Anda di halaman 1dari 2

Nama: Siti Aisyah

NIM: 213140507111105
Mata Kuliah: Agama Islam
Dosen: M. Agus Budianto, M.Ag.

Paradigma Qur’ani dalam Perkembangan Sains dan Teknologi

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia melalui tangkapan
panca indra, intuisi dan firasat. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran dan dapat diuji ulang
secara ilmiah. Teknologi merupakan salah satu hasil dari ilmu pengetahuan dan pada
dasarnya memiliki karakteristik objektif dan netral. Saat ini teknologi semakin berkembang
seiring berubahnya zaman, namun dalam perkembanganya teknologi memiliki keterkaitan
hubungan dengan agama. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 190
– 191.
Selain itu terdapat 3 jenis paradigma, diantaranya paradigma sekuler memandang
agama dan iptek terpisah satu sama lain maksudnya agama tidak ditolak eksistensinya
tetapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Kedua
paradigma sosialis benar-benar menolak eksistensi agama bahkan paradigma tersebut
didasarkan pada ide dasar materialisme khususnya materialisme dialektis. Terakhir
paradigma Islam berasal dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, bahkan kedua hal tersebut menjadi
landasan pemikiran atau qaidah fikriyah. Dari paradigma tersebut ada beberapa pendekatan
agama dengan iptek, antara lain pendekatan konflik, kontras, kontak dan konfirmasi.
Pendekatan tersebut menjadi salah satu berkembangnya teknologi.
Ternyata pada zaman dahulu ada satu tokoh yaitu Abid Al-Jabiri memberikan cara
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, diantaranya
1. Epistemologi Bayani
Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks
secara langsung atau tidak langsung dan dijustifikasi oleh akal kebahasaan yang
digali lewat inferansi. Secara langsung maksudnya memahami teks sebagai
pengetahuan sedangkan secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai
pengetahuan mentah sehingga perlu ditafsirkan. Ada beberapa jalan untuk
mendapatkan pengetahuan epistemology bayani yaitu berpegang pada redaksi teks
yang menggunakan kaidah Bahasa Arab dan kecenderungan ini berakar pada tradisi
setelah Ibn Rusyd terutama pada Prakarsa al-Syatibi berpegang pada maksud
(maqasaid al Syar’i). teks ini baru digunakan apabila teks zahir ternyata tidak mampu
menjawab persoalan yang relative baru tradisi bayani yang bercorak induktif rasional.
2. Epistemologi Irfani
Irfani adalah model metodologi berfikir yang didasarkan atas pendekatan dan
pengalaman langsung atas realitas spiritual keagamaan. Selain itu Irfan berkaitan
dengan pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman. Ada tiga
tahapan dalam metode Irfani, tahapan pertama Persiapan (terdiri dari taubat, wara,
zuhud, faqir, sabar, tawakal dan Ridla), tahapan kedua penerimaan dimana
seseorang mendapatkan kesadaran diri untuk melihat relalitas dirinya dan tahapan
terakhir pengungkapan maksudnya segala yang terjadi dapat diungkapkan secara
lisan maupun tulisan.
3. Epistomologi Burhani
Burhani adalah aktifitas berfikir untuk menetapkan kebenaran suatu premis
melalui metode penyimpulan dengan menghubungkan kebenaran. Secara ringkas ya
burhani adalah aktifitas nalar yang menetapkan kebenaran suatu premis. Metode
burhani menggunakan aturan silogisme dan harus memenuhi beberapa syarat
antara lain, mengetahui latar belakang dari penyusunan premis, adanya konsistensi
logis antara alasan dan kesimpulan dan kesimpulan yang diambil harus bersifat pasti
dan benar sehingga tidak mungkin menimbulkan kebenaran atau kepastian lain.

Dalam agama Islam, umat muslim diwajibkan untuk mencari ilmu karena menjadi
bekal untuk menjalani kehidupan. Bahkan ibadah seperti shalat, zakat, puasa dan haji butuh
ilmu. Tanpa adanya ilmu ibadah yang dijalankan belum sempurna, maka dari itu peran ilmu
melengkapi semua yang ada di kehidupan ini. Apabila ilmu sudah ada di dalam diri
seseorang, orang tersebut tentu akan memiliki pengetahuan.
Pengetahuan pada hakikatnya adalah salah satu sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Karena orang yang memiliki pengetahuan kelak di hari akhir nanti akan
diangkat derajatnya. Tetapi memiliki pengetahuan saja tidak cukup harus diseimbangkan
dengan akhlak atau budi pekerti yang baik. Saat ini banyak sekali orang yang memiliki
pengetahuan sangat cerdas namun pengetahuan tersebut tidak disertai dengan akhlak yang
baik, padahal akhlak sangat penting begitu juga dengan pengetahuan. Hal tersebut tentunya
akan membawa manusia atau suatu bangsa menuju kepada penderitaan dan kesengsaraan
bahkan menimbulkan kehancuran.
Maka dari itu pengetahuan harus selalu berada dalam nilai keimanan dan akhlak
yang luhur. Cara untuk mewujudkan hal tersebut harus memiliki tiga unsur pokok yaitu
akidah, Syariah dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan shaleh harus ada. Dalam
pandangan islam ketiga unsur tersebut terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut dinul islam.

Anda mungkin juga menyukai