Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan adalah zat yang dikonsumsi untuk memberikan dukungan nutrisi bagi tubuh.
Makanan biasanya berasal dari tanaman, hewan, dan nutrisi penting  seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral. Sedangkan minuman merupakan zat cair atau cairan yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada umumnya manusia membutuhkan Air putih yang jernih
dan layak minum tentunya.
Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari makanan dan minuman
olahan. Berbagai makanan yang dijual di toko, warung dan para pedagang keliling hampir selalu
menggunakan bahan pewarna. Warna ini biasanya menyesuaikan dengan rasa yang ingin
ditampilkan pada produk tersebut. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna oranye, rasa stroberi
dengan warna merah, rasa nanas dengan warna kuning, rasa leci dengan warna putih, rasa anggur
dengan warna ungu, rasa pandan dengan warna hijau, dan seterusnya.
Secara umum bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terbagi atas
pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Pewarna sintetis pada umumnya terbuat
dari bahan-bahan kimia. Misalnya tartrazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah,
dan seterusnya. Kadang-kadang pengusaha yang nakal juga menggunakan pewarna bukan
makanan (non food grade) untuk memberikan warna pada makanan.
Warna makanan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan konsumen untuk
memilih dan memilah makanan. Sehingga penggunaan pewarna dalam makanan seakanakan
menjadi keharusan bagi setiap produsen makanan. Adanya dampak pada kesehatan terhadap
penggunaan pewarna sintetis menjadikan alasan bagi kita untuk back to nature dengan
menggunakan pewarna alami. Indonesia merupakan Negara dengan kekeyaan sumber pewarna
alami baik karotenoid, anthosianin, betalain dan klorofil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pemeriksaan parameter kimia pada pewarna ?
2. Bagaimana cara pemeriksaan parameter kimia pada perasa ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan parameter kimia pada pewarana
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan parameter kimia pada perasa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Cara pemeriksaan Rhodamin B dan Metanil Yellow pada makanan dan minuman
a. Pemeriksaan Rhodamin B

Alat :
1. Cawan petri
2. Spet
3. Mortal
4. Pipet tetes
5. Tabung reaksi & rak tabung reaksi

Bahan :
1. Pereaksi Rhodamin - B ( Test kit )
2. Sampel
 Sirup merah cap bintang
 Kue kukus dengan warna merah terang
3. Air mineral
4. Kapas

Cara kerja :

1. Persiapkan sampel yang akan di periksa ( sirup merah dan kue kukus warna merah
terang );
2. Sampel padat dihaluskan terlebih dahulu menggunakan mortal;
3. Tambahkan sedikit air agar sampel menjadi lebih halus atau menjadi homogen
dengan air;
4. Kemudian tuangkan masing-masing sampel ke dalam cawan petri;
5. Ambil air yang telah homogen dengan sampel menggunakan spet sebanyak 1 ml;
( note : Tanpa ada padatannya )
6. Kemudian masukkan kedalam tabung reaksi;
3
7. Lalu tambahkan 10 – 20 tetes pereaksi I rhodamin - b ke dalam tabung reaksi
tersebut secara hati – hati tetes demi tetes dan segera tutup botolnya;
8. Setelah itu tambahkan 5 tetes pereaksi II rhodamin – b;
9. Kemudian tambahkan 10 – 20 tetes pereaksi III rhodamin – b (gunakan pipet tetes
yang ada);
10. Dikocok dengan hati – hati;
11. Jika terbentuk warna ungu (violet) pada lapisan atas, sampel positif mengandung
rhodamin – b.

Metode Pemeriksaan
Adapun metode pemeriksaan rhodamin b, yaitu sebagai berikut :

Teknik analisa sederhana


Babu & Indushekhar S (1990) dari NIN Hyderabad India, telah melaporkan hasil
penelitiannya, bahwa deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan
menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak
diperlukan adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini dapat
dikerjakan di rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda
tersebut adalah karena cara analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna
standar apapun.
Ide dari metoda sederhana ini didasarkan pada kemampuan zat pewarna tekstil yang berbeda
dengan zat pewarna makanan sintetis, di antaranya karena daya kelarutannya dalam air yang
berbeda. Zat pewarna tekstil seperti misalnya Rhodamin B (merah), Methanil Yellow (kuning),
dan Malachite Green (hijau), bersifat tidak mudah larut dalam air. Pada Tabel 1, dapat dilihat
daftar beberapa pewarna sintetik yang mudah larut dan tidak mudah larut dalam air.

Kualitatif
1.      Pembuatan larutan uji (Larutan A)
Ditimbang sebanyak 2 g sampel, kemudian ditambahkan 4 tetes HCl 4 M dan 5 ml methanol.
Dipanaskan selama 5 menit hingga sampel melarut. Selanjutnya ditambahkan methanol ad 30 ml,

4
disaring dengan kertas saring, dan ditambahkan Na-sulfat anhidrat kedalamnya. Filtrat diambil
dan dimasukkan kedalam botol vial.
2.      Pembuatan larutan baku (Larutan B)
Ditimbang sebanyak 5 mg pewarnaa rhodamin B baku pembanding. Dilarutkan dalam 10 mL
methanol, dikocok hingga larut.
3.      Pembuatan larutan C
Dipipet sejumlah volume yang sama antara larutan A dan larutan B. dicampur dan
dihomogenkan.
4.      Uji identifikasi sampel
Plat KLT disiapkan, kemudian ditotolkan larutan baku dan larutan sampel secara terpisah.
Didiamkan plat KLT hingga mongering. Kemudian plat KLT dimasukkan kedalam chamber
yang telah dijenuhkan dengan propanol : ammonia (90 : 10). Dibiarkan fasa gerak nya naik
hingga batas pelat, dan dikeringkan. Selanjutnya diamati noda dibawah sinar UV pada panjang
gelombang 254 nm. Warna merah berfluoresensi kuning menunjukkan adanya rhodamin B.

b. Pemeriksaan Metanil Yellow

Alat :
1. Beaker gelas 50 ml
2. Benang wol bebas lemak (30 cm)
3. Chamber
4. Erlenmeyar 250 ml
5. Gelas ukur 10 ml dan 50 ml
6. Labu ukur 50 ml dan 100 ml
7. Penangas air
8. Pipet micro 50 ul
9. Pipet volume 5 ml dan 10 ml
10. Plate silica gel GF. 254
11. Whatman

5
Bahan :
1. Ammonia 10 %
2. Aquadest
3. Asam asetat encer 6 %
4. Asam asetat glacial
5. Baku metanil yellow
6. Etanol
7. N- butanol
8. Sampel sari buah

Cara Kerja :
a.    Larutan uji
1. Masukan 30 ml cuplikan dalam tabung 100 ml, asamkan sedikit dengan asam asetat
glacial encer 6 % dan masukan benang wol bebas lemak
2. Panaskan diatas tangas air sampai semua warna terisolasi
3. Benang wol yang telah berwarna, dipisahkan dan dicuci dengan air dan dimasukan
dalam labu 50 ml
4. Tambahkan 10 ml ammonia secukupnya, panaskan diatas penangas air sampai benang
wol tidak berwarna. Setelah benang wol dipisahkan, laritan dipekatkan (A)
b.    Larutan baku (B)
1. Timbang saksama metanil yellow 50 mg
2. Larutkan dengan aquadest secukupnya
3. Tambahkan lagi aquadest sampai batas tanda labu 100 ml.
c.    Prosedur identifikasi
1. Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah dan kromatografi lapis tipis, sebagai berikut :
Fase diam : plate silica gel
Fase gerak :
1. N- butanol : aquadest : asam asetat glacial = 20 : 12 : 5
2. N- butanol : etanol : aquadest : ammonia = 42 : 28 : 28 : 1
3. Dilakukan penjenuhan dengan kertas saring
4. Pengukuran volume penotolan larutan A dab B masing-masing 10 ul

6
5. Ukur jarak rambat sepanjang 15 cm
6. Penentuan penampak bercak adalah cahaya tampak, bercak berwarna kuning.

2.2 Cara pemeriksaan Sakarin pada makanan dan minuman


Alat :
1. Corong pemisah
2. Erlenmeyer 100 ml
3. Erlenmeyer
4. Standart
5. Buret

Bahan :
1. Air
2. HCl p.a 10 ml
3. Eter 25 ml
4. Aquadest
5. Aseton
6. Indicator BTB
7. NaOH 0,05 N

Cara kerja :
1. Air penetapan kadar benzoate tadi ditambahkan 10 ml HCl pekat setelahdiasamkan
2. Masukkan lagi kedalam corong pemisah
3. Kemudian tambahkan 25 ml eter
4. Kemudian ekstraksi
5. Setelah terbentuk pemisah antara air dengan eter, air dan eter dikeluarkan atau
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml secara terpisah
6. Air yang dikeluarkan tadi dimasukkan lagi kedalam corong pemisah, kemudian
tambahkan eter baru sebanyak 25 ml
7. Lakukan ekstraksi sebanyak 3 kali

7
8. Kemudian, masukkan eter ke tiga ke dalam Erlenmeyer yang berisi gabungan eter pertama
dan kedua, dan tambahkan dengan 10 ml aquadest, kemudian lakukan lagi ekstraksi
9. Kemudian air hasil ekstraksi ketiga ditambahkan dengan 10 ml eter lagi dan ekstraksi
10. Setelah itu gabungkan eter hasil ekstraksi eter + aquadest dengan hasil ekstraksi air + eter
dan akan terbentuk sari eter
11. Kemudian sari eter diuapkan sampai residu
12. Kemudian tambahkan 3 ml aseton dan uapkan lagi (jangan sampai kering)
13. Setelah itu masukkan eter ke dalam Erlenmeyer dan dan tambahkan 2 ml aquadest,
kemudian kocok
14. Kemudian panaskan dan dinginkan (suhu kamar)
15. Setelah itu tambahkan aseton sebanyak 5 ml dan indicator BTB ± 3 tetes
16. Kemudian lakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,05 N sampai warna biru
17. Catat pemakaian NaOH 0,05 N
18. Setiap 1 ml NaOH 0,05 N terpakai sama dengan 0,00916 g sakarin

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pada pemeriksaan rodhamin B Jika terbentuk warna ungu (violet) pada lapisan atas,
sampel positif mengandung rhodamin – b.
2. Pada pemeriksaan sakarin kita harus mencatat pemakaian NaOH 0,05 N

3.2 Saran
1. Agar melakukan pemeriksaan secara hati-hati dan teliti
2. Agar tidak mengkonsumsi lagi bahan-bahan kimia seperti pewarna dan perasa buatan

Anda mungkin juga menyukai