SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER HPII Lulu Indah Sari 1921030503
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER HPII Lulu Indah Sari 1921030503
Jawaban.
1. A. Pengertian rukun dan syarat perkawinan
perkawinan atau nikah adalah suatu perjanjian yang mengikat antara pria dan wanita sebagai
keluarga dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah. Perkawinan adalah suatu proses yang
sudah melembaga, yang mana laki-laki dan perempuan memulai dan memelihara hubungan
timbal balik yang merupakan dasar bagi suatu keluarga. rukun adalah yang harus dipenuhi
untuk sahnya suatu pekerjaan, Secara istilah rukun adalah suatu unsur yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau
tidaknya suatu perbuatan tersebut dan ada atau tidaknya sesuatu itu.
dapat disimpulkan bahwa rukun nikah adalah syarat yang harus dipenuhi untuk
melangsungkan perkawinan, dan bagian yang tak terpisahkan dari perbuatan atau lembaga
yang menentukan sah atau tidaknya perkawinan.
Rukun Perkawinan di atur di dalam pasal 15 Kompilasi Hukum Islam, yang terdiri dari :
1. Calon suami, syarat-syaratnya:
2. Beragama islam
3. Lak-laki
4. Jelas orangnya
5. Dapat memberikan persetujuan
6. Tidak terdapat halangan perkawinan
Ijab qabul,syarat-syaratnya :
1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2. Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai
3.Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut
4. Antara ijab dan qabul bersambngan
5. Orang yang terkait ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau umroh
6. Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu calon mempelai atau
wakilnya, wali dari mempelai wanita, dan dua orang saksi.
B. Keabsahan perkawinan
Terdapat empat persyaratan sahnya perkawinan menurut jumhur ulama dalam Islam, antara
lain: akad nikah (Ijab dan Qabul); calon mempelai laki-laki dan perempuan; wali; dan saksi.
Sementara Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatur bahwa untuk melaksanakan
perkawinan dibutuhkan: calon suami; calon istri; wali nikah; dua saksi; ijab dan qabul.
1. Apabila akad sudah sempurna dan selesai, kemudian diketahui bahwa sang istri yang
dinikahi ternyata saudara sesusuannya, maka akadnya harus di fasakh.
2. Apabila ada anak kecil yang belum baligh, baik laki-laki maupun perempuan diakadkan
oleh seseorang yang bukan ayah atau kakeknya, kemudian keduanya baligh, maka masing-
masing mereka memiliki hak untuk memilih antara meneruskan atau mengakhiri hubungan
pernikahannya. Adapun bentuk fasakh yang terjadi karena adanya sebab baru
yakni :
1. Apabila salah satu dari pasangan suami istri murtad dan tidak mau kembali kepada Islam,
maka akadnya harus di fasakh karena sebab baru tadi yakni murtad
2. Apabila sang suami masuk Islam sementara istrinya enggan untuk memeluk Islam dan
tetap musyrik maka pada saat itu akadnya harus di fasakh kecuali jika sang istri berasal dari
ahlul kitab maka akadnya tetap sah, hal ini karena akad yang dilangsungkan Ahlul Kitab
hukumnya sah.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasannya sebab fasakh itu ada berbagai
macam bentuk, diantaranya yakni suami istri itu ternyata ada hubungan mahram dan akibat
salah seorang suami atau istri murtad.
B. Dalam hukum Islam secara umum faktor penghalang hak waris terdapat beberapa sebab
yaitu21: a. Ahli waris yang membunuh pewaris, tidak berhak mendapatkan warisan dari
keluarga yang dibunuhnya. b. Ahli waris yang murtad tidak berhak mendapat warisan dari
keluarganya yang beragama Islam, demikian pula sebaliknya.
Pada dasarnya tidak semua ahli waris menerima harta warisan dari pewaris. Orang-orang atau
ahli waris yang tidak berhak atau hilang hak mendapatkan warisan dari pewaris karena
perbuatannya yang tidak patut (onvarding) menerima warisan, Pasal 383
KUHPerdata adalah :
(1) Karena telah membunuh atau mencoba membunuh pewaris (Pasal 838 Ayat 1).
(2) Karena memfitnah atau telah mengajukan pengaduan terhadap pewaris melakukan
kejahatan dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun (Pasal 838 Ayat 2).
(3) Karena dengan kekerasan atau perbuatan tidak mencegah si pewaris untuk membuat atau
mencabut surat wasiatnya (Pasal 838 Ayat 3).
(4) Karena telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat pewaris (Pasal 838
Ayat 4).
(5) Menolak untuk menjadi ahli waris (Pasal 1057 KUHPerdata)
Ahli waris yang kehilangan hak waris terhadap warisan menurut KUHPerdata adalah mereka
yang telah membunuh atau mencoba membunuh pewaris atau dipersalahkan karena
memfitnah pewaris, atau dengan kekerasan telah mencegah pewaris untuk membuat atau
mencabut surat wasiatnya atau mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan
surat wasiat pewaris
C. ahli waris pengganti adalah orang yang sejak semula bukan ahli waris tetapi karena
keadaan tertentu ia menjadi ahli waris dan menerima warisan dalam status sebagai ahli waris.
Misalnya, pewaris tidak meninggalkan anak tetapi meninggalkan cucu laki-laki atau
perempuan dari anak laki-laki.
Disebutkan juga dalam KHI, bahwa bagian ahli waris pengganti belum tentu sama jumlahnya
dengan ahli waris yang digantikan sekiranya ia masih hidup, karena disyaratkan bagian ahli
waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang
diganti.
Sayuti Thalib, sebagai murid Hazairin, menjelaskan tentang mawali sebagai ahli waris
pengganti, menarik 4 (empat) garis hukum,yaitu :
a. Dan bagi setiap orang, kami (Allah swt) telah menjadikan mawali (ahli waris pengganti)
untuk mewarisi harta peninggalan ibu bapaknya (yang tadinya akan mewarisi harta
peninggalan itu).
b. Dan bagi setiap orang, kami (Allah swt) telah menjadikan mawali untuk mewarisi harta
peninggalan aqrabûn-nya (yang tadinya akan mewarisi harta peninggalan itu).
c. Menjadikan mawali untuk mewarisi harta peninggalan dalam seperjanjiannya.
d. Maka berikanlah kepada mereka warisan mereka.
D. Ahli waris yang memiliki agama yang berbeda dengan orang tuanya dalam hal ini
memiliki agama selain Islam maka ia tidak akan mendapatkan warisan dari orang tuanya.
Artinya ahli waris tidak boleh dari yang beragama non Islam. Kemudian seorang ahli waris
diwajibkan beragama Islam dan dibuktikan dengan memiliki maupun berdasarkan kesaksian
bahwa ahli waris tersebut beragama islam, dan apabila ahli waris masih bayi atau belum
cakap, maka akan dipandang sesuai dengan agama orang tuanya.
4. A. Pengertian Wakaf
Dikutip dari buku ‘Fiqih Wakaf’ karya Nurwan Darmawan, pengertian wakaf menurut bahasa
dan istilah adalah al habs (menahan) dan at-tasbil (menyalurkan) untuk bahasa.
Kemudian menurut istilah, wakaf adalah menahan suatu barang, dan menyalurkan
manfaatnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Contoh wakaf adalah mewakafkan tanahnya untuk pembangunan masjid, atau mewakafkan
rumahnya untuk kepentingan para penuntut ilmu, atau semisalnya.
Hukum Wakaf
Wakaf hukumnya adalah amalan sunnah yang dianjurkan. Hal itu berdasarkan firman Allah
SWT dalam Al Quran surat Yasin ayat 12 yang berbunyi
َ ْاِنَّا نَحْ نُ نُحْ ِي ْال َموْ ٰتى َونَ ْكتُبُ َما قَ َّد ُموْ ا َو ٰاثَا َرهُ ۗ ْم َو ُك َّل َش ْي ٍء اَح
Arab: ص ْي ٰنهُ فِ ْٓي اِ َم ٍام ُّمبِي ٍْن
Artinya: Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang
mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan
segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
Dari ayat di atas, Syaikh Prof Dr Khalid bin Ali Al-Musyaiqih berkata, “Di antara bekas yang
ditinggalkan oleh orang yang telah wafat adalah wakaf.”
Sehingga, secara umum wakaf juga termasuk dalam bentuk tolong menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan, seperti dalam Quran surat Al Ma’idah ayat 2
Artinya: Dan tolong-menolong lah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.
B. Pengelolaan wakaf adalah serangkaian kegiatan yang mengatur penyerahan suatu benda
yang kekal zatnya seperti tanah, rumah, pekarangan, sawah atau benda yang disenangi untuk
diambil manfaatnya oleh masyarakat umum.
pertama-tama adalah pembentukan suatu badan atau lembaga yang mengkordinasi secara
nasional bernama Badan Wakaf Indonesia. (BWI). Badan WakafIndonesiadi berikan tugas
mengembangkan wakaf secara produktif dengan membina Nazhir wakaf (pengelola wakaf)
secara nasional, sehingga wakaf dapat berfungsi untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Dalam pasal 47 ayat 2 disebutkan bahwa Badan WakafIndonesiabersifat
independent, dan pemerintah sebagai fasilitator. Tugas utama badan ini adalah
memberdayaan wakaf melalui fungsi pembinaan, baik wakaf benda bergerak maupun benda
yang bergerak yang ada diIndonesiasehingga dapat memberdayakan ekonomi umat
1.Calon waqif datang ke KUA terdekat dengan membawa kelengkapan berupa identitas diri
dan dokumen sah atas tanah yang dimiliki
2. Waqif melakukan pengucapan ikrar wakaf kepada nazhir (pengelola harta wakaf) dengan
saksi Kepala KUA dan para penerima manfaat
5. Nazhir melakukan pendaftaran atas tanah wakaf ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).