Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“TARIF PAJAK”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pajak

Disusun Oleh:

Aji Wardana Daulay (1921030494)

Arinda Yunita (1921030492)

Heldi Prayoga (1921030522)

Lunna Adellina (1921030484)

Suirat (1921030514)

FAKULTAS SYARIAH

HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

BANDAR LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung, 10 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarif Pajak...................................................................................2
B. Jenis Jenis Tarif Pajak...................................................................................2
C. Pengelompokan Pajak...................................................................................4
D. Dasar Pengenaan Pajak.................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemungutan pajak tidak terlepas dari unsur keadilan.  Keadilan disini dapat
diartikan dalam prinsip (undang-undang), maupun adil dalam pelaksaannya
sehingga dapat menciptakan keseimbangan sosial untuk kesejahteraan
masyarakat. Salah satu unsur dalam mencapai keadilan melalui penetapan tarif
pajak, yaitu dengan memberikan tekanan yang sama kepada wajib pajak. Tarif
pajak adalah besarnya nilai yang digunakan untuk menentukan pajak terutang
yang harus dibayar wajib pajak kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang
yang berlaku.

Dalam pengenaan tarif pajak, dinyatakan dalam presentase. Persentase


pengenaan tarif pajak tersebut ada yang tetap dan ada juga yang berubah sesuai
dengan jenis pajak yang harus dibayar wajib pajak. Dalam pengenaan tarif pajak,
dikenal juga pajak terutang yaitu pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak.
Wajib pajak melunasi pajak berdasarkan pajak yang terutang dan berdasarkan
undang-undang yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar asas keadilan terwujud.
Makalah ini membahas macam-macam tarif pajak dan waktu saat-saat terutangnya
pajak sehingga lebih jelas bagi wajib pajak untuk membayar pajak.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian tarif pajak?


2. Apa saja jenis-jenis tarif pajak?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tarif Pajak

Tarif pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi
tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa presentase (%). Dasar Pengenaan
Pajak adalah nilai berapa uang yang dijadikan untuk menghitung pajak yang
terutang.

B. Jenis Jenis Tarif Pajak

Dalam melakukan pungutan pajak terdapat beberapa macam cara atau sistem
pemungutan pajak, yaitu :

1. Tarif Pajak Proporsional (Proportional Flat Tax Rate)


adalah pengenaan pajak dengan tarif dalam persentase tertentu, dengan
tidak melihat perubahan pendapatan individu dengan kata lain berapa pun
jumlah kemampuan seorang wajib pajak, jumlah pengenaan tarif pajaknya
sama. Misalnya, jika pendapatan seseorang naik sebesar 100% maka jumlah
pajak yag terutang akan naik menjadi 100% dari pajak semula. Beberpa pajak
yang menggunkan tarif pajak proporsional menurut UU no 36 tahun 2000
pasal 26 adalah :
a. Untuk PPh  sebesar 20%
b. Untuk PPN terhadap barang kena pajak dikenakan tarif 10%
c. Untuk PBB mengunakan tarif 0.5%
d. Untuk BPHTB menggunakan tarif 5%

2. Tarif Pajak Progresif (Progressive Tax Rate)


adalah pengenaan pajak dengan tarif meningkat seiring dengan
peningkatan pendapatan individu. Dengan kata lain, jumlah pendapatan yang

2
lebih besar yang diterima oleh wajib pajak, akan diterima tarif yang lebih
besar pula. Sebagai ilustrasi, jika kemampuan membayar seorang wajib pajak
naik sebesar 100% jumlah pajak yang terutang menjadi naik melebihi 100%.

Tarif pajak progresif sendiri terbagi menjadi 3, yaitu:

a. Tarif Pajak Progresif Progresif


adalah tarif pemungutan pajak dengan prosentase yang naik dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak
dan kenaikan prosentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.
b. Tarif Pajak Progresif Proporsional
adalah tarif pemungutan pajak dengan prosentase yang naek dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak,
namun kenaikan prosentase untuk setiap jumlah tertentu tetap.
c. Tarif Pajak Progresif Degresif
adalah tarif pemungutan pajak dengan prosentase yang naek dengan
semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak,
namun kenaikan prosentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali
menurun.

Tabel Pajak Progresi

Pendapatan Tarif
Pajak
Normal %
Rp 1,000,000.00 10,0 Rp 100,000.00
Rp 2,000,000.00 15,0 Rp 300,000.00
Rp 3,000,000.00 20,0 Rp 600,000.00

3. Tarif Pajak Tetap


adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa
memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Sistem
pemungutan dengan tarif tetap adalah tarif dengan jumlah atau angka tetap
berapapun yang menjadi dasar pengenaan angka pajak. Penerapan pada sistem
perpajakan nasional dilakukan pada bea materai.

3
4. Tarif Pajak Degresif (Degressive Tax Rate)
adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila jumlah
yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Sekalipun persentasenya
semakin kecil, tidak berarti jumlah pajak yang terutang menjadi kecil, tetapi
bisa menjadi besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya
juga semakin besar. Tarif ini tidak pernah dipergunakan dalam praktik
perundang-undangan perpajakan.

Sistem pemungutan degresif adalah menaikkan persentase pajak yang kena dan
harus dibayar sesuai kenaikan objek pajak, namun besarnya persentase kenaikan
pajak semakin menurun dari tingkat ke tingkat. Sistem ini mirip dengan sistem
progresif, namun kenaikan prosentase akan semakin kecil walaupun
prosentasenya naik. (10 - 18 - 24 - 28).

Contoh:

Untuk penghasilan s/d Rp. 10.000.000           30%

Di atas Rp. 10.000.000 s/d Rp. 50.000.000    25%

Di atas Rp. 50.000.000                                15%

Tarif Pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif


progressif sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan.
Pada bea materai dikenakan sistem pemungutan tarif tetap. Sedangkan
untuk Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak pr.

C. Pengelompokan Pajak

Pajak dapat dikelompokan tergantung pada dasar pengelompokannya. Untuk


mengelompokan pajak tersebut dapat berdasarkan 3 hal, yaitu:

 Pajak Berdasarkan Golongan


Pajak dapat dikelompokan berdasarkan golongannya, pada
pengelompokan pajak ini dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a) Pajak Langsung

4
Pajak langsung merupakan pajak yang harus dibayarkan atau
ditanggung sendiri oleh WP yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh)
b) Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang bebannya dapat dialihkan
kepada pihak lain. Maksudnya ialah pajak tidak langsung ini dapat
melakukan pembayaran dengan cara diwakilkan dengan pihak lain
tanpa harus melakukannya sendiri.
Ada 3 unsur untuk mengenali pajak tidak langsung:
Penanggung jawab pajak yaitu merupakan orang yang secara formal
yuridis diharuskan melunasi pajak, jika ada faktor yang menimbulkan
sebab untuk dikenakan pajak. Penanggung jawab yaitu orang yang
memikul beban pajak. Pemikul beban pajak merupakan orang yang
menurut maksud pembuatan undang –undang harus memikul beban
pajak. Contoh dari pajak tidak langsung : Pajak Bumi dan Banguinan
(PBB). Untuk pajak yang termasuk kedalam PBB ini dpat dibebankan
kepada pihak lain yang bukan pemiliknya, tetapi dapat dibebankan
kepada pihak atau individu yang memanfaatkannya.
 Pajak Berdasarkan Sifat
Selain dapat dikelompokan berdasarkan golongannya, pajak juga dapat
dikelompokan berdasarkan sifatnya, yaitu:
a) Pajak Subjektif
Pajak subjektif merupakan pajak yang berpangkal pada subjeknya.
Contoh dari pajak subjektif ini yaitu Pajak Penghasilan (PPh)
b) Pajak Objektif
Pajak objektif merupakan pajak yang berpangkal pada objeknya yaitu
pajak yang memperhatikan nilai dari suatu objek. Contoh dari pajak
objektif ini yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
 Pajak Berdasatkan Lembaga pemungutannya

5
Pajak juga dapat dikelompokan berdasarkan lembaga pemungutannya,
yaitu:
a) Pajak Pusat
Pajak pusat merupakan pajak yang ditarik oleh pemerintah pusat dan
uang pajak tersebut digunakan untuk biaya pembangunan nasional,
bantuan kesehatan dan lain sebagainya. Contoh dari pajak pusat yaitu
Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Penghasilan (PPh), dan Materai
b) Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah.
Pajak tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan pemerintah
daerah. Pajak daerah ini biasa disebut PDRD (Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah). Contoh dari pajak daerah yaitu pajak kendaraan,
bea balik nama kendaraan bermotor dan pajak penerangan jalan.
Pajak daerah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Pajak Provinsi, seperti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Kabupaten atau Kota, seperti
Pajak Restoran, Pajak Hotel, dan Pajak Hiburan.

D. Dasar Pengenaan Pajak

Secara umum Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan
Dasar untuk menghitung Pajak yang terutang adalah :

1. DPP Umum

Dasar pengenaan pajak yang umum digunakan adalah:

 Harga Jual
adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,
tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-
undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
 Penggantian

6
adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak,
tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Undang-undang ini dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
 Nilai Ekspor
adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
 Nilai Impor
adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajakberdasarkan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena
Pajak, tidak termasukPajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-undang ini.
2. DPP Nilai Lain

Nilai Lain adalah suatu Nilai yang Ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang.

DPP untuk :

 Pemakaian sendiri adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi


laba kotor.
 Pemberian cuma-cuma adalah harga jual atau penggantian setelah
dikurangi laba kotor.
 Penyerahan rekaman suara/gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata.
 Persediaan BKP yang masih tersisa saat pembubaran perusahaan
sepanjang PPN atas perolehan atas aktiva tersebut menurut ketentuan
dapat dikreditkan adalah harga pasar wajar.
 Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar,
DLL.

Contoh  Dasar Pengenaan Pajak:

7
1. Mesin nilai perolehan 100. Untuk tujuan fiskal, mesin telah disusutkan
sebesar 30 dan sisa nilai buku dapat dikurangkan pada periode mendatang.
Penghasilan mendatang dari penggunaan aktiva merupakan obyek pajak.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)aktiva tersebut adalah 70.
2. Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100. Untuk tujuan fiskal,
pendapatan bunga diakui dengan dasar kas. Dasar Pengenaan Pajak
(DPP)piutang bunga adalah nihil.

3. Piutang usaha mempunyai nilai tercatat 100. Pendapatan usaha terkait


telah diakui untuk tujuan fiskal. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)piutang
adalah 100.

4. Pinjaman yang diberikan mempunyai nilai tercatat 100. Penerimaan


kembali pinjaman tidak mempunyai konsekuensi pajak. Dasar Pengenaan
Pajak (DPP)pinjaman yang diberikan adalah 100.

Apabila Dasar Pengenaan Pajak (DPP)  aktiva tidak begitu jelas, maka Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) tersebut dapat ditentukan menurut prinsip dasar yang
digunakan dalam Pernyataan PSAK 46. Dengan beberapa pengecualian,
perusahaan harus mengakui aktiva pajak tangguhan apabila pemulihan nilai
tercatat aktiva akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang
lebih kecil dibandingkan dengan pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan
aktiva yang tidak memiliki konsekuensi pajak.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tarif pajak adalah besarnya nilai yang digunakan untuk menentukan pajak
terutang yang harus dibayar wajib pajak kepada pemerintah sesuai undang-undang
yang berlaku.
Macam-macam tariff pajak diantaranya,tariff proposional,tariff progresif, tariff
degresif, tariff tetap, tariff pajak advolerem, tariff spesifik.

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis

meminta kritik yang membangun dari para pembaca.

9
E.

DAFTAR PUSTAKA

Saranta, Djaka. 2003. Dasar-dasar Perpajakan di Indonesia. Jakarta


Mansur, Muhammad,dkk. 2005. Pajak Terapan Brevet A & B. Tangerang: TaxSys
Undang-undang Perpajakan Indonesia.

https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/jenis-tarif-pajak-pengelompokan-tarif-
pajak-dan-contohnya/

https://www.gurupendidikan.co.id/tarif-pajak/

https://sniconsulting.co.id/2020/11/09/jenis-tarif-pajak-serta-pengelompokan-
tarif-pajak-yang-perlu-anda-ketahui/

10

Anda mungkin juga menyukai