Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PEMBAHASAN

A.    DEFINISI.

Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan
dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75).

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang
menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala
yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi
merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih
dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti
gemetar,  rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering
kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,  berkeringat, tangan rasa dingin, diare,
mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di
tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.

B.     RENTANG RESPON ANSIETAS.

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).

C.     TINGKAT ANSIETAS.

Tingkat ansietas sebagai berikut:

1.      Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.

2.      Ansietas sedang.

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan
pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

3.      Ansietas berat.

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada satu area lain.

4.      Tingkat panik dari ansietas.

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik,
terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang
sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

D. FAKTOR PENYEBAB

Penyebab gangguan kecemasan tidak diketahui secara pasti. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa ada
banyak faktor yang dapat menyebabkan kecemasan. Faktor-faktor tersebut tampak dapat bekerja baik
secara terpisah maupun bersama-sama. Berikut penjelasanya:

1. Genetika: Beberapa kelainan kecemasan tampaknya memiliki komponen genetik dan terkadang


terjadi antar generasi keluarga.

2. Biologi: Cara otak memproses dan merespon stres dan rangsangan dianggap berpengaruh,
terutama hormon stres seperti adrenalin.

3. Pola Pemikiran: Pola pemikiran yang berpusat pada memprediksi situasi yang paling buruk dan
terkait dengan negatif jangka panjang dan kesulitan dalam menghadapi ketidakpastian
dihubungkan dengan ketakutan. Selain itu, sikap terlalu sensitif terhadap rangsangan fisik
internal (seperti peningkatan detak jantung), yang dapat disertai dengan salah tafsir rangsangan
ini sebagai tanda bencana dan dapat mempengaruhi berbagai gangguan kecemasan.

4. Kejadian yang menekan: Peristiwa masa lalu dan trauma dapat bertindak sebagai katalis dan
menyebabkan gangguan kecemasan pada seseorang.

E. PROSES TERJADINYA ANSIETAS


PATOFISIOLOGI ANSIETAS

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN.

1.      Faktor Predisposisi.

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :

a.       Teori Psikoanalitik.

Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego. ID
mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.

b.      Teori Interpersonal.

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.

c.       Teori Perilaku.

Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas pada kehidupan selanjutnya.

d.      Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

e.       Kajian Biologis.

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin
membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat
nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2.      Faktor Presipitasi.

Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat
dikelompokkan menjadi 2 kategori :

a.       Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang
atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.

b.      Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi
sosial yang terintegrasi seseorang.

3.      Perilaku.

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara
tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan.
Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh Respons

Ø  Kardiovaskuler •         Palpitasi.

•         Jantung berdebar.

•         Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.

•         Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Ø  Pernafasan •         Napas epat.

•         Pernapasan dangkal.

•         Rasa tertekan pada dada.

•         Pembengkakan pada tenggorokan.

•         Rasa tercekik.

•         Terengah-engah.

Ø  Neuromuskular •         Peningkatan reflek.


•         Reaksi kejutan.

•         Insomnia.

•         Ketakutan.

•         Gelisah.

•         Wajah tegang.

•         Kelemahan secara umum.

•         Gerakan lambat.

•         Gerakan yang janggal.

Ø  Gastrointestinal •         Kehilangan nafsu makan.

•         Menolak makan.

•         Perasaan dangkal.

•         Rasa tidak nyaman pada abdominal.

•         Rasa terbakar pada jantung.

•         Nausea.

•         Diare.

Ø  Perkemihan •         Tidak dapat menahan kencing.

•         Sering kencing.

Ø  Kulit •         Rasa terbakar pada mukosa.

•         Berkeringat banyak pada telapak tangan.

•         Gatal-gatal.

•         Perasaan panas atau dingin pada kulit.

•         Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem Respons

Ø  Perilaku •         Gelisah.
•         Ketegangan fisik.

•         Tremor.

•         Gugup.

•         Bicara cepat.

•         Tidak ada koordinasi.

•         Kecenderungan untuk celaka.

•         Menarik diri.

•         Menghindar.

•         Terhambat melakukan aktifitas.

Ø  Kognitif •         Gangguan perhatian.

•         Konsentrasi hilang.

•         Pelupa.

•         Salah tafsir.

•         Adanya bloking pada pikiran.

•         Menurunnya lahan persepsi.

•         Kreatif dan produktif menurun.

•         Bingung.

•         Khawatir yang berlebihan.

•         Hilang menilai objektifitas.

•         Takut akan kehilangan kendali.

•         Takut yang berlebihan.

Ø  Afektif •         Mudah terganggu.

•         Tidak sabar.

•         Gelisah.

•         Tegang.

•         Nerveus.

•         Ketakutan.

•         Alarm.
•         Tremor.

•         Gugup.

•         Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.

4.      Sumber Koping.

Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di
lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

5.      Mekanisme Koping.

Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:

a.       Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan
untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.

b.      Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika
berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi
ansietas :

a.       Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).

Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang
ada secara realistis, yaitu :

1)      Perilaku menyerang (agresif).

Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.

2)      Perilaku menarik diri.

Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.

3)      Perilaku kompromi.

Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan.

b.      Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).


Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan
untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.

Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :

1)      Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

2)      Penyangkalan (Denial).

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme


pertahanan ini paling sederhana dan primitif.

3)      Pemindahan (Displacemen).

Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau
kurang mengancam terhadap dirinya.

4)      Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.

5)      Identifikasi (Identification).

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.

Intelektualisasi (Intelektualization).

6)      Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.

7)      Introjeksi (Intrijection).

Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego)

8)      Fiksasi.

Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran)s
ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.

9)      Proyeksi.

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan
emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.

10)  Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga
tidak menjatuhkan harga diri.

11)  Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan
yang sebenarnya.

12)  Regressi.

Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan
terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.

13)  Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau
bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego
yang lainnya.

14)  Acting Out.

Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.

15)  Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.

16)  Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog
represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran
seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.

17)  Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.

B.     DIAGNOSA.

Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :

1.      Penyelesaian kerusakan.

2.      Kecemasan.

3.      Pola napas tidak efektif.

4.      Koping individu tidak efektif.

5.      Diam.

6.      Gangguan pembagian bidang energi.

7.      Ketakutan.

8.      Inkontinensial.

9.      Stres.
10.  Cedera resiko terhadap......

11.  Perubahan nutrisi.

12.  Respon pasca trauma.

13.  Ketidakberdayaan.

14.  Gangguan harga diri.

15.  Gangguan pola tidur.

16.  Isolasi sosial.

17.  Perubahan proses berfikir.

18.  Gangguan eliminasi urine.

C.     INTERVENSI.

Ø  Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.

Ø  Tujuan khusus :

Klien mampu untuk ;

•         Membina hubungan saling percaya.

•         Melakukan aktifitas sehari-hari.

•         Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.

•         Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

•         Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

•         Klien terlindung dari bahaya.

1.      Ansietas Ringan.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas ringan adalah a)      Tidak nyaman. a)      Gerakan tidak tenang.


ansietas normal dimana
b)      Gelisah. b)      Perhatikan tanda
motivasi individu pada
peningkatan ansietas.
keseharian dalam batas c)      Insomnia ringan.
kemampuan untuk c)      Bantu klien
melakukan dan d)     Perubahan nafsu makan
menyalurkan energi secara
memecahkan masalah ringan.
konstruktif.
meningkat. e)      Peka.
d)     Gunakan obat bila perlu.
f)       Pengulangan
e)      Dorong pemecahan
pertanyaan. masalah.

g)      Perilaku mencari f)       Berikan informasi akurat


perhatian. dan fuktual.

h)      Peningkatan g)      Sadari penggunaan


kewaspadaan. mekanisme pertahanan.

i)        Peningkatan persepsi h)      Bantu dalam


pemecahan masalah. mengidentifikasi
keterampilan koping yang
j)        Mudah marah.
berhasil.

i)        Pertahankan cara yang


tenang dan tidak terburu.

j)        Ajarkan latihan dan


tehnik relaksasi.

2.      Ansietas Sedang.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Ansietas sedang adalah a)      Perkembangan dari a)      Pertahankan sikap tidak


cemas yang mempengaruhi ansietas ringan. tergesa-gesa, tenang bila
pengetahuan baru dengan berurusan dengan pasien.
b)      Perhatian terpilih dari
penyempitan lapangan
lingkungan. b)      Bicara dengan sikap
persepsi sehngga individu
tenang, tegas meyakinkan.
kehilangan pegangan tetapi c)      Konsentrasi hanya pada
dapat mengikuti pengarahan tugas-tugas individu. c)      Gunakan kalimat yang
orang lain. pendek dan sederhana.
d)     Suara bergetar.
d)     Hindari menjadi cemas,
e)      Ketidaknyamanan
marah, dan melawan.
jumlah waktu yang digunakan.
e)      Dengarkan pasien.
f)       Takipnea.
f)       Berikan kontak fisik
g)      Takikardia.
dengan menyentuh lengan
h)      Perubahan dalam nada dan tangan pasien.
suara.
g)      Anjurkan pasien
i)        Gemetaran. menggunakan tehnik
relaksasi.
j)        Peningkatan ketegangan
otot. h)      Ajak pasien untuk
mengungkapkan
k)      Menggigit kuku, perasaannya.
memukul-mukulkan jari,
menggoyangkan kaki dan i)        Bantu pasien
mengetukkan jari kaki. mengenali dan menamai
ansietasnya

3.      Ansietas Berat.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Pada ansietas berat a)      Perasaan terancam. a)      Isolasi pasien dalam


lapangan persepsi menjadi lingkungan yang aman dan
b)      Ketegangan otot yang
sangat menurun. Individu tenang.
berlebihan.
cenderung memikirkan hal
b)      Biarkan perawatan dan
yang sangat kecil saja dan c)      Diaforesis.
kontak sering sampai
mengabaikan hal yang lain.
d)     Perubahan pernapasan. konstan.
Individu tidak mampu
berfikir realistis dan e)      Napas panjang. c)      Berikan obat-obatan
membutuhkan banyak pasien melakukan hal untuk
pengarahan, untuk dapat f)       Hiperventilasi. dirinya sendiri.
memusatkan pada daerah g)      Dispnea.
lain. d)     Observasi adanya
h)      Pusing. tanda-tanda peningkatan
agitasi.
i)        Perubahan
gastrointestinalis. e)      Jangan mennyentuh
pasien tanpa permisi.
j)        Mual muntah.
f)       Yakinkan pasien bahwa
k)      Rasa terbakar pada ulu dia aman.
hati.
g)      Kaji keamanan dalam
l)        Sendawa. lingkungan sekitarnya.
m)    Anoreksia.

n)      Diare atau konstipasi.

o)      Perubahan
kardivaskuler.

p)      Takikardia.

q)      Palpitasi.

r)       Rasa tidak nyaman pada


prekokardia.

s)       Berkurangnya jarak
persepsi secara berat.

t)       Ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi.

u)      Rasa terbakar.

v)      Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan.

w)    Aktivitas yang tidak


berguna.

x)      Bermusuhan.

4.      Panik.

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi

Adalah tingkat dimana a)      Hiperaktif / imobilitasi a)      Tetap bersama pasien ;


individu berada pada bahaya berat. minta bantuan.
terhadap diri sendiri dan
b)      Rasa terisolasi yang b)      Jika mungkin hilangkan
orang lain serta dapat
ekstrim. beberapa stressor fisik dan
menjadi diam atau
psikologisdari lingkungan.
menyerang dengan cara c)      Kehilangan desintegrasi
kacau. kepribadian. c)      Bicara dengan tenang,
sikap meyakinkan,
d)     Sangat goncang dan otot-
menggunakan nada suara
otot tegang.
yang rendah.
e)      Ketidakmampuan untuk
d)     Katakan pada pasien
berkomunikasi dengan
bahwa anda (staf) tidak akan
kalimat yang lengkap.
membahayakan dirinya
f)       Distori persepsi dan sendiri atau orang lain.
penilaian yang tidak realistis
e)      Isolasikan pasien pada
terhadap lingkungan dan
daerah yang aman dan
ancaman.
nyaman.
g)      Perilaku kacau dalam
f)       Lanjut dengan
usaha melarikan diri.
perawatan ansietas berat.
h)      Menyerang.
DAFTAR PUSTAKA

Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.

Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai