Anda di halaman 1dari 10

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Hukum Perdata Islam di Indonesia (HPII)


SKS : 3 SKS
Prodi : Hukum Ekonomi Syariah
Semester :V
Kelas :J
Dosen 1 : Dr. K.H. Kumedi Ja’far, S.Ag., M.H.
Dosen 2 : Hilmi Yusron Rofi’I, S.H., M.H.

1. Apa yang saudara pahami mengenai Perkawinan


a. Pengertian, Rukun dan Syarat Perkawinan
b. Keabsahan Perkawinan
c. Hak dan Kewajiban di dalam Perkawinan
2. Apa yang saudara pahami mengenai Putusnya Perkawinan dan Akibat Hukumnya
a. Putus Karena Talaq
b. Putus Karena Khulu’
c. Putus Karena Fasakh
3. Apa yang saudara pahami mengenai Kewarisan
a. Orang Yang Menjadi Ahli Waris
b. Hilangnya Hak Mewarisi
c. Ahli Waris Pengganti
d. Kewarisan Beda Agama
4. Apa yang saudara pahami mengenai Hukum Wakaf
a. Pengertian, Rukun dan Syarat Wakaf
b. Pengelolaan Harta Wakaf
c. Prosedur Pencatatan Wakaf

Nama : Lulu Indah Sari


Npm : 1921030503
Prodi : HES J

Jawaban.
1. A. Pengertian rukun dan syarat perkawinan
perkawinan atau nikah adalah suatu perjanjian yang mengikat antara pria dan wanita sebagai
keluarga dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah. Perkawinan adalah suatu proses yang
sudah melembaga, yang mana laki-laki dan perempuan memulai dan memelihara hubungan
timbal balik yang merupakan dasar bagi suatu keluarga. rukun adalah yang harus dipenuhi
untuk sahnya suatu pekerjaan, Secara istilah rukun adalah suatu unsur yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau
tidaknya suatu perbuatan tersebut dan ada atau tidaknya sesuatu itu.
dapat disimpulkan bahwa rukun nikah adalah syarat yang harus dipenuhi untuk
melangsungkan perkawinan, dan bagian yang tak terpisahkan dari perbuatan atau lembaga
yang menentukan sah atau tidaknya perkawinan.
Rukun Perkawinan di atur di dalam pasal 15 Kompilasi Hukum Islam, yang terdiri dari :
1. Calon suami, syarat-syaratnya:
2. Beragama islam
3. Lak-laki
4. Jelas orangnya
5. Dapat memberikan persetujuan
6. Tidak terdapat halangan perkawinan

Calon istri, syarat-syaratnya:


1. Beragama islam
2. Perempuan
3. Jelas orangnya
4. Dapat dimintai persetujuannya
5. Tidak terdapat halangan

Wali nikah, syarat-syaratnya:


1. Laki-laki
2. Dewasa
3. Mempunyai hak perwalian
4. Tidak terdapat halangan perwaliannya.
Saksi nikah, syarat-syaratnya:
1. Minimal dua orang laki-laki
2. Hadir dalam ijab qabul
3. Dapat mengerti maksud akad
4. Islam
5. Dewasa

Ijab Qabul, syarat-syaratnya:


1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2. Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai
3. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut
4. Antara ijab dan qabul bersambngan
5. Orang yang terkait ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau umroh
6. Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu calon mempelai atau
wakilnya, wali dari mempelai wanita, dan dua orang saksi.
Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) syarat perkawinanterdapat di pasal 14 terdiri dari:
Untuk melaksanakan perkawinan harus ada:

1. Calon suami, syarat-syaratnya:


2.Beragama islam
3. Lak-laki
4.Jelas orangnya
5. Dapat memberikan persetujuan
6. Tidak terdapat halangan perkawinan

Calon istri, syarat-syaratnya:


1. Beragama islam
2. Perempuan
3. Jelas orangnya
4. Dapat dimintai persetujuannya
5. Tidak terdapat halangan

Wali nikah, syarat-syaratnya:


1. Laki-laki
2. Dewasa
3. Mempunyai hak perwalian
4. Tidak terdapat halangan perwaliannya.

Saksi nikah, syarat-syaratnya:

1. Minimal dua orang laki-laki


2. Hadir dalam ijab qabul
3. Dapat mengerti maksud akad
4. Islam
5. Dewasa

Ijab qabul,syarat-syaratnya :
1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2. Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai
3.Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut
4. Antara ijab dan qabul bersambngan
5. Orang yang terkait ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau umroh
6. Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu calon mempelai atau
wakilnya, wali dari mempelai wanita, dan dua orang saksi.

B. Keabsahan perkawinan
Terdapat empat persyaratan sahnya perkawinan menurut jumhur ulama dalam Islam, antara
lain: akad nikah (Ijab dan Qabul); calon mempelai laki-laki dan perempuan; wali; dan saksi.
Sementara Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatur bahwa untuk melaksanakan
perkawinan dibutuhkan: calon suami; calon istri; wali nikah; dua saksi; ijab dan qabul.

C. Hak dan Kewajiban di dalam Perkawinan


Ada lima kewajiban suami yang merupakan hak istri, antara lain memberikan nafkah,
perlindungan, pendidikan agama, mempergauli istri dengan baik, dan perlakuan adil.
melanjutkan hak suami dan kewajiban istri yang harus dijalankan terdiri atas melayani suami,
taat kepada suami, memenuhi ajakan suami berhubungan badan, menjaga rumah dan
kemaluan ketika ditinggal pergi, dan memperlakukan suami dengan baik.

2. A. Putus Karena Talaq


Talak adalah suatu bentuk perceraian yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya di depan
sidang pengadilan, yang dikenalumum dan banyak terjadi di Indonesia.Dalam hal ini, seorang
suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang akan menceraikan
istrinya, mengajukan surat kepada Pengadilan di tempat tinggalnya, yang berisi
pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan istrinya disertai dengan alasan-alasan serta
meminta kepada Pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu (Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975)
Akibat dari talak yang dilakukan di luar pengadilan adalah ikatan perkawinan antara suami-
istri tersebut belum putus secara hukum, atau dengan kata lain, baik suami atau istri tersebut
masih sah tercatat sebagai suami-istri

B. Putus Karena Khulu’


Al-khul` berarti menanggalkan dan melepaskan. Salah satu cara melepaskan ikatan
perkawinan yang datangnya dari pihak istri dengan kesediaannya membayar ganti rugi.
Mubah atau boleh
Jika seorang istri tidak menyukai untuk tetap bersama dengan suaminya, baik karena
buruknya akhlak/perilaku suaminya atau karena buruknya wajah/fisik suaminya, sehingga ia
khawatir tidak dapat menjalankan hak-hak suaminya yang telah ditetapkan Allah kepadanya,
maka dalam kondisi semacam ini istri boleh mengajukan khulu kepada suaminya.

Mustahab atau wajib


Jika suami melalaikan hak-hak Allah seperti; suaminya meninggalkan shalat, suaminya
melakukan hal-hal yang dapat membatalkan keislamannya, dan yang semisalnya, maka istri
dianjurkan untuk mengajukan khulu.[6] Ini adalah pendapat ulama Hanabilah.
Haram
Jika istri mengajukan khulu kepada suaminya bukan karena alasan yang diperbolehkan oleh
agama, seperti karena sang suami buruk rupa, maka khulu tersebut menjadi hukumnya haram.

C. Putus Karena Fasakh


fasakh adalah membatalkan akad nikah dan melepaskan hubungan yang terjalin antara suami
istri. Fasakh terjadi apabila ada cela pada akad nikah atau ada sebab baru yang mencegah
berlangsungnya hubungan suami istri
Berikut ini bentuk fasakh yang terjadi karena ada cela pada akad nikah yakni :

1. Apabila akad sudah sempurna dan selesai, kemudian diketahui bahwa sang istri yang
dinikahi ternyata saudara sesusuannya, maka akadnya harus di fasakh.
2. Apabila ada anak kecil yang belum baligh, baik laki-laki maupun perempuan diakadkan
oleh seseorang yang bukan ayah atau kakeknya, kemudian keduanya baligh, maka masing-
masing mereka memiliki hak untuk memilih antara meneruskan atau mengakhiri hubungan
pernikahannya. Adapun bentuk fasakh yang terjadi karena adanya sebab baru

yakni :
1. Apabila salah satu dari pasangan suami istri murtad dan tidak mau kembali kepada Islam,
maka akadnya harus di fasakh karena sebab baru tadi yakni murtad
2. Apabila sang suami masuk Islam sementara istrinya enggan untuk memeluk Islam dan
tetap musyrik maka pada saat itu akadnya harus di fasakh kecuali jika sang istri berasal dari
ahlul kitab maka akadnya tetap sah, hal ini karena akad yang dilangsungkan Ahlul Kitab
hukumnya sah.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasannya sebab fasakh itu ada berbagai
macam bentuk, diantaranya yakni suami istri itu ternyata ada hubungan mahram dan akibat
salah seorang suami atau istri murtad.

3. A Orang Yang Menjadi Ahli Waris


Hukum Waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang telah
meninggal dunia diberikan kepada yang berhak, seperti keluarga dan masyarakat yang lebih
berhak.
ahli waris adalah orang yang mendapatkan bagian dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris.
Biasanya, seseorang dapat dinyatakan sebagai penerima hak waris bila ditunjuk secara resmi
berdasarkan hukum yang digunakan dalam pembagian harta tersebut, baik itu islam, perdata,
ataupun adat.

B. Dalam hukum Islam secara umum faktor penghalang hak waris terdapat beberapa sebab
yaitu21: a. Ahli waris yang membunuh pewaris, tidak berhak mendapatkan warisan dari
keluarga yang dibunuhnya. b. Ahli waris yang murtad tidak berhak mendapat warisan dari
keluarganya yang beragama Islam, demikian pula sebaliknya.
Pada dasarnya tidak semua ahli waris menerima harta warisan dari pewaris. Orang-orang atau
ahli waris yang tidak berhak atau hilang hak mendapatkan warisan dari pewaris karena
perbuatannya yang tidak patut (onvarding) menerima warisan, Pasal 383
KUHPerdata adalah :
(1) Karena telah membunuh atau mencoba membunuh pewaris (Pasal 838 Ayat 1).
(2) Karena memfitnah atau telah mengajukan pengaduan terhadap pewaris melakukan
kejahatan dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun (Pasal 838 Ayat 2).
(3) Karena dengan kekerasan atau perbuatan tidak mencegah si pewaris untuk membuat atau
mencabut surat wasiatnya (Pasal 838 Ayat 3).
(4) Karena telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat pewaris (Pasal 838
Ayat 4).
(5) Menolak untuk menjadi ahli waris (Pasal 1057 KUHPerdata)
Ahli waris yang kehilangan hak waris terhadap warisan menurut KUHPerdata adalah mereka
yang telah membunuh atau mencoba membunuh pewaris atau dipersalahkan karena
memfitnah pewaris, atau dengan kekerasan telah mencegah pewaris untuk membuat atau
mencabut surat wasiatnya atau mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan
surat wasiat pewaris

C. ahli waris pengganti adalah orang yang sejak semula bukan ahli waris tetapi karena
keadaan tertentu ia menjadi ahli waris dan menerima warisan dalam status sebagai ahli waris.
Misalnya, pewaris tidak meninggalkan anak tetapi meninggalkan cucu laki-laki atau
perempuan dari anak laki-laki.
Disebutkan juga dalam KHI, bahwa bagian ahli waris pengganti belum tentu sama jumlahnya
dengan ahli waris yang digantikan sekiranya ia masih hidup, karena disyaratkan bagian ahli
waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang
diganti.
Sayuti Thalib, sebagai murid Hazairin, menjelaskan tentang mawali sebagai ahli waris
pengganti, menarik 4 (empat) garis hukum,yaitu :
a. Dan bagi setiap orang, kami (Allah swt) telah menjadikan mawali (ahli waris pengganti)
untuk mewarisi harta peninggalan ibu bapaknya (yang tadinya akan mewarisi harta
peninggalan itu).
b. Dan bagi setiap orang, kami (Allah swt) telah menjadikan mawali untuk mewarisi harta
peninggalan aqrabûn-nya (yang tadinya akan mewarisi harta peninggalan itu).
c. Menjadikan mawali untuk mewarisi harta peninggalan dalam seperjanjiannya.
d. Maka berikanlah kepada mereka warisan mereka.

D. Ahli waris yang memiliki agama yang berbeda dengan orang tuanya dalam hal ini
memiliki agama selain Islam maka ia tidak akan mendapatkan warisan dari orang tuanya.
Artinya ahli waris tidak boleh dari yang beragama non Islam. Kemudian seorang ahli waris
diwajibkan beragama Islam dan dibuktikan dengan memiliki maupun berdasarkan kesaksian
bahwa ahli waris tersebut beragama islam, dan apabila ahli waris masih bayi atau belum
cakap, maka akan dipandang sesuai dengan agama orang tuanya.

4. A. Pengertian Wakaf
Dikutip dari buku ‘Fiqih Wakaf’ karya Nurwan Darmawan, pengertian wakaf menurut bahasa
dan istilah adalah al habs (menahan) dan at-tasbil (menyalurkan) untuk bahasa.
Kemudian menurut istilah, wakaf adalah menahan suatu barang, dan menyalurkan
manfaatnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

Contoh wakaf adalah mewakafkan tanahnya untuk pembangunan masjid, atau mewakafkan
rumahnya untuk kepentingan para penuntut ilmu, atau semisalnya.

Hukum Wakaf
Wakaf hukumnya adalah amalan sunnah yang dianjurkan. Hal itu berdasarkan firman Allah
SWT dalam Al Quran surat Yasin ayat 12 yang berbunyi

َ ْ‫اِنَّا نَحْ نُ نُحْ ِي ْال َموْ ٰتى َونَ ْكتُبُ َما قَ َّد ُموْ ا َو ٰاثَا َرهُ ۗ ْم َو ُك َّل َش ْي ٍء اَح‬
Arab: ‫ص ْي ٰنهُ فِ ْٓي اِ َم ٍام ُّمبِي ٍْن‬

Latin: innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai`in


aḥṣaināhu fī imāmim mubīn

Artinya: Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang
mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan
segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).

Dari ayat di atas, Syaikh Prof Dr Khalid bin Ali Al-Musyaiqih berkata, “Di antara bekas yang
ditinggalkan oleh orang yang telah wafat adalah wakaf.”

Sehingga, secara umum wakaf juga termasuk dalam bentuk tolong menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan, seperti dalam Quran surat Al Ma’idah ayat 2

Arab: ‫َوتَ َعا َونُوْ ا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق ٰو ۖى‬

Latin: wa ta’awanu ‘alal-birri wat-taqwa

Artinya: Dan tolong-menolong lah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.

Rukun dan Syarat Wakaf


Ada empat rukun dalam berwakaf, yakni orang yang berwakaf (al-waqif), benda yang
diwakafkan (al-mauquf), orang yang menerima manfaat waqaf (al-mauquf ‘alaihi), dan
terakhir lafadz atau ikrar wakaf (sighah).
Syarat wakaf pada orang yang melaksanakannya, benda yang diwakafkan, orang yang
menerima, hingga ucapan lafadz berbeda-beda. Adapun seperti di bawah ini
-Syarat orang yang berwakaf, yakni memiliki secara penuh harta tersebut, berakal, baligh,
dan mampu bertindak secara hukum (rasyid).
-Syarat benda yang akan diwakafkan pertama adalah barang berharga, barang yang diketahui
jumlahnya, dimiliki oleh orang yang berwakaf, dan benda yang berdiri sendiri atau tidak
melekat pada harta lain.
-Syarat orang yang menerima manfaat wakaf adalah orang Muslim, merdeka, dan kafir zimmi
untuk tertentu. Sedangkan, untuk tidak tertentu adalah orang yang menerima harus
menjadikan wakaf untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Wakaf hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
-Syarat wakaf yang terakhir berkaitan dengan isi ucapan. Pertama, ucapan harus
menunjukkan kekal (ta’bid). Tidak sah bila ucapan dengan batas tertentu. Kedua, ucapan
harus dapat direalisasikan. Lalu ucapan bersifat pasti dan keempat tidak diikuti syarat yang
bisa membatalkan.
Bila semua telah dipenuhi, maka wakaf telah sah. Orang yang melakukan wakaf tidak dapat
lagi menarik kembali harta yang telah diwakafkan.

B. Pengelolaan wakaf adalah serangkaian kegiatan yang mengatur penyerahan suatu benda
yang kekal zatnya seperti tanah, rumah, pekarangan, sawah atau benda yang disenangi untuk
diambil manfaatnya oleh masyarakat umum.
pertama-tama adalah pembentukan suatu badan atau lembaga yang mengkordinasi secara
nasional bernama Badan Wakaf Indonesia. (BWI). Badan WakafIndonesiadi berikan tugas
mengembangkan wakaf secara produktif dengan membina Nazhir wakaf (pengelola wakaf)
secara nasional, sehingga wakaf dapat berfungsi untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Dalam pasal 47 ayat 2 disebutkan bahwa Badan WakafIndonesiabersifat
independent, dan pemerintah sebagai fasilitator. Tugas utama badan ini adalah
memberdayaan wakaf melalui fungsi pembinaan, baik wakaf benda bergerak maupun benda
yang bergerak yang ada diIndonesiasehingga dapat memberdayakan ekonomi umat

C. Prosedur & Cara Wakaf Tanah


Adapun cara wakaf tanah ialah:

1.Calon waqif datang ke KUA terdekat dengan membawa kelengkapan berupa identitas diri
dan dokumen sah atas tanah yang dimiliki
2. Waqif melakukan pengucapan ikrar wakaf kepada nazhir (pengelola harta wakaf) dengan
saksi Kepala KUA dan para penerima manfaat

3. Kepala KUA membuat akta ikrar wakaf dan surat pengesahan

4. Salinan akta ikrar diberikan pada waqif dan nazhir

5. Nazhir melakukan pendaftaran atas tanah wakaf ke Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Anda mungkin juga menyukai