Anda di halaman 1dari 8

Nama: Muhammad Hafidhuddin

Nim: 1900012112

Kls: akuntansi C

RESUME BEA CUKAI

A. Pengertian Bea Matrai

Menurut Undang-Undang 10 Tahun 2020, Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas
suatu dokumen baik itu dokumen kertas maupun dokumen elektronik yang dapat digunakan
sebagai bukti atau keterangan.Adapun asas-asas yang mengatur bea materai yang diantaranya
yaitu asas kesederhanaan, asas efisiensi, asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas
kemanfaatan.

Adapun bea materai diberlakukan untuk mengoptimalkan penerimaan negara demi


membiayai pembangunan nasional secara mandiri menuju kesejahteraan, memberikan kepastian
hukum yang adil, menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan menyelaraskan ketentuan bea
materai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Fungsi Meterai

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai, disebutkan kalau
fungsi materai adalah pajak dokumen yang dibebankan oleh negara untuk dokumen tertentu. Jadi
pada dasarnya, bea meterai adalah pajak atau objek pemasukan kas negara yang dihimpun dari
dana masyarakat yang dikenakan terhadap dokumen tertentu.Karena itu, dokumen berharga yang
dibubuhi meterai akan dianggap sah selama memenuhi ketentuan pasal 1320 KUHPerdata. Jika
dokumen tersebut ingin digunakan sebagai alat bukti di pengadilan, harus dilunasi bea meterai
yang terutang.

Namun, bukan berarti setiap dokumen perlu dibubuhi meterai, kok. Jika tidak dibubuhi meterai,
tidak akan menjadikannya sebagai tidak sah. Tetapi, dokumen itu tidak dapat digunakan sebagai
alat bukti di pengadilan.

C. Subjek Bea Materai


Salah satu definisi bea meterai adalah pajak atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen
tersebut ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau diserahkan kepada pihak lain
jika dokumen itu hanya dibuat oleh satu pihak. Lalu, siapa yang dimaksudkan ‘pihak’ dalam
definisi ini?

1. Pihak yang menerima atau mendapatkan manfaat dokumen, kecuali pihak yang
bersangkutan menentukan berbeda.
2. dokumen dibuat secara sepihak, seperti kuintasi, bea meterai terutang oleh penerima
kwitansi.
3. dokumen dibuat oleh dua pihak atau lebih, seperti surat perjanjian, masing-masing
pihak terutang bea meterai.
Adapun objek bea materai Rp.10000. Pada Pasal 3 ayat (1), bea materai dikenakan atas 2 hal
yakni:

1. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian yang
bersifat perdata.
2. yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
3. dokumen bersifat perdata yang dimaksud yakni meliputi beberapa hal berikut.
4. perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau sejenisnya.Akta notaris beserta
grosse, salinan, dan kutipan.
5. Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipan.
6. berharga dengan nama dalam bentuk apapun.
7. transaksi surat berharga, dalan nama atau bentuk apapun.
8. lelang berupa kutipan risalah lelang.
9. yang bernilai lebih dari Rp 5 juta rupiah yang menyebutkan penerima uang, terdapat
pengakuan hutang dilunasi atau diperhitungkan.
10. lain yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
Sementara itu, adapun dokumen yang bukan merupakan objek pajak, yakni :

1. Dokumen terkait lalu lintas orang dan barang seperti surat penyimpanan barang,
konosemen, surat angkutan penumpang dan barang, bukti pengiriman dan penerimaan
barang, surat pengiriman barang untuk dijual atas pengirim, dan surat lain sejenisnya.
2. bentuk ijazah.
3. terima pembayaran gaji, pensiun, tunjangan, dan pembayaran lain terkait hubungan
kerja.
4. bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas daerah, dan lembaga lain
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. untuk segala jenis pajak dan penerimaan lainnya.
6. penerimaan uang untuk keperluan intern organisasi.
7. yang menyebutkan simpanan uang, surat berharga, pembayaran uang simpanan
kepada bank, koperasi, dan badan lain kepada nasabah.
8. gadai.
9. pembagian keuntungan, bunga, atau imbalan hasil dari surat berharga dengan nama
dan bentuk apapun.
10. yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dalam rangka melaksanakan kebijakan
moneter.
Sekedar mengingatkan tarif tunggal bea materai Rp 10000 sudah mulai berlaku sejak 1 Januari
2021. Sementara ini, materai Rp 3000 dan Rp 6000 masih berlaku selama masa transisi hingga
31 Desember 2021.

D. Saat Terutang Bea Meterai

Saat terutang bea meterai sangat perlu diketahui sebagai Bendahara karena akan menentukan besarnya
tarif bea meterai yang berlaku dan juga berguna untuk menentukan daluarsa pemenuhan bea meterai dan
denda administrasi yang terutang. Saat terutang bea meterai ditentukan oleh jenis dan di mana suatu
dokumen dibuat. Saat terhutang Bea Meterai, jika:

1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, maka pada saat dokumen itu diserahkan, termasuk jika pada saat
itu dokumen tersebut diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, bukan pada saat
ditandatangani. Contohnya: kuitansi, cek, dan sebagainya.

2. yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, maka pada saat selesainya dokumen dibuat, yang ditutup dengan
pembubuhan tanda tangan dari yang bersangkutan. Contohnya: surat perjanjian jual beli. Bea Meterai
terhutang pada saat ditandatanganinya perjanjian tersebut.

3. yang dibuat di luar negeri, maka pada saat digunakan di Indonesia.


Sesuai dengan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Materai, poin b dan c
menjelaskan bagaimana penggunaan materai saat ini yang minimal digunakan Rp9.000.

b. Materai tempel yang telah dicetak berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea
Materai dan peraturan pelaksanaannya yang masih tersisa, masih dapat digunakan sampai dengan jangka
waktu 1 (satu) tahun setelah Undang-Undang ini mulai berlaku dan tidak dapat ditukarkan dengan uang
atau dalam bentuk apa pun.

c. Materai tempel yang digunakan untuk melakukan pembayaran Bea Materai yang terutang atas
Dokumen sebagaimana dimaksusd dalam huruf b, dapat digunakan dengan nilai total Materai tempel
yang dibubuhkan pada Dokumen paling sedikit Rp9.000,00 (sembilan ribu rupiah).

RINGKASAN RETRIBUSI DAERAH

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah
merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Retribusi
daerah terbagi menjadi tiga golongan, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi
perizinan tertentu. Retribusi jasa umum yaitu pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum, serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan.

Dalam UU No. 28 Tahun 2009, Retribusi Daerah dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan. Dan setiap jenis memiliki bagiannya masing-masing.
Berikut adalah jenis-jenis Retribusi Daerah dan bagian-bagiannya :

1. Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.

Retribusi Jasa Umum dibagi ke dalam 15 bagian, yang meliputi:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan untuk pungutan atas pelayanan kesehatan di Puskesmas, Balai
Pengobatan, RSU Daerah, dan tempat kesehatan lain sejenis yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
2. Pelayanan Persampahan/Kebersihan untuk pungutan atas pelayanan persampahan/kebersihan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yang meliputi pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan
serta penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan sampah rumah tangga dan perdagangan. Di
dalamnya tidak termasuk pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, dan sosial.
3. Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil untuk pungutan atas pelayanan KTP, kartu
keterangan bertempat tinggal, kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas
penduduk musiman, kartu keluarga, dan akta catatan sipil.
4. Pemakanan dan Pengabuan Mayat untuk pungutan atas pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
yang meliputi pelayanan, penggalian, pengurugan, pembakaran/pengabuan, dan sewa tempat yang
dimiliki atau dikelola oleh daerah.
5. Pelayanan Parkir untuk pungutan atas pelayanan parkir di tepi jalan umum yang disediakan oleh
daerah.
6. Pelayanan Pasar untuk pungutan atas penggunaan fasilitas pasar tradisional berupa pelataran dan los
yang dikelola oleh daerah dan khusus disediakan untuk pedagang, kecuali pelayanan fasilitas pasar
yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
7. Pengujian Kendaraan Bermotor untuk pungutan atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diselenggarakan oleh daerah.
8. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran untuk pungutan atas pelayanan pemeriksaan dan/atau
pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa.
9. Penggantian Biaya Cetak Peta untuk pungutan atas pemanfaatan peta yang dibuat oleh pemerintah
daerah.
10. Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus untuk pungutan atas pelayanan penyedotan kakus yang
dilakukan oleh daerah dan tidak termasuk yang dikelola oleh BUMD dan swasta.
11. Pengolah Limbah Cair untuk pungutan atas pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga,
perkantoran, dan industri yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah.
12. Pelayanan Tera/Tera Ulang untuk pungutan atas pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang,
dan perlengkapannya dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Pelayanan Pendidikan untuk pungutan atas pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
teknis oleh pemerintah daerah.
14. Pengendalian Menara Telekomunikasi untuk pungutan atas pemanfaatan ruang untuk menara
telekomunikasi.
15. Pengendalian Lalu Lintas untuk pungutan atas penggunaan ruas jalan, koridor, dan kawasan tertentu
pada waktu dan tingkat kepadatan tertentu.
Tarifnya ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya yang dimaksud
meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial, baik itu pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan
daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang
belum dapat disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Retribusi Jasa Usaha dibagi ke dalam 11 bagian, yaitu:

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah untuk pungutan atas pemakaian kekayaan daerah berupa
pemakaian tanah dan bangunan, ruangan untuk pesta, dan kendaraan/alat-alat berat/alat-alat besar
milik daerah. Tidak termasuk penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut,
misal pemancangan tiang listrik/telepon, dan lain-lain.
2. Pasar Grosir dan/atau Pertokoan untuk pungutan atas penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis
barang dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan oleh daerah, tidak termasuk
yang disediakan oleh BUMD dan swasta.
3. Tempat Pelelangan untuk pungutan atas pemakaian tempat pelelangan yang secara khusus disediakan
oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan.
4. Terminal untuk pungutan atas pemakaian tempat pelayanan penyediaan parkir untuk kendaraan
penumpang dan bus umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lain di lingkungan terminal yang
dimiliki/dikelola oleh daerah, terkecuali yang dimiliki/dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan
swasta.
5. Tempat Khusus Parkir untuk pungutan atas pemakaian tempat parkir yang khusus disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh daerah, terkecuali yang disediakan/dikelola oleh BUMN, BUMD, dan
swasta.
6. Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Vila untuk pungutan atas pelayanan tempat
penginapan/pesanggrahan/vila yang dimiliki dan/atau dikelola oleh daerah, terkecuali yang
dimiliki/dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan swasta.
7. Rumah Potong Hewan untuk pungutan atas pelayanan penyediaan fasilitas pemotongan hewan yang
dimiliki dan/atau dikelola oleh daerah, termasuk layanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan
sesudah dipotong.
8. Pelayanan Kepelabuhan untuk pungutan atas pelayanan jasa kepelabuhan yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah.
9. Tempat Rekreasi dan Olahraga untuk pungutan atas pemakaian tempat rekreasi, pariwisata, dan
olahraga yang dimiliki dan dikelola oleh daerah.
10. Penyeberangan di Air untuk pungutan atas pelayanan penyeberangan orang/barang dengan
menggunakan kendaraan di air milik/kelola daerah.
11. Penjualan Produk Usaha Daerah untuk pungutan atas penjualan hasil produksi usaha pemerintah
daerah, terkecuali hasil penjualan usaha daerah oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan swasta.
Tarif Retribusi Jasa Usaha sendiri didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak,
dalam artian keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien
dan berorientasi pada harga pasar.

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu merupakan pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah
daerah kepada pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Retribusi Perizinan tertentu dibagi ke dalam 6 jenis, yaitu:

1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin untuk
mendirikan suatu bangunan.
2. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin untuk
melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.
3. Izin Gangguan untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin tempat usaha/kegiatan di lokasi tertentu
yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian/gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang
telah ditentukan oleh daerah.
4. Izin Trayek untuk pungutan atas pelayanan pemberian izin usaha untuk penyediaan pelayanan
angkutan penumpang umum pada satu atau beberapa trayek tertentu.
5. Izin Usaha Perikanan untuk pungutan atau pemberian izin untuk melakukan kegiatan usaha
penangkapan dan pembudidayaan ikan.
6. Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA) untuk pungutan atas pemberian
perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja tenaga asing.
Untuk tarif Retribusi Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh
biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biayanya meliputi dokumen izin, pengawasan
di lapangan, penegakan hukum, tata usaha, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.

Materi Peraturan Retribusi Daerah


Perda tentang retribusi daerah sekurang-kurangnya harus mengatur mengenai :

1. nama, objek, dan subjek retribusi;


2. golongan retribusi;
3. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;
4. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi;
5. struktur dan besarnya tarif retribusi;
6. wilayah pemungutan;
7. penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran;
8. sanksi administratif;
9. penagihan;
10. penghapusan piutang retribusi yang kadaluwarsa; dan
11. tanggal mulai berlakunya.

Anda mungkin juga menyukai