ESAI ILMIAH
Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2021
PENDAHULUAN
Pada tanggal 9 Maret 2020 WHO (World Health Organization) atau badan
kesehatan dunia telah menetapkan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi. Pernyataan
tersebut menggambarkan bahwa keadaan dunia sedang porak-poranda dilanda virus ini.
Seluruh aspek kehidupan terkena dampaknya mulai dari kesehatan, pendidikan, kebudayaan,
dan perekonomian. Berbagai negara berupaya membuat kebijakan yang terbaik untuk
mengurangi penyebaran virus ini. Pemerintah Indonesia berupaya mencegah virus tersebut
dengan menerapkan beberapa kebijakan, misalnya mengkampanyekan gerakan stayhome,
psychical distancing, dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Seperti yang sudah penulis paparkan, kebijakan tersebut dibuat untuk memutus rantai
penyebaran COVID-19. Namun, jika kita telisik lebih jauh dalam sisi ekonomi, kebijakan
pemerintah secara tidak langsung telah membuat kegiatan perekonomian di hampir semua
lini mengalami kemacetan. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi negatif. Dengan
menggunakan metode perhitungan Year on Year (YOY) pada triwulan pertama tahun 2020
pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya penurunan yang hanya mencapai 2,97%
dibandingkan pertumbuhan triwulan pertama tahun 2019 yang mencapai 5,07%.
Sama halnya dengan kondisi di Kabupaten Jember, pertumbuhan ekonomi mengalami
kontraksi di tahun 2020. Pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember hanya
tumbuh sebesar 2,98%, angka tersebut menggambarkan adanya depresiasi jika dibandingkan
dengan periode tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,51%. Kurang optimalnya pemerintah
Jember dalam mengalokasikan dana APBD 2020 mengakibatkan masalah perekonomian di
kabupaten ini terus berkelanjutan. Maka dari itu, penulis mempunyai ide untuk menelisik
efektivitas penyaluran dana anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) di Kapubaten
Jember dengan metode Six Thingking Hats. Metode ini bisa disebut sebagai “enam topi
berpikir”. Metode ini adalah teknik penyelesaian masalah yang dapat membatu kita berpikir
secara rasional dengan mempertimbangkan sejumlah argumentasi atau perspektif. Metode ini
memetaforakan perspektif menjadi sebuah topi yang terdiri dari enam warna, antara lain topi
putih berfokus pada data dan informasi yang diketahui, topi merah berfokus pade emosi
(perasaan, intuisi, firasat, dan naluri), topi hitam berfokus pada kritis dan analisis (selalu
memandang sisi kelemahan atau negatif dari sebuah keputusan/permasalahan), topi kuning
berfokus pada nilai-nilai dan manfaat (memandang sisi positf suatu keputusan), topi hijau
yang berfokus pada kreativitas (sebuah alternatif penyelesaian dan cara-cara baru), serta topi
biru berfokus pada penyesuaian perspektif dari kelima topi tersebut kemudian memberikan
kesimpulan atau sebuah keputusan. Edward de Bono adalah pencipta metode mind-mapping
ini, metode tersebut jauh lebih efisien daripada metode berdiskusi secara argumentatif karena
metode Six Thingking Hats dapat memberikan pemaparan secara ekstensif.
Maka dari itu, penulis memanfaatkan metode ini dalam merumuskan pertanyaan
seputar efektivitas penyaluran dana APBN 2021 di Kabupaten Jember. Terdapat tiga
pertanyaan dasar yang akan penulis bahas, antara lain:
Sebenarnya terdapat beberapa variasi urutan penggunaan enam topi berpikir ini, namun
penulis akan menggunakan variasi orisinal dari Edward De Bono. Penulisan perspektif akan
berurutan mulai dari topi putih yang akan memaparkan beberapa informasi, topi merah akan
mengungkapkan sebuah opini atau intuisi, topi hitam akan mengkritisi serta memaparkan sisi
negatif dari suatu permasalahan atau keputusan, topi kuning melihat sebuah nilai atau
manfaat sehingga bernilai posotif, topi hijau akan berperan menghasilkan ide-ide kreatif, topi
biru akan berperan sebagai pengambil keputusan serta menetapkan langkah-langkah yang
harus ditempuh.
Berdasarkan penggunaan metode six thingking hats di atas, informasi kita peroleh
sangat luas dan kompleks perihal efektivitas penyaluran dana APBD 2021 di Kabupaten
Jember. Ternyata dana yang dialokasikan masih kurang efektif, hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor yang telah dipaparkan di atas yaitu banyaknya alokasi anggaran untuk
belanja pegawai sehingga pembangunan infrastruktur tidak optimal. Tidak optimalnya
serapan, misalnya Belanja Tidak Terduga (BTT), dana SILPA 2021 bertambah, dan dana
bantuan sosial yang tidak tepat sasaran. Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan di atas
dilakukan beberapa solusi yang harapannya dapat membantu. Solusi tersebut yaitu:
memfokuskan dana SILPA 2020 untuk pembangunan infrastruktur agar pertumbuhan
perekonomian tercapai, pengoptimalan dana BTT agar dana yang tertahan dapat dicairkan,
segera menyalurkan dana SILPA 2021 untuk pembayaran bunga pokok dan pokok utang,
untuk penyertaan modal pemerintah pada perusahaan daerah dialokasikan untuk peningkatan
infrastruktur daerah, peningkatan pengawasan atas penyaluran dana bantuan sosial disertai
pembaruan data agar dana tepat sasaran, dan hendaknya pemerintah lebih transparan dalam
menginformasikan pencapaian dana APBD. Solusi tersebut juga tidak dijamin sepenuhnya
efektif dalam mengatasi permasalahan yang ada, sehingga untuk mendapatkan jalan keluar
terbaik metode keenam topi berpikir dapat digunakan kembali.
Bono, E. D., 1985. Dalam: Six Thingking Hats. England: Hardcover By Little, pp. 15-20.