Anda di halaman 1dari 35

TUGAS ANALISIS SAHAM

DALAM INDUSTRI FINANCE


( BBCA, BBNI DAN BMRI )

Kelompok 9
Disusun oleh :

Dian Aria Wijaya 2016021023


Alberth Fangandro Nazara 2017021008
Nahdiyah Addawiyah 2017021031
Selvinia Sitepu 2017021071
Devita Amalia Arifah 1710110683 (Permata)

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ILMU 2020/2021


ANALISIS FUNDAMENTAL

BBCA
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa setiap tahun nilai asset Bank Central Asia terus
bertambah nominalnya dengan nilai hutang yang selalu dibawah nilai pertumbuhan asset. Hal ini
sangat baik bagi keberlanjutan bisnis perusahaan. Laba bersih yang di peroleh Bank Central Asia
setiap tahunnya juga bertambah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan dapat
beradaptasi dengan menawarkan produk bisnis yang mampu disukai oleh pelanggan.

Untuk PVB EPS dan ROE saya memberikan gambar untuk memudahkan melihat data secara
langsung.

BBNI
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa setiap tahun nilai asset Bank Negara Indonesia terus
bertambah nominalnya dengan nilai hutang yang selalu dibawah nilai pertumbuhan asset. Hal ini
sangat baik bagi keberlanjutan bisnis perusahaan. Laba bersih yang di peroleh Bank Negara
Indonesia setiap tahunnya juga bertambah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan dapat
beradaptasi dengan menawarkan produk bisnis yang mampu disukai oleh pelanggan meskipun
pertumbuhannya cukup lambat.

Untuk PVB EPS dan ROE saya memberikan gambar untuk memudahkan melihat data secara
langsung.
BMRI
8

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa setiap tahun nilai asset Bank Mandiri terus
bertambah nominalnya bahkan monialnya cukup besar dengan nilai hutang yang selalu dibawah
nilai pertumbuhan asset. Hal ini sangat baik bagi keberlanjutan bisnis perusahaan. Laba bersih
yang di peroleh Bank Mandiri setiap tahunnya juga bertambah. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa perusahaan dapat beradaptasi dengan menawarkan produk bisnis yang mampu disukai oleh
pelanggan meskipun pertumbuhannya tidak secepat BCA dan devidennya tidak sebaik BCA.

Untuk PVB EPS dan ROE saya memberikan gambar untuk memudahkan melihat data secara
langsung.
ANALISIS SAHAM SECARA TEKNIKAL

1. Saham BBCA (Bank Central Asia)

Tahun 2017
Secara teknikal pergerakan BBCA masih dalam fase major uptrend sejak awal tahun yang telah
terapresiasi 34,84 persen. Pada perdagangan kemarin BBCA membentuk candle dengan
pola hammer yang menggambarkan setelah sempat dibuka dengan gap dari perdagangan hari
sebelumnya, BBCA sempat bergerak melemah sebelumnya akhirnya kembali bergerak positif
hingga berhasil ditutup satu tick di bawah level tertingginya hari itu.
Secara foreign flow, sejak awal tahun hingga akhir Oktober BBCA masih diakumulasi investor
asing. Indikator Simple Moving Average periode 10 dan 20 hari terlihat menjaga momentum
kenaikan BBCA yang tergambar dari pergerakan harga yang masih berada di atas garis tersebut.
Indikator Volume relatif stabil menandakan likuiditas saham BBCA terjaga dengan cukup baik.
Indikator Relative Strength Index (RSI) masih cukup jauh dari area overbought (jenuh beli)
sehingga membuka potensi adanya penguatan lanjutan pada saham ini. Support BBCA pada tahun
2017 berada di level Rp20.200 dan Resistance di level Rp21.375

Tahun 2018
Pantauan terhadap aktivitas broker summary, kenaikan harga saham BBCA tahun ini didorong
oleh transaksi yang dilakukan beberapa top buyer, antara lain CLSA Sekuritas Indonesia yang
merupakan pembeli terbanyak dengan membeli sebanyak 99.943 lot saham dengan nilai transaksi
sebesar Rp215,28 miliar, UBS Sekuritas Indonesia membeli sebanyak 14.399 lot saham dengan
nilai transaksi sebesar Rp31,01 miliar, dan Macquarie Sekuritas Indonesia membeli sebanyak
13.703 lot saham dengan nilai transaksi sebesar Rp29,51 miliar.
Pada saat yang sama, Macquarie Sekuritas Indonesia juga menjadi penjual terbanyak saham BBCA
dengan menjual sebanyak 32.685 lot saham dengan nilai transaksi sebesar Rp70,4 miliar.
Kemudian, UBS Sekuritas Indonesia menjual sebanyak 27.933 lot saham dengan nilai transaksi
sebesar Rp60,2 miliar, dan Morgan Stanley Sekuritas Indonesia menjual sebanyak 16.845 lot
saham dengan nilai transaksi sebesar Rp36,3 miliar. Sementara itu, jika dilihat secara year to
date hingga penutupan perdagangan Jumat, saham BBCA hanya naik tipis sebesar 0,11 persen

Tahun 2019
Sejak awal tahun hingga saat ini atau year to date, harga saham bank milik Grup Djarum ini sudah
melambung 20,58%, yang diikuti oleh aksi beli investor asing (net buy) di pasar reguler yang
mencapaiRp2,20triliun.
Hingga penutupan sesi I hari ini, BBCA mengalami penurunan 0,56% pada Rp 31.3251/saham
akibat aksi ambil untung (profit taking) para pelaku pasar. Saham BBCA berada di level Rp
31.325/saham,turun0,56%.

Namun, secara teknikal saham BBCA sebenarnya sedang dalam tren naik dalam jangka pendek,
karena posisinya yang masih bergerak di atas rata-rata harganya dalam 5 hari terakhir (moving
average/MA5).

Ada potensi saham tersebut menguji level harga psikologis harga pada Rp 32.000/saham
setidaknyaselamaSeptember.

Hal ini diperkuat indikator teknikal Moving Average Convergence/Divergence (MACD) yang
bergerak pada wilayah positif dan membentuk pola persilangan naik (golden cross).
2. Saham BBNI (Bank Negara Indonesia)

Tahun 2017

Pergerakan BBNI sepanjang tahun ini terlihat masih dalam fase major uptrend yang sangat kuat
dengan terjaganya pergerakan harga saham ini di atas garis simple moving average.
Indikator volume pada perdagangan Jumat pekan kemarin terlihat mengalami lonjakan cukup
besar menandakan adanya pembelian cukup masif pada saham ini.

Selain itu, secara foreign flow, BBNI juga menjadi saham yang paling banyak dikoleksi oleh
investor asing pada akhir pekan lalu dengan mencatatkan nilai net buy Rp155,47 miliar.
Indikator relative strength index (RSI) dari grafik diatas yang menandakan momentum penguatan
saham ini mulai terbatas.
Namun mengingat menjelang akhir tahun yang biasanya terjadi fenomena window dressing (upaya
mempercantik kinerja portofolio yang dilakukan fund manager)¸ berpotensi memberikan sentimen
positif terhadap pergerakan saham-saham big caps seperti BBNI sehingga memberikan peluang
penguatan saham ini masih cukup terbuka

Tahun 2018

Secara teknikal, terlihat saham BBNI telah memasuki fase reversal atau pembalikan arah,
dari bullish ke bearish. Pada candle diatas menunjukkan pola black opening marubozu yang
merupakan sinyal bearish continuation.
Sementara itu, pergerakan saham BBNI menunjukkan candle tutup di bawah indikator MA
(moving average) 13 dan MA 34 dengan tren yang masih negatif. Selain itu, indikator Relative
Strength Index (RSI) menunjukkan masih adanya potensi untuk melanjutkan penurunan harga.
Adapun volume menunjukkan sedikit peningkatan, tetapi masiih belum terlalu kuat untuk menjadi
pendobrak kenaikan harga saham BBNI.
Diperkirakan pergerakan harga saham BBNI akan diperdagangkan dalam range harga Rp8.160
sampai Rp9.100, dengan kemungkinan pergerakan harga cenderung tertekan.

Tahun 2019
Pada kuartal I 2019 secara teknikal, berdasarkan grafik BNI berhasil menumbuhkan penyaluran
kredit 18,6 persen (yoy) yaitu dari Rp439,46 triliun pada Maret 2018 menjadi Rp521,35 triliun
pada akhir Maret 2019. Pertumbuhan kredit BNI didorong oleh penyaluran kredit korporasi swasta
yang tumbuh 23,3 persen (yoy) dari Rp132,67 triliun pada Maret 2018 menjadi Rp163,61 triliun
pada Maret 2019.

Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perseroan bertumbuh 16,8 persen, dari Rp492,9 triliun
pada akhir Maret 2018 menjadi Rp575,75 triliun pada Maret 2019.

Kinerja keuangan BNI juga tidak terlepas dari pencapaian kinerja anak perusahaan. BNI memiliki
5 anak perusahaan yang meliputi BNI Syariah, BNI Life, BNI Multifinance, BNI Sekuritas, dan
BNI Asset Management. Kelima anak usaha tersebut memberikan kontribusi laba pada kuartal I
2019 yang sebesar Rp390,31 miliar atau setara 10 persen laba bersih BNI. Namun di akhir
menjelang pergntian tahun BNI mengalami koreksi yang membuat saham BNI mengalami
penurunan. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama dikarenakan BNI di akhir tahun 2019
berhasil melonjak setelah mengalami sedikit koreksi dan akhirnya dapat mencapaidi harga 8000
sekian.
3. Saham BMRI (Bank Mandiri)

Tahun 2017

Seperti yang bisa dilihat dalam grafik, secara teknikal, saham BMRI ini untuk sementara sedang
dalam tren sideways atau sedang dalam tren naik namun di ujung tahun mengalami penurunan
harga saham BMRI ditutup dengan membentuk candle yang full body dengan body yang cukup
panjang.
Jika dilihat lebih detail, pada penutupan indikator Moving Average 34 masih berada di atas Moving
Average 13 yang dalam kata lain masih di dalam tren yang negatif. Kemudian Relative Strength
Index (RSI) yang mencapai level 47 atau dalam arti lain masih berada pada area jenuh beli yang
mengindikasikan masih memiliki chance untuk melanjutkan penguatan tetapi potensi tersebut
cukup kecil. Hal ini juga didukung dengan lebih banyaknya volume penjualan daripada volume
pembelian, yang sekaligus mengindikasikan penguatan tersebut cukup kecil.
Berdasarkan sejumlah berita terakhir,terdapat sentimen negatif dan positif yang menerpa saham
emiten bank milik negara ini. Sentimen negatifnya adalah berita peningkatan suku bunga
acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat danTiongkok pada saat yang berdekatan. Sedangkan
pada sisi yang lain, kebijakan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan atau 7 Day Repo
Rate (7DRR) pada level 4,25 persen tampaknya juga belum bisa mendorong harga saham
perbankan nasional.
Sedangkan sentimen positinya adalah penggenjotan porsi Kredit Usaha Rakyat atau KUR ke sektor
produksi menjadi 50 persen dan Bank Mandiri siap membagi dividen senilai Rp9,28 triliun atau
45 persen dari total laba sepanjang tahun 2017

Tahun 2018

Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga anggota bursa yang menempati jajaran top seller atau
sebagai penjual terbanyak saham BMRI yaitu Mandiri Sekuritas (CC) dengan nilai penjualan
Rp129,7 miliar, kemudian Merrill Lycnh Sekuritas (ML) Rp108,15 miliar, dan CIMB Sekuritas
(YU) Rp102,44miliar.
Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan saham
BMRIyaitu sebesar 18,05 persen, 15,05 persen, dan 14,26 persen.

Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi faktor yang
membebani saham-saham sektor keuangan, termasuk BMRI.

Pada perdagangan kemarin, nilai kurs rupiah di level Rp13.935 per dolar AS yang menimbulkan
kecemasan pelaku pasar sehingga memicu terjadinya aski jual yang besar pada pasar saham.

Tahun 2019

Saat 2019, harga saham BMRI berada di level Rp7.100 dengan Price to Earning Ratio
(PER) 12,24 kali dan kapitalisasi pasar Rp331,33 triliun. Harga terkoreksi 3,73% sepanjang
2019.

Dalam publikasi risetnya, tim analis SSI menyebutkan laba bersih 3Q19 BMRI tumbuh
+13,5% yoy atau 6,6% qoq menjadi Rp6,7 triliun. Laba bersih 9M19 sendiri tumbuh
+11,9% voy mencapai Rp 20,3 triliun
“Kinerja laba bersih sejalan dengan proyeksi, karena mencapai 75% estimasi SSI dan 74%
estimasi Konsensus analis,” paparnya, Rabu (30/10/2019)
Walau kredit konsolidasi tumbuh lambat, namun kredit bank sendiri tumbuh +10,2% yoy.
Pendapatan bunga bersih juga masih tumbuh cukup baik +8,9% yoy.

Biaya provisi 9M19 juga turun -6,3% yoy. Kredit yang tumbuh paling tinggi adalah kredit
mikro yang tumbuh +19,4% yoy di 9M19, sedangkan korporasi hanya tumbuh +7,3% yoy.

Dengan berbagai faktor yang ada, SSI merekomendasikan beli terhadap saham BMRI
dengan target harga Rp8.900. Artinya, harga berpotensi naik 25,35%

ANALISIS MIKRO

BBCA

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2017

• Kinerja keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan entitas anak pada kuartal III 2017
memperoleh Laba bersih meningkat 11,3 persen menjadi Rp 16,8 triliun dari Rp 15,1 triliun
pada periode yang sama tahun 2016.
• Bca memperoleh pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 5,2
persen menjadi Rp 41,7 triliun pada kuartal III tahun 2017 dari Rp 39,7 triliun pada periode
yang sama tahun 2016.
• Untuk Outstanding Portofolio kredit perbankan mencapai Rp 440 triliun, naik 13,9 persen year
on year (yoy) didorong oleh segmen korporasi dam konsumer.
• manajemen resiko yang prudent merupakan bagian penting dalam mempertahankan
pertumbuhan laba yang positif
• Kredit korporasi berkontribusi sebesar Rp 161,5 triliun, tumbuh 21,2 persen dibanding periode
yang sama pada tahun sebelumnya. Kredit konsumer tercatat sebesar Rp 128,3 triliun,
meningkat 20,6 %
• Rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan berada pada level 1,5 persen. Total cadangan kredit
tercatat sebesar Rp 12,8 triliun, meningkat 13,6 persen dibandingkan posisi yang sama tahun
2016. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah sebesar 190,8 persen.
• BCA mempertahankan posisi likuiditas dan permodalan yang sehat. Rasio kredit terhadap
pendanaan sebesar 74,7 persen dan rasio kecukupan modal atau CAR mencapai 23,6%
• Pengembangan layanan payment settlement merupakan langkah strategis yang berperan dalam
memperkokoh pendanaan BCA terutama dari dana giro dan tabungan (Current Account and
Savings Accounts – CASA).

Membangun Kepercayaan pelanggan


1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kontribusi karyawan disemua jenjang merupakan
kunci dalam mempertahankan kepercayaan pelanggan. Seperti:
• Mengembangkan keterampilan dan kompetensi seluruh karyawan
• Membina hubungan dengan pelanggan
• Kemampuan berinovasi
2. Menjunjung tinggi profesionalisme dalam penyediaan layanan perbankan.
3. Meningkatkan kualitas produk dan layanan dalam memenuhi kebutuhan nasabah yang terus
berevolusi.
4. Pemanfaatan teknologi terkini mendukung customer experience dan upaya otomasi yang pada
akhirnya meningkatkan efisiensi operasional.

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2018

• PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak menutup tahun dengan pertumbuhan laba bersih
sebesar 10,9% mencapai Rp25,9 triliun dibandingkan Rp23,3 triliun tahun 2017.
• Pendapatan operasional Bank, yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan
operasional lainnya, tumbuh 10,6% menjadi Rp63,0 triliun pada tahun 2018 dibandingkan
Rp57,0 triliun pada tahun 2017.
• Pendapatan bunga bersih meningkat 8,3% menjadi Rp45,3 triliun, sementara pendapatan
operasional lainnya tumbuh 17,0% menjadi Rp17,7 triliun pada tahun 2018.
• Posisi likuiditas BCA didukung oleh dana CASA yang solid, berkat pengembangan
berkelanjutan franchise perbankan transaksi.
• Tahun 2018 portofolio kredit meningkat 15,1% menjadi Rp538 triliun, didukung oleh
tingginya kebutuhan kredit usaha.
• Kredit korporasi tumbuh 20,4% menjadi Rp213,3 triliun pada akhir tahun 2018.
• Kredit komersial dan UKM meningkat 13,4% menjadi Rp183,8 triliun
• Rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat pada level 1,4%, berada dalam tingkat toleransi risiko
yang masih dapat diterima
• Dana giro dan tabungan (CASA) tetap menjadi pendanaan inti Bank. Pada akhir tahun 2018,
CASA berkontribusi 76,7% terhadap total dana pihak ketiga dengan nilai sebesar Rp483,0
triliun.

Membangun Kepercayaan pelanggan


1. Layanan perbankan digital yang inovatif merupakan salah satu keunggulan BCA yang
mendorong kepuasan dan loyalitas nasabah
2. Memberikan Kenyamanan, kemudahan, dan keamanan dalam bertransaksi sehingga
menciptakan kepercayaan nasabah yang tinggi
3. Melakukan inovasi produk dan layanan sesuai perubahan kebutuhan nasabah dan
perkembangan teknologi
4. Menyediakan teknologi terkini guna mendukung layanan solusi perbankan multi-channel yang
terintegrasi.

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2019

• PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak membukukan kinerja tahun 2019 yang solid dengan
laba bersih setelah pajak tumbuh 10,5% menjadi Rp28,6 triliun.
• Dalam perbankan transaksi dan penyaluran kredit, dana giro dan tabungan (CASA) tumbuh
9,9% mencapai Rp532,0 triliun dan total kredit meningkat 9,5% menjadi Rp603,7 triliun.
• Kenaikan laba sebelum provisi dan pajak penghasilan (PPOP) sebesar 15,5% ditopang oleh
pertumbuhan laba operasional sebesar 13,6%.
• Dalam segmen bisnis, termasuk kredit korporasi yang tumbuh 11,1% menjadi Rp236,9 triliun
dan peningkatan kredit komersial & SME sebesar 12,0% menjadi Rp202,9 triliun pada
Desember 2019.
• Kredit konsumer tumbuh 4,3% menjadi Rp158,3 triliun, di mana segmen KPR tumbuh 6,5%
menjadi Rp93,7 triliun, sedangkan KKB turun 1,1% menjadi Rp47,6 triliun.
• Outstanding kartu kredit tumbuh 9,4% menjadi Rp14,1 triliun
• Pertumbuhan kredit BCA dicapai dari kualitas kredit yang terjaga melalui penerapan prinsip
kehati-hatian secara konsisten.
• Membangun Kepercayaan pelanggan
1. melakukan investasi jaringan dan menciptakan inovasi digital untuk memenuhi kebutuhan
nasabah yang terus berkembang.
2. Memahami kebutuhan nasabah dan beradaptasi terhadap dinamika lingkungan bisnis
3. Memperkuat kapabilitas di bidang teknologi digital untuk terus meningkatkan keunggulan
kompetitif

BBNI

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2017

• Laba Bank BNI mencapai Rp13,62 triliun atau tumbuh 20,1 persen dibandingkan Rp11,34
triliun yang dibukukan 2016.
• Laba pada 2017 merupakan hasil perbaikan kualitas aset dan perkembangan bisnis pada
segmen business banking dan consumer banking
• Perbaikan kualitas aset BNI terlihat dari level kredit bermasalah (non performing loan/NPL)
yang menjadi 2,3 persen dari sebelumnya 3 persen.
• Cost to income ratio BNI juga turun dari 44 persen menjadi hanya 43,9 persen.
• Sehingga beban provisi kredit BNI menjadi hanya Rp7,13 triliun atau turun 9,3 persen dari
sebelumnya Rp7,85 triliun
• Sedangkan beban operasional BNI naik menjadi Rp20,86 triliun dari periode akhir 2016
Rp19,22 triliun.
• Pertumbuhan aset BNI ini terutama ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai
Rp516,1 triliun pada akhir tahun 2017 atau naik 18,5% dibandingkan tahun 2016
• BNI mampu mempertahankan rasio CASA pada posisi 63 persen yang menandakan bahwa
mayoritas DPK BNI merupakan dana murah.
Membangun Kepercayaan pelanggan
1. Optimalisasi produktivitas outlet
2. meningkatkan fitur-fitur layanan pada e-channel
3. memperkuat hubungan baik dengan nasabah institusi
4. pengembangan branchless banking (layanan bank tanpa melalui outlet) melalui peningkatan
jumlah agen-agen Laku Pandai BNI atau Agen46

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2018

• Pertumbuhan kredit BNI tersebut menciptakan Pendapatan Bunga Bersih (Net Interest
Income/ NII) yang tumbuh 11,0% yaitu dari Rp 31,94 triliun pada akhir 2017 menjadi
Rp 35,45 triliun pada akhir 2018.
• Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga sebesar 5,2% yaitu dari Rp 11,04 triliun pada
akhir 2017 menjadi Rp 11,61 triliun pada akhir 2018
• Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga tersebut didorong oleh peningkatan
kontribusi fee dari Trade Finance, pengelolaan rekening,danfee bisnis kartu.
• NPL Gross yang membaik dari akhir 2017 sebesar 2,3% menjadi 1,9% di akhir 2018.
• coverage ratio meningkat dari 148,0% pada akhir Desember 2017 menjadi 152,9%
pada Desember 2018 untuk mengantisipasi kondisi global yang challenging di tahun
2019.
• juga berhasil meningkatkan efisiensi di dalam operasionalnya selama 2018, tercermin
dari Cost to Income Ratio (CIR) yang membaik menjadi 42,5% pada Desember 2018,
dibandingkan posisi Desember 2017 yang sebesar 43,9%.
• Pertumbuhan Return on Equity (ROE) dari 15,6% menjadi 16,1%.
• BNI mampu menjaga pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 12,1%, yaitu dari
Rp 516,10 triliun pada Desember 2017 menjadi Rp 578,78 triliun pada Desember 2018.
• BNI berhasil menumbuhkan rasio dana murah (CASA) dari level 63,1% pada Desember
2017 menjadi 64,8% pada Desember 2018.

Membangun Kepercayaan pelanggan


1. meningkatkan hubungan baik dengan institusi-institusi BUMN dan pemerintah
2. menyediakan produk dan layanan yang kompetitif
3. mengembangkan layanan digital banking
4. memberikan layanan perbankan kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan akses
ke outlet-outlet BNI.

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2019

• BBNI menutup tahun 2019 denga laba bersih sebesar Rp15,38 triliun. Realisasi itu hanya
tumbuh 2,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya 2018 sebesar Rp15,02 triliun.
• pertumbuhan laba bersih perseroan pada tahun lalu ditopang penyaluran kredit yang naik 8,6%
menjadi Rp556,77 triliun.
• Pendapatan bunga (net interest income/NII) sebesar Rp36,6 triliun atau 3,3% dari tahun
sebelumnya Rp35,45 triliun.
• ROE (return on equity) pada posisi 14% di akhir tahun 2019
• peningkatan pendapatan non bunga (fee based income/FBI) sebesar 18,1% menjadi Rp11,36%
dari tahun sebelumnya Rp9,62 triliun.
• Realisasi FBI ini, 27,4% di antaranya berasal dari aktivitas bisnis internasional BNI melalui
kantor-kantor BNI cabang luar negeri.
• pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp6,1% jadi Rp614,31 triliun.
Membangun Kepercayaan pelanggan
1. Menjaga komitmen dalam memberikan layanan yang prima dan solusi yang bernilai
tambah bagi seluruh nasabah dan mitra pilihan utama
2. Melakukan perbaikan tiada henti baik dari aspek Kinerja, Compliance, maupun Tata
Kelola Perusahaan.
3. Memberikan update tentang kondisi ekonomi global dan domestik terkini kepada nasabah BNI.
4. Mengembangkan layanan digital banking

BMRI

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2017

• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan laba bersih Rp 20,6 triliun pada akhir
2017 atau tumbuh 49,5% secara year on year (yoy) dari tahun 2016 lalu.
• kenaikan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 0,6% menjadi Rp 54,8 triliun dan peningkatan
pendapatan atas jasa (fee based income) sebesar 16,4% menjadi Rp 23,3 triliun.
• Penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 4,00% pada 2016 menjadi 3,46% sehingga
memangkas alokasi pencadangan perseroan menjadi Rp 16,0 triliun dari Rp 24,6 triliun pada
periode yang sama tahun sebelumnya.
• Kredit Bank Mandiri juga mencatatkan kenaikan sebesar 10,2% secara yoy menjadi Rp 729,54
triliun atau tumbuh Rp 67,53 triliun.
• Pendapatan bunga bank bersandi saham BMRI ini justru tipis sebesar 3,6% secara tahunan
menjadi Rp 79,5 triliun pada akhir tahun 2017
• Pertumbuhan laba secara bisnis dikontribusikan oleh dua segmen utama, yakni korporasi dan
ritel, terutama kredit mikro dan konsumer.
• Pada tahun 2017, pembiayaan segmen korporasi mencapai Rp 264,2 triliun, naik 14,7% yoy
sedangkan kredit ritel tumbuh 13,7% yoy menjadi Rp 223,2 triliun
• Khusus segmen mikro, perseroan ini telah memberikan kredit kepada 1.263.666 debitur senilai
Rp 61,9 triliun, naik 22,2% dari tahun sebelumnya.

Membangun Kepercayaan pelanggan


1. perbaikan kualitas serta mendorong kontribusi pendapatan yang bersumber dari jasa
perbankan.
2. menjaga konsistensi dalam mendukung program-program pemerintah baik untuk penguatan
ekonomi, maupun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Membuat program Reward dilakukan dengan cara melelang hadiah dengan penukaran
fiestapoin tertinggi.

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2018

• PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 21,2 persen menjadi
Rp 25 triliun di akhir 2018.
• Pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 5,28 persen menjadi
Rp 57,3 triliun di 2018 dari Rp 51,9 triliun di 2017.
• Pendapatan atas jasa (fee based income) juga meningkat siginifikan sebesar 20,1 persen atau
Rp 4,7 triliun menjadi Rp 28,4 triliun
• Laba Bank Mandiri tumbuh 21,2 persen menjadi Rp 25 triliun di 2018.
• Bank Mandiri melakukan write off atau penghapusan kredit sebesar Rp 13 triliun untuk
memperbaiki aset perusahaan
• Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan pendapatan dari keuntungan surat berharga minus
32,37 persen atau Rp 338 miliar menjadi Rp 915 miliar.

Membangun Kepercayaan pelanggan


1. perseroan akan terus berinovasi dalam layanan kartu kredit, khususnya segmen premium,
mengingat segmen ini telah menjadi salah satu fokus bisnis utama Bank Mandiri di sektor
konsumer
2. mengembangkan fiestapoin sebagai program strategis untuk memperkuat loyalitas nasabah.
3. Memperbaiki kualitas pelayanan

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2019

• Pada tahun 2019, Bank Mandiri berhasil menurunkan NPL Gross (Bank Only) menjadi 2,39%
dan meningkatkan Laba bersih konsolidasi yang mencapai Rp27,5 triliun.
• Aset Konsolidasi meningkat 9,6% Mencapai Rp1.318,2 triliun Didukung pertumbuhan Kredit
yang secara tahunan tumbuh mencapai 11,47%.
• Laba Bersih Konsolidasi meningkat 9,9% Mencapai Rp27,5 triliun.
• Dana Pihak Ketiga (Termasuk Dana Syirkah Temporer) Konsolidasi meningkat 10,97%
Mencapai Rp933 triliun.
• Rasio NPL Gross (Bank Only) turun menjadi 2,39% (40 bps)
• Skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) sebesar 94,86 meningkat dibandingkan
tahun 2018 yang sebesar 93,86.
Membangun Kepercayaan pelanggan
1. Memberikan beragam program promosi menarik serta memberikan layanan pembayaran
2. meningkatkan back up sistem keamanan berlapis-lapis supaya pihak ketiga tak mampu
menembus data pribadi nasabah.
3. Memperbaiki kualitas pelayanan nasabah
ANALISIS MAKRO

BBCA

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2017

Sepanjang tahun 2017 Pemerintah dan regulator menerapkan kebijakan-kebijakan untuk


menstimulasi pemulihan ekonomi nasional serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan. Pembangunan proyek-proyek infrastruktur terus menjadi fokus Pemerintah yang akan
mendorong laju perputaran roda ekonomi Indonesia terutama pada saat beberapa infrastruktur
utama telah terselesaikan. Arus investasi menunjukkan tren membaik dan turut menopang berbagai
aktivitas bisnis. Sementara itu, kinerja ekspor nasional telah menunjukkan peningkatan sejalan
dengan perbaikan harga komoditas-komoditas unggulan Indonesia dari harga terendahnya.

Di tengah moderasi perekonomian Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir industri perbankan
Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga. Strategi konsolidasi
dan efisiensi internal yang ditempuh dunia usaha telah menyebabkan rendahnya permintaan kredit
sehingga pada tahun 2017 kredit industri perbankan tumbuh moderat 8,2% menjadi Rp 4.738
triliun. Sementara itu dana pihak ketiga tumbuh lebih tinggi dibandingkan kredit sebesar 9,3%
menjadi Rp 5.289 triliun diantaranya didukung oleh kesuksesan program tax amnesty. Industri
perbankan juga dihadapkan pada tekanan terhadap Net Interest Margin (NIM) sejalan dengan
penurunan suku bunga, di tengah permintaan kredit belum sepenuhnya pulih pada tahun 2017.
NIM industri perbankan turun 30 basis point menjadi 5,3% pada tahun 2017 dibandingkan 5,6%
pada tahun 2016. Meskipun demikian, meredanya tekanan terhadap kredit bermasalah
menyebabkan pembentukan biaya cadangan penurunan nilai kredit menjadi berkurang apabila
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mendorong pertumbuhan positif profitabilitas
industri perbankan pada tahun 2017 meskipun pertumbuhan portofolio kredit masih dalam kisaran
yang moderat dan NIM mengalami tekanan.

Kondisi keuangan BCA yang solid di tahun buku 2017 tercermin pada rasio-rasio keuangan utama.
BCA mencatat tingkat pengembalian atas aset (Return on Assets – ROA) sebesar 3,9% dan tingkat
pengembalian atas ekuitas (Return on Equity – ROE) sebesar 19,2%. Rasio profitabilitas ini relatif
terjaga dibandingkan tahun sebelumnya dan berada di atas rata-rata sektor perbankan. Aktivitas
penyaluran kredit dan berbagai investasi senantiasa memperhatikan kecukupan likuiditas dan
permodalan BCA. Posisi permodalan dan likuiditas tetap solid dengan rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio – CAR) sebesar 23,1% dan rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to
Funding Ratio – LFR) sebesar 78,2%.

BCA berhasil membukukan kinerja yang baik selama tahun 2017, ditandai dengan pertumbuhan
portofolio kredit dan dana pihak ketiga serta peningkatan profitabilitas. Porfotolio kredit tumbuh
di atas rata-rata industri sebesar 12,4% menjadi Rp 467,5 triliun pada akhir tahun 2017. Sementara
itu, dana pihak ketiga BCA tumbuh 9,6% menjadi Rp 581,1 triliun, ditopang oleh pertumbuhan
dana giro dan tabungan (Current Accounts and Savings Accounts – CASA) dan dana deposito. Di
tengah penurunan marjin bunga bersih, BCA berhasil membukukan peningkatan Laba Bersih
sebesar 13,1% menjadi Rp 23,3 triliun pada 2017. Peningkatan tersebut ditopang oleh
pertumbuhan bisnis di bidang kredit dan penghimpunan dana, berbagai program efisiensi
operasional serta pembentukan biaya cadangan yang lebih rendah sejalan dengan terjaganya
kualitas kredit. Pada tahun 2017 marjin bunga bersih tercatat 6,2%, turun 60 basis point
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tekanan terhadap penurunan marjin bunga bersih mulai
mereda pada triwulan IV 2017. BCA mencatat tingkat pengembalian atas aset (Return on Assets
– ROA) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity – ROE) masing-masing sebesar
3,9% dan 19,2%, tetap pada kisaran yang solid. Posisi permodalan dan likuiditas BCA berada pada
posisi yang memadai dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) sebesar
23,1% dan rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Funding Ratio – LFR) sebesar 78,2%. Rasio
CAR BCA lebih tinggi dari persyaratan minimum yang ditetapkan oleh regulator saat ini, serta
telah berada di atas tingkat yang dipersyaratkan dengan menerapkan asumsi buffer maksimum
pada metode perhitungan BASEL III. Sementara itu, rasio kredit bermasalah tercatat pada tingkat
yang dapat ditoleransi, sebesar 1,5% pada tahun 2017.

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2018

Melalui serangkaian kebijakan, pemerintah dan regulator berupaya mengelola defisit transaksi
berjalan dan mempertahankan daya tarik pasar finansial domestik. Di bidang moneter, Bank
Indonesia menaikkan suku bunga acuan (7-day reverse repo rate) menjadi 6,0% pada akhir 2018
(naik 175 bps sejak awal 2018) untuk mengimbangi KENAIKAN treasury yield. Penyesuaian suku
bunga acuan Bank Indonesia diarahkan untuk menjaga kestabilan pasar finansial domestik.
Depresiasi nilai tukar Rupiah relatif lebih baik dibandingkan negara-negara emerging lainnya.
Sejak awal tahun, depresiasi Rupiah terhadap USD relatif lebih terjaga dibandingkan dengan
beberapa negara berkembang lainnya seperti Turki, Brazil, Afrika Selatan, dan India. Lebih lanjut
hingga akhir tahun 2018, nilai tukar Rupiah menguat kembali karena dampak melemahnya USD.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan fungsi pengawasan yang disiplin atas kegiatan-
kegiatan di sektor jasa keuangan serta proaktif melaksanakan diskusi dengan para pelaku jasa
keuangan dalam mengantisipasi potensi risiko yang mungkin muncul. Keberhasilan Pemerintah
dan Bank Indonesia dalam mengendalikan tingkat inflasi turut berkontribusi dalam menjaga
kestabilan ekonomi makro.

Kebutuhan permodalan BCA dapat dipenuhi dari pertumbuhan modal secara organik yang
didukung oleh profitabilitas Bank yang sehat. Sesuai dengan POJK No. 14/POJK.03/2017 tentang
‘Rencana Aksi (Recovery Plan) bagi Bank Sistemik’, BCA telah menerbitkan obligasi subordinasi
sebesar Rp500 miliar pada tahun 2018 untuk memenuhi kewajiban penerbitan surat utang yang
memiliki karakteristik modal dan telah mendapatkan persetujuan para pemegang saham.

BCA melaporkan pencapaian kinerja yang solid pada tahun 2018 dengan pertumbuhan
profitabilitas didukung oleh kenaikan portofolio kredit dan dana pihak ketiga. Portofolio kredit
tumbuh sebesar 15,1%, lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata industri perbankan, menjadi
Rp538,1 triliun dengan NPL yang tetap terjaga sebesar 1,4% pada akhir tahun 2018. Sementara
itu, dana giro dan tabungan (Current Accounts and Savings Accounts – CASA) meningkat 8,9%
menjadi Rp483,0 triliun dan berkontribusi 76,7% terhadap total dana pihak ketiga BCA. Ditopang
oleh pertumbuhan CASA, dana pihak ketiga meningkat 8,4% menjadi Rp629,8 triliun. Rasio
kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) dan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga
(Loan to Deposit Ratio – LDR) berada pada tingkat yang memadai, masingmasing sebesar 23,4%
dan 81,6%. Laba bersih tumbuh sebesar 10,9% mencapai Rp25,9 triliun pada tahun 2018 yang
didukung oleh peningkatan pendapatan operasional sebesar 10,6%, sedangkan beban operasional
naik sebesar 9,8%. Adapun pembentukan biaya cadangan aset keuangan secara keseluruhan
meningkat 1,7% menjadi Rp2,7 triliun. BCA mencatat rasio profitabilitas yang baik dengan tingkat
pengembalian atas aset (Return on Assets – ROA) sebesar 4,0% dan tingkat pengembalian atas
ekuitas (Return on Equity – ROE) pada level 18,8%.

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2019

Selama tahun 2019, perekonomian nasional Indonesia memperlihatkan ketahanan ekonomi yang
cukup baik dalam menghadapi berbagai tantangan kondisi global yang terjadi. Indonesia berhasil
mencatatkan pertumbuhan PDB yang moderat sebesar 5,0%, ditopang oleh tingkat konsumsi
rumah tangga dan belanja pemerintah yang cukup kuat. Pemerintah merespons berbagai tantangan
melalui berbagai kebijakan moneter maupun fiskal dalam negeri. Sejalan hal ini, Bank Indonesia
melakukan relaksasi kebijakan secara hati-hati melalui penurunan suku bunga acuan (7-day
reverse repo) secara bertahap di tahun 2019 dengan total penurunan sebesar 100 bps menjadi 5,0%.
Pemerintah terus berupaya mengelola tingkat defisit transaksi berjalan serta mempertahankan daya
tarik pasar keuangan dalam negeri. Di tengah penurunan permintaan barang ekspor Indonesia,
pemerintah berupaya mengendalikan tingkat impor nasional, terutama untuk impor migas dan
barang konsumsi. Keadaan ini menunjang posisi defisit neraca transaksi berjalan sebesar USD30,4
miliar atau sekitar 2,7% dari PDB dan tingkat inflasi relatif terkendali pada tingkat yang rendah di
kisaran 2,7%. Sementara itu, arus modal asing pada instrumen keuangan cukup kuat sehingga
mampu menopang surplus neraca modal nasional. Berbagai perkembangan kondisi tersebut telah
mendukung kestabilan dari nilai tukar Rupiah selama tahun 2019, dimana Rupiah berada di level
Rp13.866 per 1 USD di akhir tahun 2019.
BCA membukukan total ekuitas sebesar Rp174,1 triliun, meningkat Rp22,4 triliun atau tumbuh
14,8% dari tahun lalu. Pertumbuhan ekuitas sejalan dengan peningkatan profitabilitas BCA dan
penerapan kebijakan dividen yang terukur. BCA membukukan Laba Bersih sebesar Rp28,6 triliun
atau tumbuh 10,5% didukung oleh kinerja pendapatan operasional yang solid, upaya efisiensi dan
kualitas aset yang terjaga. Pendapatan operasional naik 13,6% ditopang oleh pertumbuhan
pendapatan bunga bersih yang baik mencapai 11,5%, serta kenaikan pendapatan operasional selain
bunga sebesar 19,2% terutama dari pendapatan provisi dan komisi.

BBNI

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2017

Pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan sekitar 5,10% (yoy), dibandingkan 5,02% (yoy) pada
2016. Pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan ekspor komoditas diikuti dengan
peningkatan investasi non-bangunan, khususnya pada korporasi yang berbasis komoditas.
Stimulus fiskal oleh pemerintah terkait pembangunan proyek infrastruktur juga mendorong
investasi bangunan. Di sisi lain, investasi pada sektor-sektor nonkomoditas belum menunjukkan
peningkatan yang berarti. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh terbatas khususnya pada belanja
makanan dan pakaian disertai pergeseran pola konsumsi ke leisure, serta terjadi preferensi untuk
menunda konsumsi pada masyarakat golongan menengah atas.

Dalam menghadapi tantangan perekonomian, khususnya di industri perbankan tahun 2017, Direksi
telah mampu mengambil berbagai inisiatif strategis dalam rangka meningkatkan kinerja
operasional Perseroan. Pada tahun 2017, Direksi telah melaksanakan nasehat Dewan Komisaris
yaitu fokus pada

1) memberikan perhatian khusus pada kualitas kredit,

2) menjaga likuiditas dalam level yang sehat,

3) pertumbuhan kredit dan

4) peningkatan fee based income.

Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) di tahun 2017 sebesar 2,3%, atau turun
0,7% dari tahun 2016. Pada akhir tahun 2017, tingkat likuiditas BNI yang diukur melalui rasio
pinjaman terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio) sebesar 85,6% yang menunjukkan
bahwa likuiditas terjaga dengan baik. Sedangkan terkait dengan fee based income, Perseroan
berhasil menghimpun sebesar Rp9,8 triliun di 2017, meningkat sebesar 13,9% dari tahun 2016
yang mencapai Rp8,6 triliun. Sampai dengan akhir November 2017, Perseroan berhasil
mempertahankan posisinya yang cukup kompetitif di industry perbankan. Apabila dibandingkan
dengan industri perbankan dan peers group, BNI tumbuh lebih tinggi baik dari segi aset dan
pendanaan.

Pinjaman yang diberikan BNI tumbuh 11,8%, sedangkan simpanan nasabah BNI tumbuh 15,9%
lebih tinggi dibandingkan industri dan juga peers group per November 2017. Dengan pertumbuhan
pinjaman yang diberikan dan simpanan nasabah tersebut, maka pada periode yang sama, aset BNI
dapat tumbuh sebesar 16,6%, lebih tinggi dibandingkan industri dan peers group. Peningkatan
kinerja operasional tersebut telah berdampak pada peningkatan yang cukup signifikan pada Laba
Perseroan. Pada tahun 2017, pertumbuhan laba bersih mencapai 20.1% dibandingkan dengan
tahun 2016 yang dipicu oleh pertumbuhan pendapatan operasional lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan beban operasionalnya.

Secara umum, sampai dengan Desember 2017, BNI telah menunjukkan kinerja yang memuaskan,
terlihat pada beberapa pencapaian kinerja kunci sebagi berikut:

1. Profitabilitas yang diukur menggunakan rasio ROA mencapai target dengan realisasi 2.5-2.8%

2. Coverage Ratio mencapai target dengan realisasi 146 -148%.

3. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai target dengan realisasi 18.0-22.0%. 4.
Membaiknya efisiensi operasional dengan CIR sebesar 43.9%.

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2018

Di tengah kondisi perekonomian dunia yang belum stabil, di tahun 2018, ekonomi Indonesia
tumbuh moderat dan mencapai 5,17% (YoY) pada triwulan III - 2018. Sebelumnya, pada triwulan
I – 2018 ekonomi mampu tumbuh 5,06% (YoY) dan kemudian naik menjadi 5,27% (YoY) di
triwulan II – 2018. Inflasi Indonesia sepanjang tahun 2018 berada pada level 3,13%, yaitu pada
kisaran target BI sebesar 3,5±1% di tahun 2018. Terkendalinya inflasi dipengaruhi oleh rendahnya
inflasi inti serta inflasi volatile food yang cenderung rendah dan inflasi administered price yang
relatif terjaga. Keberhasilan BI menjaga inflasi tidak terlepas dari fungsi koordinasi bersama
dengan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.

Pencapaian kinerja BNI di 2018 sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor eksternal
maupun internal. Pemilihan strategi yang tepat sangat diperlukan dalam menghadapi kondisi
perekonomian yang masih penuh dengan tantangan. Pada bagian ini, analisis perekonomian makro
dan industri perbankan serta kebijakan strategis yang telah diterapkan dan dilanjutkan dengan
kinerja Bank yang dihasilkan.

Selama tahun 2018, simpanan nasabah naik Rp62,7 triliun atau 12,1% menjadi Rp578,8 triliun
dari posisi 2017 yang tercatat sebesar Rp516,1 triliun. Produk giro mencatatkan pertumbuhan
18,2% atau Rp26,1 triliun dari posisi 2017 sebesar Rp143,2 triliun menjadi Rp169,3 triliun di
2018. Produk tabungan juga mencatatkan pertumbuhan agresif sebesar Rp23,8 triliun dari posisi
Rp182,3 triliun di 2017 menjadi Rp206,1 triliun. Di sisi lain, produk deposito mampu tumbuh
6,7% atau Rp12,8 triliun selama 2018 menjadi Rp203,4 triliun. Pertumbuhan deposito yang tidak
seagresif pertumbuhan produk giro dan tabungan merupakan implementasi strategi BNI yang
fokus pada pendanaan yang bersumber dari CASA. Kinerja operasional yang sangat baik, telah
mampu menghasilkan pertumbuhan laba bersih mencapai 10,3% dibandingkan dengan tahun
2017. Hal tersebut dipicu oleh meningkatnya komposisi pendapatan seperti pendapatan bunga dan
syariah yang merupakan motor penggerak utama kegiatan operasional perbankan.

Secara umum, sampai dengan Desember 2018, BNI telah menunjukkan kinerja yang memuaskan,
terlihat pada beberapa pencapaian kinerja kunci sebagai berikut:

1. Profitabilitas yang diukur menggunakan rasio ROA mencapai target dengan realisasi 2,5-2,8%

2. Coverage Ratio mencapai target dengan realisasi 146 -148%.

3. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai target dengan realisasi 18,0-22,0%.

4. Membaiknya efisiensi operasional dengan CIR sebesar 43,9%

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2019

Di tengah tantangan dan tekanan makroekonomi global, fundamental ekonomi Indonesia masih
cukup baik. Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2019
sebesar 5,0%. Sementara itu inflasi 2019 yang tercatat sebesar 2,7% (yoy) juga terkendali dengan
baik di bawah target Bank Indonesia pada level 3,5%. Terkendalinya inflasi dipengaruhi oleh
rendahnya inflasi inti serta inflasi volatile food dan inflasi administered price yang relatif terjaga.
Keberhasilan Bank Indonesia menjaga inflasi tidak terlepas dari fungsi koordinasi bersama dengan
Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.

Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRRR) pada tahun 2019 turun sebanyak 4 kali dengan
total penurunan sebesar 100 bps dari 6,0% pada posisi 2018 menjadi 5,0% pada Oktober 2019,
seiring dengan ekspektasi turunnya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed)
rate ke level 1,50 - 1,75%. Kebijakan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia diharapkan
akan meningkatkan ekspansi kredit perbankan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam menghadapi tantangan dan dinamika bisnis yang cepat, BNI membuka lembaran tahun
2019 dengan mengimplementasikan berbagai kebijakan strategis. Berkaitan dengan hal tersebut,
melalui Laporan Tahunan ini akan kami paparkan realisasi penerapan kebijakan strategis Bank,
pencapaian kinerja, antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada, perkembangan penerapan
Tata Kelola, serta analisis prospek usaha Bank ke depan. Keseluruhan hal tersebut merupakan
salah satu wujud pertanggungjawaban kami sebagai manajemen kepada pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya dalam menjalankan bisnis Bank.

BNI telah berhasil mencatat peningkatan kinerja yang baik di tengah kondisi ekonomi makro yang
menantang. Sejalan dengan kenaikan laba bersih sebesar 2,5% BNI mampu membukukan Return
on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) sebesar 2,4% dan 14,0% atau mencapai target yang
ditetapkan di tahun 2019. Kenaikan profitabilitas ini di dukung oleh pertumbuhan pinjaman yang
diberikan sebesar 8,6% atau dalam kisaran target yang ditetapkan. Sejalan dengan pertumbuhan
pinjaman ini, BNI mengelola kualitas kredit serta hati-hati dengan pencapaian NPL bruto sebesar
2,3% atau masih dalam estimasi yang ditetapkan sebelumnya. Meskipun demikian, sejalan dengan
kondisi eksternal Bank, BNI menghadapi tantangan dalam pertumbuhan DPK. Sehingga DPK
hanya tumbuh sebesar 6,1% sejalan dengan likuiditas perbankan yang ketat.

BMRI

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2017

Kondisi ekonomi global sepanjang tahun 2017 menunjukkan tren pemulihan yang cukup baik yang ditandai
oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016, terutama di negara-negara
maju. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun 2017 mengalami kenaikan cukup
signifikan menjadi 2,6% dari 1,5% pada tahun 2016. Sementara itu ekonomi Zona Euro di tahun 2017
berhasil tumbuh 2,5%, yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2007. Sementara itu di kawasan
negara-negara berkembang Asia Pasifik, perekonomian Tiongkok juga menunjukkan perkembangan yang
lebih baik dari perkiraan sebelumnya.

Sejalan dengan perbaikan kondisi perekonomian global, kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2017
juga turut membaik. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional meningkat dari 5,03% pada
tahun 2016 menjadi 5,07% pada tahun 2017, didukung oleh stabilnya konsumsi rumah tangga,
meningkatnya pertumbuhan investasi, kontribusi belanja Pemerintah dan surplus neraca perdagangan
internasional yang terus meningkat. Stabilnya tingkat konsumsi rumah tangga tidak terlepas dari laju inflasi
yang terkendali. Laju inflasi sepanjang tahun 2017 tercatat sebesar 3,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan
inflasi tahun 2016 yang sebesar 3,0% namun masih tergolong cukup rendah secara historis dan masih dalam
rentang target inflasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 4±1%.

Perseroan senantiasa melakukan evaluasi terhadap kebijakan strategis untuk meraih setiap peluang dan
potensi yang ada.

Menjelang akhir triwulan III 2016, Bank Mandiri menetapkan kebijakan strategis menyesuaikan dengan
kondisi perekonomian nasional dengan melakukan penyelarasan Corporate Plan yang ditetapkan sebagai
Corporate Plan Restart 2016-2020 yang selanjutnya menjadi dasar penyusunan strategi bisnis tahun 2017.

• Kinerja konsolidasi Bank Mandiri di 2017 telah menunjukkan hasil kinerja yang memuaskan. Bank
Mandiri mampu mencapai target kinerja yang telah ditetapkan disepanjang tahun 2017.
• Laba tahun berjalan berhasil tumbuh signifikan sebesar 49,5% YoY mencapai Rp20,64 triliun, jauh
melebihi target yang telah ditetapkan sebesar Rp 19,06 Triliun.
• Pertumbuhan laba didorong oleh peningkatan FBI yang secara tahunan berhasil tumbuh 16,4%
mencapai Rp 23,3 triliun, pengendalian biaya operasional, dan penurunan biaya CKPN sebesar
37,3% YoY seiring dengan mulai membaiknya kualitas kredit yang dimiliki Bank Mandiri.
• Jika dilihat dari pencapaian volume bisnis, kredit Bank Mandiri secara tahunan berhasil tumbuh
sebesar 10,2% mencapai Rp 729,5 triliun, sedikit di bawah target seiring dengan masih lemahnya
pertumbuhan kredit perbankan nasional dan masih berlangsungnya proses konsolidasi perbaikan
kualitas kredit di segmen Komersial dan segmen Small Medium Enterprise (SME) yang masih
berlangsung. Sejalan dengan upaya perbaikan kualitas kredit yang dilakukan, NPL Bank Mandiri
berhasil turun 51 bps menjadi 3,45% pada akhir tahun 2017 lebih baik dari target yang telah
ditetapkan sebesar 3,63%, dengan coverage ratio terjaga di level 135,09%.
• Dari sisi penghimpunan dana, DPK Bank Mandiri secara tahunan berhasil tumbuh 7,0% mencapai
Rp 815,8 triliun, didorong oleh pertumbuhan dana murah sebesar 10,4% mencapai Rp 540,3 trilun,
dengan porsi dana murah mencapai 66,2% dari total DPK. Hal ini sejalan dengan strategi Bank
Mandiri untuk menurunkan Cost of Fund (CoF) dan mengelola margin dalam rangka menjaga
profitabilitas dengan :

PROFITABILITAS
• ROA 2,72%
• ROE 14,53%
• NIM 5,63%
• BOPO 71,78%

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2018

Kondisi ketidakpastian perekonomian global masih berlanjut dengan tingkat pertumbuhan di kisaran
3,73%. Kondisi tersebut menyebabkan volume perdagangan dan harga komoditas dunia tetap rendah
sehingga berdampak pada transaksi ekspor Indonesia yang merupakan sumber pertumbuhan ekonomi
nasional. Sejalan dengan kondisi tersebut, inflasi cenderung meningkat di Uni Eropa dan negara lain,
bahkan cenderung tinggi di Amerika Serikat. Meningkatnya inflasi tersebut mempengaruhikebijakan
moneter Amerika Serikat yang ditandai dengan meningkatnya tingkat Fed-Fund Rate (FFR) sebanyak 4
(empat) kali sebesar 100 bps sepanjang tahun 2018. Perubahan kebijakan moneter di berbagai negara maju
khususnya dalam penetapan suku bunga dasarnya diikuti pula penyesuaian kebijakan moneter di negara-
negara yang sedang berkembang (emerging market), termasuk negara Indonesia, agar dengan demikian
mampu menghadapi dampak dari perubahan kondisi keuangan global.Kondisi keuangan yang terjadi secara
global tersebut, juga mendorong semakin tingginya premi risiko investasi di negara berkembang
mengakibatkan adanya penarikan kembali dana investasi asing dari negara emerging market. Menguatnya
mata uang dolar Amerika Serikat menyebabkan aliran modal/investasi asing yang masuk ke negara
berkembang juga turun tajam, yaitu sebesar 101,16 miliar dolar Amerika Serikat di tahun 2017, menjadi
sekitar 6,54 miliar dolar Amerika Serikat di 2018.

Di tengah kondisi perekonomian dunia yang belum kondusif, perekonomian Indonesia di 2018 relatif baik
dengan angka pertumbuhan sebesar 5,17% di 2018. Sedangkan inflasi sepanjang tahun 2018 tetap rendah
di kisaran 3,07%. Perekonomian Indonesia yang cenderung cukup stabil tersebut tidak terlepas dari
kebijakan moneter serta upaya Pemerintah Republik Indonesia dalam mendorong permintaan domestik.
Membaiknya perekonomian dan perbankan nasional, memperlihatkan bahwa prospek usaha Bank Mandiri
kedepannya sangat baik. Namun demikian, masih tingginya tantangan di lingkungan perekonomian global
mendorong Bank Mandiri untuk tetap selektif dalam memilih strategi sehingga peluang-peluang bisnis yang
ada bisa ditangkap dengan baik.

Total Laba bersih segmen operasi tahun 2018 mencapai Rp25,85 triliun tumbuh 20,56% dibandingkan
dengan tahun sebelumnya mencapai Rp21,44 triliun. Segmen operasi yang mencapai pertumbuhan paling
signifikan berasal dari segmen Entitas Anak – Syariah yang tumbuh sebesar 65,74% dari Rp365,17 miliar
di tahun 2017 menjadi Rp605,21 miliar. Sedangkan segmen operasi yang memberikan kontribusi terbesar
pada tahun 2018 terhadap laba bersih adalah segmen Retail Banking yang mencapai Rp30,48 triliun dengan:

PROFITABILITAS

• ROA 3,17%
• ROE 16,23%
• NIM 5,52%
• BOPO 66,48%

Profitabilitas Perusahaan Tahun 2019

Kondisi ketidakpastian perekonomian global masih berlanjut dengan tingkat pertumbuhan di kisaran 3,0%
yang merupakan pertumbuhan terendah sejak krisis tahun 2008. Melambatnya pertumbuhan ekonomi
global sepanjang tahun 2019 turut berdampak kepada permintaan komoditas global yang menjadi andalan
bagi Indonesia, yaitu batu bara dan minyak kelapa sawit melemah. Di sisi lain, kondisi ekonomi global
yang melambat menyebabkan bank sentral-bank sentral di berbagai belahan dunia, terutama Amerika
Serikat(The Fed) menurunkan suku bunga kebijakan. The Fed sepanjang tahun 2019, menurunkan suku
bunga kebijakan federal funds rate (FFR) sebanyak 75 bps dari 2,50% menjadi 1,75% untuk mengantisipasi
dampak dari perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian AS.Di tengah kondisi perekonomian
dunia yang belum kondusif, perekonomian Indonesia di 2019 relatif baik dengan angka pertumbuhan
sebesar 5,02% (YoY) pada Triwulan-III 2019. Sedangkan inflasi sepanjang tahun 2019 tetap terjaga di
bawah 3,5%. Perekonomian Indonesia yang cenderung cukup stabil tersebut tidak terlepas dari kebijakan
moneter serta upaya Pemerintah Republik Indonesia dalam mendorong permintaan domestik. Total aset
Bank Mandiri secara tahunan tumbuh 9,65% mencapai Rp1.318,2 triliun. Dari sisi permodalan, total ekuitas
Bank Mandiri mencapai

Rp209,03 triliun, atau secara tahunan tumbuh 13,0% dengan :

PROFITABILITAS

• ROA 3,03%
• ROE 15,08%
• NIM 5,46%
• BOPO 67,44%

ANALISIS INDUSTRI

Analisis industri bertujuan membantu perusahaan secara tidak langsung dalam perumusan
strategi. Hasil analisis memberikan konteks dimana strategi dirumuskan. Analisis industri
mengidentifikasi isu-isu relevan yang dihadapi perusahaan dalam perumusan strateginya.
Dalam hal ini meliputi produk yang masing masing perbankan miliki dalam menghadapi
persaingan satu dengan yang lain (BCA, BNI dan mandiri).

Dalam mengadapi persaingan indstri Bank mandiri mengeluakan keunggulan dan kebijakan yaitu
1. Sumber dana murah
2. Jumlah jaringan cabang atau outlet.

Kebijakan bank mandiri salahsatunya Bank Mandiri


Kebijakan spin-off memiliki pengaruh yang positif dan signifikan artinya meningkatnya jumlah
aset
bahwa variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen secara simultan.
Artinya kebijakan spin-off dan PDB secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kesehatan
bank.

Dalam mengadapi persaingan indstri Bank BNI mengeluakan keunggulan dan kebijakan yaitu :
1. TAPLUS,
2. Simpanan pelajar,
3. Dollar BNI, dan
4. Tapenas
Kebijakan bank BNI : Pada kebijakan spin off dan pertumbuhan ekonomi secara parsial tidak
mempengaruhi kesehatan bank baik dari sisi capital maupun pembiayaan/credit bermasalah.
Kondisi ini selaras dengan laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bank BNI selama periode 2017-
2019 pertumbuhan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF)
menunjukkan grafik yang fluktuatif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan PDB di
Indonesia selama periode penelitian yang semakin meningkat, namun masyarakat untuk
melakukan pembayaran pinjaman semakin menurun, kemungkinan dikarenakan adanya
peningkatan dalam pendapatan membuat masyarakat meningkatkan pola konsumsinya.
Dalam mengadapi persaingan indstri Bank BCA mengeluakan keunggulan dan kebijakan yaitu :
1. Keuntungan Bunga dan Bagi Hasil Salah satu kelebihan menabung yaitu, jika Anda menabung
dalam jangka waktu yang lama dan dana yang ditabung dari waktu ke waktu makin besar, bunga
tabungan akan memberi keuntungan yang signifikan.
2. Keamanan
Keamanan adalah salah satu faktor penting dalam menabung di bank.Bank memiliki sistem
keamanan berlapis, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Secara nonfisik, dalam menjamin
keamanan uang, bank bekerja sama dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Ketika terjadi
masalah yang berdampak buruk pada bank, uang nasabah tetap bisa diambil karena dijamin LPS.
3. Kebebasan dalam Bertransaksi
Anda memiliki kesempatan untuk melakukan transaksi finansial. Fitur transaksi tersebut biasanya
mencakup berbagai hal, seperti transaksi transfer dan penarikan uang melalui ATM, SMS Banking,
ataupun internet banking. Sebenarnya semua bank menawarkan fitur-fitur yang sangat lengkap
bagi nasabah.Selain bisa menyimpan uang, Keberadaan fitur-fitur tersebut memberi kemudahan
bagi nasabah untuk melakukan transaksi selama 24 jam.Nasabah pun menjadi bebas dalam
melakukan transaksi.
4. Lebih Praktis dan Simpel
Menabung di bank lebih praktis dan simpel.Anda cukup merencanakan keuangan dengan melihat
rincian-rincian dalam buku tabungan yang diberikan bank.

5. Kesempatan Mendapatkan Hadiah


Menabung di bank menjadi sangat menarik karena bank akan memberikan hadiah bagi
nasabahnya. Sebenarnya, pemberian hadiah ini tidak diberikan kepada setiap nasabah.Hadiah
diberikan lewat pengundian.Meskipun demikian, undian berhadiah menarik perhatian banyak
orang.Pasalnya, hadiah yang ditawarkan bisa berupa uang miliaran ataupun mobil
mewah.Semakin rajin menabung maka kesempatan untuk mendapatkan hadiah semakin besar.
Nah gimana kalau kamu suka ikut undian berhadiah sepertinya boleh nih nabung di BCA?
6. Dapat Mengelola Keuangan dengan Lebih Terencana
Salah satu tujuan dari menabung adalah agar kita dapat mengelola uang dengan lebih
terencana.Dengan menempatkan uang di bank, khususnya dengan memilih produk tabungan
berjangka, perencanaan keuangan bisa lebih terarah dan konsisten.Anda pun dengan sendirinya
menjadi disiplin dalam menjalankan perencanaan keuangan.
7. Pilihan Investasi yang Terbilang Aman
Menabung juga bisa dijadikan pilihan investasi meskipun hasilnya tidak lebih besar dari pilihan
investasi lainnya. Ada banyak pilihan investasi yang lebih menjanjikan daripada menabung,
semisal investasi saham, obligasi, atau reksa dana. Namun, menabung terbilang aman dalam
berinvestasi karena risiko-risiko yang ada padanya lebih kecil dibanding pilihan investasi yang
lain.
8. Mudah Diambil untuk Kebutuhan Mendesak
Dengan kebebasan dalam bertransaksi yang diberikan, anda bisa mengambil uang anda kapanpun
diperlukan.

Kebijakan Bank BCA


kebijakan spin-off dan pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi kesehatan bank secara parsial.
Temuan tersebut selaras dengan laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bank BCA selama periode
2017-2019 bahwa pertumbuhan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan grafik yang
fluktuatif dan pada tahun 2018, Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami kenaikan dari 23,1 %
sampai 23.8%
KESIMPULAN

- Jika saya menjadi seorang investor (Super Trader) maka saya akan memilih saham
BCA dengan alasan fundamental dan grafik teknikal yang baik selain itu harga saham
BCA tidak terlalu Volatif dan cenderung stabil sehingga resiko yang diterima sangat
kecil (Saham BCA adalah low resk )
- Jika saya menjadi seorang investor (Swing Trader ) maka saya akan memilih saham
BNI, krena BNI merupakan saham blue chip yang memiliki harga cenderung murah
dan dan tidak terlalu mahal
- Jika saya menjadi seorang investor (Day Trader ) maka saya akan memilih saham
Mandiri dikarenakan fluktasi naik dan turun harga sahamnya yang cepat namun untuk
pemula tidak disarankan untuk melakukan Day Trader

Anda mungkin juga menyukai