè”.
Memang sahih, di alam semesta ini manusia ialah makhluk satu-satunya
yg paling ekspansif, progresif dan bahkan sekaligus destruktif.
Robert A. Sirico menandaskan, solidaritas merupakan “the acceptance
of our social nature and the affirmation of the bonds we share with all our
brothers and sisters.” jelas bagi Sirico, solidaritas bisa disebabkan melalui
perasaan simpati atau bela rasa (compassionate) atas keadaan penderitaan
yang dialami orang lain. akan tetapi perasaan ini saja tidak cukup.
Solidaritas haruslah merupakan pengakuan akan hakikat diri kita menjadi
mahkluk sosial yang tidak ingin membiarkan orang lain berkembang tanpa
donasi serta kerja sama kita, karena pencerahan bahwa kita pun tidak
mungkin hidup serta berkembang tanpa donasi orang lain.
Ini berarti, seperti diungkap oleh Lévinas, solidaritas bermakna
memandang orang lain, siapa pun dia, sampai kita menangkap “wajah”
mereka yang menuntut sebuah perhatian (care), perawatan (nurturing), dan
tanggung jawab. wajah merupakan bagian tubuh yang eksklusif
menerangkan diri waktu kita berelasi dengan orang lain. tidak peduli pada
keadaan riang-bersemangat atau sedih penuh derita, paras yang
memperlihatkan diri selalu ialah realitas normatif yang menuntut
keterlibatan serta tanggung jawab. Tentu wajah memelas penuh derita
karena suatu bencana alam atau kesulitan hayati akan menuntut
keterlibatan yang lebih besar dari pada wajah yang penuh canda serta tawa.
Derrida menawarkan teori dekonstruksi yang begitu identik dengan
filsafat posmodernisme. Dekonstruksi menolak sesuatu yang sempurna serta
memilih sebagai kontekstual. Dekonstruksi tak terikat pada bentuk yang telah
ada, karena itu makna yang dihadirkan tidak mengacu pada bentuk final. oleh
karena itu, dekonstruksi artinya strategi buat menguliti lapisan-lapisan makna
yg terdapat pada pada "teks", yang selama ini telah ditekan atau ditindas.
Persoalannya ialah, wajah pekerja ini acapkali tidak terlihat oleh
pengusaha. Mereka hanya nampak menjadi deretan nomor atau nomor urut
pekerja, atau bahkan nama-nama yang tidak mampu mewakili kehadiran
seutuhnya berasal paras mereka.

10
Terlebih lagi, kewajiban para pekerja buat memakai seragam yang
sama, menghasilkan penampilan yang seperti satu sama lain,
menghilangkan keunikan individu serta ini membentuk wajah yang
sesungguhnya karam sehingga sulit buat terjadi sebuah relasi yang baik.

C. Menerima Kehadiran Orang Lain


Seluruh ini akan tidak selaras Bila kita mendalami pemikiran Gabriel
Marcel. berdasarkan Marcel, keharmonisan hayati bersama akan terjadi
Bila terpatri dimensi cinta. Cinta hakekatnya artinya sebuah seruan
hendaknya kamu hidup bersama menggunakan aku (penerimaan akan
orang lain). Bagi Marcel, eksistensi insan adalah berada pada dunia.
menurut pendapatnya pengalaman eksistensial yang paling mendasar
merupakan hubungan insan menjadi subjek. Maka demi terciptanya suatu
hubungan eksklusif antara dua subjek atau lebih perlulah rendezvous
antarsubjek itu sendiri. Sedangkan pertemuan antarsubjek itu barulah
mungkin jika masing-masing subjek tadi menggunakan prinsip partisipasi
dalam saling mendekati satu sama lain. merupakan, masing-masing subjek
mendekati satu sama lain sebagai misteri.
Gagasan dasar Marcel pada atas sering dipergunakan pada menyikapi
orang-orang yang terlalu menganggap dirinya sebagai sentra. buat itu
Marcel mencoba mengajak orang tadi untuk sadar bahwa pentingnya aku
mengenali diriku sebagai insan Jika hanya pada relasiku menggunakan
orang lain, saya bukanlah pusat berasal segalanya, Adanya aku bukanlah
sebab saya menjadi sentra segalanya melainkan karena saya sebagai
bagian asal orang lain serta mengakui keberadaan seorang dan juga
perlunya keterbukaan hati.
Erich Fromm dalam bukunya The Anatomy on Human
Destructiveness berpendapat bahwa segala tindakan manusia (termasuk
mencinta) berkutat di dua energi psikis. energi psikis ini yaitu pertama,
necrophilia yakni dorongan destruktif, yang mengarah pada kesakitan,
perusakan serta kematian serta kebusukan. penguasaan tenaga ini akan
acapkali tampak pada mimpi, bahasa dan tindakan sehari-hari. seseorang

11
necrophilis cendrung bermimpi tentang kekerasan, kekejaman, perusakan
bahkan penghilangan nyawa. pada tindakan contohnya gairah necrophilis
bisa muncul pada diri anak mungil yang kegemarannya menangkap
serangga kemudian mempreteli sayap-sayapnya atau mengadu
kalajengking dengan kepiting. Dalam dialog seseorang necrophilis simpel
meluncurkan umpatan dan wacana kekerasan.
Kondisi seperti ini lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki , From
menyebut tokoh seperti Hitler dan Stalin menjadi manusia dengan
keperibadian yang didominasi oleh tenaga necrophilia.
Negara psikis kedua artinya biophilia yaitu dorongan konstruktif, yang
menunjuk pada sikap memelihara, mencintai dan menumbuhkan
kehidupan.

D. Merekonstruksi Homo Ethicus pulang


Etika eksis selama kita menyadari keberadaan insan menjadi mahluk
yg mempunyai kehendak bebas serta bertanggung jawab terhadap
tindakannya. manusia adalah adalah pengada dengan status ontologisnya
yang sang Heiddeger diklaim “Dasein”, yakni pengada yang
mempertanyakan adanya dan memaknai pengada diluar dirinya. sebagai
akibatnya subjek memiliki titik sentral dalam dirinya, sehingga keputusan
yang diambil manusia ialah manifestasi asal status ontologisnya.
Dalam hal ini Herbert Spencer dengan sempurna mengemukakan
bahwa kesejahteraan hayati suatu rakyat akan selalu berjalan lurus
menggunakan kualitas pendidikan dan pengetahuannya. Kemiskinan
struktural dan segala bentuk penindasan tak perlu terjadi. Jika mereka
punya pengetahuan yg relatif. karena dengan pengetahuan itu, mereka bisa
melakukan perlawanan. Melakukan pembongkaran terhadap
ketidakberesan hayati dan mekanisme penguasaan sosial yg terjadi di
lingkungannya.
Namun tidak dipungkiri, kapitalis bagaimanapun merupakan musuh
yang tangguh bagi kaum buruh. Kaum buruh secara sengaja dan terstruktur
memang dienyahkan berasal akses pengetahuan oleh mereka. sehingga

12
perlawanan yang diharapkan Spencer pada atas tidak perlu dikhawatirkan.
eksploitasi atas hak-hak manusia oleh homo economicus wajib berjalan
hening tanpa gelombang perlawanan. Karena bagaimana mungkin buruh
memikirkan buat mengakses gosip serta pengetahuan sebagai kebutuhan
dirinya, jika jam kerja mereka yang dipatok oleh pemilik modal tidak
memungkinkan buat itu.
Tidak taat pada disiplin kerja, berarti sama halnya menetapkan urat
nadi sendiri ditengah-tengah kungkungan global materialisme. sehingga
praktik penindasan terus terjadi, sekalipun penindasan itu berwujud dalam
bentuknya yang paling “santun” atau kekuasaan simbolik, seperti kata
Pierre Bourdieu.2

3. Sifat Manusia Dalam Islam


Sifat universalitas manusia dan lebih mendeskripsikan berbagai
potensi jiwa manusia yang selalu berbuat baik sehingga menjadi penghuni
surga. Akan tetapi, juga berpotensi menjadi pembangkang sang pencipta
sehingga menghuni neraka. Berbeda halnya dengan “bani adam” yang
mengandung arti bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan
dan keistimewaan disbanding makhluk lainnya. Bentuk keistimewaan
tersebut antara lain kemampuan mengelola alam, fitrah keagamaan, serta
memiliki relasi dengan Tuhan dan sesama manusia sekaligus.3 Seorang
muslim harus mempunyai kepribadian dan gaya hidup yang baik, yang
sesuai dengan ajaran Islam yaitu sebagaimana telah diatur oleh Al- Qur’an
dan Hadits. Dalam melakukan kegiatan konsumsipun seorang muslim
harus menerapkan prinsipprinsip konsumsi yang sesuai dengan pandangan
Islam, seperti melakukan konsumsi yang sesuai dengan hukum syara’,
tidak melakukan konsumsi secara berlebihan, dan lebih mengutamakan
hal-hal yang menjadi kebutuhan daripada keinginan.
2
Nur Agustin, Juni 2013. "Dekonstruksi Wajah Homo Economicus menjadi Homo-Ethicus", http://nur-
agustinus.blogspot.com/2013/06/dekonstruksi-wajah-homo-economicus.html?m=1, diakses pada 31
Oktober 2021 pukul 20.00.
3
Suminto, Ahmad, S.H, Harahap, Soritua Ahmad Ramdani,S.E.,M.H, Zulqurnaini, Ahmad Budi,S.H.,M.H.
2021. "EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM: SERTA PERANNYA DALAM PENINGKATAN SUMBER
DAYA"(hlm 1).

13
A. Kepribadian
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seorang,
antara lain yaitu: Faktor keturunan, faktor genetik memiliki peranan
penting pada dalam menentukan kepribadian, khususnya yang terkait
dengan aspek yang unik berasal individu. Faktor Lingkungan, faktor
lingkungan memiliki pengaruh yang menghasilkan seorang sama dengan
orang lain sebab berbagai pengalaman yang dialaminya. Faktor Situasi,
situasi mempengaruhi imbas keturunan serta lingkungan pada kepribadian.
Faktor Budaya, tradisi atau kebudayaan suatu rakyat memberikan imbas
terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yg menyangkut cara berfikir
(mirip cara memandang sesuatu) serta bersikap.

1) Kepribadian Dalam Perspektif Islam


Pada Islam, kata kepribadian (personality) dalam studi keislaman
lebih dikenal menggunakan istilah al-syakhshiyah asal dari istilah syakhsh
yang berarti “langsung”. kata itu lalu di beri ya’ nisbah sehingga sebagai
istilah benda buatan (masdar shina’iy) Syakhshiyah yang berarti
“kepribadian”. Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi
sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku.
Dari sudut tingkatannya, kepribadian itu merupakan integrasi dari aspek-
aspek supra-kesadaran (fitrah ketuhanan), kesadaran (fitrah kemanusiaan),
dan pra atau bawah sadar (fitrah kebinatangan).

B. Gaya Hidup
Gaya hidup secara luas didefinisikan menjadi cara hayati yang
diidentifikasikan oleh bagaimana seseorang menghabiskan saat mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting pada lingkungan
(ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan perihal diri mereka sendiri

14
serta juga global di sekitarnya (pendapat). Komponen Psikografik AIO
(Aktivity, Interest, and Opinion).

a) Activity (aktivitas)
kegiatan merupakan karakteristik konsumen pada kehidupan sehari-
harinya.
b) Interest (minat)
Interest merupakan faktor langsung konsumen pada mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
c) Opinion (opini)
Opinion merupakan pendapat dari setiap konsumen yang berasal dari
langsung mereka sendiri.

1) Gaya Hidup Dalam Perspektif Islam


Pada pandangan Islam gaya hidup dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu gaya hidup Islami dan gaya hayati Jahili. Gaya hidup Islami memiliki
landasan yg absolut dan bertenaga, yaitu Tauhid. Adapun gaya hidup
Jahili, landasannya bersifat relatif dan ringkih, yaitu syirik, inilah gaya
hayati orang kafir. Setiap muslim telah menjadi keharusan baginya buat
memilih gaya hidup Islami dalam menjalani hayati di kehidupannya.

C. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen ialah tindakan yang langsung terlibat pada
mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
dari Schiffman serta Kanuk, sikap konsumen ialah sikap yang
diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, memakai,
mengevaluasi, serta menghabiskan produk dan jasa yg mereka harapkan
akan memuaskan kebutuhan mereka.
Sikap konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
faktor kebudayaan, sosial, eksklusif, serta psikologi berasal pembeli.

15
Sebagian besar faktor adalah faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan
oleh pemasar, tetapi wajib sahih-sahih diperhitungkan.

1) Perilaku Konsumen menurut Perspektif Ekonomi Islam


Dibawah ini ialah beberapa karakteristik konsumsi pada perspektif
ekonomi Islam, antara lain:
a. Konsumsi bukanlah aktifitas tanpa batas, melainkan terbatasi oleh
sifat kehalalan serta keharaman yang telah digariskan oleh syara’.
b. Konsumen yang rasional (mustahiq al-aqlani) senantiasa
membelanjakan pendapatan di banyak sekali jenis barang yang
sinkron menggunakan kebutuhan jasmani maupun ruhaninya.
c. Menjaga keseimbangan konsumsi dengan berkiprah antara ambang
batas bawah serta ambang batas atas asal ruang gerak konsumsi
yang diperbolehkan dalam ekonomi Islam (mustawa al-kifayah).
d. Memperhatikan prioritas konsumsi antara dlaruriyat (utama),
hajjiyat (sekunder), dan takmiliyat (pelengkap).4

4
Naqiah, Zahrotun. , Itang. 2019. "PERSPEKTIF ISLAM TENTANG PENGARUH KEPRIBADIAN DAN GAYA
HIDUP TERHADAP PERILAKU KONSUMEN"( hlm 184-186).

16
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah dijelaskan dapat ditarik
kesimpulan: Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia
sebagai makhluk sosial dalam memilih serta membangun kemakmuran. manusia
sebagai makhluk sosial pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti
asal masalah ekonomi yg dihadapi manusia adalah fenomena bahwa kebutuhan
insan jumlahnya tidak terbatas, sedangkan indera pemuas kebutuhan manusia
jumlahnya terbatas. Kebutuhan manusia selama hidup dunia ada kebutuhan
manusia berdasarkan tingkat kepentingan, kebutuhan manusia sesuai sifat,
kebutuhann manusia berdasarkan waktu, kebutuhan manusia sesuai subjek.
Seorang muslim harus mempunyai kepribadian dan gaya hidup yang baik,
yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu sebagaimana telah diatur oleh Al- Qur’an
dan Hadits. Dalam melakukan kegiatan konsumsipun seorang muslim harus
menerapkan prinsipprinsip konsumsi yang sesuai dengan pandangan Islam,
seperti melakukan konsumsi yang sesuai dengan hukum syara tidak melakukan
konsumsi secara berlebihan, dan lebih mengutamakan hal-hal yang menjadi
kebutuhan daripada keinginan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
ada kepribadian pada perspektif Islam, gaya hidup, gaya hidup dalam perspektif
Islam, perilaku konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruh perilaku konsumen
antaralain kebudayaan, sosial, eksklusif, serta psikologis berasal dari pembeli.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Devi simpuru, 24 September 2011. "MANUSIA DALAM HUBUNGANNYA


DENGAN EKONOMI", http://devisimpuru.blogspot.com/2011/09/manusia-dalam-
hubungannya-dengan.html?m=1, diakses pada 28 Oktober 2021 pukul 20.00.
2. Nur Agustin, Juni 2013. "Dekonstruksi Wajah Homo Economicus menjadi Homo-
Ethicus", http://nur-agustinus.blogspot.com/2013/06/dekonstruksi-wajah-homo-
economicus.html?m=1, diakses pada 31 Oktober 2021 pukul 20.00.
3. Suminto, Ahmad, S.H, Harahap, Soritua Ahmad Ramdani,S.E.,M.H, Zulqurnaini,
Ahmad Budi,S.H.,M.H. 2021. "EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM:
SERTA PERANNYA DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN
PEMBANGUNAN EKONOMI ISLLAM"(hlm 1).
4. Naqiah, Zahrotun. , Itang. 2019. "PERSPEKTIF ISLAM TENTANG PENGARUH
KEPRIBADIAN DAN GAYA
HIDUP TERHADAP PERILAKU KONSUMEN"( hlm 184-186).

18

Anda mungkin juga menyukai