Anda di halaman 1dari 11

SUBTEMA : EKONOMI

Menelisik Efektivitas Penyaluran Dana Anggaran


Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Jember
Dengan Metode Six Thingking Hats

ESAI ILMIAH

Oleh :

DIAH MUSTIKAWATI 210810101008

KELOMPOK STUDI PENELITIAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2021
PENDAHULUAN

Pada tanggal 9 Maret 2020 WHO (World Health Organization) atau badan
kesehatan dunia telah menetapkan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi. Pernyataan
tersebut menggambarkan bahwa keadaan dunia sedang porak-poranda dilanda virus ini.
Seluruh aspek kehidupan terkena dampaknya mulai dari kesehatan, pendidikan, kebudayaan,
dan perekonomian. Berbagai negara berupaya membuat kebijakan yang terbaik untuk
mengurangi penyebaran virus ini. Pemerintah Indonesia berupaya mencegah virus tersebut
dengan menerapkan beberapa kebijakan, misalnya mengkampanyekan gerakan stayhome,
psychical distancing, dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Seperti yang sudah penulis paparkan, kebijakan tersebut dibuat untuk memutus rantai
penyebaran COVID-19. Namun, jika kita telisik lebih jauh dalam sisi ekonomi, kebijakan
pemerintah secara tidak langsung telah membuat kegiatan perekonomian di hampir semua
lini mengalami kemacetan. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi negatif. Dengan
menggunakan metode perhitungan Year on Year (YOY) pada triwulan pertama tahun 2020
pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya penurunan yang hanya mencapai 2,97%
dibandingkan pertumbuhan triwulan pertama tahun 2019 yang mencapai 5,07%.
Sama halnya dengan kondisi di Kabupaten Jember, pertumbuhan ekonomi mengalami
kontraksi di tahun 2020. Pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember hanya
tumbuh sebesar 2,98%, angka tersebut menggambarkan adanya depresiasi jika dibandingkan
dengan periode tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,51%. Kurang optimalnya pemerintah
Jember dalam mengalokasikan dana APBD 2020 mengakibatkan masalah perekonomian di
kabupaten ini terus berkelanjutan. Maka dari itu, penulis mempunyai ide untuk menelisik
efektivitas penyaluran dana anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) di Kapubaten
Jember dengan metode Six Thingking Hats. Metode ini bisa disebut sebagai “enam topi
berpikir”. Metode ini adalah teknik penyelesaian masalah yang dapat membatu kita berpikir
secara rasional dengan mempertimbangkan sejumlah argumentasi atau perspektif. Metode ini
memetaforakan perspektif menjadi sebuah topi yang terdiri dari enam warna, antara lain topi
putih berfokus pada data dan informasi yang diketahui, topi merah berfokus pade emosi
(perasaan, intuisi, firasat, dan naluri), topi hitam berfokus pada kritis dan analisis (selalu
memandang sisi kelemahan atau negatif dari sebuah keputusan/permasalahan), topi kuning
berfokus pada nilai-nilai dan manfaat (memandang sisi positf suatu keputusan), topi hijau
yang berfokus pada kreativitas (sebuah alternatif penyelesaian dan cara-cara baru), serta topi
biru berfokus pada penyesuaian perspektif dari kelima topi tersebut kemudian memberikan
kesimpulan atau sebuah keputusan. Edward de Bono adalah pencipta metode mind-mapping
ini, metode tersebut jauh lebih efisien daripada metode berdiskusi secara argumentatif karena
metode Six Thingking Hats dapat memberikan pemaparan secara ekstensif.
Maka dari itu, penulis memanfaatkan metode ini dalam merumuskan pertanyaan
seputar efektivitas penyaluran dana APBN 2021 di Kabupaten Jember. Terdapat tiga
pertanyaan dasar yang akan penulis bahas, antara lain:

1. Apakah penyaluran dana APBD 2021 di Kabupaten Jember sudah efektif?


2. Bagaimana dampak dari penyaluran dana tersebut terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Jember?
3. Apa solusi terbaik yang bisa kita ambil jika dana yang dialokasikan tidak
efektif?
ISI

Sebenarnya terdapat beberapa variasi urutan penggunaan enam topi berpikir ini, namun
penulis akan menggunakan variasi orisinal dari Edward De Bono. Penulisan perspektif akan
berurutan mulai dari topi putih yang akan memaparkan beberapa informasi, topi merah akan
mengungkapkan sebuah opini atau intuisi, topi hitam akan mengkritisi serta memaparkan sisi
negatif dari suatu permasalahan atau keputusan, topi kuning melihat sebuah nilai atau
manfaat sehingga bernilai posotif, topi hijau akan berperan menghasilkan ide-ide kreatif, topi
biru akan berperan sebagai pengambil keputusan serta menetapkan langkah-langkah yang
harus ditempuh.

 Perspektif topi putih


Sejak pandemi hadir di Indonesia, pertumbuhan ekonomi menjadi lesu, seluruh daerah
di nusantara terkena dampaknya, tak terkecuali Kabupaten Jember. Angka kemiskinan
mulai meningkat dari tahun 2019, dari 9,25% atau 226,57 ribu jiwa menjadi 10,09% atau
sebesar 249,57 ribu jiwa di tahun 2020. Tidak hanya itu, pengangguran juga meningkat
sebesar 5,21% atau sebesar 67.448 orang. Hal tersebut karena fokus anggaran APBD
2020 tidak untuk perekonomian tetapi difokuskan untuk penanganan COVID-19. Rincian
pengalokasiannya yaitu untuk kesehatan sebesar Rp310 miliar, untuk jaringan pengaman
sosial sebesar Rp87 miliar, sedangkan untuk perekonomian hanya sebesar Rp81,9 miliar.
Selain itu, terdapat juga dana SILPA APBD sebesar Rp842 miliar tidak dapat di
alokasikan sebab pada saat itu pemerintah Jember belum mempunyai Peraturan Daerah
(Perda) APBD 2020, hukum APBD berpacu pada Peraturan Bupati (Perbu).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Postur APBD Jember 2021, jumlah
pendapatan Kota Festival ini dalam anggaran pagu sebesar Rp3.708,36 miliar dan
faktanya hanya terealisasikan sebesar Rp2.688,87 miliar, untuk belanja daerah dalam
anggaran pagu sebesar Rp4.22,14 miliar dengan realisasikan anggaran sebesar
Rp2.318,49 miliar. Jika dalam anggaran pagu dana APBN defisit sebesar Rp740,56
miliar. Namun, dalam realisasinya APBN surplus sebesar Rp370,38 miliar. Sedangkan,
untuk Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) anggaran tahun sebelumya sebesar Rp843 miliar.
Jika menelisik realisasi penyaluran dana APBD Jember 2021 pemerintah mengalokasikan
dana paling banyak pada belanja pegawai sebesar Rp1.127,34 miliar, belanja terbanyak
urutan kedua yaitu belanja barang dan jasa sebesar Rp575,85 miliar. Belanja lainnya
sebesar Rp452,57 miliar, untuk belanja modal pemerintah hanya menyalurkan dana
sebesar Rp162,72 miliar, terdapat selisih yang cukup banyak jika dibandingkan dengan
dana pada pagu anggaran yang berjumlah Rp681,33 miliar. Berdasarkan pemaparan
diatas dapat kita simpulkan di masa pandemi saat ini pemerintah fokus menyalurkan dana
APBD 2021 untuk belanja pegawai.

 Perspektif topi merah


Penulis merasa sedih terhadap kebijakan pemerintah dalam merealisasikan dana
APBD 2021. Sebab pemerintah tidak bisa merealisasikan secara penuh pagu anggaran
yang telah di ajukan. Dana hanya bisa direalisasikan sebesar Rp2.318,49 miliar. Hal
tersebut mencerminkan bahwa pemerintah kurang peka terhadap keadaan saat ini.
Bagaimana tidak, di masa pandemi dana APBD seharusnya bisa direalisasikan dan
dioptimalkan untuk mengatasi permasalahan dan menyejahterakan daerah, namun tidak
dialokasikan dengan maksimal. Satu hal lagi yang membuat penulis heran dengan alokasi
anggaran di kabupaten ini, yaitu mengapa dana APBD lebih banyak dialokasikan untuk
belanja pegawai, apakah belanja pegawai dapat mengatasi permasalahan yang ada di
masa pandemi? apakah belanja pegawai merupakan sesuatu yang genting dimasa pandemi
sehingga dana yang dikeluarkan harus banyak? Sekedar informasi tambahan belanja
pegawai adalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah daerah untuk memberikan
imbalan berupa kompensasi dalam bentuk uang atau barang. Jika menurut pandangan
penulis, seharusnya pemerintah menambah anggaran belanja lain lain (belanja bantuan
sosial, belanja tidak terduga, dan belanja bantuan keuangan) serta belanja modal. Karena
menurut penulis langkah tersebut sangat efektif dan membantu di masa pandemi.

 Perspektif topi hitam


Menindaklanjuti efektivitas dari dana APBD 2021 di Kabupaten Jember, penulis akan
mengemukakan beberapa dampak yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah yaitu:
1. Banyaknya penyaluran dana untuk belanja pegawai membuat belanja modal
otomatis menjadi berkurang. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan dan
perbaikan infrastruktur daerah tidak bisa diwujudkan secara optimal. Padahal
pemerintah daerah pernah menyatakan akan memfokuskan dana APBD 2021
untuk infratruktur jalan dan jembatan, namun nyatanya tidak beliau realisasikan.
2. Salah satu faktor pendorong dari pertumbuhan ekonomi adalah infrastruktur yang
memadai. Karena di Kabupaten Jember infrastruktur bukan prioritas APBD 2021,
maka pertumbuhan ekonomi belum bisa dioptimalkan.
3. Dana yang dialokasikan untuk Serapan Belanja Tidak Terduga (BTT) tidak
terserap secara optimal, pasalnya dalam penyusunan anggaran APBD 2021
Jember mengalami keterlambatan. Dana BTT sebesar Rp21 miliar seharusnya
dapat direalisasikan secara optimal. Namun, dana BTT hanya dapat di realisasikan
sebesar Rp5 miliar.
4. Jika ditelisik lebih jauh lagi, sebenarnya Kabupaten Jember pada tahun ini akan
mengalami penambahan dana SILPA. Hal tersebut disebabkan dari keterlambatan
pembahasan APBD pada tahun ini. Dana SILPA yang besar menggambarkan dana
APBD tidak terserap secara optimal.
5. Selain itu pemerintah Kabupaten Jember seharusnya lebih ketat dalam mengontrol
pengalokasian dana bantuan sosial. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, dana
bantuan di masa pandemi tidak tepat sasaran. Penulis berasumsi data penduduk
Jember tidak diperbarui. Pasalnya terdapat masyarakat yang perekonomianya
baik-baik saja di masa pandemi ternyata mendapat dana bantuan sosial dari
pemerintah daerah. Sedangkan, terdapat pekerja UMKM tidak mendapat bantuan
sama sekali.

 Perspektif topi kuning


Penyaluran dana APBD 2021 sangat efektif di masa pandemi. Penulis cukup puas
terhadap pengalokasian dana yang telah ditetapkan pemerintah daerah. Dalam postur
APBD Jember 2021 anggaran mengalami surplus sebesar Rp370,38 miliar. Manfaat dari
adanya surplus anggaran dapat dialokasikan untuk menambah investasi daerah,
pembentukan dana cadangan (dana pilkada atau dana pembangunan infrastruktur daerah).
Hal ini menggambarkan bahwa pemerintah cakap dalam mengelola anggaran. Tidak
hanya itu, jika kita telisik lebih cermat lagi pemerintah telah berupaya mengontrol angka
inflasi di Kabupaten Jember dengan meminimalisir realisasi anggaran APBD 2021.
Meskipun serapan APBD belum optimal tapi langkah pemerintah dalam membelanjakan
anggaran harus kita apresiasi sebab belanja APBD katagori belanja lainnya untuk bantuan
keuangan cukup besar yaitu sebesar Rp393,49 miliar. Hal ini menunjukkan pemerintah
daerah peduli terhadap masalah perekonomian Kabupatem Jember di masa pandemi.
 Perspektif topi hijau
Berdasarkan permasalahan seputar efektivitas penyaluran dana APBD 2021 di
Kabupaten Jember, solusi terbaik yang dapat dilakukan yaitu:
1. Memanfaatkan dana SILPA 2020 untuk mengoptimalkan pembangunan
infrastruktur agar pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Jember dapat
maksimal. Serta pemerintah daerah hendaknya memperhatikan pengalokasian
belanja daerah untuk tahun berikutnya agar dana APBD bisa dimanfaatkan
secara tepat dan efektif.
2. Perihal masalah dana BTT yang hanya cair Rp5 miliar diharapkan pemerintah
bisa memanfaatkan secara optimal dan tepat sasaran, sehingga sisa dana BTT
yang ditahan pemerintah provinsi dapat dicairkan.
3. Untuk mencegah dana SILPA 2021 bertambah hendaknya pemerintah daerah
segera mengalokasikan dana tersebut untuk membayar bunga pokok dan
pokok utang, penyertaan modal pemerintah pada perusahaan daerah, atau
dialokasikan untuk pembangunan infrasrtuktur seperti jalan, fasilitas umum,
atau jembatan.
4. Menyikapi penyaluran dana bantuan sosial yang tidak tepat sasaran hendaknya
pemerintah daerah teliti dalam mengecek data lapangan, dan seharusnya data
diperbarui setiap satu tahun sekali agar penyaluran dana dapat direalisasikan
secara efektif dan optimal.
5. Lalu pemerintah juga sebaiknya lebih transparan dalam menginformasikan
pencapaian dana APBD. Pencapaian dari APBD dapat diunggah dalam
website atau portal khusus pencapaian alokasi APBD, sehingga masyarakat
luas dapat melihat apakah penyaluran APBD sudah efektif atau belum.

 Perspektif topi biru


Pembahasan kali ini mengenai inti dari perspektif lima topi yang akan di paparkan
secara ringkas dengan beberapa cara, misalnya topi putih telah menyampaikan informasi
perihal pengaloksian dana di dalam postur APBD 2021 yang mana fokus pemerintah
pada belanja pegawai, dilanjut perspektif topi merah yang memaparkan kesedihannya
perihal pengalokasian dana APBD yang dirasa tidak efektif dan optimal serta dijelaskan
juga saran yang bersifat subjektif dari pengalokasian dana tersebut. Perspektif topi hitam
menjelaskan tentang dampak-dampak yang ditimbulkan dari realisasi anggaran APBD
dan juga mengkritisi dana APBD yang tidak efektif. Perspektif topi kuning telah
menjelaskan sisi-sisi positif dan keuntungan dari penyaluran dana APBD 2021.
Kemudian, perspektif topi hijau memaparkan ide-ide kreatif guna mengatasi
permasalahan seputar efektivitas dana APBD.
Seperti yang sudah penulis jelaskan, penggunaan kelima perspektif yang
dimetaforakan dalam bentuk lima topi berwarna dengan bertujuan untuk menganalisis
efektivitas penyaluran dana APBD 2021. Dengan metode ini, kita dapat memahami
secara komperhensif dan kompleks mengenai penyaluran dana tesebut. Dari hasil diskusi
terdapat lima ide untuk mengatasi permasalahan yaitu mengoptimalkan dana SILPA
2020 untuk pembangunan infrastruktur, mengalokasikan dana BTT secara maksimal,
mengupayakan dana SILPA 2021 agar tidak bertambah dengan dialoksikan untuk belanja
daerah yang lain seperti investasi, pembangunan infrastruktur, dan pembayaran utang,
memaksimalkan dalam meneliti data lapangan yang akan diluncurkan dana bantuan
sosial serta melakukan pembaruan data agar target anggaran fokus sasaran, serta yang
terakhir saran agar pemerintah lebih transparan dalam menginformasikan pencapaian
dana APBD.
PENUTUP

Berdasarkan penggunaan metode six thingking hats di atas, informasi kita peroleh
sangat luas dan kompleks perihal efektivitas penyaluran dana APBD 2021 di Kabupaten
Jember. Ternyata dana yang dialokasikan masih kurang efektif, hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor yang telah dipaparkan di atas yaitu banyaknya alokasi anggaran untuk
belanja pegawai sehingga pembangunan infrastruktur tidak optimal. Tidak optimalnya
serapan, misalnya Belanja Tidak Terduga (BTT), dana SILPA 2021 bertambah, dan dana
bantuan sosial yang tidak tepat sasaran. Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan di atas
dilakukan beberapa solusi yang harapannya dapat membantu. Solusi tersebut yaitu:
memfokuskan dana SILPA 2020 untuk pembangunan infrastruktur agar pertumbuhan
perekonomian tercapai, pengoptimalan dana BTT agar dana yang tertahan dapat dicairkan,
segera menyalurkan dana SILPA 2021 untuk pembayaran bunga pokok dan pokok utang,
untuk penyertaan modal pemerintah pada perusahaan daerah dialokasikan untuk peningkatan
infrastruktur daerah, peningkatan pengawasan atas penyaluran dana bantuan sosial disertai
pembaruan data agar dana tepat sasaran, dan hendaknya pemerintah lebih transparan dalam
menginformasikan pencapaian dana APBD. Solusi tersebut juga tidak dijamin sepenuhnya
efektif dalam mengatasi permasalahan yang ada, sehingga untuk mendapatkan jalan keluar
terbaik metode keenam topi berpikir dapat digunakan kembali.

Dengan menggunakan metode berpikir secara paralel milik Edward De bono


permasalahan di atas dapat terselesaikan cepat dan efisien dibandingkan metode argumentasi
yang sudah kuno dan tidak cocok di masa sekarang, karena waktu diskusi hanya memerlukan
hitungan empat puluh menit, padahal diskusi pada umunya memerlukan waktu selama
berhari-hari. Oleh sebab itu, metode ini sangat digemari oleh perusahaan multinasional.
DAFTAR PUSTAKA

Anon., 2021. Kominfo Jatim. [Online]


Available at: http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/pertumbuhan-ekonomi-jember-
tahun-2020-alami-kontraksi
[Diakses 11 November 2021].

Bono, E. D., 1985. Dalam: Six Thingking Hats. England: Hardcover By Little, pp. 15-20.

keuangan, K., t.thn. portal data. [Online]


Available at: http://www.djpk.kemenkeu.go.id/portal/data/apbd?
tahun=2021&provinsi=13&pemda=07
[Diakses 11 November 2021].

Setiawan, A. J., 2021. Portal data. [Online]


Available at: https://portaljember.pikiran-rakyat.com/jemberan/pr-162267174/serapan-apbd-
jember-sampai-pertengahan-juli-hanya-rp5-miliar-ada-apa
[Diakses 11 November 2021].

Wahyu, S., 2021. Surabaya.tribunnews.com. [Online]


Available at:
https://www.google.com/amp/s/surabaya.tribunnews.com/amp/2021/06/03/anggaran-tidak-
terserap-maksimal-ratusan-miliar-silpa-jember-2020-masih-menggunung
[Diakses 11 November 2021].

Anda mungkin juga menyukai