Secara ringkas, berikut tujuan tanam paksa yang diberlakukan oleh Van den Bosch
pada rakyat Indonesia:
Berikut dampak tanam paksa bagi rakyat Indonesia di era Van den Bosch:
Rakyat menderita dan memiliki beban yang sangat berat karena harus
menyerahkan sebagian tanah dan hasil panennya, mengikuti kerja rodi dan juga
membayar pajak.
Pada tahun 1840, penderitaan rakyat sudah terlihat sangat jelas dengan berbagai
wabah penyakit di mana-mana serta kelaparan yang meraja lela. Di samping hal
tersebut, pajak naik dan menyiksa rakyat.
Akhirnya setelah dua puluh tahun kemudian secara berangsur, sistem tanam paksa
dihapus secara radikal. Mulai dari tanam paksa lada, indigo, teh, tebu dan
menyusul lainnya. Di Jawa, sistem tanam paksa benar-benar dihapus pada tahun
1870.
Pada sistem ini 20% (1/5) dari tanah pertanian dipaksa digunakan utnutk menanam
tanaman untuk ekspor, dan dimana petani dipaksa untuk bekerja di perkebunan
milik belanda selama 60 hari. Hasil tanam ini harus diserahkan kepada pemerintah
Belanda.
Besarnya beban keuangan pemerintah Belanda ini dapat diukur dari anggaran
Hindia Belanda yang memiliki hutang sebesar 30 juta florin, dan harus membayar
bunga sebesar 2 juta florin setiap tahunnya.
Selain itu, pemerintah Belanda di Eropa juga mengalami masalah keuangan akibat
pemberontakan Belgia yang membuat lepasnya negara Belgia dari Belanda pada
tahun 1830.
Kedua faktor ini membuat Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Johannes
van den Bosch untuk menerapkan metode yang dapat meningkatkan pendapatan
pemerintah Belanda dari wilayah jajahanya.
Sistem tanam paksa membuat para penduduk di Hindia Belanda harus menanam
tanaman produksi untuk ekspor seperti kopi, karet, teh dan tembakau. Tanaman ini
memiliki nilai jual tinggi, dan diekspor oleh pemerintah Belanda untuk
menghasilkan pendapatan besar.
Sistem ini sangat berhasil membuat Belanda meraup keuntungan besar, sehingga
Hindia Belanda bisa mengirim keuntungan sebesar 15 juta florin pada tahun 1851
ke pemerintah Belanda di Eropa.
Namun sistem ini menimbulkan penderitaan bagi warga asli yang harus bekerja
paksa di perkebunan milik Belanda. Sistem ini membuat produksi tanaman pangan
terbengkalai dan tanah yang dapat digunakan untuk menanam pangan seperti padi
dipaksa dipakai untuk menanam tanaman produksi.
Dampak Negatif
Pembahasan
Sistem tanam paksa disebut juga cultur stelsel, dimana pada saat itu rakyat
indonesia diperintahkan oleh belanda untuk menanami tanah yg dimiliki sesuai
yang diperintahkan oleh belanda. dI Dalam aturan tanam paksa dapat terlihat
terdiri dari: